Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Dasar Nilai


Pengembangan Ilmu untuk Masa Depan

DOSEN PEMBIMBING

SUSANTI S.ST.,M.Keb

DISUSUN OLEH

1. Fitri Hilyatun Nabila ( 206119003 )


2. Ika Febriani ( 206119005 )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
D3 KEBIDANAN
2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan


rahmat serta hidayahnya shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan atas
junjungan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam yang telah
menunjukkan kita dari kegelapan menuju jalan yang terang benderang. Penulis
mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna karena
kesempurnaan hanyalah milik Allah Subhanahu Wa Ta'ala semata, maka dari itu
penulis meminta kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Cilacap, Desember 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGATAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN

BAB II PEMBAHASAN

A. Esensi Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu


B. Urgensi Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu
C. Urgensi Dinamika Pancasila sebagai Dasar Pengembangan Ilmu yang
sesuai dengan agama islam

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pancasila sebagai ideologi dalam masa pemerintahan Presiden Soeharto
diletakkan pada kedudukan yang sangat kuat melalui TAP MPR No.
II/1978 tentang pemasayarakatan P-4. Pada masa Soeharto ini pula,
ideologi Pancasila menjadi asas tunggal bagi semua organisasi politik
(Orpol) dan organisasi masyarakat (Ormas).
Pancasila sebagai ideologi negara merupakan kristalisasi nilai-nilai budaya
dan agama dari bangsa Indonesia. Pancasila sebagai ideologi bangsa
Indonesia mengakomodir seluruh aktivitas kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara, demikian pula halnya dalam aktivitas ilmiah.
Oleh karena itu, perumusan Pancasila sebagai paradigma ilmu bagi
aktivitas ilmiah di Indonesia merupakan sesuatu yang bersifat niscaya.
Sebab, pengembangan ilmu yang terlepas dari nilai ideologi bangsa, justru
dapat mengakibatkan sekularisme, seperti yang terjadi pada zaman
Renaissance di Eropa. Bangsa Indonesia memiliki akar budaya dan religi
yang kuat dan tumbuh sejak lama dalam kehidupan masyarakat sehingga
manakala pengembangan ilmu tidak berakar pada ideologi bangsa, sama
halnya dengan membiarkan ilmu berkembang tanpa arah dan orientasi
yang jelas.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Esensi Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu?
2. Bagaimana Urgensi Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu?
3. Bagaiman keterkaitan Urgensi Dinamika Pancasila sebagai Dasar
Pengembangan Ilmu yang sesuai dengan agama islam ?

C. TUJUAN
Agar mahasiswa dapat memahami bagaimana Esensi dan Urgensi
Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu untuk Masa Depan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Esensi Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu

Hakikat Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan iptek dikemukakan Prof.


Wahyudi Sediawan dalam Simposium dan sarasehan Pancasila sebagai
Paradigma Ilmu Pengetahuan dan Pembangunan Bangsa, sebagai berikut:

1. Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa memberikan kesadaran bahwa


