Anda di halaman 1dari 7

Kripik Tempe Gembus – Kusumaningsih, dkk

Jurnal Teknologi Pertanian 3(2): 78 - 84

Studi Pengolahan Tempe Gembus Menjadi Keripik dengan Kajian Proporsi


Tepung Pelapis

Endah Kusumaningsih1; Sukardi2; Susinggih Wijana2


1) Alumni Jur. TIP Fak. Tek. Pertanian Unibraw
2) Staf Pengajar Jur. TIP Fak. Tek. Pertanian Unibraw

ABSTRACT

The objectives of this study is to determine the best proportion of rice flour,
wheat flour, and tapioca as shell in the making of tempe gembus chips. The results showed that
the proportion of rice flour 30%, wheat flour 40%, and tapioca 30% was the best treatment. The
product had characteristics as moisture content 1,7243%, free fatic acid 0,391%, proteins
7,3471%, broken ability 0,2624 kg/cm2, output 65,9471%, crispiness, taste, appearance, and
aroma prefered by panelists.

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk menentukan proporsi tepung beras, terigu, dan tapioka yang
terbaik sebagai pelapis pada pembuatan keripik tempe gembus. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa proporsi tepung beras 30%, terigu 40%, dan tapioka 30% merupakan perlakuan terbaik.
Keripik tempe gembus yang dihasilkan mempunyai karakteristik kadar air 1,7243%, kadar FFA
0,391%, protein 7,3471%, daya patah 0,2624 kg/cm2, rendemen 65,9471%, serta kerenyahan, rasa,
kenampakan, dan aroma yang cenderung disukai panelis.

PENDAHULUAN selebihnya digunakan sebagai pakan


ternak.
Tempe gembus (menjes) Rendahnya permintaan terhadap
merupakan makanan tradisional khas tempe gembus juga disebabkan
daerah Malang yang dibuat dari ampas anggapan masyarakat bahwa makanan
tahu melalui proses fermentasi. Selama ini tidak bergizi. Padahal meskipun tidak
ini pemanfaatan tempe gembus terbatas banyak, tempe gembus mengandung gizi
untuk jajanan goreng atau dibuat lauk. terutama protein sebesar 4% dan serat
Tempe gembus di daerah Malang kasar 30,4%. Serat kasar yang
umumnya hanya sebagai produk mengalami fermentasi dapat
sampingan industri tempe kedelai. melancarkan pencernaan dan mencegah
Produksinya diperkirakan tidak sembelit (Sembor, Marsono, dan Noor,
mencapai 10% dari produksi tempe 1999). Dilihat dari nilai gizi dan
kedelai karena produsen hanya ditunjang oleh harganya yang sangat
membuatnya untuk memenuhi murah, tempe gembus sangat potensial
permintaan pelanggan. Keadaan itu tidak untuk diolah menjadi produk yang tahan
menutup kemungkinan dilakukan lama dan memiliki nilai ekonomis lebih
peningkatan produksi bila dilihat dari tinggi, seperti keripik.
banyaknya industri tahu di Malang. Keripik adalah hasil olahan bahan
Menurut data Dinas Perindustrian dan pangan yang dibuat dengan cara
Perdagangan Kabupaten dan Kota pengeringan atau penggorengan. Pada
Malang tahun 1999, ampas tahu yang saat penggorengan, tempe gembus
dihasilkan mencapai 6.907.328 kilogram mudah mengalami pencoklatan yang
dan dari jumlah itu hanya sekitar 70% menyebabkan kenampakan dan rasanya
atau sekitar 4.835 ton per tahun yang kurang disukai. Oleh sebab itu
dimanfaatkan untuk tempe gembus, pembalutan tepung menjadi faktor yang
menentukan mutu keripik. Berdasarkan

78
Kripik Tempe Gembus – Kusumaningsih, dkk
Jurnal Teknologi Pertanian 3(2): 78 - 84
penelitian pendahuluan, penggunaan Percobaan menggunakan
tepung tanpa air dengan bahan perekat Rancangan Acak Kelompok (RAK)
telur memberikan kenampakan yang faktor tunggal yang terdiri dari lima
lebih disukai daripada penggunaan perlakuan dan masing-masing perlakuan
adonan tepung dicampur air. diulang sebanyak empat kali.
Sifat-sifat sensoris penting yang Percobaan terdiri dari 5 perlakuan
menentukan penilaian seseorang terhadap proporsi tepung pelapis, yaitu:
terhadap produk yang digoreng seperti P1 = tepung beras : terigu : tapioka =
keripik adalah kenampakan, flavor, dan 50% : 20% : 30%
tekstur (Budiman, 1985). Menurut P2 = tepung beras : terigu : tapioka =
Juliano (1980) rasio antara kandungan 40% : 30% : 30%
amilopektin dengan amilosa dalam pati P3 = tepung beras : terigu : tapioka =
merupakan faktor utama yang sangat 30% : 40% : 30%
penting dalam menentukan mutu rasa, P4 = tepung beras : terigu : tapioka =
kualitas makan, dan tekstur. Berdasarkan 20% : 50% : 30%
keadaan tersebut maka perlu dilakukan P5 = tepung beras : terigu : tapioka =
penelitian untuk menentukan proporsi 10% : 60% : 30%
tepung pelapis yang terbaik dari tiga Bahan berupa tempe gembus yang
jenis tepung yaitu tepung beras, terigu, dibeli dari perajin diiris setebal ± 1 mm,
dan tapioka untuk mendapatkan keripik dicelupkan ke dalam telur kocok
tempe gembus yang berkualitas baik. (perbandingan kuning dengan putih telur
Hasil penelitian ini diharapkan 1:2),. kemudian dibalut tepung
dapat memberikan informasi bagi berbumbu yang memiliki proporsi: P1
pengembangan agroindustri skala rumah (50% tepung beras, 20% terigu, 30%
tangga yang bertujuan untuk tapioka), P2 (40% tepung beras, 30%
meningkatkan citra makanan tradisional, terigu, 30% tapioka), P3 (30% tepung
khususnya tempe gembus, sehingga beras, 40% terigu, 30% tapioka), P4
dapat diterima di semua lapisan (20% tepung beras, 50% terigu, 30%
masyarakat. tapioka), dan P5 (10% tepung beras,
Penelitian bertujuan untuk 60% terigu, 30% tapioka). Tahap
menentukan proporsi tepung beras, selanjutnya tempe gembus digoreng
terigu, dan tapioka yang terbaik sebagai dalam minyak bersuhu sekitar 190 °C
pelapis pada pembuatan keripik tempe selama 10 menit. Keripik yang
gembus berdasarkan kualitas kimia, dihasilkan dikemas dalam plastik PP
fisik, dan organoleptik serta analisis 0,05 mm.
biaya produksi. Uji yang dilakukan terhadap
keripik tempe gembus meliputi uji kadar
METODE PENELITIAN air (metode oven), kadar FFA
(Mehlenbacher, 1960), daya patah
Bahan yang digunakan untuk (Brazillien test), protein (cara Gunning),
pembuatan keripik tempe gembus adalah sedangkan uji organoleptik terhadap
tempe gembus (menjes) yang kerenyahan, rasa, kenampakan, dan
mempunyai tekstur yang keras, padat, aroma menggunakan metode Sukarto
dan berwarna putih bersih (diperoleh (1985).
dari Bapak Mukidi, seorang perajin
tempe gembus di Jalan Kendalsari, HASIL DAN PEMBAHASAN
Kotamadya Malang); tepung beras cap
Mawar, terigu cap Segitiga Biru, Hasil percobaan menunjukkan
tapioka, telur, minyak goreng merk bahwa proporsi tepung pelapis
Bimoli, garam, dan bumbu-bumbu yang berpengaruh sangat nyata terhadap kadar
diperoleh di Toko Candra (Pasar Besar). air, daya patah, kadar FFA, dan
rendemen, tetapi tidak berpengaruh

79
Kripik Tempe Gembus – Kusumaningsih, dkk
Jurnal Teknologi Pertanian 3(2): 78 - 84
terhadap kadar protein. Pada Tabel 1 tepung dengan kualitas kimia dan
dapat dilihat hubungan antara proporsi fisik keripik tempe gembus.

