Anda di halaman 1dari 12

INSAN Vol. 8 No.

2, Agustus 2006 Tri Kurniati Ambarini

ini juga tidak menyenangkan bagi anak yang


Penerimaan Keluarga Terhadap Individu lebih muda karena ia merasa bahwa dia 1. Usia Prasekolah
yang Mengalami Keterbelakangan Mental adalah anak tertua. Apa yang secara historis (Sebelum usia 5 tahun)
salah akan terlihat benar dalam peran yang Anak-anak pada kelompok usia ini
Wiwin Hendriani dimainkan anak dalam keluarga. Bila orang belum mampu mengemukakan perasaan
Ratih Handariyati tua sensitif akan hal ini, mereka dapat mereka mengenai sesuatu, karena itu ada
Tirta Malia Sakti membantu anak mereka untuk mengerti. kemungkinan mereka akan menunjukkan
Anak “normal” yang lebih muda kehilangan perasaan mereka melalui tingkah laku.
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga
teman bermain yang “normal” dan model Mereka tidak akan mampu memahami
peran (role model) dan hal ini bukanlah sesuatu kebutuhan khusus saudara sekandung yang
yang mudah dipahami oleh anak. Karena menyandang autisme, tetapi mereka akan
ABSTRACT autisme, sulit bagi anak yang lebih muda memperhatikan perbedaan-perbedaan
untuk menjalin hubungan yang memuaskan tersebut dan berusaha mengajari saudara
The aim of this study is to explore the family acceptance to the son/daughter who is mentally
dengan kakak laki-laki atau perempuannya mereka. Anak-anak pada usia ini memiliki
retarded, as a step to help the optimalization process of exceptional children and youth’s
yang memiliki gangguan. Misalnya, anak yang kemungkinan untuk menyenangi saudara
development. The qualitative method is used here with three families as research subjects. Each
lebih muda yang ingin bermain dengan sekandung mereka karena mereka belum
family has one mentally retarded child while the others children are normal. Many informa-
saudaranya mungkin menjadi kesal karena belajar untuk menjadi judgemental, dan
tions of these families are taken by an interview procedure with five people being as informans.
diabaikan oleh saudaranya, ataupun karena perasaan mereka terhadap saudara autis
The informans are the person who understand to all condition of subject. They are consist of
saudaranya yang tidak bisa bermain, ataupun mereka akan sama selayaknya dengan
parents, sibling, step sibling, and relative who lives with the family. The result of this research
ia menghentikan permainan karena tantrum saudara sekandung yang normal.
show that among three cases of family, only one of them which trully accept the mentally
saudaranya yang menakutkan (Naseef,
retarded child. The acceptance in this research is related to several factors, such as: (1) Inter-
2003). 2. Usia Sekolah Dasar
action between family member; (2) The presence of information of child condition since prena-
Ketika orang tua mempunyai anak (Usia 6-12 tahun)
tal periode; (3) Level of understanding of mental retardation; (4) The readiness to face child
kedua yang “normal”, mereka biasanya Anak-anak pada usia ini mulai
condition which is different from normal one; and (5) Perception about person who is mentally
menjadi cemas akan kesehatan berkenalan dengan dunia luar dan mulai
retarded. This result also show that there are several variations of family reaction to the
perkembangan anaknya tersebut. Ketika sangat menyadari adanya perbedaan antara
mentally retarded child.
saudara sekandung yang normal terlihat satu manusia dengan yang lainnya. Mereka
mirip dengan saudara sekandung yang mampu memahami definisi dan penjelasan
dapat ditemui di berbagai tempat, dengan memiliki kekurangan (disability), maka mengenai kebutuhan khusus saudara
Keywords: karakteristik penderitanya yang memiliki terdapat rasa malu dan rasa takut bahwa sekandung mereka dengan catatan semua
family acceptance, mental retardation tingkat kecerdasan di bawah rata-rata (IQ ada sesuatu yang salah atau bahkan sesuatu definisi dan penjelasan tersebut disajikan
di bawah 75), dan mengalami kesulitan telah dipindahkan ke anak mereka. dalam istilah yang dapat mereka pahami.
dalam beradaptasi maupun melakukan Mereka mungkin akan mengkhawatirkan
Tidak semua individu dilahirkan dalam berbagai aktivitas sosial di lingkungan. Karakteristik Saudara Sekandung bahwa gangguan autisme tersebut menular.
keadaan normal. Beberapa di antaranya Penderita keterbelakangan mental memiliki dari Anak Autis Mereka mungkin akan mulai mencurigai ada
memiliki keterbatasan baik secara fisik fungsi intelektual umum yang secara Deskripsi karakteristik saudara yang salah dalam diri mereka juga. Mereka
maupun psikis, yang telah dialami sejak awal signifikan berada di bawah rata-rata, dan sekandung dari anak autis seperti yang juga akan mengalami rasa bersalah karena
masa perkembangan. Keterbelakangan men- lebih lanjut kondisi tersebut akan berkaitan terdapat dalam Schubert (1996) adalah menyimpan pikiran dan perasaan negatif
tal adalah salah satu bentuk gangguan yang serta memberikan pengaruh terhadap sebagai berikut : tentang saudara sekandung mereka, sekaligus

100 ©INSAN
2006,Vol. 8 No. Psikologi
Fakultas 2, Agustus 2006
Universitas Airlangga INSAN Vol. 8 No. 2, Agustus 2006
121
Saudara Sekandung dari Anak Autis dan Peran Mereka dalam Terapi Wiwin Hendriani, Ratih Handariyati, & Tirta Malia Sakti

Saudara sekandung dari anak autis dalam Meyer & Vadasy, 1996). Mereka juga terjadinya gangguan perilaku selama periode individu lain di sekitar tempat tinggalnya,
mengalami banyak pengaruh positif dari merasa bersalah karena menyangka dirinya perkembangan (Hallahan & Kauffman, namun beberapa bahkan tidak diterima
pengalaman hidup bersama-sama dengan menjadi penyebab kelainan autisme pada 1988). Prevalensi penderita keterbelakangan dalam keluarganya sendiri. Beragam
seorang penyandang autis. Mereka memiliki adik atau kakak mereka dan bertanya mental di Indonesia saat ini diperkirakan perlakuan pun dirasakan oleh mereka. Mulai
pengertian yang mendalam terhadap kondisi mengapa tidak dirinya saja yang mengalami telah mencapai satu sampai dengan tiga dari penghindaran secara halus, penolakan
manusia. Mereka juga memperlihatkan kelainan autisme (Koch-Hattem, 1986, persen dari jumlah penduduk seluruhnya secara langsung, sampai dengan sikap-sikap
kedewasaan dalam menangani situasi yang Meyer & Vadasy, 1996). Coleman (1990, (“Retadrasi mental”, 2004), dan jumlah dan perlakuan yang cenderung kurang
berhubungan dengan anak autis seperti bila Meyer & Vadasy, 1996) menemukan mereka tersebut dimungkinkan akan terus manusiawi. Padahal apa yang sebenarnya
ayah-ibu lebih memperhatikan anak autis juga merasakan tekanan untuk berprestasi bertambah dari tahun ke tahun. terjadi dalam diri mereka hanyalah hambatan
bukan berarti orang tua mereka pilih kasih dalam bidang akademik, olahraga atau Masalah keterbelakangan mental, pada perkembangan intelektualnya (Werner,
tetapi karena kondisi anak autis memang perilaku. Tetapi walaupun saudara seperti dikemukakan oleh Budhiman (dalam 1987).
membutuhkan perhatian ekstra. Selain itu sekandung mendapat pengaruh negatif dari Sembiring, 2002), memang perlu Anak dan remaja yang mengalami
mereka juga menunjukkan kebanggaan dan hidup bersama dengan anak autis, mendapatkan perhatian mengingat sejumlah retardasi mental tetap memiliki kemampuan
keloyalan terhadap segala kemampuan yang ditemukan bahwa saudara sekandung dari tulisan sejak periode 1981 telah lain yang masih dapat dikembangkan dan
dimiliki anak autis ini. Mereka berpikir anak autis tidak memiliki lebih banyak mengemukakan bahwa keterbelakangan dioptimalkan untuk membantunya
menjadi penyandang autisme tidak masalah dalam penyesuaian diri atau retardasi mental merupakan masalah beraktivitas seperti orang normal, dan
menghalangi seorang anak untuk mencapai dibandingkan anak normal (Berkell, 1994, yang cukup besar di Indonesia, meskipun memberikan peran tertentu di masyarakat
suatu prestasi. Mereka juga memiliki dalam Meyer & Vadasy, 1996). tetap diakui tidak ada data yang lengkap dan meskipun terbatas. Individu yang mengalami
penghargaan dan rasa syukur yang Ketidakmampuan (disability) dapat pasti tentang jumlah mereka di negara ini. keterbelakangan mental masih dapat
mendalam terhadap kesehatan yang mereka meng ganggu hal-hal normal dalam Ketidaklengkapan data tersebut mempelajari berbagai ketrampilan hidup
miliki (Meyer & Vadasy, 1996). kehidupan keluarga dari saudara laki-laki atau dimungkinkan karena tidak semua penderita apabila orang-orang di sekitarnya
Pengaruh negatif juga dialami oleh saudara perempuan. Contohnya seorang dapat tercatat. Selama ini pencatatan sebatas memberikan kesempatan dan dukungan
saudara sekandung. Mereka biasanya anak berusia 3 tahun memanggil kakaknya dilakukan pada penderita yang datang yang dibutuhkan. Hal ini sejalan dengan
merasakan marah dan jengkel karena yang berusia 6 tahun yang menderita autisme berobat atau memeriksakan diri, serta pernyataan Ismed Yusuf (dalam Sembiring,
memiliki saudara sekandung yang berbeda dengan sebutan “bayi”. Dalam kasus ini, mereka yang terdaftar di sekolah luar biasa. 2002) bahwa masih ada bagian intelektual
dari anak normal lainnya. Hal ini juga anak yang lebih muda berfungsi atau Terlepas dari bagaimanapun kondisi anak dengan keterbelakangan mental yang
disebabkan karena mereka tidak mengerti berperan pada level yang lebih tinggi yang dialami, pada dasarnya setiap manusia dapat dikembangkan dengan suatu tindakan
mengapa anak autis ini melakukan perilaku daripada kakaknya dan cara dia melihat memiliki hak yang sama untuk memperoleh atau penanganan khusus. Penanganan khusus
yang menakutkan seperti melukai diri sendiri sesuatu berdasarkan atas kenyataan yang ada. kebahagiaan dalam hidupnya. Setiap orang yang dimaksud ditujukan untuk
atau menyerang orang lain, atau perilaku Dia memerlukan pemahaman dan berhak untuk tumbuh dan berkembang mengembangkan kemampuan intelektual-
yang merugikan seperti menghancurkan perspektifnya perlu diganti. dalam lingkungan yang kondusif dan nya agar dapat mencapai kemampuan
mainan mereka, atau mengapa anak autis Ketidakmampuan (disability) mengganggu suportif, ter masuk bagi mereka yang adaptasi yang juga optimal.
ini tidak mau diajak bermain. Perasaan urutan yang alami. Walaupun orang tua telah mengalami keterbelakangan mental. Akan Keluarga dalam hal ini adalah
negatif lain yang mereka rasakan adalah iri menjelaskan mengenai ketidakmampuan tetapi realita yang terjadi tidaklah selalu lingkungan terdekat dan utama dalam
karena anak autis ini menjadi pusat perhatian, tersebut, anak tetap memanggil kakaknya demikian. Di banyak tempat, baik secara kehidupan mereka. Heward (2003)
dimanjakan, dilindungi berlebihan dan dengan sebutan bayi. Hal ini akan berhenti langsung maupun tidak, individu menyatakan bahwa efektivitas berbagai
diizinkan untuk berprilaku yang apabila oleh ketika anak yang lebih muda berkebutuhan khusus ini cenderung program penanganan dan peningkatan
anggota keluarga lain tidak diperbolehkan mengembangkan kapasitas intelektual untuk “disisihkan” dari lingkungannya. Penolakan kemampuan hidup anak dan remaja yang
(Podeanu-Czehotski, 1975; Bendor, 1990, memahami konsep abstrak yang ada. Hal terhadap mereka tidak hanya dilakukan oleh mengalami keterbelakangan mental akan

