Anda di halaman 1dari 9

MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU MADRASAH

SKENARIO

Dosen Pengampu: Helna Nelis, M.Pd.

Guna memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Madrasah Efektif

Disusun Oleh:

MUHAMMAD ZAINU
171210112

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
TAHUN 2020 - 2021 M
A. Madrasah Dalam Sistem Pendidikan Nasional

Mutu pendidikan memiliki keterkaitan dengan kebijakan pemerintah


tentang sistem pendidikan nasional. Madrasah merupakan subsistem dalam sistem
pendidikan nasional. Madrasah diindonesia mengalami berbagai perubahan. Upaya
memahami pendidikan madrasah dalam sistem pendidikan nasional berhadapan
dengan perdebatan pengaruh-pengaruh dari luar Negara maupun luar paradigma
keyakinan dalam menempuh cita-cita hidup bangsa Indonesia. Dikalangan pemikir
muslim pun masih banyak terjadi perdebatan yang ditandai dengan banyaknya
variasi bentuk lembaga pendidikan islam yang berjalan masing-masing
Dinamika pendidikan islam Indonesia banyak terjadi pembaharuan pendidikan
islam yang disebabkan karena munculnya ketidakpuasan terhadap pola tradisional.
Kemunculan madrasah dalam sistem pendidikan formal diindonesia hingga seperti
sekarang, karena dua situasi: 1) adanya dorongan pembaharuan islam internal, 2)
adanya respons pendidikan islam terhadap kebijakan pendidikan Hindia-Belanda.
Eksistensi madrasah sebagai lembaga tafaqqah fi al-din apabila dilihat
secara proprsional kurikuler, maka mata pelajaran pendidikan agama memperoleh
porsi persentase yang lebih tinggi (70%) apabila dibandingkan dengan porsi mata
pelajaran umum(30). Sistem pendidikan nasional berubah yang ditetapkan melalui
Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem pendidikan Nasional
berdampak cukup besar terhadap madrasah. Disamakannya madrasah dengan
sekolah umum artinya mengubah keseluruhan subsistem pendidikan madrasah
tersebut. Karena itu renovasi terhadap keseluruhan subsistem pendidikan madrasah
harus dilakukan, tidak hanya terbatas pada perangkat kurikulum saja, melainkan
juga sebagai konsekuensi adalah gurunya, fasilitas madrasahnya, dan
manajemennya
B. Pengertian Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah
Manajemen berbasis madrasah adalah salah satu upaya pemerintah untuk
mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu dan teknologi,
yang di tunjukan dengan pernyataan politik dan Garis-garis Besar Haluan Negara
(GBHN). Hal tersebut di harapkan dapat di jadikan landasan dalam pengembangan
pendidikan di indonesia yang berkualitas.1
Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah dijamin oleh Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 51 ayat (1)
“pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip
manajemen berbasis sekolah/madrasah”. Dengan demikian, prinsip Manajemen
Berbasis Sekolah secara tegas dinyatakan dalam UU Nomor 20/2003 sebagai
prinsip dalam pengelolaan pendidikan baik untuk pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Manajemen peningkatan mutu berbasis madrasah ialah proses manajemen
madrasah yang di arahkan pada peningkatan mutu pendidikan, secara otonomi yang
di rencanakan, di organisasikan, di laksanakan, dan di evaluasi melibatkan semua
setakeholder sekolah. sesuai dengan konsep tersebut. Mutu lulusan yang rendah
dapat menimbulkan berbagai masalah, seperti lulusan tidak dapat melanjutkan
studi, tidak dapat menyelesaikan studinya pada jenjang yang lebih tinggi, tidak
dapat bekerja atau diterima di dunia kerja, diterima kerja, tetapi tidak berprestasi,
tidak dapat mengikuti perkembangan masyarakat, dan tidak produkktif. Lulusan
yang tidak produktif akan menjadi beban masyarakat, menambah biaya kehidupan
dan kesejahteraan masyarakat, serta memungkinkan menjadi warga yang tersisih
dari masyarakat.2
Menurut Edmond (dalam Suryosubroto, 2004:208) Manajemen
peningkatan mutu berbasis madrasah merupakan alternatif baru dalam pengelolaan
pendidikan yang lebih menekankan kepada kemandirian dan kreatifitas sekolah.
Manajemen Berbasis Madrasah adalah bentuk alternatif sekolah sebagai
hasil dari desentralisasi pendidikan . MBS pada prinsipnya bertumpu pada sekolah
dan masyarakat serta jauh dari birokrasi yang sentralistik. MBS berpotensi untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat, pemerataan, efisiensi, serta manajemen yang