Tabel 1. Karakteristik Kimia dan Fisik Keripik Tempe Gembus Pada Berbagai Perlakuan
Proporsi Tepung Daya
Kadar Kadar Protein Rendemen
Beras Terigu Tapioka Patah
Air (%) FFA (%) (%) (%)
(kg/cm2)
50 20 30 1,9239 a 0,5277 b 0,4256 a 6,8145 tn 67,9837 c
40 30 30 1,9097 a 0,3132 a 0,4341 a 7,2047 tn 66,8919 ab
30 40 30 1,7243 a 0,2624 a 0,3910 a 7,3471 tn 65,8471 a
20 50 30 2,3916 b 0,3001 a 0,5714 b 7,3686 tn 66,9465 b
10 60 30 2,5761 b 0,5094 b 0,6471 b 7,4646 tn 69,0522 d
Keterangan: Angka pada kolom sama yang didampingi oleh notasi berbeda berarti
berbeda nyata

Kadar air mengalami peningkatan pengosongan yang membentuk kantung-


dengan penambahan proporsi terigu kantung udara sehingga keripik menjadi
dalam tepung pelapis. Hal itu dapat renyah.
disebabkan terigu memiliki gluten yang Pada penambahan terigu mulai
mempunyai kapasitas menahan air yang 40% sampai 60%, terigu menentukan
konstan yaitu sekitar 2,8 kali kadar daya patah keripik tempe gembus karena
gluten keringnya (Pratt, 1971). Gaman memiliki jumlah yang dominan.
dan Sherrington (1992) berpendapat Menurut Saxelby and Brown (1980)
bahwa proses penyerapan air terjadi daya patah suatu produk juga dapat
karena adanya daya tarik-menarik antara ditentukan oleh kandungan proteinnya.
rantai protein dengan molekul air. De Protein merupakan ikatan peptida yang
Man (1997) menambahkan bahwa sangat panjang sehingga untuk
molekul-molekul protein bisa mengikat mematahkannya membutuhkan energi
air dengan stabil. Hal ini terjadi karena yang cukup tinggi. Terigu memiliki
sejumlah asam amino rantai samping kandungan protein 8,9% yang berarti
yaitu hidrokarbon yang dapat berikatan lebih banyak daripada tepung beras dan
dengan air. tapioka yang masing-masing
Nilai daya patah mengalami mengandung protein 7% dan 0,5%
penurunan dengan adanya penambahan (Mahmud dkk., 1990).
terigu sampai 40% kemudian Pada Tabel 1 ditunjukkan
mengalami peningkatan. Pada terjadinya penurunan kadar air maupun
penambahan terigu sampai 40%, daya daya patah sampai penambahan terigu
patah diperkirakan dipengaruhi oleh sifat 40% kemudian terjadi peningkatan
pati tepung beras yang memiliki proporsi sehingga dapat dikatakan kadar air juga
dominan dalam tepung pelapis. Menurut berpengaruh terhadap daya patah. Hal
Beynum and Roels (1985) pati beras itu sesuai dengan pendapat Seymour and
memiliki granula yang berbentuk Hamann (1988) dalam Gaines (1994)
poligonal atau kristal sedangkan terigu bahwa keremahan dan kerenyahan akan
dan tapioka berbentuk oval. menurun dengan meningkatnya
Kumalaningsih (1998) berpendapat kekerasan atau daya patah, dan
bahwa butiran pati yang berbentuk kekerasan akan meningkat selama kadar
kristal lebih sulit mengembang oleh air produk meningkat.
adanya panas dibandingkan butiran pati Kadar FFA keripik tempe gembus
yang berbentuk oval atau bulat panjang. mengalami peningkatan sejalan dengan
Pengembangan pati menyebabkan penambahan terigu. Pada pembahasan
terjadinya pengembangan dan sebelumnya didapatkan bahwa

80
Kripik Tempe Gembus – Kusumaningsih, dkk
Jurnal Teknologi Pertanian 3(2): 78 - 84
penambahan terigu menyebabkan tepung terhadap kadar air dan rendemen
peningkatan kadar air, sedangkan kadar hampir sama. Pada saat penggorengan
air berpengaruh terhadap kadar FFA. terjadi penguapan air, keluarnya air dari
Hal itu diperkuat oleh pendapat Ketaren bahan yang digantikan oleh masuknya
(1986) bahwa asam lemak bebas minyak dalam produk (Heid and Joslyn,
terbentuk karena proses oksidasi dan 1967). Ketaren (1986) menambahkan
hidrolisa enzim selama pengolahan dan bahwa penyerapan minyak goreng oleh
penyimpanan bahan pangan berlemak bahan pangan dapat terjadi karena
dengan adanya air. Semakin tinggi kadar minyak goreng mengisi ruang-ruang
air keripik maka kadar FFA juga kosong dalam bahan pangan yang
meningkat. semula diisi oleh air. Semakin tinggi
Kadar protein tempe gembus hasil kadar air maka minyak goreng yang
penelitian adalah sebesar 5%, sedangkan diserap bahan semakin besar.
kadar protein keripik tempe yang Penambahan minyak dalam keripik
dihasilkan sebesar 6,8145% sampai menyebabkan rendemen meningkat.
7,4646%. Penambahan kandungan Hasil uji Friedman terhadap
protein tersebut disebabkan penggunaan kualitas organoleptik keripik tempe
telur pada pembuatan keripik tempe gembus menunjukkan bahwa proporsi
gembus. Menurut Susanto (1998) telur tepung pelapis berpengaruh sangat nyata
dapat menambah kandungan protein terhadap kerenyahan, rasa, dan
sehingga kualitas produk dapat kenampakan, tetapi tidak berpengaruh
ditingkatkan. nyata terhadap aroma. Rerata ranking
Rendemen keripik tempe gembus kesukaan panelis terhadap kualitas
dipengaruhi oleh kadar air, dapat dilihat organoleptik keripik tempe gembus
dari data hasil percobaan yang ditunjukkan pada Tabel 2.
menunjukkan bahwa pengaruh proporsi

