Interaksi
BREDING BIBIT
PROSES
PRODUKSI FATENING POTONG
INTRINSIK
BREED, SEX, TYPE,
UMUR
MANAJEMEN TERNAK BABI adalah cara penanganan / pemeliharaan ternak babi secara
intensif dgn tujuan memaksimalkan produksi.
Manajemen/penanganan ternak babi secara intensif dikelompokan berdasarkan pola
usahanya yaitu :
Ad,
1.Pembibitan (Breeding)
Penerapan tatacara peternakan secermat
mungkin dgn teknik beternak babi yang tepat dgn
tutjuan menghasilkan bibit semaksimal mungkin dan
resiko sekecil mungkin
Dlm Breeding ternak babi dapat dikelompokan
Menjadi :
a. Penanganan Induk
b. Penanganan Pejantan
c. Penanganan Anak
a.Penanganan Induk
a.1.Induk Bunting – menyusui
- Kandang
- Makanan / air minum
- Exercise / gerak
- pindah kandang
- Proses kelahiran
- Sanitasi
- dll................
B. PENANGANAN PEJANTAN
1. SEKS RATIO
2. UMUR/WKT PERKAWINAN
3. PAKAN, KESEHATAN
4. PERKANDANGAN
5. DLL………..
C. PENANGANAN ANAK
1. UMUR SAPIH
2. PAKAN
3. MUTASI KANDANG SESAUI PERKEMBANGAN
4. DLL……….
YANG PENTING PADA
POLA BREEDING
6 Mortalitas (%) 0 0 0 0
Simpulan
Injeksi antibiotika jenis Tysinol (P1) dan Corflox(P2) menyababkan penampilan anak babi
prasapih yang tidak berbeda nyata, namun injeksi kedua jenis antibiotika tersebut menyebabkan perbaikan
penampilan (pada PBB, Berat sapihn dan Tinggi badan) yang nyata lebih baik jika dibandingkan dengan
tanpa injeksi antibiotika.
MORTALITAS DAN PENAMPILAN ANAK BABI PRASAPIH
YG DIINJEKSI DENGAN TYSINOL PADA UMUR YG BERBEDA
Injeksi Tysinol
No. Variabel (hari) SEM
Io I1 I3
6. Mortalitas (%) 0 0 0 0
Simpulan
Dari hasil penelitian yang diperoleh, untuk mendapatkan penampilan produksi anak babi lepas sapih yang
maksimal sebaiknya injeksi Tysinol dilakukan pada umur 1 (satu) hari. Tidak ditemukan mortalitas pada ketiga
perlakuan yang diberikan.
PENGARUH PENAMBAHAN PROBIOTIK KERING PADA RANSUM BABI TERHADAP DAYA
SIMPAN DAGING DAN DAMPAK LINGKUNGAN SEBAGAI USAHA MENUJU PETERNAKAN
BABI YANG RAMAH LINGKUNGAN
Simpulan
Tidak terjadi interaksi antara jenis kelamin dengan model lantai kandang terhadap penampilan
ternak babi lepas sapih. Pemeliharaan anak babi lepas sapih pada model lantai sekam dan lantai
panggung diperoleh penampilan yang hampir sama, dan nyata lebih baik jika dibandingkan dengan
penampilan anak babi lepas sapih yang dipelihara pada model lantai beton.
STATUS FISIOLOGI BABI YANG DIBERI ORALIT SELAMA
PENUNDAAN WAKTU PEMOTONGAN
Penun- H1 H2 H3 H4
daan wkt FN DN ST FN DN ST FN DN ST FN DN ST
pemoto- kali/mnt kali/mnt 0C kali/mnt kali/mnt 0C kali/mnt kali/mnt 0C kali/mnt kali/mnt 0C
ngan
SEM 2.24 1.19 0.12 2.06 1.49 0.14 1.05 1.20 0.12 1.28 0.68 0.09
Oralit
O0 127,3 B 111,5B 41,4B 93,8B 83,6B 40,4 B 87,4 B 88,8B 40,6 B 78,3a 66,5 a 40,9 a
O1 109,5A 105,0 A 40,8 A 85,8 A 74,9 A 39,8 A 82,6 A 78,9 A 39,7 A 74,3 a 56,8 b 39,1 b
O2 110,4A 104,9 A 40,7 A 85,3 A 78,5 A 39,8 A 80,5 A 78,5 A 39,5 A 74,8 a 51,0 c 39,3 b
SEM 2.01 1.03 0.10 2.06 1.49 0.14 1.28 1.47 0.15 2.22 1.18 0.15
Normal 83 55-86 38-39 83 55-86 38-39 83 55-86 38-39 83 55-86 38-39
Simpulan
Penundaan waktu pemotongan menyebabkan perubahan parameter fisiologi. Penundaan waktu
pemotongan yang optimum bisa dilakukan pada 1 sampai 2 hari.
Larutan oralit yang baik perlu diberikan pada babi dengan berat 96±1,5 kg yang sedang mengalami
penundaan waktu pemotongan, agar dapat memperbaiki kondisi fisiologisnya adalah larutan oralit O1 (gula
150 g + garam 15 g)/1-1,5 l air.
PENAMPILAN FISIOLOGIS BABI LANDRACE PERSILANGAN
SEBAGAI AKIBAT PERBEDAAN LAMA Wkt PENGANGKUTAN
Perlakuan W1 W2 W3 W4 Normal SEM
Variabel 9.30 11.30 13.30 15.30
Kesimpulan
1. Waktu pengangkutan dari kandang ke rumah potong sangat berpengaruh terhadap kondisi fisiologis
ternak babi landrace persilangan.
2. Penampilan fisiologis yang terbaik didapat bila babi diangkut pada perlakuan untuk Suhu tubuh
terendah diproleh pada perlakuan W4 namun untuk W1 (suhu 250C-260C) suhu 28,50C-300C)
PENANGANAN SEBELUM PEMOTONGAN DAN
PENGARUHNYA Thd HASIL DAN KUALITAS KARKAS
BABI LANDRACE PERSILANGAN
Pengaruh Penundaan Waktu Pemotongan dan Pemberian Larutan G-
G terhadap Karakteristik Karkas (penilaian karkas secara objektif).
Variabel: