Anda di halaman 1dari 10

Materi Presentasi Paradigma Ekonomi yang Mempengaruhi Sistem Ekonomi Indonesia (

Paradigma Dependensia)

KELOMPOK 3
ANGGOTA :
1. Talitha Salsabila Y. (153190067)
2. Khafla Fathima N. (153190068)
3. Galih Fikyandhita (153190082)

LATAR BELAKANG TEORI DEPENDENSIA ( Teori Ketergantungan )


Timbulnya tradisi dependensia adalah akibat dilepaskan nya teori-teori dan strategi
pembangunan yang gagal dan ada kecenderungan orang mencari kerangka intepretasi baru untuk
memformulasikan strategi tandingan. Teori ini muncul di Amerika latin, yang menjadi kekuatan
reaktif dari suatu kegagalan teori modernisasi dalam pembangunan yang sedang dijalankan.
Tradisi berpikir kritis ini timbul akibat fenomena yang terjadi dalam varians ekonomi, yaitu pada
awal tahun 1960-an.

Teori Dependensi lahir sebagai tanggapan atas gagalnya program KEPBBAL (Komisi
ekonomi PBB untuk Amerika Latin) atau ECLA (United nation Economic Commission for Latin
America) dan merupakan kritik terhadap Marxisme Ortodoks di negara-negara Amerika latin
pada awal tahun 1960- an. Berdasarkan hal itu Teori Dependensi merumuskan hubungan antar
negara-negara barat dengan negara dunia ketiga sebagai hubungan yang dipaksakan, eksploitatif
dan ketergantungan.

Teori ini menitikberatkan pada persoalan keterbelakangan dan pembangunan negara dunia
ketiga. Teori dependensi merupakan “suara negara-negara pinggiran untuk menentang hegemoni
ekonomi, politik, budaya dan intelektual dari negara maju. Pada tahun 1950-an banyak
pemerintahan di amerika latin (dikenal cukup “populis”) mencoba menerapkan stategi
pembangunan dari KEPBBAL yang menitikberatkan proses industrialisasi melalui program
Industrialisasi Substitusi impor (ISI). Dengan strategi tersebut diharapkan dapat memberikan
keberhasilan yang berkelanjutan untuk pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan hasil
pembangunan, peningkatan kesejahteraan rakyat, sekaligus memberikan suasana yang
mendorong pembnagunan politik yang demokratis.

Akan tetapi yang terjadi adalah sebaliknya, ekspansi ekonomi yang amat singkat berubah
menjadi stagnasi ekonomi. Pada awal 1960-an berbagai masalah ekonomi mendasar seperti;
pengangguran, inflasi, devaluasi, penurunan nilai tukar perdagangan, mulai tampak ke
permukaan. Dalam waktu singkat banyak pemerintahan di Amerika Latin diharuskan untuk
berhadapan dengan gerakan perlawanan rakyat, yang diikuti dengan tumbangnya pemerintahan
yang populis ini. Lebih tragis lagi, diganti oleh pemerintahan otoriter dengan dukungan militer.
Akibatnya kepercayaan para cendekiawan terhadap program KEPBBAL dan teori
modernisasi hilang. Menurutnya teori modernisasi telah membuktikan ketidakmampuannya
untuk memenuhi janji-janji keberhasilan pembangunan ekonomi dan politik, terutama terhadap
stagnasi ekonomi, berkembangnya represi politik dan melebarnya ketimpangan kaya dan miskin.

Teori dependensi juga dipengaruhi dan merupakan jawaban atas krisis Teori Marxis
Ortodoks di Amerika Latin. Menurut pandangan Marxis Ortodoks, Amerika Latin harus melalui
tahapan revolusi industri “Borjuis’ sebelum melalui revoluis sosialis proletar. Namun demikian
Revolusi RRC 1949 dan Revolusi Kuba 1950, mengajarkan bahwa negara dunia ketiga tidak
harus selalu mengikuti tahapan-tahapan perkembangan tersebut, bahkan dapat langsung menuju
dan berada pada tahapan revolusi sosialis.

Teori dependensi ini segera menyebar dengan cepat ke belahan Amerika Utara pada akhir
tahun 1960-an. Andre Gunder Frank adalah orang yang paling bertanggungjawab terhadap
penyebaran awal teori ini pada masyarakat intelektual internasional. Bahkan di luar Amerika
Latin, teori Dependensi ini diidentifikasikan dengan Frank pada majalah Amerika Monthly
Review, tempat Frank sering menulis.

Di Amerika Serikat teori dependensi memperoleh sambutan hangat, karena hal ini terjadi
kedatangannya hampir bersamaan dengan lahirnya kelompok intelektual muda radikal yang
tumbuh dan berkembang subur pada masa revolusi kampus di AS, akibat protes anti perang,
gerakan kebebasan wanita dan gerakan “Ghetto”. Chirot (1981), menggambarkan kegagalan
Amerika di Vietnam dan menyebarnya kerusuhan rasial pada pertengahan tahun 1960-an yang
diikuti oleh inflasi kronis, devaluasi US$, dan perasaan kehilangan kepercayaan diri pada masa
awal tahun 1970-an, menyebabkan hilangnya keyakinan landasan moral Teori Modernisasi.

Dalam suasana sejarah tahun 1960-an dengan paradigma baru untuk memberikan jawaban
atas kegagalan program KEPBBAL, krisis teori Marxis Ortodox dan menurunnya kepercayaan
terhadap teori modernisasi di AS, muncullah teori Dependensi.

Asumsi dasar dan Thesis teori Dependensi

 Asumsi dasar teori dependensi, adalah:

1. Keadaan ketergantungan dilihat sebagai suatu gejala yang sangat umum, berlaku bagi
seluruh negara dunia ketiga. Teori Dependensi berusaha menggambarkan watak-watak
umum keadaan ketergantungan di dunia ketiga sepanjang sejarah kapitalisme dari abad
XVI samapai sekarang.

2. Ketergantungan dilihat sebagai kondisi yang diakibatkan oleh faktor luar. Sebab
terpenting yang menghambat pembangunan tidak terletak pada kekurangan modal atau
tenaga dan semangat berwiraswasta, melainkan terletak di luar jangkauan politik-
ekonomi dalam negeri suatu negara. Warisan sejarah kolonial dan pembagian kerja
internasional yang timpang bertanggung jawab terhadap kemerdekaan pembangunan
negara dunia ketiga.

3. Permasalahan ketergantungan lebih dilihat sebagai masalah ekonomi, yang terjadi akibat
mengalirnya surplus ekonomi dari negara dunia ketiga ke negara maju. Hal ini
diperburuk lagi karena negara dunia ketiga mengalami kemerosotan nilai tukar
perdagangan relatifnya.

4. Situasi ketergantungan merupakan bagaian yang tidak terpisahkan dari proses polarisasi
regional ekonomi global. Di satu pihak, mengalirnya surplus ekonomi dari dunia ketiga
menyebabkan keterbelakangan, sementara hal yang sama merupakan salah satu (satu-
satunya?) faktor yang mendorong lajunya pembangunan di negara maju. Dengan kata
lain, keterbelakangan di negara dunia ketiga dan pembangunan di negara sentral tidak
lebih tidak kurang sebagai dua aspek dari satu proses akumulasi moal yang pada akhirnya
menyebabkan terjadinya polarisasi regional di dalam tatanan ekonomi dunia yang global
ini.

5. Keadaan ketergantungan dilihat sebagai suatu hal yang bertolak belakang dengan
pembangunan. Bagi teori dependensi, pembangunan di negara pinggiran mustahil
terlaksana. Teori dependensi berkeyakinan bahwa pembangunan yang otonom dan
berkelanjutan hampir dapat dikatakan tidak mungkin dalam situasi yang terus menerus
terjadi pemindahan surplus ekonomi ke negara maju.

 Berdasarkan beberapa asumsi dasar tersebut, teori dependensi merumuskan thesisnya,


sebagai berikut:

1. Keterbelakangan di negara dunia ketiga justru merupakan hasil kontak yang dilakukan
oleh negara- negara dunia ketiga dengan negara-negara maju.

2. Kontak dengan negara-negara maju tidak menularkan nilai-nilai modern yang dibutuhkan
untuk pembangunan, tetapi sebaliknya dia membutuhkan suatu kolonialisme di dalam
negeri yang dilakukan oleh kaum elite dari negara-negara dunia ketiga yang bekerjasama
dengan kaum pemodal dari luar negeri da mengekploitasi rakyat miskin di negara dunia
ketiga tersebut.