manusia hidup di dunia ibarat sedang menempuh ujian dan hasil ujian
akan menentukan kehidupannya yang abadi di akhirat nanti. Salah satu
ujiannya adalah manusia diperintahkan melakukan perbuatan untuk
kebaikan, bukan untuk membuat kerusakan di bumi. Tuntunan sikap
pada kode etik ilmiah dan keinsinyuran, seperti: menjunjung tinggi
keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan masyarakat; berperilaku
terhormat, bertanggung jawab, etis dan taat aturan untuk meningkatkan
kehormatan, reputasi dan kemanfaatan professional, dan lain-lain,
adalah suatu manifestasi perbuatan untuk kebaikan tersebut. Ilmuwan
yang mengamalkan kompetensi teknik yang dimiliki dengan baik sesuai
dengan tuntunan sikap tersebut berarti menyukuri anugrah Tuhan
(Wahyudi, 2006: 61--62).
2. Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab memberikan arahan,
baikbersifat universal maupun khas terhadap ilmuwan dan ahli teknik di
Indonesia. Asas kemanusiaan atau humanisme menghendaki agar
perlakuan terhadap manusia harus sesuai dengan kodratnya sebagai
manusia, yaitu memiliki keinginan, seperti kecukupan materi,
bersosialisasi, eksistensinya dihargai, mengeluarkan pendapat, berperan
nyata dalam lingkungannya, bekerja sesuai kemampuannya yang
tertinggi (Wahyudi, 2006: 65). Hakikat kodrat manusia yang bersifat
mono-pluralis, sebagaimana dikemukakan Notonagoro, yaitu terdiri
atas jiwa dan raga (susunan kodrat), makhluk individu dan sosial (sifat
kodrat), dan makhluk Tuhan dan otonom (kedudukan kodrat)
memerlukan keseimbangan agar dapat menyempurnakan kualitas
kemanusiaannya.
3. Sila ketiga, Persatuan Indonesia memberikan landasan esensial bagi
kelangsungan Negara Kesatauan Republik Indonesia (NKRI). Untuk
itu,ilmuwan dan ahli teknik Indonesia perlu menjunjung tinggi asas
Persatuan Indonesia ini dalam tugas-tugas profesionalnya. Kerja sama
yang sinergis antarindividu dengan kelebihan dan kekurangannya
masing-masing akan menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi
daripada penjumlahan produktivitas individunya (Wahyudi, 2006: 66).
Suatu pekerjaan atau tugas yang dikerjakan bersama dengan semangat
nasionalisme yang tinggi dapat menghasilkan produktivitas yang lebih
optimal.
4. Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan memberikan arahan asa
kerakyatan, yang mengandung arti bahwa pembentukan negara republik
Indonesia ini adalah oleh dan untuk semua rakyat Indonesia. Setiap
warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama terhadap
negara. Demikian pula halnya dengan ilmuwan dan ahli teknik wajib
memberikan kontribusi sebasar-besarnya sesuai kemampuan untuk
kemajuan negara. Sila keempat ini juga memberi arahan dalam
manajemen keputusan, baik pada tingkat nasional, regional maupun
lingkup yang lebih sempit (Wahtudi, 2006: 68). Manajemen keputusan
yang dilandasi semangat musyawarah akan mendatangkan hasil yang
lebih baik karena dapat melibatkan semua pihak dengan penuh kerelaan.
5. Sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
memberikan arahan agar selalu diusahakan tidak terjadinya jurang (gap)
kesejahteraan di antara bangsa Indonesia. Ilmuwan dan ahli teknik yang
mengelola industri perlu selalu mengembangkan sistem yang
memajukan perusahaan, sekaligus menjamin kesejahteraan karyawan
(Wahyudi, 2006: 69). Selama ini,pengelolaan industri lebih berorientasi
pada pertumbuhan ekonomi, dalam arti keuntungan perusahaan
sehingga cenderung mengabaikan kesejahteraan karyawan dan
kelestarian lingkungan. Situasi timpang ini disebabkan oleh pola kerja
yang hanya mementingkan kemajuan perusahaan. Pada akhirnya, pola
tersebut dapat menjadi pemicu aksi protes yang justru merugikan pihak
perusahaan itu sendiri.

B. Urgensi Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu

Pentingnya Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu, meliputi hal-hal


sebagai berikut:
a. Perkembangan ilmu dan teknologi di Indonesia dewasa ini tidak berakar
pada nilai-nilai budaya bangsa Indonesia sendiri sehingga ilmu pengetahuan
yang dikembangkan di Indonesia sepenuhnya berorientasi pada Barat (western
oriented)
b. Perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia lebih berorientasi pada
kebutuhan pasar sehingga prodi-prodi yang “laku keras” di perguruan tinggi
Indonesia adalah prodi-prodi yang terserap oleh pasar (dunia industri).
c. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia belum
melibatkan masyarakat luas sehingga hanya menyejahterakan kelompok elite
yang mengembangkan ilmu (scientist oriented).

