Anda di halaman 1dari 13

GANGGUAN MENTAL-PERILAKU PADA

KEHAMILAN

Disusun oleh:
Maryo Juan 201810401011098

Pembimbing:
dr. Donny Irawan, Sp.OG., MKes.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang
Rumah Sakit Umum Daerah Gambiran Kediri
LEMBAR PENGESAHAN REFERAT
GANGGUAN MENTAL-PERILAKU PADA KEHAMILAN

Telah Disetujui
Untuk Memenuhi Persyaratan
Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Malang

Tanggal:September 2019
Kepala SMF Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan
RSUD Gambiran Kediri

dr. G.S. Heru, Sp.OG.

i
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN……………..................................................... 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 3

2.1 Gangguan Mental-Perilaku pada Kehamilan ................................. 3

2.2 Penyesuaian dalam Kehamilan dan Gangguan Mental-Perilaku . 3

2.3 Gangguan Mood Mayor ................................................................ 3

2.4 Skizofrenia ................................................................................... 4

2.5 Gangguan Cemas........................................................................... 5

2.6 Gangguan Pola Makan .................................................................. 5

2.7 Gangguan Personalitas .................................................................. 5

BAB 3 Kesimpulan ................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Masalah kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis,
perubahan psikologis dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah
mengalaminya.1 Perubahan kondisi fisik dan emosional yang kompleks
memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan
yang terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan
dari norma-norma sosiokultural dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri
(misalnya adanya perubahan tubuh dan hormonal, kehamilannya tersebut tak
diinginkan, jarak kehamilan yang terlalu dekat, riwayat keguguran ataupun
riwayat obstetric buruk lainnya) dapat merupakan pencetus berbagai reaksi
psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan, hingga ke tingkat gangguan jiwa
(psikosis) yang berat. Namun, ini bukan lah hal yang mengherankan karena
ovulasi dan haid juga dapat menimbulkan psikosis. Penderita sembuh setelah
anaknya lahir, akan tetapi dalam kehamilan berikutnya biasanya penyakitnya
timbul lagi. Eklamsia dan infeksi dapat pula disertai atau disusul oleh psikosis.
Selain itu psikosis dapat menjadi lebih berat dalam kehamilan.1 Pada sejumlah
wanita, stres terutama timbul karena ketakutan akan nyeri saat melahirkan.
Pengalaman kehamilan mungkin akan mengalami perubahan akibat adanya
penyulit medis dan obstetris. Wanita yang mengalami kehamilan berpenyulit dua
kali lebih besar kemungkinannya merasa cemas akan janin mereka atau menjadi
depresi. Bagi wanita dengan riwayat gangguan jiwa, kehamilan sering menjadi
saat membaiknya kesehatan umum, namun bagi wanita yang menderita gangguan
jiwa serius sebelum hamil terutama gangguan bipolar, gangguan skizoafektif, atau
skizofrenia penyakit mungkin tidak akan mereda. Sebaliknya masa nifas telah
lama diketahui sebagai saat meningkatnya penyakit jiwa. 10 sampai 15 persen
wanita yang baru melahirkan akan mengalami gangguan depresif nonpsikotik
pascapartum. Pada sebagian, timbul gangguan manik atau depresif psikotik yang
parah setelah melahirkan.2 Kehamilan dan masa nifas cukup menimbulkan stress
yang cukup besar sehingga memicu penvakit kejiwaan. Penyakit golongan ini

1
dapat mencerminkan kekambuhan atau eksaserbasi gangguan psikiatrik yang
sudah ada, atau menandakan tirnbulnya penyakit baru. Dalam suatu penelitian
berbasis-populasi di Swedia, Andersson dkk., (2003) melaporkan prevalensi 14
persen untuk gangguan psikiatrik selama keharnilan. Sayangnya, mereka juga
mendapatkan bahwa hanya 5,5 persen dari jumlah tersebut yang mendapatkan
pengobatan.1

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gangguan Mental-Perilaku pada Kehamilan


Masa-masa kehamilan merupakan masa-masa yang memberikan beban
stress yang tinggi. Beban stress yang tinggi tersebut dapat menyebabkan
gangguan mental. Gangguan mental dalam masa kehamilan dapat berupa
bangkitan gangguan mental sebelumnya maupun gangguan mental yang didapat
saat kehamilan.3
2.2 Penyesuaian dalam Kehamilan dan Gangguan Mental-Perilaku
Terdapat beberapa faktor penyebab gangguan mental pada kehamilan,
seperti faktor biokimia dan faktor beban hidup. Faktor biokimia merupakan
faktor penyebab gangguan mental yang berhubungan dengan perubahan-
perubahan hormon selama kehamilan. Faktor beban hidup merupakan berbagai
faktor yang mempengaruhi mental seorang ibu seperti pemikiran akan kesehatan
janin, persiapan mental dalam menyambut kelahiran, perubahan gaya hidup dan
berbagai pola pikir lainnya.4
Beberapa gangguan mental-perilaku dalam kehamilan meliputi gangguan
mood mayor, skizofrenia, gangguan cemas, gangguan pola makan, dan gangguan
personalitas. gangguan mood mayor meliputi gangguan depresi dan gangguan
bipolar. Bangkitan skizofrenia dapat muncul saat kehamilan, karena onset
skizofrenia pada wanita lambat dan muncul kebanyakan saat usia penderita
memasuki usia produktif. Gangguan personalitas merupakan mekanisme koping
stress yang jarang diketahui oleh ibu dan memberikan kesan perilaku-perilaku
yang tidak pantas.5