1
Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah Konsep, Strategi, dan Implementasi, (Bandung : PT
REMAJA POSDA KARYA 2007) hlm 11
2 Ibrohim Bafada, Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar, Dari Sentralisasi menuju

Desentralisasi (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2006) hlm 82


bertumpu pada tingkat sekolah. MBS dimaksudkan meningkatkan otonomi sekolah,
menentukan sendiri apa yang perlu diajarkan, dan mengelola sumber daya yang ada
untuk berinovasi. MBS juga memiliki potensi yang besar untuk menciptakan kepala
sekolah, guru, dan administrator yang profesional. Dengan demikian, sekolah akan
bersifat responsif terhadap kebutuhan masing-masing siswa dan masyarakat
sekolah. Prestasi belajar siswa dapat dioptimalkan melalui partisipasi langsung
orang tua dan masyarakat.

C. Konsep dasar Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah


Konsep ini diperkenalkan oleh teori effektif school yang lebih
memfokuskan diri pada perbaikan proses pendidikan. Beberapa indikator yang
menunjukkan karakter dari konsep manajemen ini antara lain sebagai berikut : (1)
lingkungan sekolah yang nyaman dan tertib, (2) sekolah memiliki misi dan target
mutu yang ingin dicapai, (3) sekolah memiliki kepemimpinan yang kuat, (4) adanya
harapan yang tinggi dari personel sekolah (kepala sekolah, guru, dan staf lainnya
termasuk siswa) untuk berprestasi, (5) adanya pengembangan staf sekolah yang
terus menerus sesuai tuntutan IPTEK, (6) adanya pelaksanaan evaluasi yang terus-
menerus terhadap berbagai aspek akademik dan administrative, dan pemanfaatan
hasilnya untuk penyempurnaan/ perbaikan mutu, dan (7) adanya Komunikasi, dan
dukungan intensif dari orang tua murid/masyarakat. Maka di bawa ini kami kutip
uraian singkat manajemen peningkatan mutu berbasis madrasah yang di sampaikan
oleh derektorat pendidikan menengah umum depdiknas RI sebagai berikut.
1. Latar belakang
Perkembangan ilmu pengetuhan dan tehnologi telah membawa perubahan
di hampir semua aspek kehidupan manusia dimana berbagai permasalahan
hanya dapat di pecahkan kecuali dengan upaya penguasaan dan
peningkatan ilmu penegetauhan dan tehnologi, selain memanfaatkan bagi
kehidupan manusia di suatu sisi juga bisa membawa manusia kedalam era
persaingan gelobal yang secara ketat maka dari itu bangsa indonesia perlu
meningkatkan kualitas.
2. Tujuan
Konsep peningkatan mutu berbasis madrsah ini di tulis dengan tujuan
sebagai berikut.
a. Mensosialisasikan manajemen peningkatan mutu berbasis madrsah
kususnya kepada masyarakat.
b. Memperoleh masukan agar konsep manajemen ini dapat di
implementasikan dengan mudah dan kondidsi lingkungan.
c. Menambah wawasan pengetauan masyarakat kususnya masyarakat
sekolah dan individu yang peduli terhadap pendidikan, kususnya
peningkatan mutu pendidikan.
d. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif
sekolah dalam megelola dan memberdayakan sumber daya yang
tersedia.
e. Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat,
dan pemerintah tentang mutu sekolahnya.
f. Mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara
partisipatif
g. Meningkatkan kualitas pendidikan secara umum baik itu menyangkut
kualitas pembelajaran, kualitas kurikulum, kualitas sumber daya
manusia baik guru maupun tenaga kependidikan lainnya, dan kualitas
pelayanan pendidikan secara umum.3