Tabel 2. Rerata Ranking Kesukaan Panelis Terhadap Kualitas Organoleptik Keripik


Tempe Gembus

Proporsi Tepung
Kerenyaha Kenampaka
Bera Terig Tapiok Rasa Aroma
n n
s u a
50 20 30 2,00 a 2,52 a 1,84 a 2,70 tn
40 30 30 2,94 b 2,92 a 2,18 a 2,80 tn
30 40 30 3,78 c 4,30 b 3,24 b 3,02 tn
20 50 30 3,46 bc 2,98 a 3,66 b 2,96 tn
10 60 30 2,82 b 2,28 a 4,10 b 3,60 tn
Keterangan: Angka pada kolom sama yang didampingi oleh notasi berbeda berarti
berbeda nyata

Nilai kesukaan terhadap Gaines (1994) bahwa keremahan dan


kerenyahan meningkat dengan kerenyahan akan menurun dengan
penambahan terigu sampai kadar 40% meningkatnya kekerasan, dan kekerasan
(perlakuan P3) namun kemudian akan meningkat selama kadar air produk
mengalami penurunan. Hal ini meningkat.
disebabkan penambahan terigu lebih dari Penilaian panelis terhadap rasa
40% menyebabkan keripik yang keripik dipengaruhi oleh komposisi
dihasilkan cepat berkurang bumbu yang digunakan, seperti yang
kerenyahannya karena kadar airnya dinyatakan Winarno (1992) bahwa cita
meningkat, sesuai dengan pernyataan rasa suatu produk dapat dipengaruhi oleh
Seymour and Hamann (1988) dalam senyawa flavor yang dapat memberikan