3. Di Tingkat Internasional dannasuional, kapitalisme menimbulkan keterbelakangan. Ciri-


ciri struktural dalam bentuk kemajuan dan keterbelakangan ekonomi selalu ada dan
timbul dalam ekspansi dan pertumbuhan sistem kapitalis manapun juga, sehingga
terdapat bentuk polarisasi dalam hubungan metropole dan satellite.
Theotonio Dos Santos (1970) merumuskan tentang dependensi, yaitu:

Suatu keadaan dimana perkembangan ekonomi negara tertentu tergantung perkembangan dan
perluasan ekonomi dari negara-negara lain yang lebih dominan. Hubungan interdependensi
antara dua atau lebih sistem perekonomian, dan sistem-sistem ini dengan perdagangan dunia
,berubah enjadi dependensi kalau beberapa negara yang lebih dominan semakin berkembang,
sedang negara-negara lainnya hanya bisa melakukan ini sebagai bayangan dari perluasan
ekonomi dari negara-negara dominan, yang bisa berakibat positif atau negatif pada
perkembangan jangka pendek perekonomian negara-negara tersebut.

PENGARUH PARADIGMA DEPENDENSI TERHADAP SISTEM


EKONOMI INDONESIA
Asumsi dari teori dependency ini adalah dominasi perekonomian dunia oleh negara-negara
pusat (core) dan rekayasa eksploitasi yang dilakukan oleh mereka yang pada akhirnya justru
menjadikan negara-negara pinggiran ini semakin tergantung kepada negara pusat. Teori
memberikan peringatan bahwa interaksi antara negara maju dan miskin pada satu sisi
menguntungkan tetapi disisi lain ternyata juga membawa efek ketergantungan yang pada masa-
masa sebelumnya belum pernah terfikir.
Teori ini juga menjelaskan kemampuan suatu perekonomian yang terbelakang
(underdeveloped) sangat susah untuk mencapai perekonomian yang modern. Menurut teori ini
keadaan tersebut disebabkan karena adanya perangkap ketergantungan dan dominasi dari
perekonomian yang telah maju. Masyarakat yang berdiam di wilayah perekonomian yang
underdeveloped telah kehilangan kemandiriannya dan menjadi kawasan pinggiran dari wilayah-
wilayah yang telah maju perekonomiannya. Contoh yang paling sering dikemukakan ialah
hubungan negara-negara kawasan utara dunia (negara-negara maju) dengan kawasan selatan
(negara-negara sedang berkembang).
Definisi Ketergantungan menurut Dos Santos adalah dimana kehidupan ekonomi suatu
negara tertentu dipengaruhi oleh perkembangan dan ekspansi dari kehidupan ekonomi negara
lain. Negara tersebut hanya berperan sebagai penerima akibat saja. Meski demikian,
dimungkinkan bila negara pusat berkembang maka negara pinggiran dapat ikut serta
berkembang. Menurutnya ada 3 pola ketergantungan yaitu :

 Ketergantungan colonial ; capital financial dan perdagangan dibawah otoritas


negarapenjajah dan terdapat monopoli dalam perdagangan untuk kepentingan negara
kolonial.
 Ketergantungan financial industry : adanya hegemoni capital oleh negara kuat kepada
negara berkembang, akibat nya ekonomi domistik tergantung pada eksport.
 Ketergantungan teknologi industry : kehadiran multinasional corporation, adanya
monopoli teknologi oleh negara maju menyebabkan negara berkembang harus membayar
sewa hak paten.
Ketergantungan ini sangat terlihat sekali dan sangat melekat dalam kehidupan kita.
Seseorang ingin pergi ke kantor menggunakan mobil, dan mobil tersebut adalah buatan negara
Jepang. Para mahasiswa pergi ke kampus menggunakan motor juga buatan Jepang. Saat
menonton televisi, televisi tersebut juga buatan Jepang. Kita berkomunikasi dengan ponsel,
buatan Korea. Dan masih banyak lagi contoh-contoh ketergantungan dalam kehidupan
kita. Dalam mempermudah kegiatan sehari hari kita sangatlah tergantung dengan produk-produk
tersebut dan seolah-olah kita tidak dapat terlepas dari negara maju yang telah menciptakan
produk itu.

Ketergantungan kita dengan negara lain memiliki dampak kelemahan dan kekuatan. Menurut
Robert A. Packenham kelemahan dari teori dependensi yaitu:

 Menyalahkan hanya kapitalisme sebagai penyebab dari ketergantungan.


 Konsep-konsep inti, termasuk konsep ketergantungan itu sendiri kurang didefinisikan
secara jelas.
 Hanya didefinisikan sebagai konsep dikotomi.
 Sedikit sekali dibicarakan tentang proses yang memungkinkan sebuah negara dapat lepas
dari teori tersebut.
 Selalu diangap sebagai sesuatu yang negatif.
 Kurang membahas dengan teori lain (otonomi).
Sedangkan kekuatan dari teori ini yaitu:

 Menekan aspek internasional.


