Anda di halaman 1dari 1

Bencana Tanah Longsor di Wonosobo

Wonosobo merupakan Kabupaten yang terletak di Jawa Tengah. Kabupaten Wonosobo


memiliki morfologi yang beragam seperti dataran tinggi, perbukitan, dan juga gunung. Kondisi
tersebut didukung dengan curah hujan yang tinggi menyebabkan beberapa daerah di Kabupaten
Wonosobo rawan akan terjadinya gerakan massa tanah atau longsor. Selain itu manajemen
lingkungan yang kurang baik pun menjadi salahsatu faktor penyebabnya.

Berdasarkan data, curah hujan rata-rata di Kabupaten Wonosobo berkisar antara 1713-4255
mm/tahun. Sebagian besar bentanglahan yang ada terbentuk dari proses vulkanik, sebagian lainnya
dari proses denudasional, struktural, dan fluvial. Topografi daerah ini didominasi oleh lereng landai-
curam (8-15%). Kondisi tersebut menyebabkan daerah di Kabupaten Wonosobo berpotensi terjadi
tanah longsor disertai dengan faktor pemicu lainnya. Fenomena di Dusun Jetis, Desa Pacarmulyo
contohnya. Pada bulan Desember tahun 2018 lalu telah terjadi bencana tanah longsor yang cukup
memakan korban. Tanah longsor terjadi pada sore hari dimana sebelumnya hujan deras mengguyur
daerah tersebut. Fakta di lapangan menunjukan bahwa lokasi terjadinya tanah longsor berada di
sebuah lereng yang merupakan area persawahan dan pemukiman. Longsor terjadi akibat curah hujan
yang tinggi dan titik longsor yang berada di bawah saluran irigasi yang tidak terawat, karena besarnya
debit air sehingga tanah menjadi jenuh air dan tidak mampu menampung air lagi sehingga terjadilah
longsor.

Akibat dari kejadian tersebut, beberapa warga mengalami luka ringan. Sawah dan pemukiman
warga pun mengalami kerusakan. Hal ini tentu merugikan warga setempat, menurut BNPB kejadian
tersebut mengakibatkan kerugian materiil yang diduga mencapai Rp.300.000.000. Dilihat dari sisi lain,
tanah longsor tersebut mengakibatkan rusaknya lingkungan biotik dan abiotik.

Kasus tanah longsor seperti diatas dapat di minimalisir dengan pengelolaan lingkungan yang
tepat. Masyarakat perlu untuk melakukan pengelolaan terhadap lingkungan yang berpotensi longsor.
Hal ini dapat diawali dengan mengenali karakteristik lingkungan, daerah dengan kemiringan landai –
curam seharusnya membutuhkan perhatian masyarakat setempat. Selama ini lereng difungsingkan
sebagai sawah oleh masyarakat, hal ini kurang tepat karena sawah cenderung memiliki tanah
bertekstur gembur dan tidak ada akar yang cukup kuat mengikat tanah sampai lapisan bawah. Selain
itu, keberadaan saluran irigasi di lereng yang tidak terawat juga perlu diperhatikan karea dapat
memperbesar potensi terjadinya tanah longsor. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk
menanggulangi tanah longsor diantaranya adalah dengan membuat terasering pada lereng,
menanami lereng dengan tanaman berakar kuat namun dengan catatan bahwa keberadaan tanaman
tersebut tidak memberikan beban yang berlebihan. Untuk meminimalisir dampak dari bencana tanah
longsor, masyarakat dihimbau untuk tidak membangun pemukiman atau bangunan di lereng.

Anda mungkin juga menyukai