Anda di halaman 1dari 17

Page 1 of 17

NAMA : ENOS RUMETNA


NIM : 181440002
PRODI : TEKNIK INSTRUMENTASI
MATA KULIAH : ELEKTRONIKA ANALOG
TUGAS : MAKALAH
SEMESTER : 2
Page 2 of 17

BAB 1

A. PENDAHULUAN

Dunia teknologi terutama elektronika bisa dirasa semakin tahun


semakin berkembang pesat. Dari teknologi yang sederhana sampai
yang tercanggih sekarang bisa dirasakan oleh manusia, banyak
peralatan-peralatan elektronika yang membantu kinerja manusia
sekarang berpindah dari yang dahulu masih analog berubah menjadi
serba digital. Televisi, hand phone, note book, dan banyak peralatan
elektronika lainnya yang sekarang menggunakan teknik digital.

Kemajuan yang semakin canggihnya dunia IPTEK sekarang ini


tidak lepas dari komponen dasar pembentuk rangkain elektronika yang
berupa semikonduktor baik silikon maupun germanium. Dari bahan
inilah dibuat dioda dan kemudian tercipta pula transistor pada tahun
1940-an. Transistor merupakan komponen terpenting pada suatu alat
elektronika, baika dalam penggunaan sederhana dalam arti masih
dalam wujud transistor atau sudah terbentuk dalam sebuah IC
(Integrated Cirkuit). Transistor dalam suatu alat elektronika bisa
berfungsi sebagai penguat sinyal, penguat arus, penguat tegangan,
sebagai saklar dan fungsifungsi yang lain yang dimiliki transistor.
Page 3 of 17

Makalah ini dibuat untuk membahas fungsi transistor sebagai


penguat yaitu khususnya penguat kelas A, B dan C. Penguat tipe A,
B dan C memiliki ciri sendiri-sendiri baik dari baik dari segi fisik
maupun fungsinya, walaupun pada kenyataanya sama-sama sebagai
penguat. Makalah ini akan memberikan gambaran secara umum
mengenai transistor sebagai penguat kelas A, B dan C. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab
itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat kami
harapkan.
Page 4 of 17

BAB II

Pembahasan

I. Penguat Kelas A , B, dan C

Transistor merupakan komponen yang dapat menguatkan arus.


Dengan kemampuan ini, transistor dapat dimanfaatkan dalam dua
moda, yaitu moda nonlinier dan moda linier. Moda nonlinier contohnya
adalah pemanfaatan transistor sebagai saklar elektronik, sedangkan
moda linier adalah transistor sebagai penguat (amplifier). Dalam
penerapannya sebagai amplifier, terdapat beberapa jenis konfigurasi
amplifier. Dalam halaman ini, akan dibahas tiga buah konfigurasi
amplifier, yaitu amplifier kelas A, Kelas B dan kelas C. Kelas dari
amplifier ini dibedakan berdasarkan letak titik beban dari kerja
transistor. Titik beban ini berada dalam garis beban seperti yang terlihat
dalam Gambar 2, dengan menganggap rangkaian transistornya adalah
dalam konfigurasi common emitter (seperti dalam Gambar 1).
Page 5 of 17

Transistor pada rangkaian di Gambar 1, akan memiliki titik kerja di


antara titik A dan B, sepanjang garis beban. Titik A adalah daerah kerja
ketika transistor mengalami kejenuhan, sedangkan titik B adalah ketika
transistor cut-off.
Page 6 of 17

1. PENGUAT KELAS A

Titik beban transistor pada penguat kelas A diletakkan di antara titik


A dan B, biasanya untuk menghasilkan kinerja yang baik maka titik
beban diletakkan tepat di tengah-tengah garis beban. Hal ini memiliki
maksud agar sinyal keluaran akan memiliki bentuk sinyal yang simetri
antara siklus negatif dan positif. Supaya diperoleh titik beban yang
tepat ditengah, maka VCE dirancang supaya sama besar dengan
VCC/2. Untuk menghasilkan ini, maka IB dirancang supaya
menghasilkan ICRC sama dengan VCC/2. Penguat kelas A dapat
diwujudkan dengan rangkaian seperti Gambar 3.

Ciri khas dari penguat kelas A, seluruh sinyal keluarannya bekerja


pada daerah aktif. Penguat tipe kelas A disebut sebagai penguat yang
memiliki tingkat fidelitas yang tinggi. Asalkan sinyal masih bekerja di
daerah aktif, bentuk sinyal keluarannya akan sama persis dengan sinyal
input. Namun penguat kelas A ini memiliki efisiensi yang rendah kira-
Page 7 of 17

kira hanya 25% - 50%. Ini tidak lain karena titik Q yang ada pada titik
A, sehingga walaupun tidak ada sinyal input (atau ketika sinyal input =
0 Vac) transistor tetap bekerja pada daerah aktif dengan arus bias
konstan.

Transistor selalu aktif (ON) sehingga sebagian besar dari sumber


catu daya terbuang menjadi panas. Karena ini juga transistor penguat
kelas A perlu ditambah dengan pendingin ekstra seperti heatsink yang
lebih besar.

Gambar rangkaian dan sinyal:

Analisa rangkaian :

C1 pada rangkaian tersebut


digunakan sebagai kapasitor
coupling. Fungsinya untuk
membatasi arus DC yang akan
memasuki rangkaian ini.Rb1
dan Rb2 digunakan sebagai
penghasil Vb. Pada penguat
kelas A, Vb yang dihasilkan
harus > 0,7 V (yaitu Vbe). Rc
(Lc) digunakan untuk
menghasilkan Vce. Re
Page 8 of 17

digunakan untuk menstabilkan untuk mem bypass atau


suhu transistor. Ce digunakan menghilangkan arus AC.

Karakteristik Penguat kelas A :

 η = 25%, 75% panas. Sehingga pada penguat kelas perlu


ditambahkan pembuang panas seperti heatsink atau dengan
menambahkan resistor di kaki emitter. Namun jika menggunakan Re,
penguat kelas A tidak cocok digunakan pada penguatan berpower
besar.
 Cocok digunakan untuk modulasi amplitude:AM, ASK, QAM.
 Linearitas paling bagus.
 Terjadi perbedaan fasa 180 derajat.
 Cocok digunakan pada penguatan berdaya kecil.
Page 9 of 17

2. PENGUAT KELAS B

Penguat ini diwujudkan dengan merangkai sepasang transistor


komplemen seperti pada Gambar 4. Berbeda dengan penguat kelas A,
titik beban transistor penguat kelas B diletakkan pad titik B (titik cut-
off). Dengan kondisi seperti ini, maka ketika tidak ada sinyal masukan,
maka transistor tidak mengkonsumsi arus listrik. Penguat jenis ini
dikenal juga sebagai penguat push-pull karena kerja dari pasangan
transistor adalah bergantian. Penguat ini diterapkan sebagai penguat
akhir, atau penguat sinyal besar. Ketika Vin berada dalam fasa positif
maka hanya transistor NPN yang ON, sedangkan ketika sinyal Vin
berada dalam fasa negatif maka hanya transistor PNP yang ON. Akan
tetapi karena bias tegangan transistor berasal dari sinyal Vin, maka
sinyal ini akan terpotong oleh tegangan VBE, sehingga sinyal
keluarannya akan mengalami kecacatan (distorsi).
Page 10 of 17

C2 dan C3 pada rangkaian


tersebut digunakan sebagai
kapasitor coupling.
Fungsinya untuk membatasi
arus DC yang akan memasuki
dan keluar rangkaian
ini.Rb1 dan Rb2 digunakan
sebagai penghasil Vb. Pada
penguat kelas B, Vb
yang dihasilkan harus = 0,7 V
(yaitu Vbe). R3 (Lc) digunakan
untuk menghasilkan Vce.

Analisa rangkaian :

Kelas B merupakan amplifier yang memperkuat setengah dari


siklus gelombang masukan, sehingga menciptakan sejumlah besar
distorsi, namun efisiensi mereka sangat meningkat dan jauh lebih baik
daripada kelas A. Kelas B memiliki efisiensi
teoritis maksimum 78,5% (yaitu, π / 4 ).
kelas B jarang ditemukan dalam praktek, meskipun telah digunakan
untuk mendorong loudspeaker pada awal IBM Personal Komputer
dengan berbunyi 'bip', dan dapat digunakan dalam power amplifier RF
Ddimana tingkAdistorsi yangkurang penting.
Page 11 of 17

Karakteristik Penguat kelas B :

 η = (50 - 70)%.
 Ada pemotongan sinyal 1800 .
 Untuk mengatasi pemotongan sinyal maka penguat B dibuat "push
pull".
 Cocok digunakan pada penguatan berdaya besar.

3. PENGUAT KELAS AB

Penguat kelas AB merupakan penggabungan dari penguat kelas


A dan B. Penguat kelas AB diperoleh dengan sedikit menggeser
titik kerja transistor sehingga distorsi cross over dapat
diminimalkan. Titk kerja transistor tidak lagi di garis cut-off
namun berada sedikit diatasnya.
Page 12 of 17

Gambar penguat sinyal AB

Penguat AB merupakan kompromi antar efisiensi dari fidelitas


penguat. Dalam aplikasinya penguat kelas AB banyak menjadi pilihan
sebagai penguat audio.

