Anda di halaman 1dari 4

A.

Definisi Semen Ionomer Kaca (SIK)

Semen ionomer kaca adalah bahan restorasi yang paling akhir berkembang

dan mempunyai sifat perlekatan yang baik. Semen ini melekat pada enamel dan

dentin melalui ikatan kimia. Kekurangan SIK jika dibandingkan dengan bahan

tumpatan lain adalah kurang estestik, sulit dipolish, dan mempunyai sifat brittle

(Robert, 2002).

Semen ionomer kaca terdiri dari campuran bubuk dan cairan yang kemudian

dicampur dengan air. Bubuk semen ionomer kaca adalah kaca aluminosilikat dan

cairannya adalah larutan dari asam poliakrilik. Beberapa sifat yang dimiliki semen

ionomer kaca adalah bersifat biokompatibilitas terhadap jaringan gigi, sifat perlekatan

baik secara kimia terhadap dentin dan enamel, serta mempunyai beberapa sifat fisis

(Robert, 2002).

B. Klasifikasi Semen Ionomer Kaca Berdasarkan Kegunaannya

a. Type I – Luting cements

SIK tipe luting semen sangat baik untuk sementasi permanen mahkota,

jembatan,veneer dan lainnya. Dapat digunakan sebagai liner komposit. Secara

kimiawi berikatan dengan dentin enamel, logam mulia dan porselen. Memiliki

translusensiyang baik dan warna yang baik, dengan kekuatan tekan tinggi. SIK yang

diberikanpada dasar kavitas akan menghasilkan ion fluorida serta berkurangnya

sensitifitasgigi, perlindungan pulpa dan isolasi. Hal ini mengurangi timbulnya


kebocoranmikro ( micro-leakage) ketika digunakan sebagai semen inlay komposit

atau onlay (Craig, 2004).

b. Type II – Restorasi

Karena sifat perekatnya, kerapuhan dan estetika yang cukup memuaskan, SIK

juga digunakan untuk mengembalikan struktur gigi yang hilang seperti abrasi

servikal. Abrasi awalnya diakibatkan dari iritasi kronis seperti kebiasaan menyikat

gigi yang terlalu keras (Craig, 2004).

c. Type III – Liners and Bases

Pada teknik sandwich, SIK dilibatkan sebagai pengganti dentine, dan

komposit sebagai pengganti enamel. Bahan-bahan lining dipersiapkan dengan cepat

untuk kemudian menjadi reseptor bonding pada resin komposit (kelebihan air pada

matriks SIK dibersihkan agar dapat memberikan kekasaran mikroskopis yang

nantinya akan ditempatkan oleh resin sebagi pengganti enamel (Anusavice, 2009).

d. Type IV – Fissure Sealants

Tipe IV SIK dapat digunakan juga sebagai fissure sealant. Pencampuran

bahan dengan konsistensi cair, memungkinkan bahan mengalir ke lubang dan celah

gigi posterior yang sempit (Powers, 2008).

e. Type V - Orthodontic Cements

Pada saat ini, braket ortodonti paling banyak menggunakan bahan resin

komposit. Namun SIK juga memiliki kelebihan tertentu. SIK memiliki ikatan

langsung ke jaringan gigi oleh interaksi ion Polyacrylate dan kristal hidroksiapatit,

dengan demikian dapat menghindari etsa asam. Selain itu, SIK memiliki efek

antikariogenik karena kemampuannya melepas fluor. Bukti dari tinjauan sistematis


uji klinis menunjukkan tidak adanya perbedaan dalam tingkat kegagalan braket

Ortodonti antara resin modifikasi SIK dan resin adhesif (Powers, 2008).

f. Type VI – Core build up


Beberapa dokter gigi menggunakan SIK sebagai inti (core), mengingat
kemudahanSIK dalam jelas penempatan, adhesi, fluor yang dihasilkan, dan baik
dalam koefisienekspansi termal. Logam yang mengandung SIK (misalnya cermet,
Ketac perak, EspeGMbH, Germanyn) atau campuran SIK dan amalgam telah populer.
Saat ini, banyak SIK konvensional yang radiopaque lebih mudah untuk menangani
daripada logamyang mengandung bahan-bahan lain. Namun demikian, banyak yang
menganggapSIK tidak cukup kuat untuk menopang inti (core). Maka
direkomendasikan bahwagigi harus memiliki minimal dua dinding utuh jika
menggunakan SIK (Powers, 2008).
g. Type VII - Fluoride releasing
Banyak laboratorium percobaan telah mempelajari fluorida yang dihasilkan
SIK dibandingkan dengan bahan lainnya. Namun, tidak ada review sistematis dengan
atau tanpa meta-analisis yang telah dilakukan. Hasil dari satu percobaan, dengan
salah satu tindak lanjut periode terpanjang, menemukan bahwa SIK konvensional
menghasilkan fluorida lima kali lebih banyak daripada kompomer dan 21 kali lebih
banyak dari resin komposit dalam waktu 12 bulan. Jumlah fluorida yang dihasilkan,
selama 24 jam periode satu tahun setelah pengobatan, adalah lima sampai enam kali
lebih tinggidari kompomer atau komposit yang mengandung fluor (Craig, 2004).
h. Type VIII - ART (atraumatic restorative technique)
ART adalah metode manajemen karies yang dikembangkan untuk digunakan dinegara-
negara dimana tenaga terampil gigi dan fasilitas terbatas namun kebutuhan penduduk
tinggi. Hal ini diakui oleh organisasi kesehatan dunia. Teknik menggunakan alat-alat
tangan sederhana (seperti pahat dan excavator) untuk menerobos enamel dan
menghapus karies sebanyak mungkin. Ketika karies dibersihkan,rongga yang tersisa
direstorasi dengan menggunakan SIK viskositas tinggi. SIK memberikan kekuatan
beban fungsional (Craig, 2004).
i. Type IX - Deciduous teeth restoration
Restorasi gigi susu berbeda dari restorasi di gigi permanen karena kekuatan
kunyahdan usia gigi. Pada awal tahun 1977, disarankan bahwa semen ionomer kaca
dapat memberikan keuntungan restoratif bahan dalam gigi susu karena kemampuan
SIK untuk melepaskan fluor dan untuk menggantikan jaringan keras gigi, serta
memerlukan waktu yang cepat dalam mengisi kavitas. Hal ini dapat dijadikan
keuntungan dalam merawat gigi pada anak-anak. Namun, masih diperlukan
tinjauanklinis lebih lanjut (Craig, 2004)
Craig, Robert G., Powers, John M., Wataha, John C. 2004. Dental Materials Properties and

Manipulation 9th Edition. Mosby Elsevier, Missouri.

Powers, JM., Wataha, JC. 2008. Dental Materials: Properties and Manipulation 9th edition.

Missouri : Mosby.

Robert G., John M. Powers. 2002. Restorative Dental Materials : 11 th edition. Missouri : Mosby

Inc.

Anda mungkin juga menyukai