81
Kripik Tempe Gembus – Kusumaningsih, dkk
Jurnal Teknologi Pertanian 3(2): 78 - 84
rangsangan pada indera penerima pada Pemilihan Alternatif Terbaik
saat mengecap dan kesan yang Pemilihan alternatif terbaik
ditinggalkan pada indera perasa setelah menggunakan metode Indeks Efektivitas
seseorang menelan produk tersebut. berdasarkan atribut organoleptik, kimia
Menurut sebagian besar panelis, rasa dan fisik keripik tempe gembus yang
pada produk keripik ditentukan oleh dipengaruhi secara nyata oleh perlakuan
kerenyahannya, sesuai pendapat Matz yaitu rasa, kerenyahan, kenampakan,
(1964) bahwa kerenyahan merupakan kadar air, kadar FFA, dan daya patah.
faktor penentu mutu produk-produk chip Hasil perhitungan menunjukkan bahwa
(keripik). Proporsi tepung yang berbeda perlakuan P3 (30% tepung beras, 40%
berpengaruh nyata terhadap kerenyahan terigu, 30% tapioka) merupakan
sehingga berpengaruh juga terhadap rasa perlakuan terbaik.
keripik yang dihasilkan. Kualitas bumbu Spesifikasi perlakuan terbaik
yang sama pada kerenyahan keripik mencakup kandungan kimia dan ciri-ciri
yang berbeda dapat memberikan produk dapat dilihat pada Tabel 3.
penilaian yang berbeda terhadap rasa
keripik tersebut. Tabel 3. Spesifikasi Perlakuan Terbaik
Penambahan proporsi terigu Spesifikasi Nilai
menyebabkan peningkatan nilai Bentuk/ukuran balok (5x5 x
kesukaan terhadap kenampakan keripik 0,15 cm)
tempe gembus. Terigu mengandung Berat 5 gram
gluten yang mampu membentuk adonan Warna kuning
yang dapat menahan pengembangan pati Kadar air (%) kecoklatan
sehingga mengakibatkan terbentuknya Kadar FFA (%) 1,7243
struktur remah (Belitz et al., 1986) dan Kadar Protein (%) 0,391
benang-benang yang dengan gliadin Daya 7,3471
membentuk lapisan tipis dan glutenin patah/kerenyahan 0,2624
membentuk untaian (Balla et al., 1998). (kg/cm2)
Keadaan itu menyebabkan keripik tempe Rendemen (%) 65,9471
gembus yang dihasilkan memiliki
permukaan yang bertekstur halus dan Nilai Break Event Point dan Payback
lapisan tepung yang lebih mengembang Period
sejalan dengan penambahan terigu. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa
Pengembangan lapisan tepung tersebut BEP diperoleh pada saat penjualan
dapat meningkatkan kemampuan tepung mencapai 8.892,51 kemasan (@ 200
pelapis menutupi pencoklatan tempe gram) atau senilai Rp 17.785.022,33
gembus. atau setelah 35 hari kerja, sedangkan PP
Aroma keripik tempe gembus dicapai setelah proyek beroperasi 5
ditentukan oleh penggunaan telur. Putih tahun 1 bulan 20 hari.
telur mengandung asam glutamat
sebesar 16% dari total protein yang ada. Potensi Keripik Tempe Gembus
Menurut De Man (1978) dalam Zat gizi utama yang ada dalam
Kurniasih (2001) asam glutamat keripik tempe gembus adalah protein.
mempunyai rasa khas daging yang dapat Mutu protein dinilai dari perbandingan
meningkatkan kualitas rasa dan aroma asam-asam amino yang terkandung
pada makanan. Penggunaan putih telur dalam protein tersebut (Winarno, 1992).
yang banyak pada pembuatan keripik Tempe gembus memiliki kandungan
tempe gembus mampu memberikan protein yang jauh lebih rendah daripada
aroma khas daging tersebut sehingga tempe kedelai namun dengan
disukai panelis. mengolahnya menjadi keripik, mutu
proteinnya dapat ditingkatkan.
Penggunaan telur sebagai protein yang

82
Kripik Tempe Gembus – Kusumaningsih, dkk
Jurnal Teknologi Pertanian 3(2): 78 - 84
bermutu tinggi akan dapat meningkatkan (*) Data diperoleh dari wawancara
mutu protein, sesuai dengan pernyataan langsung dengan Bu Riati, seorang
Winarno (1992) bahwa penambahan penjual jajanan goreng gembus
sejumlah kecil protein hewani dapat
meningkatkan mutu protein nabati dalam KESIMPULAN DAN SARAN
jumlah yang besar.
Harga tempe gembus sebelum Kesimpulan
mengalami pengolahan sebesar 25% Perlakuan terbaik yang didapatkan
daripada tempe kedelai dengan ukuran yaitu perlakuan P3 (30% tepung beras
yang sama. Berdasarkan hasil : 40% terigu : 30% tapioka) memiliki
perhitungan didapatkan harga jual kadar air 1,7243%, kadar FFA 0,391%,
(produsen) keripik tempe gembus kadar protein 7,3471%, daya patah
sebesar Rp 2.000,00 per 200 gram, 0,2624 kg/cm2, rendemen 65,9471%,
sedangkan harga keripik tempe kedelai serta nilai kesukaan terhadap kerenyahan
untuk berat yang sama sebesar Rp 4 (suka), rasa 4,2 (suka), kenampakan
4.000,00 (harga produsen keripik 3,52 (agak suka sampai suka), dan
“Mirasa”. Pengolahan tempe gembus aroma 3,8 (agak suka sampai suka). BEP
menjadi keripik menyebabkan citra terjadi pada saat penjualan mencapai
harga tempe gembus meningkat dua kali 8.893 kemasan (@ 200 gram) atau
lipat, dapat dilihat dari harga keripik senilai Rp 17.785.022,33 yang diperoleh
tempe gembus yang sebesar 50% dari setelah 35 hari kerja. Periode
keripik tempe kedelai untuk berat yang pengembalian (PP) terjadi setelah
sama (200 gram). proyek beroperasi 5 tahun 1 bulan 20
Tempe gembus pada umumnya hari.
diolah menjadi jajanan goreng. Apabila
produk itu dibandingkan dengan keripik Saran
tempe gembus, dengan asumsi biaya Keripik tempe gembus ini bersifat
selain biaya bahan baku (kecuali minyak higroskopis sehingga mudah menyerap
goreng) dan bahan pembantu pada kedua air dari udara. Untuk itu perlu dilakukan
produk tersebut sama, maka akan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui
didapatkan nilai harga jual dan umur simpan produk keripik ini.
keuntungannya. Perbandingan
keuntungan jajanan goreng gembus DAFTAR PUSTAKA
dengan keripik tempe gembus dapat
dilihat pada Tabel 4. Balla, A., H. Razafindralambo, C.
Blecker, and M. Paquot. 1998.
Interfacial Properties of
Tabel 4. Perbandingan Keuntungan Gluten Monolayers Spread
Jajanan Goreng Gembus(*) on Various Chloride Salt
dengan Keripik Tempe Solutions, Effects of
Gembus Electrolytes Salt
Perbandingan Jajanan Keripik Concentrations and
Goreng Temperature. Journal
Berat tempe 500 gram 500 gram Agriculture Food Chem. 46
gembus (95) : 3535-3539.
Ukuran irisan / (5 x 10 x (5 x 5 x 0,1)
jumlah 0,3) cm / 15 cm / 90 iris
Belitz, H.D., R. Keiffer, W. Seilmier,
iris
Biaya bahan Rp 2.050,00 Rp 1.900,00 and H. Klieser. 1986.
Harga jual Rp 250,00 / Rp 50,00 / Structure and Function of
buah buah Gluten Proteins. Cereal
Pendapatan Rp 4.250,00 Rp 4.500,00 Chemistry, 17 : 271-278.
Keuntungan Rp 2.200,00 Rp 2.600,00