2.3 Gangguan Mood Mayor


Gangguan Mood Mayor merupakan gangguan mood atau perasaan.
Perubahan-perubahan hormon seputar kehamilan memegang andil yang cukup
besar pada perubahan mood pada kehamilan, hal ini berhubungan dengan naik

3
turunnya kadar estrogen pada wanita. Estrogen memegang andil dalam modulasi
pelepasan hormon seroton.1 Dennis dkk (2007) melaporkan sekitar 10 persen
wanita hamil mengalami depresi. Depresi pada masa post partum mencakup 10-20
persen parturien, sedikit lebih besar dari wanita yang tidak hamil.6 Tanda-tanda
depresi meliputi perasaan sedih, kehilangan gairah, ketidakmampuan untuk
berkonsentrasi dan gangguan pola tidur.13 Gangguan depresi seringkali
berhubungan erat dengan keadaan-keadaan seperti kehamilan pada usia muda,
penyalahgunaan alkohol, wanita perokok, hamil diluar pernikahan, hiperemesi
gravidarum, kelahiran prematur. Baby-blues syndrome merupakan istilah
gangguan depresi yang sering digunakan yang muncul pada 1 dari 5 perempuan
pasca melahirkan yang hilang pada umumnya dalam 6 bulan7,8
Gangguan Bipolar merupakan gangguan mood yang terdiri dari episode
mania dan depresi. Episode depresi setidaknya terjadi selama sekurang-kurang 2
minggu, dilanjutkan dengan masa-masa mania. Pada masa mania berat dapat
memberikan psikosis pada pasien. Gangguan Psikosis dapat menjadi serius,
karena adanya keinginan untuk menyakiti diri dan bayi baru lahir pada wanita-
wanita pasca melahirkan. Sekitar 20 persen penderita akan melakukan percobaan
bunuh diri. Penyebab-penyebab organik dari kelainan bipolar meliputi
penyalahgunaan zat, hipertiroid, tumor SSPdan kemungkinan besar mutasi dari
kromosom 16.5
Gangguan Mood mayor berat, yang mengganggu fungsionalitas serta
adanya keinginan untuk menyakiti diri maupun janin ditangani dengan pemberian
anti depresan dan edukasi tentang efek samping dari pemberian SSRI seperti
kelainan pembentukan jantung.10 Jika membaik dalam waktu 6 minggu, terapi
dilanjutkan 6 bulan berikutnya untuk mencegah kekambuhan. Jika dalam 6
minggu gejala tidak membaik atau terdapat kekambuhan, dipertimbangkan rujuk
bagian psikiatri.9 Pemberian Lithium pada trimester awal kasus Bipolar sangat
tidak disarankan, karena efek teratogenik yang sudah dibuktikan menyebabkan
defek dari jantung janin.10

2.4 Skizofrenia

4
Terdapat 4 subtipe skizofrenia yang dikenal saat ini, catatonic,
disorganized, dan undifferentiated. Tanda-tanda skizofrenia adalah delusi,
halusinasi, afek datar sampai rendah, dan gangguan kognitif bahasa.5 Gejala-gejala
skizofrenia pada wanita muncul pada onset yang lebih lambat dibandingkan pria,
gejala dapat tidak muncul sampai pernikahan. Hal ini menyebabkan tingginya
angka kejadian skiwofrenia pada kehamilan, dikarenakan onset yang lambat
tersebut.5 Jablensky dkk (2005) dalam studinya mendapatkan sekitar 3000 wanita
hamil dengan skizofrenia mengalami gangguan plasenta tiga kali lipat dan fetal
distress 1.4 kali lipat dibanding wanita hamil tanpa skizofrenia.11 Bangkitan
skizofrenia hampir pasti muncul apabila pengobatan dihentikan, McKenna dkk
(2005) menyimpulkan bahwa tidak ada efek teratogenik pada pengobatan
skizofrenia, sehingga dianjurkan pengobatan dilanjutkan sebagaimana
mestinya.10,12

2.5 Gangguan Cemas


Gangguan cemas meliputi serangan panik, gangguan cemas, fobia akan
sesuatu, obsesif-kompulsif, stress pascatrauma. Semua ditandai dengan adanya
ketakutan tidak rasional akan sesuatu, tegang, dan kekhawatiran akan sesuatu.
Dengan gejala keringat berlebih, suhu tubuh rendah, peningkatan laju pernafasan.5
Walaupun sering ditemukan pada masa kehamilan, sangat sedikit penelitian yang
dilakukan dalam menemukan hubungan antara gangguan cemas dengan masa
kehamilan.1 Penanganan gangguan cemas harus dengan perhatian tinggi, karena
penggunaan SSRI dapat berdampak pada organogenesis janin pada awal masa
kehamilan.10

2.6 Gangguan Pola Makan


Gangguan pola makan muncul pada sebagian besar wanita muda dan
dewasa muda.1 Gangguan pola makan meliputi anorexia nervosa, suatu keadaan
dimana penderita menolak untuk makan, dan bullimia nervosa, yaitu pola makan
berlebihan yang diikuti dengan muntah paksa atau puasa. Bulik dkk (2009) dalam
studinya mendapatkan tidak adanya perbedaan prevalensi gangguan pola makan
14
pada wanita hamil dengan wanita tidak hamil. Pada kasus gangguan pola

5
makan, didapatkan peningkatan kasus keguguran serta terhambatnya pertumbuhan
janin. Hal ini berhubungan erat dengan intake nutrisi wanita hamil yang terganggu
pada gangguan pola makan.15

2.7 Gangguan Personalitas


Gangguan personalitas atau sering disebut gangguan kepribadian meliputi
paranoid, skizoid, skizotipal yang ditandai dengan keanehan dan eksentriknya
gejala dan tanda. Histrionik, narsistik, ditandai dengan gambaran berlebihan akan
diri sendiri. Umumnya penderita tidak mengalami gangguan fungsional, sehingga
sedikit yang terdeteksi maupun mencari bantuan5 Tidak didapatkan perbedaan
yang bermakna pada angka kejadian gangguan personalitas pada wanita hamil dan
wanita tidak hamil.1

6
BAB III

KESIMPULAN

Kehamilan merupakan stressor yang tinggi. Beban pikiran yang tinggi

menyebabkan atau memperberat berbagai gangguan-gangguan mental dan

perilaku. Gangguan mental dan perilaku pada masa kehamilan dapat berupa

gangguan mental-perilaku yang didapat saat kehamilan, maupun gangguan

mental-perilaku yang gejala dan tandanya muncul saat kehamilan seperti

gangguan mood dan skizofrenia.

Pemberian terapi medikamentosa pada umumnya tidak memberikan

dampak yang serius pada janin, dengan pengecualian pada antidepresan Golongan

SSRI yang dianjurkan tidak diberikan secara rutin dan pemberian lithium pada

kasus Bipolar yang tidak dianjurkan karena efek teratogeniknya.

7
DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham FG, Leveno K J, Bloom S L, Hauth J C, Gilstrap III L C,


Wenstrom K D.2010. Neurological and Psychiatric Disorders. In: Williams
obstetrics 23nd ed. McGraw Hill.
2. Maslim, Rusdi. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas
dari PPDGJ-III. Bagian ilmu kedokteran jiwa FK Unika Atma Jaya.
3. Andersson L. 2003. Point prevalence of psychiatric disorders during the
second trimester of pregnancy: a population-based study Am J Obstet
Gynecol. 189(1). pp.148-54.
4. Morrewitz SJ. 2003. Feelings of Anxiety and functioan Impairment During
Pregnancy. Obstet Ginecol. 101. Pp.109.
5. American Psychiatric Association. 2000. The Diagnostic and Statistic Manual
of Mental Disorders 4th Ed. Text Revision DSM-IV-TR
6. Dennis CL, Ross LE. 2007. Psychosocialand Psychological Intervention for
Treating Antenatal Depression. Cochrane Database Syst Review. 3. Pp. 6309
7. Jossefson A. 202. Obstetric, Somatic and Demographic Risk Factor for Post
Partum Depressive Symptoms. OBS Gyn. 99. Pp.223
8. Lee AM, Lam SK. 2007. Prevalence, Course, and Risk Factor for Antenatal
Anxiety and Depression. Obs Gyn. 110. Pp.1102.
9. Wisner KL, Parry BL. 2002. CM: Postpartum Depression. N Engl J Med.
347. Pp.194.
10. American College of Obstetricians and Gynecologist. 2007. Use of
Psychiatric Medication During Pregnancy and Lactation. Practice Bulletin.
11. Jablensky AV, Wadley V. 2005. Pregnancy, Delivery, and Neonatal
Complication in a Population Cohort of Women with Schizophrenia and
Major Mental Disorders. Am J Psychiatry. 162. Pp.79.
12. McKenna K, Koren G. 2005. Pregnancy Outcome of Women Using Atypical
Antipsychotic Drugs: A prospective Comparative Study. J Clin Psychiatry.
66. Pp.444
13. National of Mental Health: Depression. 2007

8
14. Bullik CM, Von Holle A, Siega-Riz AM. 2009. Birth Outcome in Women
with Eating Disorders in Norwegian Mother and Child Cohort. Int J Earing
Disorder 42nd ed. 1. Pp.9.
15. Sollid CP, Wisborg K, Hjort J, et al. 2004. Eating Disorder that was
Diagnosed Before Pregnancy and Pregnancy Outcomes. Am J Obstet
Gynecol. 190. Pp.206.

Anda mungkin juga menyukai