D. Tahap-tahap Pelaksanaan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis


Madrasah

1. EVALUASI DIRI (SELF ASSESSMENT)


Evaluasi diri sebagai langkah awal bagi sekolah yang ingin, atau akan
melaksanakan manajemen mutu berbasis sekolah.Kegiatan ini dimulai dengan
curah pendapat brainstorming yang diikuti oleh kepala sekolah, guru, dan seluruh
staf, dan diikuti juga anggota komite sekolah. Prakarsa dan pimpinan rapat adalah
kepala sekolah. Untuk memancing minat acara rapat dapat dimulai dengan

3
B Suryosubroto, Manajemen Pendidikan Di Sekolah, (Jakarta : PT RINIKA CIPTA, 2004),
Hlm 202-206
pertanyaan seperti: Perlukah kita meningkatkan mutu? seperti apakah kondisi
sekolah / madrasah kita dalam hal mutu pada saat ini? Mengapa sekolah kita
tidak/belum bermutu? Kegiatan ini bertujuan:
a) Mengetahui kondisi sekolah saat ini dalam segala aspeknya (seluruh
komponen sekolah), kemajuan yang telah dicapai, maupun masalah-masalah
yang dihadapi ataupun kelemahan yang dialami.

b) Refleksi/Mawas diri, untuk membangkitkan kesadaran / keprihatinanakan


penting dan perlunya pendidikan yang bermutu, sehingga timbul komitmen
bersama untuk meningkatkan mutu sense of quality.
c) Merumuskan titik tolak point of departure bagi sekolah/madrasah yang ingin
atau akan mengembangkan diri terutama dalam hal mutu. Titik awal ini penting
karena sekolah yang sudah berjalan untuk memperbaiki mutu, mereka tidak
berangkat dari nol, melainkan dari kondisi yang dimiliki.

2. PERUMUSAN VISI, MISI DAN TUJUAN


Bagi sekolah yang baru berdiri atau baru didirikan, perumusan visi dan misi
serta tujuan merupakan langkah awal / pertama yang harus dilakukan yang
menjelaskan kemana arah pendidikan yang ingin dituju oleh para pendiri/
penyelenggara pendidikan. Dalam kasus sekolah/madrasah negeri kepala sekolah
bersama guru mewakili pemerintah kab/kota sebagai pendiri dan bersama wakil
masyarakat setempat ataupun orang tua siswa harus merumuskan kemana sekolah
kemasa depan akan dibawa, sejauh tidak bertentangan dengan tujuan pendidikan
nasional seperti tercantum dalam UU No. 23 th 2003 tentang Sisdiknas.

Kondisi yang diharapkan / diinginkan dan diimpikan dalam jangka panjang


itu, kalau dirumuskan secara singkat dan menyeluruh disebut visi. Keadaan yang
diinginkan tersebut hendaklah ada kaitannya dengan idealisme dan mutu
pendidikan . Idealisme disini dapat berkaitan dengan kebangsaan, kemanusiaan,
keadilan, keluhuran budi pekerti, ataupun kualitas pendidikan sebagaimana telah
didefinisikan sebelumnya.
Sedangkan misi, merupakan jabaran dan visi atau merupakan
komponenkomponen pokok yang harus direalisasikan untuk mencapai visi yang
telah ditetapkan. Dengan kata lain, misi merupakan tugas-tugas pokok yang harus
dilakukan untuk mewujudkan visi.
Tujuan merupakan tahapan antara, atau tonggak tonggak penting antara titik
berangkat (kondisi awal) dan titik tiba tujuan akhir yang rumusannya tertuang
dalam dalam bentuk visi-misi. Tujuan-tujuan antara ini sebagai tujuan jangka
menengah kalau tiba saatnya berakhir (tahun yang ditetapkan) akan disusul dengan
tujuan berikutnya, sedangkan visi dan misi (relatif/pada umumnya) masih tetap.
Tujuan (jangka menengah), dipenggal-penggal menjadi tujuan tahunan
yang biasa disebut target/sasaran, dalam formulasi yang jelas baik secara kualitatif
maupun kuantitatif. Tujuan-tujuan jangka pendek (1 tahun) inilah yang rincian
persiapannya dalam bentuk perencanaan.

3. PERENCANAAN
Perencanaan pada tingkat sekolah adalah kegiatan yang ditujukan untuk
menjawab apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya untuk
mewujudkan tujuan (tujuan-tujuan) yang telah ditetapkan / disepakati pada sekolah
yang bersangkutan, termasuk anggaran yang diperlukan untuk membiayai kegiatan
yang direncanakan. Dengan kata lain perencanaan adalah kegiatan menetapkan
lebih dulu tentang apa-apa yang harus dilakukan, prosedurnya serta metode
pelaksanaannya untuk mencapai suatu tujuan organisasi atau satuan organisasi.

Perencanaan oleh sekolah merupakan persiapan yang teliti tentang apa-apa


yang akan dilakukan dan skenario melaksanakannya untuk mencapai tujuan yang
diharapkan, dalam bentuk tertulis. Dikatakan teliti karena ia harus menjelaskan apa
yang akan dilakukan, seberapa besar lingkup cakupan kuantitatif dan kualitatif yang
akan dikerjakan, bagaimana, kapan dan berapa perkiraan satuan-satuan biayanya,
serta hasil seperti apa yang diharapkan.

4. PELAKSANAAN
Apabila kita bertitik tolak dari fungsi-fungsi manajemen yang umumnya
kita kenal sebagai fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan atau
pemimpinan dan kontrol/pengawasan serta evaluasi, maka langkah pertama sampai
dengan ketiga dapat digabungkan fungsi perencanaan yang secara keseluruhan
(untuk sekolah) sudah dibahas. Didalam pelaksanaan tentu masih ada kegiatan
perencanaanperencanaan yang lebih mikro (kecil) baik yang terkait dengan
penggalan waktu (bulanan,semesteran, bahkan mingguan), atau yang terkait erat
dengan kegiatan khusus, misalnya menghadapi lomba bidang studi, atau kegiatan
lainnya.

Tahap pelaksanaan, dalam hal ini pada dasarnya menjawab bagaimana


semua fungsi manajemen sebagai suatu proses untuk mencapai tujuan lembaga
yang telah ditetapkan melalui kerjasama dengan orang lain dan dengan sumber daya
yang ada, dapat berjalan sebagaimana mestinya (efektif dan efisien).

5. EVALUASI
Evaluasi sebagai salah satu tahapan dalam MBS merupakan kegiatan yang
penting untuk mengetahui kemajuan ataupun hasil yang dicapai oleh sekolah
didalam melaksanakan fungsinya sesuai rencana yang telah dibuat sendiri oleh
masing-masing sekolah. Evaluasi pada tahap ini adalah evaluasi menyeluruh,
menyangkut pengelolaan semua bidang dalam satuan pendidikan yaitu bidang
teknis edukatif (pelaksanaan kurikulum/proses pembelajaran dengan segala
aspeknya), bidang ketenagaan, bidang keuangan, bidang sarana prasarana dan
administrasi ketatalaksanaan sekolah. Sungguhpun demikian, bidang teknis
edukatif harus menjadi sorotan utama dengan fokus pada capaian hasil (prestasi
belajar siswa).

6. PELAPORAN
Pelaporan disini diartikan sebagai pemberian atau penyampaian informasi
tertulis dan resmi kepada berbagai pihak yang berkepentingan stake holders,
mengenai aktifitas manajemen satuan pendidikan dan hasil yang dicapai dalam
kurun waktu tertentu berdasarkan rencana dan aturan yang telah ditetapkan sebagai
bentuk pertanggung jawab atas tugas dan fungsi yang diemban oleh satuan
pendidikan tersebut.
Kegiatan pelaporan sebenarnya merupakan kelanjutan kegiatan evaluasi
dalam bentuk mengkomunikasikan hasil evaluasi secara resmi kepada berbagai
pihak sebagai pertanggung jawaban mengenai apa-apa yng telah dikerjakan oleh
sekolah beserta hasilhasilnya. Hanya perlu dicatat disini bahwa sesuai keperluan
dan urgensinya tidak semua hasil evaluasi masuk kedalam laporan (pelaporan).

Anda mungkin juga menyukai