Grup : 2K1
Kelompok : 6 (Enam)
Nama : Akbar Danang Aprindha (18020010)
: Akbar Yuzar Gurnita (18020011)
: Alya Mutia Syifa (18020015)
: Anita Prahasti (18020016)
Dosen : Ika Natalia M.,S.ST.,MT
Asisten Dosen : Witri A. S, S.ST.
David Christian S. ST.
1.1.1 Maksud
1.1.2 Tujuan
Warna, dalam terminologi sains berarti radiasi cahaya elektromagnetik. Suatu benda
akan terlihat berwarna saat terjadi penyerapan sebagian panjang gelombang cahaya
tampak secara selektif, dan memantulkan atau meneruskan sebagian lainnya.
Secara umum peristiwa modifikasi cahaya oleh objek terjadi melalui dua peristiwa, yatu
penyerapan/absorpsi, serta pemantulan dan/atau penghamburan (scattering).
Gambar 1. Spektrum Cahaya Tampak dalam Spektrum Cahaya Gelombang Elektromagnetik
Zat warna dispersi merupakan sejenis zat warna organik yang dibuat secara sintetis
untuk mewarnai serat – serat sintetik yang bersifat hidrofobik, seperti selulosa asetat dan
poliester. Zat warna dispersi merupakan senyawa azo atau antrakwinon yang memiliki
berat molekul cukup kecil dan tidak memiliki gugus pelarut, tetapi pada umumnya zat
warna ini dapat terdispersi dengan sempurna pada suhu tinggi karena ukuran molekulnya
cukup kecil.
Zat warna dispersi dapat dibedakan menjadi tiga bagian berdasarkan perbedaan anti
kromofor, yaitu:
Sifat zat warna dispersi, baik kimia maupun fisika merupakan faktor penting dan erat
berhubungan dengan penggunaanya dalam proses pencelupan. Sifat-sifat umum zat
warna dispersi adalah sebagai berikut:
Apabila digerus sampai halus dan didispersikan dengan zat pendispersi dapat
menghasilkan dispersi yang stabil dalam larutan pencelupan dengan ukuran partikel
0,5-2,0 mikron
Mempunyai berat molekul yang relatif rendah
Mempunyai titik kejenuhan 30-200 mg/g zat warna dalam serat
Tidak mengalami perubahan kimia selama proses pencelupan berlangsung
Bersifat nonionik walaupun mengandung gugus –NH2, -NHR dan –OH
Kelaruan dalam air sangat kecil
Ketahanan terhadap sinar, keringat dan pencucian baik
Pengenceran
Kurva kalibrasi
Perhitungan
2.3 Cara Kerja
2.3.1 Persiapan Larutan Induk dan Larutan Contoh
1. Buat larutan induk dengan konsentrasi 1g/L (0,1 gram zat warna dalam 100 mL
air)
2. Dengan sistem pengenceran, buat larutan dengan beberapa konsentrasi berbeda
dalam 100 mL air (1,5 g/L ; 2,0 g/L ; 2,5 g/L ; 3,0 g/L dan 3,5 g/L)
3. Lakukan pengukuran awal menggunakan Spectronic 20 untuk menentukan rentang
konsentrasi dengan hasil pengukuran paling baik/teliti yaitu %T = 15 – 65. (untuk
menghindari penyimpangan hukum Lambert-Beer)
(∑𝑦)(∑𝑥 2 ) − (∑𝑥)(∑𝑥𝑦)
𝑏= 𝑛 (∑𝑥 2 ) − (∑𝑥)2
70 480
60 0,015 g/L
50
0,020 g/L
40
30 0,025 g/L
20 0,030 g/L
10
0 0,035 g/L
400 450 500 550 600 650 700
Panjang Gelombang (nm)
𝑉1 = 1,5 𝑚𝐿 𝑉1 = 2,0 𝑚𝐿
Konsentrasi 0,025 g/L Konsentrasi 0,030 g/L
𝑉2 . 𝑁2 𝑉2 . 𝑁2
𝑉1 = 𝑉1 =
𝑁1 𝑁1
𝑔 𝑔
100 𝑚𝑙 × 0,025 𝐿 100 𝑚𝑙 × 0,030 𝐿
𝑉1 = 𝑔 𝑉1 = 𝑔
1𝐿 1𝐿
𝑉1 = 2,5 𝑚𝐿 𝑉1 = 3,0 𝑚𝐿
Konsentrasi 0,035 g/L
𝑉2 . 𝑁2
𝑉1 =
𝑁1
𝑔
100 𝑚𝑙 × 0,035 𝐿
𝑉1 = 𝑔
1𝐿
𝑉1 = 3,5 𝑚𝐿
3.4. Analisa Regresi
3.4.1. Perhitungan Manual
Tabel 2. Data Percobaan Variasi Konsentrasi Zat Warna & Nilai Absorbansi
Grafik Absorbansi
0.8
0.6742
0.7
y = 20.24x - 0.0343 0.5713
0.6 0.4784
R² = 0.9986
Absorbansi
0.5
0.3613
0.4
0.2732
0.3
0.2
0.1
0
0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03 0.035 0.04
Konsentrasi Zat Warna Disperse Red 167.1 (g/L)
Dalam praktikum absorbansi merupakan banyaknya cahaya atau energi yang diserap
oleh partikel-partikel dalam larutan, sedangkan transmitansi marupakan bagian dari cahaya
yang diteruskan melalui larutan. Berdasarkan grafik pada gambar 1, nilai transmitansi
menurun pada rentang panjang gelombang 400 – 450 nm dan begitu pula pada grafik pada
gambar 2, nilai absorbansi meningkat pada rentang panjang gelombang 400 – 450 nm. Hal
ini membuktikan bahwa semakin kecil nilai transmitansi maka nilai absorbansinya akan
meningkat. Yang dalam artian partikel cahaya yang diteruskan akan semakin sedikit karena
diserap oleh partikel pada panjang gelombang maksimum 480 nm.
Jumlah molekul juga menentukan energi pada panjang gelombang ini menimbulkan
kenaikan gelombang yang sangat signifikan. Berdasarkan grafik semakin tinggi konsentrasi
larutan zat warna disperse red 167,1 maka didapatkan nilai absorbansi yang tinggi juga
karena semakin banyak partikel cahaya yang diserap oleh zat warna. Pada percobaan ini
didapatkan hasil regresi y = 20,24x - 0,0429 secara perhitungan manual dan y = 20,24x -
0,0343 secara Microsoft Excel. Persamaan regresi yang didapat telah diuji validasinya
dengan menentukan nilai konsentrasi larutan contoh zat warna hasilnya sangat sesuai yaitu
0,005 g/L.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa jika larutan semakin pekat maka
nilai transmitansinya akan semakin rendah, otomatis nilai absorbansinya akan semakin
meningkat. Dan pada praktikum ini didapatkan hasil regresi y = 20,24x – 0,0429 secara
perhitungan manual dan y = 20,24x – 0,0343 menggunakan Microsoft Excel.
5.2 Evaluasi
Pada percobaan tersebut dapat diketahui bahwa panjang gelombang maksimum larutan
zat warna disperse red 167,1 adalah 480 nm dan pasa absorbsi 0,6742. Pada percobaan ini
didapatkan hasil regresi y = 20,24x - 0,0429 secara perhitungan manual dan y = 20,24x -
0,0343 secara Microsoft Excel. Dalam melakukan percobaan ini diharuskan mengikuti
metode dan langkah kerja yang sesuai dengan prosedur yang ada agar kita terhindar dari
banyak kesalahan. Praktikan juga harus berhati hati menggunakan alat alat yang berada di
laboratorium, karena terdapat beberapa benda yang rawan pecah. Saat praktik jangan lupa
mengutamakan ketelitian dalam membaca hasil pengukuran agar hasil data yang di peroleh
akan lebih akurat.
KELOMPOK 6
TEKNOLOGI PENGUKURAN WARNA
ANGGOTA:
1. AKBAR DANANG APRINDHA (18020010)
2. AKBAR YUZAR GURNITA (18020011)
3. ALYA MUTIA SYIFA (18020015)
4. ANITA PRAHASTI (18020016)
GRUP: 2K1
ANGKATAN: 2018