120 INSAN Vol. 8 No. 2, Agustus 2006 INSAN Vol. 8 No. 2, Agustus 2006
101
Penerimaan Keluarga Terhadap Individu Yang Mengalami Keterbelakangan Mental Tri Kurniati Ambarini

sangat tergantung pada peran serta dan juga akan menjelaskan tentang bagaimana sekandung mereka dibandingkan anak khususnya pada anak-anak yang lebih muda
dukungan penuh dari keluarga, sebab pada pola sebuah keluarga untuk dapat perempuan. Anak laki-laki kadang-kadang (Buhrmeister & Furman, 1987;
dasarnya keberhasilan program tersebut menyesuaikan diri dengan keberadaan menghadapi sendiri krisis yang terjadi dalam Hetherington, 1988; Hetherington &
bukan hanya merupakan tanggung jawab individu yang berbeda tersebut. keluarga, sedangkan saudara sekandung Clingempeel, 1992; Patterson, 1982;
dari lembaga pendidikan yang terkait saja. Dengan hasil yang diperoleh, peneliti perempuan menjadi saling melindungi. Richman, Graham, & Stevenson, 1982,
Di samping itu, dukungan dan penerimaan berharap bahwa nantinya akan memperoleh Hubungan saudara sekandung berubah dalam Minnett, Vandell & Santrock, 1983).
dari setiap ang gota keluarga akan gambaran yang nyata tentang sikap sosial sejalan dengan bertambahnya usia. Ketika
memberikan “energi” dan kepercayaan dalam masyarakat terhadap individu yang dewasa, kecemburuan pada saudara (sibling Saudara Sekandung
dalam diri anak dan remaja yang terbelakang mengalami keterbelakangan mental. Hal rivalry) dan pertentangan akan hilang dan dari Anak Autis
mental untuk lebih berusaha meningkatkan tersebut kemudian akan dijadikan dasar kedekatan khusus akan muncul di antara Ikatan antara saudara laki-laki dan
setiap kemampuan yang dimiliki, sehingga untuk merancang suatu langkah dalam saudara sekandung, dimana saudara saudara perempuan merupakan ikatan
hal ini akan membantunya untuk dapat membantu mengoptimalisasikan sekandung berperan sebagai seseorang yang terpanjang yang pernah ada dan pengalaman
hidup mandiri, lepas dari ketergantungan perkembangan individu yang memiliki paling dipercaya dan sumber dari dukungan tersebut mempengaruhi perkembangan
pada bantuan orang lain. Sebaliknya, kebutuhan khusus, terutama dengan emosional. Saudara sekandung juga lebih sepanjang hidup. Seorang anak dengan
penolakan yang diterima dari orang-orang menciptakan lingkungan keluarga yang terbuka antara satu sama lain dalam ketidakmampuan akan meng gang gu
terdekat dalam keluarganya akan membuat kondusif dan penuh dukungan yang membicarakan hal-hal yang berkaitan harapan dan impian dari orang tua dan
mereka semakin rendah diri dan menarik dibutuhkan bagi kelancaran proses belajar dengan hubungan antar teman, masalah mempengaruhi kehidupan anak lain di
diri dari lingkungan, selalu diliputi oleh dan aktivitas sosial mereka. sosial, dan mengenai perasaan serta kegiatan dalam keluarga. Hidup berdekatan dengan
ketakutan ketika berhadapan dengan orang seksual dibandingkan kepada teman atau saudara sekandung penyandang autisme
lain maupun untuk melakukan sesuatu, dan METODE PENELITIAN orang tua (Cicirelli, 1976, dalam Minnett, dapat menjadi sesuatu yang rewarding
pada akhirnya mereka benar-benar menjadi Vandell & Santrock, 1983). Saudara maupun sesuatu yang memicu stress (Berkell,
orang yang tidak dapat berfungsi secara Penelitian ini adalah penelitian kualitatif sekandung perempuan kadang menjadi 1994, dalam Hapsari, 2001). Dalam
sosial serta tergantung pada orang lain, yang menggunakan metode studi kasus. lebih lebih dekat sepanjang kehidupan. penelitiannya Galagher dan Powell (Berkell,
termasuk dalam merawat diri sendiri. Studi kasus merupakan sebuah metode Hal yang telah dipelajari di dalam 1994, dalam Hapsari, 2001)
Terdapat dua kemungkinan sikap yang penelitian yang timbul dari keinginan untuk hubungan antar saudara sekandung dapat menggambarkan hubungan antara saudara
akan dimunculkan oleh anggota keluarga dapat memahami berbagai fenomena sosial dibawa ke dalam situasi di luar keluarga, sekandung dengan anak autis sebagai suatu
terhadap individu yang terbelakang mental, yang bersifat kompleks, dalam konteks seperti ketika berinteraksi dengan teman dan kontinuum dengan hasil positif dan negatif
yaitu menerima atau menolak. Secara kehidupan yang sebenarnya (Yin, 1994). guru (Buhrmeister & Furman, 1987, dalam pada masing-masing ujungnya. Perasaan
normatif, sebagian besar orang tentunya Subjek penelitian terdiri dari 3 keluarga Minnett, Vandell & Santrock, 1983). Karena yang dialami oleh saudara sekandung
menyatakan telah menerima keberadaan dengan anak yang mengalami saudara sekandung jarang digunakan terhadap anak autis bukan merupakan
mereka, sebab bagaimanapun mereka telah keterbelakangan mental, dari taraf ringan sebagai sasaran agresifitas dibanding orang sesuatu yang statis tetapi berubah-ubah. Di
ditakdirkan menjadi bagian dari keluarga. hingga berat. Berbagai data tentang ketiga tua, hubungan saudara sekandung dapat satu waktu ia memiliki hubungan yang
Namun pada kenyataannya, respon keluarga tersebut diperoleh dari wawancara menghadirkan keadaan yang penting dalam positif dan menyenangkan dengan anak
“penerimaan” masing-masing individu terhadap lima orang informan, yaitu mereka melatih perilaku agresif dan hubungan autis. Di lain waktu ia merasakan marah dan
tidaklah selalu sama. Respon inilah yang yang dipandang memahami kondisi dan saudara sekandung yang berkonflik terkait tidak mengerti akan tingkah laku anak autis
nantinya akan menjelaskan apakah mereka berbagai hal yang ada pada masing-masing dengan perkembangan perilaku antisosial tersebut. Anak normal dan anak autis yang
telah benar-benar menerima atau keluarga dengan baik. Kelimanya meliputi pada anak-anak. Bagaimanapun juga bersaudara sekandung akan banyak
sebenarnya melakukan penolakan dengan orangtua, saudara kandung, saudara angkat, hubungan yang suportif dapat berkaitan mempengaruhi satu sama lain.
cara-cara dan perlakukan tertentu. Hal ini dan kerabat yang tinggal bersama dengan dengan peningkatan keterampilan sosial

102 INSAN Vol. 8 No. 2, Agustus 2006 INSAN Vol. 8 No. 2, Agustus 2006
119
Saudara Sekandung dari Anak Autis dan Peran Mereka dalam Terapi Wiwin Hendriani, Ratih Handariyati, & Tirta Malia Sakti

belakangan. Sebaliknya, orang tua lebih sebagai sumber utama mereka dalam proses individu terbelakang mental dalam dapat mengambil peran untuk ikut
konsisten dan santai dalam menerapkan belajar sosial (social learning) di dalam keluarganya tersebut. Adapun pengumpulan membiayai kebutuhan keluarga seperti
disiplin pada anak yang lahir belakangan, hal keluarga, sedangkan anak yang lebih muda data dalam penelitian ini dilakukan dengan saudara-saudaranya yang lain, sehingga
ini mungkin dikarenakan rasa percaya diri menggunakan orang tua dan saudara metode wawancara, yaitu aktivitas “seolah-olah” ia menjadi tidak berguna.
yang tumbuh dari pengalaman mengasuh sekandung sebagai model dan guru (Sum- percakapan atau tanya jawab yang diarahkan Anggota keluarga H kemudian memandang
anak. mers, 1987, dalam Minnett, Vandell & untuk mencapai tujuan tertentu bahwa keberadaan H akan lebih berguna
Santrock, 1983). Saudara sekandung yang (Poerwandari, 1998). apabila dapat “diberdayakan” seperti
c. Interaksi Saudara Sekandung lebih muda, bahkan bayi yang berusia 12 dengan mengerjakan tugas-tugas rumah
dan Birth Order bulan, biasanya melihat, mengikuti dan HASIL DAN PEMBAHASAN tangga. Adanya persepsi tersebut, disadari
Birth order berkaitan dengan munculnya meniru saudara sekandung mereka yang maupun tidak, menunjukkan bahwa
variasi dalam interaksi antara saudara lebih tua (Lamb, 1977; Samuels, 1977, Kasus pertama terdapat pada keluarga keluarga H sebenarnya tidak menerima
sekandung. Anak tertua biasanya diharapkan dalam Minnett, Vandell & Santrock, 1983). H. Ia merupakan penderita keterbelakangan kondisi H yang mengalami keterbelakangan
memegang tanggung jawab tertentu dan Saudara sekandung yang lebih tua mental ringan berjenis kelamin laki-laki. Ia mental, sehingga yang terjadi kemudian
mempunyai self-control terhadap saudara memainkan peranan yang penting dalam anak ke-2 dari 5 bersaudara. Sejak H kecil adalah munculnya berbagai sikap dan
sekandung yang lebih muda yang telah memfasilitasi anak yang lebih muda dalam orangtuanya tidak mengetahui bahwa H perlakuan yang kurang baik terhadap H,
menggantikan mereka. Ketika anak tertua menguasai keterampilan tertentu dalam mengalami keterbelakangan mental. Tidak yang tentu saja semakin memperbesar
merasa iri atau permusuhan, mereka akan lingkungan (Lamb, 1977; Pelper, Corter, & ada informasi yang diperoleh mengenai hambatan yang dialami dan tidak
dimarahi atau dihukum oleh orang tua Abramovitch, 1982, dalam Minnett, Vandell kemungkinan kondisi H setelah dilahirkan, mendukung agar perkembangannya berjalan
mereka, sebaliknya anak yang lebih muda & Santrock, 1983). Ketika seorang anak baik dari dokter maupun petugas kesehatan ke arah yang lebih optimal.
cenderung dilindungi dan dibela. Anak memasuki masa sekolah, peran anak yang yang merawat ibu selama kehamilan hingga Kasus kedua adalah pada keluarga D.
tertua lebih dominan, kompeten, dan pintar lebih tua dalam mengajar menjadi lebih for- setelah persalinan. Sehingga tentang segala Ia penderita keterbelakangan mental
mengganggu atau sebaliknya mengarahkan mal, 70% anak-anak melaporkan bahwa sesuatu yang terkait dengan keterbelakangan kategori sedang, berjenis kelamin
dan mengajar anak yang lebih muda. Anak mereka mendapatkan pertolongan dari mental sendiri, kedua orangtua H tidak perempuan, anak ke-2 dari 2 bersaudara.
yang lebih tua selain menunjukkan perilaku saudara sekandung dalam mengerjakan memiliki pengetahuan dan pemahaman yang Kedua orangtuanya telah bercerai sebelum
antagonistik, seperti memukul, menendang, pekerjaan rumah mereka, khususnya dari cukup. ia dilahirkan, dan karena tidak tahan dengan
dan menggigit, juga memperlihatkan kakak perempuan yang tampaknya lebih Kurangnya pemahaman ini pada beban hidup yang dialami, 2 minggu setelah
perilaku mengasuh terhadap saudara efektif sebagai instruktur akademik akhirnya menimbulkan ketidaksiapan bagi melahirkan ibu D pun pergi meninggalkan
sekandung yang lebih muda (Abramovitch, dibandingkan kakak laki-laki (Cicirelli, 1976, orangtua dan keluarga untuk menghadapi D yang masih bayi di tempat nenek,
Pelper & Corter, 1982; Abramovitch, dalam Minnett, Vandell & Santrock, 1983). kehadiran H dengan kondisinya yang sehingga sejak lahir D tinggal dan dirawat
Pelper, Corter & Stanhope, 1986; Berndt Saudara sekandung juga dapat berbeda. Sehingga begitu H lahir, mengalami oleh neneknya.
& Bulleit, 1985, dalam Marvin & Stewart, menjadi sumber dalam mengatasi stress begitu banyak keterlambatan dan Selama D dalam kandungan, baik ibu
1984). Agresivitas dan dominansi lebih yang dihadapi oleh anak-anak (Conger, 1992; kekurangmampuan dalam perkembangan- D maupun nenek tidak memiliki perhatian
sering terjadi pada hubungan antara saudara Hetherington, 1988; Hetherington & nya, orangtua dan anggota keluarga H yang yang cukup terhadap perkembangan
sekandung dengan jenis kelamin sama Clingempeel, 1992; MacKinnon, 1989, lain memiliki persepsi bahwa H adalah kandungannya, sehingga mereka tidak
dibandingkan pada hubungan antara dalam Minnett, Vandell & Santrock, 1983). seorang yang bodoh dan lemah secara sosial. mengetahui informasi tentang kondisi calon
saudara sekandung dengan jenis kelamin Anak-anak seringkali saling melindungi H dipandang tidak mampu melakukan anak yang akan dilahirkan serta tentang
berbeda (Minnett, Vandell & Santrock, dalam menghadapi stress ketika orang apa-apa, sehingga tidak memiliki kontribusi segala sesuatu yang terkait dengan
1983). dewasa tidak ada. Anak laki-laki lebih sedikit apapun terhadap keluarga. H yang tidak keterbelakangan mental. Karena hal tersebut,
Anak tertua terfokus pada orang tua dalam menerima dukungan dari saudara dapat bekerja seperti orang normal tidak mereka pun tidak siap menghadapi

118 INSAN Vol. 8 No. 2, Agustus 2006 INSAN Vol. 8 No. 2, Agustus 2006
103
Penerimaan Keluarga Terhadap Individu Yang Mengalami Keterbelakangan Mental Tri Kurniati Ambarini

Sebelum Kelahiran Setelah Kelahiran kemandirian yang tinggi, perilaku antisosial, 1984). Masalah ini terkait dengan
dan kenakalan, namun rendahnya self-esteem temperamen dari anak dan keadaan
dan prestasi akademik dari anak-anak yang emosional ibu. Pada anak yang ibunya
berasal dari keluarga besar (Blake, 1989; tertekan dan anak dengan temperamen yang
Tidak Persepsi: Tidak Wagner, dkk., 1985, dalam Hurlock, 2000). sulit, mempunyai kesukaran yang lebih tinggi
mengetahui H Anak yang menerima
informasi
z
kondisi H Pada keluarga dimana orang tua melindungi untuk menyesuaikan dengan perubahan
bodoh, tidak
tentang kondisi mampu bekerja secara berlebihan anak-anaknya akan situasi dalam keluarga (Brody, Stoneman, &
calon anak menumbuhkan ketergantungan yang Burke, 1987; Stocker, Dunn, &Plomin,
Ketidak- z H tidak memiliki
siapan kontribusi berlebihan, kurangnya rasa percaya diri dan 1989, dalam Marvin & Stewart, 1984). Hal
menghadapi terhadap keluarga frustasi. Pada keluarga kecil, orang tua ini tampaknya menyebabkan perubahan
Tidak memiliki kondisi H Sikap &
pengetahuan
z H akan lebih perlakuan mampu mencurahkan waktu dan perhatian yang besar dalam interaksi antara ibu dan
berguna dengan yang yang cukup pada tiap anak (Hurlock, 2000). anak. Ibu menjadi lebih negatif, memaksa
tentang
‘diberdayakan’ negatif
Keterbelakangan dan kaku serta kurang terlibat dalam interaksi
untuk terhadap H
Mental
mengerjakan b. Interaksi Orang tua-Anak bermain dengan anak pertama setelah anak
pekerjaan rumah
tangga
dan Birth Order kedua lahir (Dunn & Kendrick, 1980, 1982,
Dalam kasus dimana perbedaan terkait dalam Marvin & Stewart, 1984). Jika ibu
dengan birth order, biasanya mempengaruhi tetap memperhatikan kebutuhan anak tertua
Gambar 1. Alur Pola Penerimaan Keluarga H variasi dalam interaksi dengan orang tua dan dan mendiskusikan perasaannya mengenai
saudara sekandung terkait dengan anak yang lebih muda dengan anak tertua,
kehadiran anak yang memiliki kondisi hal ini pun diikuti oleh kerabat mereka yang pengalaman hidup unik yang ditemukan sibling rivalry tidak akan muncul (Bryant &
berbeda dari anak-anak lain yang normal. tinggal dalam rumah yang sama. oleh anak sesuai dengan posisi mereka dalam Crockenberg, 1980; Howe &Ross, 1990,
Setelah D lahir, nenek D yang memiliki Kasus ketiga terdapat pada keluarga keluarga. dalam Mar vin & Stewart, 1984).
karakter keras dihadapkan pada kenyataan N. N adalah seorang perempuan, anak ke- Anak tertua merupakan anak tunggal, Keterlibatan ayah dengan anak tertua juga
bahwa anaknya (ibu D) pergi meninggalkan 2 dari 3 bersaudara. Ia mengalami sampai dimana mereka diganggu dengan dapat mencegah munculnya perasaan iri dan
rumah dengan tiba-tiba, sehingga ia harus keterbelakangan mental kategori berat, yang kelahiran anak berikutnya, tidak harus perasaan digantikan terhadap saudara
merawat D seorang diri. D kemudian sekaligus menderita down syndrome. Ciri mon- membagi cinta dan perhatian orang tua sekandung yang lebih muda.
tumbuh berbeda dari anak-anak lain pada goloid sangat terlihat pada wajahnya. N lahir mereka dengan saudara sekandung lain. Orang tua lebih terlibat dalam aktivitas
umumnya. Hingga umur 3 tahun ia masih dan dibesarkan dalam keluarga yang antar Besarnya gangguan yang dirasakan oleh yang dilakukan oleh anak pertama
belum dapat berbicara maupun berjalan. anggotanya dapat berkomunikasi dengan anak pertama tergantung dengan reaksi yang dibandingkan anak kedua. Mereka
Melihat hal tersebut dan karena ia juga terbuka, saling peduli satu sama lain dan ditunjukkan oleh orang tua. Kelahiran bayi mempunyai ekspektasi yang lebih pada anak
mendengar masyarakat di sekitarnya banyak memiliki hubungan yang harmonis. baru biasanya menurunkan interaksi antara pertama dan tekanan yang lebih untuk
beranggapan bahwa anak dengan kelainan Pola penerimaan yang terdapat pada pasangan suami istri dan antara ibu dengan mendapatkan keberhasilan dan menjalankan
adalah aib dalam keluarga, maka lambat laun keluarga N telah muncul sejak sebelum N anak tertua (Dunn, 1983; Taylor & Kogan, tanggung jawab (Baskett, 1985; Cushna,
nenek D menganggap keberadaan D yang lahir. Berdasarkan hasil konsultasi yang secara 1973, dalam Marvin & Stewart, 1984). 1996; Hilton, 1967; Lasko, 1954; Rothbart,
“tidak normal” hanya merepotkan dan rutin dilakukan dengan dokter yang Berkaitan dengan kelahiran saudara 1971, dalam Marvin & Stewart, 1984).
menjadi aib yang memalukan bagi merawat kehamilan ibu N, kedua orangtua sekandung, banyak anak pertama, Orang tua juga menerapkan disiplin yang
keluarganya. Sikapnya yang tidak menerima N telah mendapatkan informasi bahwa khususnya anak laki-laki, menunjukkan lebih ketat pada anak pertama. Hukuman
kondisi D kemudian ditunjukkan melalui kondisi calon anak yang ada dalam masalah emosional dan perilaku (Nadelman fisik juga lebih sering diterima oleh anak
berbagai perlakuan negatif terhadap D, dan kandungannya berbeda dari anak-anak lain & Begun, 1982, dalam Marvin & Stewart, pertama daripada anak yang lahir

104 INSAN Vol. 8 No. 2, Agustus 2006 INSAN Vol. 8 No. 2, Agustus 2006
117
Saudara Sekandung dari Anak Autis dan Peran Mereka dalam Terapi Wiwin Hendriani, Ratih Handariyati, & Tirta Malia Sakti

sekandung dalam mendorong keberhasilan Sejalan dengan semakin besar ukuran Sebelum Kelahiran Setelah Kelahiran
dari terapi yang dijalankan bagi anak autis. keluarga, kesempatan untuk interaksi yang
Pelaksanaan terapi di rumah turut ekstensif antara orang tua dan anak semakin
memberikan pengaruh bagi saudara menurun, tetapi kesempatan untuk interaksi Persepsi
Keberadaan D
sekandung. Pelaksanaan terapi di rumah yang bervariasi antara saudara sekandung Tidak merepotkan
mengetahui Karakter nenek
akan lebih menyita perhatian seluruh semakin luas. Perilaku orang tua dalam informasi yang keras dan memalu-
kan bagi
keluarga, khususnya orang tua, untuk anak pengasuhan dan lingkungan dimana anak tentang kondisi keluarga
autis. Saudara sekandung akan lebih sulit dibesarkan akan berubah sejalan dengan calon anak
Ketidak-
untuk mendapatkan perhatian orang tua. Hal semakin bertambahnya jumlah anak di siapan
menghadapi Pandangan Tidak
ini dapat mempengaruhi perilaku dari dalam keluarga. Orang tua menjadi semakin menerima
Tidak memiliki kondisi D Masyarakat:
saudara sekandung dan tentu saja perilaku merasa tidak puas dengan hubungan pengetahuan Anak dengan kondisi D
dari saudara sekandung dapat perkawinan mereka dan peran orang tua tentang kelainan
mempengaruhi proses pelaksanaan terapi. mereka sejalan dengan semakin besarnya Keterbelakangan adalah aib
Mental dalam keluarga Sikap dan
keluarga (Hapsari, 2001). Dengan jumlah perlakuan
Saudara Sekandung anak yang banyak, khususnya keluarga yang ‘negatif’
terhadap D
Menurut definisi dari ensiklopedi dengan lebih dari 6 orang anak, peran
psikologi, hubungan saudara sekandung (sib- keluarga menjadi lebih jelas, tugas-tugas
ling) adalah hubungan yang non-volunter dan sehari-hari diberikan dan disiplin lebih Gambar 2. Alur Pola Penerimaan Keluarga D
terdiri dari saudara laki-laki atau saudara otoriter dan keras, khususnya dalam hal
perempuan (T.I Moon, dalam Corsini, kontrol ibu terhadap anak perempuannya. yang normal. Dikatakan oleh dokter, pada anak adalah titipan Tuhan. Setiap orangtua
1984). Hubungan saudara sekandung Keluarga kecil adalah keluarga yang terdiri calon anak tersebut telah terjadi kelainan yang mendapatkannya harus dapat merawat
merupakan hubungan yang bertahan paling dari 2 atau 3 orang anak (Hurlock, 2000). kromosom yang menyebabkannya dengan sebaik mungkin. Bagi mereka,
lama dan paling berpengaruh dalam Biasanya saudara sekandung yang lebih tua mengalami down syndrome. Karena kondisi ini, memiliki anak yang menderita
kehidupan seseorang (Berkell, 1994, dalam diberikan peran pengawas dan pendisiplin dalam perkembangannya setelah lahir nanti, keterbelakangan mental bukanlah suatu
Hurlock, 2000). Hubungan saudara yang diterapkan oleh orang tua dalam selain memiliki bentuk fisik yang khas, calon musibah yang harus disesali atau bahkan
sekandung memberikan kesempatan bagi 2 keluarga kecil (Wagner, dkk., 1985, dalam anak tersebut akan mengalami disikapi secara negatif. Dengan demikian,
orang manusia sebuah kontak fisik dan Hurlock, 2000). Anak perempuan lebih keterbelakangan mental. Oleh sebab itu, mereka telah memiliki penerimaan terhadap
emosional yang terus menerus pada tahap- senang berperan dalam merawat dan kedua orangtua N pun mulai memperdalam kondisi N yang membawa pada kesiapan
tahap kritis sepanjang kehidupan mereka. menolong saudara sekandung mereka pengetahuannya mengenai down syndrome dari untuk menghadapi kehadiran N sejak
Hubungan yang permanen ini memberi dibandingkan anak laki-laki (Cicirelli, 1982, berbagai sumber. Mereka kemudian sebelum ia dilahirkan.
kesempatan bagi saudara sekandung untuk dalam Minnett, Vandell dan Santrock, 1983). memahami bahwa meskipun terjadi Kesiapan dalam diri ini ditindaklanjuti
memiliki pengaruh yang amat besar antara Orang tua dalam keluarga besar hambatan perkembangan dalam diri calon dengan menyiapkan lingkungan yang toleran
satu sama lain melalui interaksi longitudinal cenderung tidak dapat berinteraksi dengan anak yang akan dilahirkan, namun dan mendukung bagi kehidupan dan
(Hapsari, 2001). anak-anak mereka sedekat sebagaimana kemampuan hidupnya masih dapat perkembangan N nantinya, seperti dengan
orang tua dalam keluarga kecil, karenanya dioptimalkan untuk meminimalkan memberikan pemahaman pada anak-anak
Sistem Saudara Sekandung terdapat sedikit kesempatan untuk overpro- kekurangan yang dimiliki. mereka yang lain serta pada orang-orang di
(Sibling System) tecting, pemanjaan, omelan terus menerus, Kedua orangtua N memiliki keyakinan sekitar tempat tinggal mereka bahwa apa
atau pengawasan yang ketat pada anak. Hasil yang kemudian ditularkan pada semua anak- yang terjadi dan akan tampak pada diri N
a. Ukuran Keluarga (Family Size) dari hubungan ini terefleksi dalam anaknya bahwa bagaimanapun keadaannya, adalah sesuatu yang wajar dan dapat dialami