83
Kripik Tempe Gembus – Kusumaningsih, dkk
Jurnal Teknologi Pertanian 3(2): 78 - 84
Beynum, V.G.M.A. and D. Roels. 1985. Kimia dan Organoleptik.
Starch Conversion Skripsi. FTP. UB. Malang.
Technology. Marcel Dekker
Inc. New York. Mahmud, M.K., D.S. Slamet, R.R.
Aproyantono, dan Hermana.
De Garmo, E.D., W.G. Sullivan, and 1990. Komposisi Zat Gizi
J.R. Canada. 1984. Pangan Indonesia.
Engineering Economy. Departemen Kesehatan RI.
MacMillan Publishing Co. Jakarta.
New York.
Matz, S. 1964. Snack Food. The AVI
De Man, J.M. 1997. Kimia Makanan. Publishing Company Inc.
ITB-Press. Bandung. Westport. Connecticut.

Gaines, C.S. 1994. Objective Pratt, D.B. 1971. Criteria of Food


Assesment of Cookie and Quality in Wheat Chemistry
Crackers Texture. Chapman and Technology. Edited by
and Hall. New York. Pomeranz, Y. Academic Press
Inc. New York.
Gaman, P.M. and K.B. Sherrington.
1992. Ilmu Pangan : Saxelby, W.C. and V. Brown. 1980. The
Pengantar Ilmu Pangan, Role Australia Fluor and
Nutrisi, dan Mikrobiologi. Bread in Health and
UGM Press. Yogyakarta. Nutrition. Bread Research
Institute of Australia. North
Heid, J.L. and M.A. Joslyn. 1967. Ride.
Fundamental of Food
Processing Operation Soekarto, S.T. 1985. Penilaian
Ingredients Method and Organoleptik untuk Industri
Packaging. The AVI Pangan dan Hasil Pertanian.
Publishing Co. Inc. Westport Bhratara Karya Aksara.
Connecticut. Jakarta.

Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak Sudarmadji, S., B. Haryono, dan


Pangan. UI Press. Jakarta. Suhardi. 1997. Prosedur
Analisa untuk Bahan
Kumalaningsih, S. 1998. Aspek Makanan dan Pertanian.
Pengembangan Produk Penerbit Liberty. Yogyakarta.
Olahan dari Bahan Baku
Umbi Garut dalam Semiloka Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan
Nasional Pengembangan dan Gizi. PT Gramedia
Tanaman Garut Sebagai Bahan Pustaka Utama. Jakarta.
Baku Alternatif Industri
Pangan tanggal 27-28 Agustus.
Unibraw. Malang

Kurniasih, S.E. 2001. Pembuatan Stick


Tempe Pengaruh Proporsi
Tempe dan Tepung
Campuran (Terigu dan
Tapioka) terhadap Sifat

84

Anda mungkin juga menyukai