C. Urgensi Dinamika Pancasila sebagai Dasar Pengembangan Ilmu yang


sesuai dengan agama islam

Sejak Islam lahir di muka bumi ini, Islam sudah memberikan penghargaan
yang begitu besar kepada ilmu. Sebagaimana sudah diketahui, bahwa nabi
Muhammad ketika diutus oleh Allah sebagai rasul, hidup dalam masyarakat
yang terbelakang, kemudian Islam datang menawarkan cahaya penerang yang
mengubah masyarakat Arab jahiliyah menjadi masyarakat yang berilmu dan
beradab.
Kalau kita lihat dari sejarahnya, pandangan Islam tentang pentingnya ilmu itu
tumbuh bersamaan dengan munculnya Islam itu sendiri.
Ketika Rasulullah menerima wahyu pertama yang mula-mula diperintahkan
untuk “membaca”(lihat Al-Alaq:1). Perintah ini tidak hanya sekali diucapkan
Jibril tetapi berulang-ulang sampai nabi dapat menerima wahyu tersebut. Dari
kata iqra’ inilah kemudian lahir aneka makna seperti menyampaikan, menelaah,
mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu, dan membaca teks baik yang
tertulis maupun tidak. Wahyu pertama, itu menghendaki umat Islam untuk
senantiasa membaca dengan dilandasi bismi Rabbik, dalam arti hasil bacaan itu
nantinya dapat bermanfaat untuk kemanusiaan.
Dalam surat az-Zumar ayat 9 juga dinyatakan, Artinya : ……..Katakanlah:
"Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran. (QS:az-Zumar:9) Di samping kedua ayat tersebut di atas, ada juga
Q.S Mujadalah:11. Ayat- ayat di atas mengisyaratkan betapa pentingnya
menuntut ilmu dan mengembangkannya bahkan merupakan sebuah kewajiban,
karena dengan ilmu pengetahuanlah manusia dapat mencapai kemuliaan
dengan mendapat derajat yang tinggi dan luhur.
Seperti yang tertuang dalam Pancasila sila pertama yaitu Ketuhanan Yang
Maha Esa, dimana menuntut setiap warga negara mengakui Tuhan Yang Maha
Esa sebagai pencipta dan tujuan akhir, baik dalam hati dan tutur kata maupun
dalam tingkah laku sehari-hari. Di Indonesia sendiri terdapat 6 agama yang
diakui, diantara nya yaitu agama Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik,
Budhha, Hindu dan Konghucu. Dari ke-6 agama tersebut, saya disini akan
lebih membahas agama Islam terutama moralitas agama Islam di kehidupan
masyarakat yang majemuk.
Pluralisme atau kemajemukan, Di Indonesia dengan penduduk terbanyak ke
empat dunia, terdiri dari berbagai latar belakang suku bangsa, agama,
kebudayaan, adat istiadat dan lain sebagainya. Yogyakarta dikenal dengan kota
wisata dan pelajar tentu saja mempunyai kemajemukan agama karna banyak
nya pendatang dan turis. Perbedaan latar belakang tersebut terkait dalam motto
Bhineka Tunggal Ika, yang artinya walaupun berbeda-beda tapi tetap satu jua.
Hal ini berdampak pada bentuk keislaman di Indonesia yang cenderung pluralis.
Islam pluralis menunjukkan paham keberagaman yang didasarkan pada
pandangan bahwa agama-agama lain yang ada di dunia ini sebagai yang
mengandung kebenaran dan memberikan manfaat serta keselamatan bagi para
penganutnya.
Di tengah-tengah kemajemukan agama yang ada di Indonesia tepatnya di
Yogyakarta, pentingnya moralitas itu sangatlah di butuhkan untuk menjaga
berprilaku. Di butuhkannya suatu paradigma atau pemahaman tentang
menanggapi kemajemukan agama itu sendiri, contoh nya saja dakwah. Dakwah
disini tidak berarti berusaha menghilangkan perbedaan pemahaman keagamaan,
tetapi lebih pada upaya penyadaran untuk ikhlas menerima kemajemukan.
Dakwah juga mempunyai tujuan mengubah tingkah laku manusia dari tingkah
laku negatif ke tingkah laku positif.
Ajaran moral ini sangat lah penting dan juga berguna, agar tidak adanya
kesalahpahaman atau pun pedoman untuk berprilaku diantara agama yang lain
nya. Dalam tatanan konseptual kita semua mengetahui bahwa agama memiliki
nilai-nilai universal yang dapat mengikat dan merekatkan berbagai komunitas
sosial walaupun berbeda dalam hal suku bangsa, letak geografis, tradisi dan
perbedaan kelas sosial. Hanya saja dalam implementasi, nilai-nilai agama yang
merekatkan berbagai komunitas sosial tersebut sering mendapat benturan,
terutama karena adanya perbedaan kepentingan yang bersifat sosial ekonomi
maupun politik antar kelompok sosial satu dengan yang lain. Dengan
pandangan ini, yang ingin saya sampaikan adalah bahwa kerukunan umat
beragama memiliki hubungan yang sangat erat dengan faktor ekonomi dan
politik, disamping faktor-faktor lain seperti penegakan hukum, pelaksanaan
prinsip-prinsip keadilan dalam masyarakat dan peletakan sesuatu pada
proporsinya. Agar kerukunan di kemajemukan agama dapat terjalin haruslah
mempunyai stratgi, diantaranya yaitu membimbing umat beragama agar makin
meningkat keimanan dan ketakwaan mereka kepada Tuhan Yang Maha Esa
dalam suasana rukun baik intern maupun antar umat beragama, melayani dan
menyediakan kemudahan beribadah bagi para penganut agama, tidak
mencampuri urusan akidah dan ibadah sesuatu agama lain, melindungi agama
dari penyalah gunaan dan penodaan, mendorong dan mengarahkan seluruh
umat beragama untuk hidup rukun dalam bingkai Pancasila dan konstitusi
dalam tertib hukum bersama, mendorong, memfasilitasi dan mengembangkan
terciptanya dialog dan kerjasama antara pimpinan majelis-majelis dan
organisasi-organisasi keagamaan dalam rangka untuk membangun toleransi
dan kerukunan antar umat beragama, dan mengembangkan wawasan
multikultural bagi segenap lapisan dan unsur masyarakat melalui jalur
pendidikan, penyuluhan dan riset aksi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu, artinya kelima sila Pancasila
merupakan pegangan dan pedoman dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Beberapa terminologi yang dikemukakan para pakar untuk
menggambarkan peran Pancasila sebagai rujukan bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, antara lain Pancasila sebagai intellectual bastion
(Sofian Effendi); Pancasila sebagai common denominator values (Muladi);
Pancasila sebagai paradigma ilmu.Pentingnya Pancasila sebagai dasar nilai
pengembangan ilmu bagi mahasiswa adalah untuk memperlihatkan peran
Pancasila sebagai rambu-rambu normatif bagi pengembangan ilmu pengetahuan
di Indonesia. Selain itu, pengembangan ilmu dan teknologi di Indonesia harus
berakar pada budaya bangsa Indonesia itu sendiri dan melibatkan partisipasi
masyarakat luas.

B. Saran
Penulis berharap agar pembaca dapat memberikan saran bagi pemulis agar penulis
lebih baik lagi dalam membuatnnya.
DAFTAR PUSTAKA

Nurwardani, Paristiyanti. 2016. Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi.


Jakarta: Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti Republik
Indonesia
http://referensiagama.blogspot.com/2011/01/islam-dan-pengembangan-ilmu-
pengetahuan.html

Anda mungkin juga menyukai