4. PENGUAT KELAS C

Kalau penguat kelas B perlu 2 transistor untuk bekerja dengan baik,


maka ada penguat yang disebut kelas C yang hanya perlu 1 transistor.
Ada beberapa aplikasi yang memang hanya memerlukan 1 phase positif
saja. Contohnya adalah pendeteksi dan penguat frekuensi pilot,
rangkaian penguat tuner RF dan sebagainya. Transistor penguat kelas
C bekerja aktif hanya pada phase positif saja, bahkan jika perlu cukup
sempit hanya pada puncak-puncaknya saja dikuatkan. Sisa sinyalnya
bisa direplika oleh rangkaian resonansi L dan C. Tipikal dari rangkaian
penguat kelas C adalah seperti pada gambar 5 di atas. Rangkaian
Page 13 of 17

tersebut juga tidak perlu dibuatkan bias, karena transistor memang


sengaja dibuat bekerja pada daerah saturasi. Rangkaian L C pada
rangkaian tersebut akan ber-resonansi dan ikut berperan penting dalam
me-replika kembali sinyal input menjadi sinyal output dengan
frekuensi yang sama. Rangkaian ini jika diberi umpanbalik dapat
menjadi rangkaian osilator RF yang sering digunakan pada pemancar.
Penguat kelas C memiliki efisiensi yang tinggi bahkan sampai 100%,
namun tingkat fidelitasnya memang lebih rendah. Tetapi sebenarnya
fidelitas yang tinggi bukan menjadi tujuan dari penguat jenis ini.

Gambar sinyal dan penjelasan:


Page 14 of 17

Karakteristik Penguat kelas C :

 Efisiensi : η = 85%, 15% panas


 Linieritas paling jelek
 Ada pemotongan sinyal >180o

Penguat kelas C mirip dengan penguat kelas B, yaitu titik kerjanya


berada di daerah cut-off transistor. Bedanya adalah penguat kelas C
hanya perlu satu transistor untuk bekerja normal tidak seperti kelas B
yang harus menggunakan dua transistor (sistem push-pull). Hal ini
karena penguat kelas C khusus dipakai untuk menguatkan sinyal pada
satu sisi atau bahkan hanya puncak-puncak sinyal saja.

Penguat kelas C tidak memerlukan fidelitas, yang dibutuhkan


adalah frekuensi kerja sinyal sehingga tidak memperhatikan bentuk
sinyal. Penguat kelas C dipakai pada penguat frekuensi tinggi. Pada
penguat kelas C sering ditambahkan sebuah rangkaian resonator LC
untuk membantu kerja penguat.
Page 15 of 17

5. PENGUAT SINYAL BESAR

adalah sebuah penguat elektronik yang menggunakan


pensakelaran transistor sebagai metoda utama untuk memberikan daya
keluaran, tidak seperti penguat linier kelas-A, kelas-B, ataupun kelas-
AB yang menggunakan resistansi aktif dari transistor. Oleh karena itu,
penguat ini memiliki efisiensi daya yang lebih tinggi, dengan hasil
tambahan berupa pengurangan benaman bahang yang dibutuhkan.
Filter LC lulus bawah menghaluskan pulsa-pulsa keluaran pada beban.

6. PENGUAT SINYAL BERTINGKAT

Penguat bertingkat merupakan penguat yang terdiri dari


beberapa tahap penguat didalamnya. Kinerja yang didapat dari
penguat 1 tahap seringkali kurang,
sehingga beberapa penguat digabung menjadi satu. Penguat berti
ngkat memiliki banyakkegunaan, seperti pada amplifier alat
musik, ECG EEG, MRI, radar dan lain-lain.Beberapa jenis
penguat yang ada, sebagai berikut:
Page 16 of 17

1. Cascade Amplifier

Cascade amplifier atau penguat kaskade, merupakan penguat


bertingkat denganoutput dari suatu tahap menjadi input tahap lainnya.
Dalam konfigurasi cascadefaktor penguatan total (total gain) adalah
hasil perkalian dari gain tiap-tiap tingkat penguat.Seperti pada gambar
di atas, ini adalah contoh dari cascade amplifier, di manaoutput dari
Q1 menjadi input dari Q2. Cascade amplifier memiliki sifat Rin
tinggi,Rout rendah dan Gain tinggi.

2. Cascode Amplifier

Cascode amplifier atau penguat kaskode merupakan penguat 2 tahap,


di manatahap pertama adalah penguat common-emitter yang
mengendalikan tahap kedua,yaitu penguat common-base.

Keuntungan dasar dari rangkaian ini adalah gain dapat disediakan


untuk beban RLdengan nilai yang besar pada rentang frekuensi yang
lebar. Rin yang rendahmembantu dalam mode frekuensi tinggi. Beban
RL yang besar dapat diakomodasikarena Rout dari penguat common-
base lebih besar dari penguat common-emitter.

3. Penguat Darlington

Penguat darlington merupakan penguat yang terdiri dari dua


transistor bipolar dimana arus yang dikuatkan oleh transistor pertama,
Page 17 of 17

dikuatkan lagi oleh transistorkedua.Keuntungan dalam penguat ini


adalah arus input yang kecil dan Rin yang besaryang dihasilkan.
Penguatan yang dihasilkan maksimal adalah hQ1*hQ2 bila hQ1
danhQ2 cukup besar (ratusan). Kekurangannya adalah penurunan
kinerja pada frekuensitinggi dan memerlukan VBE yang lebih tinggi
untuk dapat bekerja.

SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai