TDS
TDS
Keberadaan TDS ini disebabkan karena berasal dari bahan-bahan padatan tertentu,
diantaranya:
Beberapa padatan terlarut ( Dissolved Solids) berasal dari material organik seperti
daun, lumpur, plankton, limbah industri dan kotoran. Sumber-sumber lain berasal dari
limpasan dari daerah perkotaan, garam jalan yang digunakan di jalan selama musim
dingin, dan pupuk dan pestisida yang digunakan pada rumput dan peternakan.
Selain itu Padatan Terlarut (Dissolved Solids) juga berasal dari bahan anorganik
seperti batu dan udara yang mungkin mengandung kalsium bikarbonat, nitrogen,
fosfor besi, sulfur, dan mineral lainnya. Sebagian besar dari bahan-bahan ini
membentuk garam, yang merupakan senyawa yang mengandung keduanya yaitu
logam dan non logam. Garam biasanya larut dalam air membentuk ion. Ion adalah
partikel yang memiliki muatan positif atau negatif.
Air juga dapat mengambil logam seperti timah atau tembaga saat mereka melakukan
perjalanan melalui pipa yang digunakan untuk mendistribusikan air kepada
konsumen.
Perlu diperhatikan bahwa efektivitas sistem pemurnian air dalam menghilangkan total
padatan terlarut / TDS akan berkurang dari waktu ke waktu, sehingga sangat dianjurkan
untuk memantau kualitas filter atau membran dan menggantinya bila diperlukan.
Salah satu cara untuk mengukur TDS adalah menggunakan alat yang disebut
sebagai TDS meter. Alat ini bisa mengukur berapa jumlah padatan yang terlarut didalamnya
dalam satuan ppm (mg/L) yang ditunjukkan berupa angka digital di displaynya. Cara kerja
alat ini adalah dengan cara mencelupkan kedalam air yang akan diukur (kira-kira kedalaman
5cm) dan secara otomatis alat bekerja mengukur.
Ada tiga cara menurunkan kadar Total Dissolved Solids dalam air minum:
1. Reverse Osmosis (RO). Metode RO merupakan metode dimana air akan disuling
untuk memisahkan antara air dengan zat-zat yang terkandung di dalamnya. Metode
RO tidak disarankan oleh WHO karena memang menyapu bersih hampir semua zat
pelarut, termasuk mineral kalsium dan magnesium yang tergolong sehat.
2. Memanfaatkan air hujan untuk air minum. Air hujan yang jatuh langsung ke dalam
wadah seharusnya bisa dikatakan bebas dari mineral atau TDS. Namun, Dr. Allen E.
Banik dalam bukunya “The Choice is Clear” (1991) mengatakan
bahwa; “Seharusnya hujan yang jatuh itu terbebas dari zat atau mineral apapun, tetapi
kondensasi yang terjadi pada awan hujan, apalagi pada zaman sekarang, tidak murni
berisi uap air yang disebabkan oleh panas sinar matahari, tetapi juga partikel-partikel
polusi yang ikut mengendap bersamanya”.
3. Filter air Nazava. Filter air Nazava dilengkapi dengan filter keramik yang memiliki
pori-pori sangat kecil yaitu 0,4 micron sehingga mampu secara efektif menyaring
semua kotoran dan bakteri yang terdapat dalam air. Filter air Nazava pun telah
memenuhi syarat dari standar baku mutu air minum di Indonesia yang mempunyai
batas maksimum 500mg/l.