116 INSAN Vol. 8 No. 2, Agustus 2006 INSAN Vol. 8 No. 2, Agustus 2006
105
Penerimaan Keluarga Terhadap Individu Yang Mengalami Keterbelakangan Mental Tri Kurniati Ambarini

Sebelum Kelahiran antara 4-8 jam sehari. Seluruh keluarga harus anak lain dalam keluarga tersebut. Sulit bagi
terlibat untuk memacu komunikasi dengan saudara sekandung membentuk hubungan
anak sejak anak bangun tidur pagi hingga yang memuaskan dengan saudara autisnya.
mau tidur malam (Budhiman, 1998). Hal ini juga dapat menimbulkan rasa frustasi
Pengetahuan
tentang: Dawson dan Osterling (1997, dalam bagi saudara sekandung dalam melakukan
- Keterbelakangan Herbert & Graudiano, 2002) sesuatu dengan saudara autisnya.
Mental mengidentifikasikan 6 faktor yang Naseef (2003) mengatakan bahwa
- Kemampuan N
masih dapat
Kesiapan mempengaruhi keberhasilan terapi pada hubungan antara saudara sekandung ini tidak
Mengetahui menghadapi
dioptimalkan
kehadiran N
anak autis, yaitu: isi kurikulum, lingkungan lepas dari pengaruh urutan kelahiran (birth
informasi Menerima
tentang menyiapkan pengajaran yang sangat mendukung, order). Birth order mempengaruhi peran yang
kondisi N
kondisi lingkungan yang dampak pada rutinitas, yaitu bagaimana dijalankan oleh saudara sekandung dari anak
Persepsi:
calon anak toleran dan
- Anak adalah mendukung pengaruh terapi yang dilakukan terhadap autis. Saudara sulung dari anak autis
titipan Tuhan kegiatan yang dilakukan sehari-hari, mempunyai tanggung jawab lebih untuk ikut
- Memiliki anak
yang menderita pendekatan fungsional pada perilaku yang dalam pengasuhan saudara autis mereka.
keterbelakangan bermasalah dan keterlibatan orang tua Apabila anak autis tersebut merupakan anak
mental bukan dalam terapi. sulung, saudara sekandung dengan usia yang
suatu musibah
Berdasarkan sejumlah faktor yang lebih muda dari anak autis dapat berperan
mempengaruhi keberhasilan terapi tersebut, lebih tua dari umur mereka. Saudara
Gambar 3. Alur Pola Penerimaan Keluarga N faktor peran keluarga sangatlah sekandung dengan usia yang lebih muda
berpengaruh. Pemilihan terapi yang akan kehilangan teman bermain yang “nor-
oleh setiap keluarga. Sehingga karenanya N terhadap anak yang terbelakang men- dianggap tepat ditunjang dengan terapis mal” dan kehilangan model peran (role model).
tidak boleh diperlakukan dengan tidak baik. tal yang terlatih, tidak membuat peran keluarga Ketika saudara mereka didiagnosis
Berdasarkan hasil penelitian ini, 2. Perlakuan terhadap anak yang mengalami berkurang dalam mendorong keberhasilan menyandang autis, keluarga akan
keluarga H dan D menunjukkan sikap dan keterbelakangan mental: terapi yang dilakukan. Usaha dari orang tua memfokuskan perhatian dan waktu pada
perilaku yang sama-sama tidak menerima a. Membedakan perlakuan terhadap dan keluarga untuk terus menerus anak autis tersebut. Hal ini dapat
kondisi anak yang terbelakang mental. anak yang terbelakang mental dengan melakukan pendampingan pada anak memunculkan perasaan tidak senang,
Secara rinci kesamaan yang terdapat diantara anak-anak lain yang normal dalam sangat diperlukan, sehingga mereka terlibat kesalahpahaman, marah dan frustasi pada
keduanya adalah pada: keluarga. Perlakuan yang dimaksud secara langsung dalam proses terapi anak. saudara sekandung dari anak autis. Saudara
1. Faktor yang mempengaruhi munculnya cenderung bersifat negatif dan tidak Orang tua sangat menentukan sekandung dari anak autis selalu dibayangi
sikap tidak menerima: mendukung bagi optimalisasi perkembangan anak dalam setiap aspek. oleh perhatian yang berlebihan terhadap
a. Hubungan antar anggota keluarga perkembangannya Pengasuhan sehari-hari sangat memegang saudara autis mereka (Harris, 1994).
yang kurang komunikatif b. Adanya upaya untuk menutupi atau peranan penting pada perkembangan anak Sehubungan dengan sangat besarnya
b. Tidak adanya informasi tentang menyembunyikan kondisi anak dari autis. peran keluarga, termasuk di dalamnya peran
kondisi anak dan tidak adanya orang lain Peran keluarga tidak lepas dari peran saudara sekandung, dalam mendorong
pemahaman tentang keterbelakangan Dengan kata lain, sikap tidak menerima saudara sekandung dari anak autis. Saudara keberhasilan suatu terapi yang dilakukan bagi
mental terhadap individu yang mengalami sekandung tentunya merasakan dampak anak autis, maka diperlukan penelitian untuk
c. Ketidaksiapan menghadapi kondisi keterbelakangan mental pada keluarga H dengan mempunyai saudara yang mengungkap dampak yang terjadi pada
calon anak dan D memiliki keterkaitan dengan keenam menyandang autis. Adanya anak autis dalam saudara sekandung dari anak autis dan
d. Persepsi yang cenderung negatif hal di atas. keluarga dapat mempengaruhi kehidupan kontribusi yang dapat diberikan saudara

106 INSAN Vol. 8 No. 2, Agustus 2006 INSAN Vol. 8 No. 2, Agustus 2006
115
Saudara Sekandung dari Anak Autis dan Peran Mereka dalam Terapi Wiwin Hendriani, Ratih Handariyati, & Tirta Malia Sakti

benteng terhadap kekecewaan yang autis yang menggunakan strategi intervensi Sebaliknya, sikap menerima terhadap kebutuhannya, sehingga treatmen yang
dirasakannya. Ferster (1961, dalam Haaga atas dasar perilaku dan perkembangan kondisi dan kehadiran anak dengan dilakukan dapat berjalan dengan efektif dan
& Neale, 1995) berpendapat bahwa menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam keterbelakangan mental yang tampak pada mencapai hasil yang optimal. Sementara itu,
ketiadaan perhatian orang tua, khususnya penanganan anak autis. Terapi perilaku yang keluarga N memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi keluarga H dan D yang
ibu, terhadap anak akan menghambat paling menjanjikan saat ini adalah terapi faktor-faktor: kurang komunikatif, ditambah dengan
pembentukan penguatan pada anak. Orang analisis aplikasi perilaku, dibandingkan 1. Hubungan keluarga yang komunikatif adanya permasalahan sosial-ekonomi dalam
tua tidak dapat menjadi reinforcer sehingga dengan terapi-terapi perilaku lainnya, seperti 2. Adanya informasi tentang kondisi calon keluarga yang tidak terselesaikan telah
ia tidak dapat mengontrol perilaku anak LEAP dan TEACCH. Penelitian yang anak dan pemahaman terhadap menjadi faktor negatif yang tanpa disadari
yang akhirnya menyebabkan gangguan dilakukan oleh Lovaas (1987, dalam Herbert keterbelakangan mental semakin memperburuk hambatan
autistik. Kedua tokoh ini menyatakan bahwa & Graudiano, 2002) menunjukkan hasil yang 3. Kesiapan menghadapi kondisi calon anak perkembangan yang dialami oleh anak.
orang tua berperan penting dalam terjadinya dramatis, dimana setelah dilakukan terapi 4. Persepsi positif terhadap anak yang Jika penelitian Patterson & Leonard
gangguan autisme. kurang lebih 2 tahun, sekitar 47 % anak autis terbelakang mental (1994, dalam Heward, 2003) memperoleh
Setelah seorang anak didiagnosa dalam kelompok eksperimen memiliki skor Adapun perlakuan yang muncul dari hasil bahwa keberadaan anak yang memiliki
menderita autisme, maka penting untuk IQ rata-rata dan dapat mengikuti sikap menerima tersebut adalah: hambatan perkembangan akan membuat
selanjutnya mengetahui terapi yang efektif pendidikan pada tingkat pertama tanpa 1. Kesamaan perlakukan terhadap anak hubungan antar pasangan (orangtua) menjadi
untuk menangani anak tersebut. Autisme memerlukan dukungan khusus. Follow-up yang terbelakang mental dengan anak- lebih kuat, dan beban emosional yang
merupakan gangguan yang tidak bisa yang dilakukan oleh McEachlin, dkk. (1993, anak lain yang normal dalam keluarga ditang gung juga akan mempererat
disembuhkan (not curable), namun bisa dalam Herbert & Graudiano, 2002) 2. Tidak adanya upaya untuk menutupi atau kebersamaan diantara anggota keluarga
diterapi (treatable) (Budhiman, 1998). Melalui terhadap partisipan dari kelompok menyembunyikan kondisi anak dari or- yang lain, maka hasil ini memiliki kesesuaian
terapi yang dilakukan, kelainan yang ada eksperimen dan kelompok yang diterapi ang lain dengan yang terjadi pada keluarga N.
dalam otak tidak bisa diperbaiki, namun dengan kondisi ABA minimal (terapi Di samping keenam faktor di atas, Adapun faktor yang dinilai
gejala-gejala yang ada dapat dikurangi diberikan 10 jam atau kurang setiap minggu) sikap menerima terhadap kondisi dan mempengaruhi kesesuaian tersebut tidak lain
semaksimal mungkin sehingga anak tersebut beberapa tahun kemudian menunjukkan kehadiran anak yang terbelakang mental adalah kesiapan keluarga untuk menghadapi
bisa bersosialisasi dengan anak lain. adanya perbedaan skor IQ antara kedua dalam keluarga N juga tidak lepas dari kondisi N sejak sebelum N lahir. Kesiapan
Terdapat berbagai terapi yang dapat kelompok tersebut. Dari 9 orang anak yang adanya dukungan sosial dari keluarga besar. inilah yang tidak tampak pada keluarga H
digunakan untuk menangani anak autis, yaitu mempunyai hasil paling bagus, 8 diantaranya Mereka juga memiliki beberapa variasi lain maupun D. Kesiapan dalam keluarga N
terapi sensori-motor, psikoterapi, terapi dapat melanjutkan pendidikan pada kelas dalam perlakuan terhadap anak, yang menumbuhkan persepsi positif yang
biologis, terapi perilaku, dan farmakoterapi. regular. seluruhnya bersifat positif bagi kemudian mendorong kedua orangtua untuk
Penelitian yang pernah dilakukan Keberhasilan dalam melakukan terapi perkembangannya. berusaha membangun kebersamaan dalam
menemukan beberapa terapi yang terbukti pada anak autis tentu saja dipengaruhi oleh Keluarga yang kondusif, seperti keluarganya, terutama dalam menciptakan
efektif dalam menangani anak autis, yaitu banyak hal. Beberapa hal yang keluarga N, yang diantara anggota- lingkungan yang aman, toleran dan
terapi perilaku, meliputi analisis aplikasi mempengaruhi keberhasilan terapi meliputi anggotanya memiliki kedekatan emosional mendukung bagi perkembangan N.
perilaku, LEAP (Learning Experiences: An berat ringannya gejala, usia, kecerdasan, serta sikap saling mendukung satu sama lain, Hasilnya, seluruh saudara kandung N pun
Alternative Program For Preschoolers and Par- kemampuan berbicara dan berbahasa, dan merupakan lingkungan yang dibutuhkan mengikuti sikap dan perilaku yang
ents), TEACCH (Treatment and Education of terapi yang intensif dan terpadu. Beberapa dalam meminimalkan hambatan ditunjukkan oleh orangtuanya. Powell &
Autistic and Related Communication Handicapped terapi yang harus dijalankan secara terpadu perkembangan yang dialami oleh anak. Gallagher (1993, dalam Hunt & Marshall,
Children), dan farmakoterapi (Herbert & mencakup terapi medikamentosa, terapi Keluarga ini dapat memilih perlakuan yang 2005) dalam hal ini telah mengemukakan
Graudiano, 2002). wicara, terapi okupasi, terapi perilaku dan tepat, khususnya dalam mengasuh dan bahwa respon-respon saudara kandung
Beberapa program penanganan anak pendidikan khusus. Terapi formal dilakukan mendidik anak sesuai dengan karakteristik tersebut akan ditentukan pula oleh sikap dan

114 INSAN Vol. 8 No. 2, Agustus 2006 INSAN Vol. 8 No. 2, Agustus 2006
107
Penerimaan Keluarga Terhadap Individu Yang Mengalami Keterbelakangan Mental Tri Kurniati Ambarini

Tabel 1. Rangkuman Penerimaan Ketiga Keluarga semakin meningkatnya jumlah penyandang 3 tahun dan dengan ciri kelainan fungsi
Terhadap Individu yang Mengalami Keterbelakangan Mental autisme. dalam 3 bidang, yaitu interaksi sosial,
Sekitar 15-20 tahun yang lalu, autisme komunikasi, dan perilaku yang terbatas dan
Keluarga ‘H’ Keluarga ‘D’ Keluarga ‘N’ masa kanak dianggap sebagai gangguan berulang.
perkembangan yang sangat jarang terjadi. Banyak sekali penelitian yang dilakukan
Karakteristik Keluarga: Karakteristik Karakteristik Keluarga:
1. Kedua orangtua tidak Keluarga: 1. Hubungan Keluarga yang Hanya ditemukan 2-4 kasus diantara 10.000 untuk memastikan apakah sebenarnya faktor
bekerja 1. Perpecahan pada Komunikatif anak. Makin lama makin banyak anak yang penyebab dari autisme. Penelitian di bidang
2. Hubungan Keluarga keluarga inti 2. Adanya dukungan dari
yang Kurang 2. Hubungan Keluarga keluarga besar
mengalami gangguan perkembangan seperti neuro-anatomi, neurofisiologi, neurokimia,
Komunikatif yang Kurang ini. Saat ini, jumlah penyandang autisme dan genetik pada penyandang autisme
Komunikatif masa kanak terus meningkat. Diperkirakan menemukan fakta adanya gangguan
Ada informasi tentang jumlah penyandang autisme adalah 15-20 neurobiologis pada penyandang autisme.
Tidak ada informasi tentang kondisi calon anak kondisi calon anak dan ada per 10.000 anak. Peningkatan penyandang Autisme disebabkan oleh gangguan atau
dan tidak ada pemahaman tentang RM pemahaman tentang RM autisme ini terdapat di seluruh dunia, malah kelainan pada perkembangan sel-sel otak
Kesiapan menghadapi kesannya di negara-negara maju makin selama dalam kandungan. Saat
Ketidaksiapan menghadapi kondisi calon anak
kondisi calon anak banyak penyandang autisme. Saat ini di In- pembentukan sel-sel tersebut, timbul
Persepsi: Persepsi: Persepsi:
donesia pun sudah banyak sekali ditemukan gangguan dari virus, jamur, oksigenasi
1. Anak dengan keterbe- Memiliki anak dengan 1. Anak adalah titipan kasus autisme. Diperkirakan di Indonesia, (perdarahan), keracunan makanan ataupun
lakangan mental bodoh keterbelakangan Tuhan dari kelahiran 4,6 juta bayi tiap tahun, 9200 inhalasi (keracunan pernafasan), yang
dan tidak mampu mental akan 2. Memiliki anak yang
bekerja merepotkan dan menderita dari mereka mungkin adalah penyandang menyebabkan pertumbuhan otak tidak
2. Anak dengan keterbe- memalukan bagi keterbelakangan mental autisme (Budhiman, 1998). sempurna (Haaga & Neale, 1995).
lakangan mental tidak keluarga bukan suatu musibah Menurut American Psychiatric Assosiation Penelitian lain yang pernah dilakukan
memiliki kontribusi
terhadap keluarga (1994, dalam Haaga & Neale, 1995), juga menemukan bahwa kelainan genetik
3. Anak dengan autisme merupakan gangguan merupakan penyebab dari autisme,
keterbelakangan
mental akan lebih
perkembangan dalam rentang kehidupan termasuk tubersclerosis, phenylketonuria,
berguna dengan yang mengganggu perolehan kemampuan- neurofibromatosis, fragile X syndrome, dan
‘diberdayakan’ untuk kemampuan penting dalam kehidupan syndroma Rett. Penelitian yang dilakukan
mengerjakan
pekerjaan rumah individu. Tiga hal yang dapat oleh Rodier (2000, dalam Herbert &
tangga menggambarkan beberapa gangguan yang Graudiano, 2002) menemukan bahwa
terjadi adalah: 1) ketidakmampuan dalam variasi gen HOXA1 pada kromosom 7
Tidak menerima kondisi anak Menerima kondisi anak melakukan interaksi sosial; 2) pada masa kehamilan juga dapat
Perlakuan: Perlakuan: Perlakuan:
ketidakmampuan dalam komunikasi verbal menyebabkan autisme.
1. Membedakan perlakuan 1. Membedakan per- 1. Perlakuan yang sama dan non verbal dan dalam aktifitas Bettelheim (1967, dalam Haaga &
dengan anggota lakuan dengan dengan anggota berimajinasi; dan 3) ditandai dengan Neale, 1995) menganggap gangguan autistik
keluarga yang lain anggota keluarga keluarga yang lain
(cenderung bersifat yang lain (cenderung 2. Tidak Menutupi atau terbatasnya minat dan aktifitas dan aktifitas sebagai persepsi negatif bayi terhadap reaksi
negatif) bersifat negatif) Menyembunyikan dari stereotipik. DSM-IV menggolongkan penolakan dari orang tuanya. Sang bayi
2. Menutupi kondisi anak 2. Menyembuyikan anak Orang Lain
dari orang lain dari orang lain 3. Mengembangkan keper-
autisme masa kanak sebagai gangguan menemukan bahwa segala yang
3. Meminimalkan cayaan diri serta men- perkembangan pervasif yang ditandai oleh dilakukannnya tidak memiliki pengaruh
tanggung jawab dorong bersosialisasi adanya kelainan dan/atau gangguan apapun terhadap lingkungan di sekitarnya,
4. Membatasi interaksi dan berinteraksi
dengan anak
perkembangan yang muncul sebelum usia sehingga anak autis membangun suatu

108 INSAN Vol. 8 No. 2, Agustus 2006 INSAN Vol. 8 No. 2, Agustus 2006
113
INSAN Vol. 8 No. 2, Agustus 2006 Wiwin Hendriani, Ratih Handariyati, & Tirta Malia Sakti

Tidak menerima kondisi anak Menerima kondisi anak


Saudara Sekandung dari Anak Autis dan
Peran Mereka dalam Terapi 4. Menciptakan
kesempatan untuk
bersosialisasi dan
Tri Kurniati Ambarini berinteraksi
5. Mengembangkan
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga kemandirian
6. Kesabaran dalam
bekomunikasi dan
memberikan penjelasan
ABSTRACT
Hal lain:
1. Terhadap anak kandung
The siblings of autism were child with special situation, because of having siblings with autism. yang normal:
This situation gave some impact for the siblings of autism and their life. Concerning the a. Memberikan
siblings of autism can minimalize the negative impact causing by their autism siblings and pemahaman
b. Memberikan contoh
maximalize their role in supporting the successful of the therapy for their autism siblings. c. Membangun
This research used expalatories case studies as qualitative methods. Analysis of data used kebersamaan
2. Terhadap orang lain:
pattern matching and explanation building. Inference from this research is how siblings feld Memberikan
about their autism siblings not static but dyanamic, behavior that shown by sibling to their pemahaman
autism siblings are influenced by siblings character and having autism sibling give more effect to
younger siblings. When the siblings take an active part in the therapy, their roles will support
the successful of the therapy for their autism siblings harapan yang terlebih dahulu dimunculkan memiliki informasi yang cukup serta
oleh orangtua, kondisi keluarga, religiusitas, pemahaman tentang keterbelakangan mental
tingkat keparahan gangguan, serta pola-pola yang dialami oleh anak yang akan
interaksi yang diberlakukan dalam keluarga dilahirkannya.
faktor, meliputi faktor-faktor yang dapat tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Blacher
Keywords: mendukung perkembangan maupun Berbicara mengenai pola interaksi (1984, dalam Heward, 2003) menemukan
Siblings of autism, roles, therapy faktor-faktor yang dapat menghambat dalam keluarga, kesiapan yang dimiliki oleh adanya 3 tahap penyesuaian yang pada
proses perkembangan. Salah satu faktor keluarga N memang tidak dapat dilepaskan umumnya ditunjukkan oleh para orangtua
yang dapat menghambat perkembangan dari karakteristik hubungan antar individu yang menjadi subjek penelitian, yaitu: (1)
Masa kanak merupakan masa yang pada masa kanak adalah adanya gangguan- di dalamnya yang komunikatif, termasuk tahap dimana orangtua mengalami berbagai
terpanjang dalam rentang kehidupan, saat gangguan perkembangan yang terjadi pada dengan keluarga besar yang senantiasa krisis emosional, seperti shock,
dimana individu tidak berdaya dan anak. memberikan dukungan terhadap persoalan ketidakpercayaan, dan pengingkaran
tergantung pada orang lain. Perkembangan Gangguan-gangguan perkembangan yang mereka hadapi. Seperti yang juga terhadap kondisi yang terjadi pada anaknya;
pada anak yang terjadi pada masa ini terjadi yang dapat terjadi pada masa kanak meliputi ditegaskan oleh Hunt & Marshall (2005), (2) tahap ketika rasa tidak percaya dan
dengan kemajuan yang pesat. Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder bahwa karakteristik keluarga akan pengingkaran yang terjadi diikuti oleh
Perkembangan yang terjadi meliputi (ADHD), gangguan belajar (Learning Dis- mempengaruhi reaksi keluarga terhadap perasaan-perasaan dan sikap negatif seperti
perkembangan fisik, psikomotorik, abilities), retardasi mental, dan autisme. kehadiran individu berkebutuhan khusus. marah, menyesal, menyalahkan diri sendiri,
kepribadian, moral dan perkembangan Gangguan perkembangan yang menjadi Selain itu, keluarga N selalu malu, depresi, rendah diri di hadapan orang
sosial. Proses perkembangan yang terjadi sorotan dalam beberapa tahun belakangan mengembangkan inisiatif untuk mencari lain, menolak kehadiran anak, atau menjadi
pada masa kanak dipengaruhi oleh banyak ini adalah autisme. Hal ini sejalan dengan tahu tentang kondisi calon anak selama overprotective; (3) tahap terakhir pada saat
dalam kandungan, sehingga mereka orang tua telah mencapai suatu kesadaran
112 ©INSAN
2006,Vol. 8 No. Psikologi
Fakultas 2, Agustus 2006
Universitas Airlangga INSAN Vol. 8 No. 2, Agustus 2006
109
Penerimaan Keluarga Terhadap Individu Yang Mengalami Keterbelakangan Mental Wiwin Hendriani, Ratih Handariyati, & Tirta Malia Sakti

terhadap situasi yang dihadapi, serta bersedia kondisi individu yang mengalami (3) mengembangkan kepercayaan diri persepsi negatif tentang keterbelakangan
untuk menerima kondisi anak yang keterbelakangan mental, dan 1 keluarga serta mendorong anak untuk mental.
berbeda. (N) menunjukkan sikap dan perilaku bersosialisasi dan berinteraksi; (4)
Terkait dengan hal tersebut, dari ketiga yang menerima kondisi keterbelakangan menciptakan kesempatan untuk DAFTAR PUSTAKA
keluarga yang menjadi subjek dalam mental. bersosialisasi dan berinteraksi; (5)
penelitian ini, hanya keluarga N yang telah 2. Penerimaan terhadap individu yang mengembangkan kemandirian; dan (6) Hallahan, D.P. & Kauffman, J.M. (1988).
mampu mencapai tahap terakhir dalam mengalami keterbelakangan mental menunjukkan kesabaran dalam Exceptional Children. New Jersey:
proses penyesuaiannya, dimana baik kedua memiliki keterkaitan dengan beberapa berkomunikasi serta memberikan Prentice Hall, Inc.
orangtua maupun saudara-sadara kandung faktor, yaitu: (1) Hubungan/interaksi penjelasan kepada anak yang Heward, W.L. (2003). Exceptional Children,
N telah mencapai kesadaran akan situasi antar anggota keluarga; (2) Ada tidaknya terbelakang mental. An Introduction to Special Education. New
yang dihadapi dan bersedia untuk menerima informasi tentang kondisi calon anak; Jersey: Merrill, Prentice Hall.
Sebagai tindak lanjut dari hasil
kehadiran N dengan kondisinya yang (3) Ada tidaknya pemahaman tentang
penelitian yang telah diperoleh, maka peneliti Hunt, N. & Marshall, K. (2005). Exceptional
berbeda. Sementara itu, proses penyesuaian keterbelakangan mental; (4) Ada
menyarankan agar upaya mengoptimalkan Children & Youth. Boston: Houghton
dalam keluarga H dan D masih terhenti tidaknya kesiapan menghadapi kondisi
perkembangan individu yang mengalami Mifflin Company.
pada tahap kedua, mengingat data-data calon anak; dan (5) Persepsi terhadap
keterbelakangan mental dilakukan dengan:
yang telah dipaparkan lebih mengarah pada individu yang mengalami Poerwandari, E.K. (1998). Pendekatan
1. Lebih memperhatikan bahwa di
pengingkaran terhadap kondisi anak yang keterbelakangan mental. Kualiatif dalam Penelitian Psikologi.
kalangan masyarakat masih terdapat
terbelakang mental. Tidak adanya 3. Bentuk perlakuan terhadap individu Jakarta: Lembaga Pengembangan
keluarga-keluarga yang tidak menerima
penerimaan pada kedua keluarga ini pada yang mengalami keterbelakangan mental Sarana Pengukuran dan Pendidikan
keberadaan mereka. Oleh karena itu,
akhirnya memunculkan sikap dan perlakuan bervariasi pada masing-masing keluarga. Psikologi, Fakultas Psikologi
peneliti juga memandang perlunya
yang negatif, seperti dengan menutupi atau Keluarga H berusaha membedakan Universitas Indonesia.
research action untuk mengubah persepsi
menyembunyikan anak dari orang lain, perlakuan terhadap anak yang
dan sikap keluarga-keluarga yang masih “Retardasi Mental”. (2004). www.
membebani anak dengan banyak pekerjaan terbelakang mental, yaitu dengan
belum mampu menerima keberadaan republika.co.id. Selasa, 6 April 2004.
rumah tangga, meminimalkan keterlibatan perlakuan yang cenderung bersifat
ang gotanya yang mengalami Diakses: September 2005.
anak dalam berbagai aktivitas keluarga negatif, serta menutupi kondisi anak dari
keterbelakangan mental tersebut
karena dipandang akan merepotkan, tidak orang lain. Pembedaan perlakuan Sembiring, S.A. (2002). Penataan Lingkungan
sehingga optimalisasi perkembangan
memberikan perhatian dan perawatan yang tersebut juga tampak pada keluarga D, Sosial bagi Penderita Dimensia (Pikun) dan
dapat diupayakan dengan lebih efektif. RTA (Retardasi Mental). Medan: USU
semestinya, melampiaskan kemarahan/ di samping beberapa tindakan yang lain,
2. Menciptakan hubungan yang harmonis, Digital Library.
penolakan dengan memberikan hukuman yakni: (1) menyembunyikan anak dari
komunikatif dan saling mendukung
fisik, dan sebagainya. orang lain; (2) meminimalkan tanggung Werner, D. (1987). Disabled Village
dalam keluarga.
jawab dalam pengasuhan dan Children, A Guide for Community
3. Memperbanyak informasi tentang
SIMPULAN perawatan anak; dan (3) membatasi Health Workers, Rehabilitation
kondisi calon anak, sehingga dengan
interaksi dengan anak yang terbelakang Workers, & Families. http://
sedini mungkin keluarga dapat
Beberapa hal yang dapat disimpulkan mental tersebut. Sementara itu bentuk- www.dinf.ne.jp/doc/english/global/
mengetahui kemungkinan hambatan
dari hasil penelitian ini, yaitu: bentuk perlakuan pada keluarga N david/dwe002/dwe00234.htm).
perkembangan pada anak dan
1. Dari kasus yang terdapat pada keluarga terdiri dari: (1) perlakuan yang sama Diakses: Oktober 2005.
karenanya menjadi lebih siap
yang menjadi subjek penelitian, 2 (positif) dengan anggota keluarga yang
menghadapi kehadiran anak-anak Yin, R.K. (1994). Case Study Research: Desain
keluarga (H dan D) menunjukkan sikap lain; (2) tidak menutupi atau
dengan kondisi yang berbeda tersebut. & Methods. Thous& Oaks: Sage
dan perilaku yang tidak menerima menyembunyikan anak dari orang lain;
4. Menghindarkan keluarga dari berbagai Publications.

110 INSAN Vol. 8 No. 2, Agustus 2006 INSAN Vol. 8 No. 2, Agustus 2006
111
Penerimaan Keluarga Terhadap Individu Yang Mengalami Keterbelakangan Mental Wiwin Hendriani, Ratih Handariyati, & Tirta Malia Sakti

terhadap situasi yang dihadapi, serta bersedia kondisi individu yang mengalami (3) mengembangkan kepercayaan diri persepsi negatif tentang keterbelakangan
untuk menerima kondisi anak yang keterbelakangan mental, dan 1 keluarga serta mendorong anak untuk mental.
berbeda. (N) menunjukkan sikap dan perilaku bersosialisasi dan berinteraksi; (4)
Terkait dengan hal tersebut, dari ketiga yang menerima kondisi keterbelakangan menciptakan kesempatan untuk DAFTAR PUSTAKA
keluarga yang menjadi subjek dalam mental. bersosialisasi dan berinteraksi; (5)
penelitian ini, hanya keluarga N yang telah 2. Penerimaan terhadap individu yang mengembangkan kemandirian; dan (6) Hallahan, D.P. & Kauffman, J.M. (1988).
mampu mencapai tahap terakhir dalam mengalami keterbelakangan mental menunjukkan kesabaran dalam Exceptional Children. New Jersey:
proses penyesuaiannya, dimana baik kedua memiliki keterkaitan dengan beberapa berkomunikasi serta memberikan Prentice Hall, Inc.
orangtua maupun saudara-sadara kandung faktor, yaitu: (1) Hubungan/interaksi penjelasan kepada anak yang Heward, W.L. (2003). Exceptional Children,
N telah mencapai kesadaran akan situasi antar anggota keluarga; (2) Ada tidaknya terbelakang mental. An Introduction to Special Education. New
yang dihadapi dan bersedia untuk menerima informasi tentang kondisi calon anak; Jersey: Merrill, Prentice Hall.
Sebagai tindak lanjut dari hasil
kehadiran N dengan kondisinya yang (3) Ada tidaknya pemahaman tentang
penelitian yang telah diperoleh, maka peneliti Hunt, N. & Marshall, K. (2005). Exceptional
berbeda. Sementara itu, proses penyesuaian keterbelakangan mental; (4) Ada
menyarankan agar upaya mengoptimalkan Children & Youth. Boston: Houghton
dalam keluarga H dan D masih terhenti tidaknya kesiapan menghadapi kondisi
perkembangan individu yang mengalami Mifflin Company.
pada tahap kedua, mengingat data-data calon anak; dan (5) Persepsi terhadap
keterbelakangan mental dilakukan dengan:
yang telah dipaparkan lebih mengarah pada individu yang mengalami Poerwandari, E.K. (1998). Pendekatan
1. Lebih memperhatikan bahwa di
pengingkaran terhadap kondisi anak yang keterbelakangan mental. Kualiatif dalam Penelitian Psikologi.
kalangan masyarakat masih terdapat
terbelakang mental. Tidak adanya 3. Bentuk perlakuan terhadap individu Jakarta: Lembaga Pengembangan
keluarga-keluarga yang tidak menerima
penerimaan pada kedua keluarga ini pada yang mengalami keterbelakangan mental Sarana Pengukuran dan Pendidikan
keberadaan mereka. Oleh karena itu,
akhirnya memunculkan sikap dan perlakuan bervariasi pada masing-masing keluarga. Psikologi, Fakultas Psikologi
peneliti juga memandang perlunya
yang negatif, seperti dengan menutupi atau Keluarga H berusaha membedakan Universitas Indonesia.
research action untuk mengubah persepsi
menyembunyikan anak dari orang lain, perlakuan terhadap anak yang
dan sikap keluarga-keluarga yang masih “Retardasi Mental”. (2004). www.
membebani anak dengan banyak pekerjaan terbelakang mental, yaitu dengan
belum mampu menerima keberadaan republika.co.id. Selasa, 6 April 2004.
rumah tangga, meminimalkan keterlibatan perlakuan yang cenderung bersifat
ang gotanya yang mengalami Diakses: September 2005.
anak dalam berbagai aktivitas keluarga negatif, serta menutupi kondisi anak dari
keterbelakangan mental tersebut
karena dipandang akan merepotkan, tidak orang lain. Pembedaan perlakuan Sembiring, S.A. (2002). Penataan Lingkungan
sehingga optimalisasi perkembangan
memberikan perhatian dan perawatan yang tersebut juga tampak pada keluarga D, Sosial bagi Penderita Dimensia (Pikun) dan
dapat diupayakan dengan lebih efektif. RTA (Retardasi Mental). Medan: USU
semestinya, melampiaskan kemarahan/ di samping beberapa tindakan yang lain,
2. Menciptakan hubungan yang harmonis, Digital Library.
penolakan dengan memberikan hukuman yakni: (1) menyembunyikan anak dari
komunikatif dan saling mendukung
fisik, dan sebagainya. orang lain; (2) meminimalkan tanggung Werner, D. (1987). Disabled Village
dalam keluarga.
jawab dalam pengasuhan dan Children, A Guide for Community
3. Memperbanyak informasi tentang
SIMPULAN perawatan anak; dan (3) membatasi Health Workers, Rehabilitation
kondisi calon anak, sehingga dengan
interaksi dengan anak yang terbelakang Workers, & Families. http://
sedini mungkin keluarga dapat
Beberapa hal yang dapat disimpulkan mental tersebut. Sementara itu bentuk- www.dinf.ne.jp/doc/english/global/
mengetahui kemungkinan hambatan
dari hasil penelitian ini, yaitu: bentuk perlakuan pada keluarga N david/dwe002/dwe00234.htm).
perkembangan pada anak dan
1. Dari kasus yang terdapat pada keluarga terdiri dari: (1) perlakuan yang sama Diakses: Oktober 2005.
karenanya menjadi lebih siap
yang menjadi subjek penelitian, 2 (positif) dengan anggota keluarga yang
menghadapi kehadiran anak-anak Yin, R.K. (1994). Case Study Research: Desain
keluarga (H dan D) menunjukkan sikap lain; (2) tidak menutupi atau
dengan kondisi yang berbeda tersebut. & Methods. Thous& Oaks: Sage
dan perilaku yang tidak menerima menyembunyikan anak dari orang lain;
4. Menghindarkan keluarga dari berbagai Publications.

110 INSAN Vol. 8 No. 2, Agustus 2006 INSAN Vol. 8 No. 2, Agustus 2006
111

Anda mungkin juga menyukai