 Mempersoalkan akibat dari politik luar negeri.
 Membahas proses internal dari perubahan di negara-negara pinggiran.
 Menekankan pada kegiatan sektor swasta dalam hubungannya dengan kegiatan
perusahaan-perusahaan multinasional.
 Membahas hubungan antar kelas yang ada di dalam negeri.
 Mempersoalkan bagaimana kekayaan nasional ini dibagikan antar kelas-kelas sosial,
antar daerah dan antar negara.
Dependensi memang memiliki dampak positif untuk kemajuan bangsa ini. Akan tetapi disisi
lain depandensi ini juga berpengaruh pada perekonomian warga, terutama pada industri dalam
negeri. Banyaknya barang-barang produk luar negeri yang masuk ke Indonesia membuat
masyarakat lebih melirik produk luar negeri dari pada dalam negeri. Mereka juga jauh lebih
bangga menggunakan produk-produk asing tersebut di kehidupan sehari-hari. Padahal produk
dalam negeri pun juga tak kalah bagus kualitasnya.
Banyak sekali produk-produk dalam negeri yang bisa kita tandingkan dengan produk luar
negeri. Di sisi lain budaya populer juga berpengaruh pada fenomena ini, yaitu tren dan
konsumerisme. Hal ini apabila dibiarkan terus menerus akan membuat omset para produsen
dalam negeri menurun. Masyarakat yang memiliki Usaha Kecil Menengah (UKM) juga akan
terkena imbasnya. Padahal program UKM ini difungsikan oleh pemerintah untuk mengentaskan
kemiskinan dan pengangguran.

Menjamurnya restoran-restoran asing seperti KFC, McDonald, Hoka-Hoka Bento dan


sejenisnya membuat masyarakat memilih makan ditempat tersebut karena dirasa berkelas. Hal ini
juga menciptakan persepsi bahwa makan di angkringan atau warung-warung kecil lainnya
hanyalah untuk orang-orang pinggiran atau berkantong tipis. Fenomena dependensi ini pada
dasarnya dapat kita seimbangkan dengan ikut mencintai produk-produk dalam negeri. Walaupun
disisi lain kita juga tetap membutuhkan produk luar negeri untuk menunjang kebutuhan lainnya.
Dengan bijak menggunakan produk dalam negeri dan luar negeri akan membantu kondisi
perekonomian masyarakat Indonesia.

PERBEDAAN MODERNISASI DAN DEPENDENSI

A. TEORI MODERNISASI
Modernisasi diartikan sebagai proses transformasi dimana struktur dan nilai-nilai
tradisional diganti dengan seperangkat struktur dan nilai-nilai modern. Teori modernisasi
yang lahir sekitar tahun 1950-an di Amerika Serikat merupakan wujud respon kaum
intelektual bara tats kondisi dunia yang terjadi setelah Perang Dunia II. Lahirnya negara-
negara merdeka baru bekas jajahan Eropa di Asia, Afrika, dan Amerika Latin pasca Perang
Dunia II merupakan pemicu lahirnya teori ini. Menurut web academia, Negara-negara baru
ini secara serempak mencari model-model pembangunan yang hendak digunakan sebagai
contoh untuk membangun ekonominya dalam usaha untuk mempercepat pencapaian
kemerdekaan politiknya. Dalam situasi ini, wajar jika elit politik Amerika Serikat
memberikan dorongan dan fasilitas bagi ilmuan sosialnya untuk mempelajari permasalahan
Dunia Ketiga dalam rangka menghindari kemungkinan terpengaruh dan atau jatuhnya
negara baru tersebut ke tangan Uni Soviet.
Pandangan teori Modernisasi menganggap bahwa negara-negara Dunia Ketiga
merupakan negara yang masih terbelakang (masih berkembang) dengan masyarakat
tradisionalnya, dan sementara negara-negara Barat dipandang sebagai negara yang sudah
modern. Pada umumnya, masyarakat di Negara-negara berkembang cenderung
mengadaptasi nilai-nilai gaya hidup Barat untuk menunjukkan identitasnya agar tidak
ketinggalan zaman (hidup modern). Teori modernisasi memiliki asumsi-asumsi dasar
sebagai berikut:

1. Modernisasi merukapan proses bertahap


2. Modernisasi juga dapat dikatakan sebagai proses homogenisasi
3. Modernisasi terkadang mewujud dalam bentuk lahirnya sebagai proses Eropanisasi
danAmerikanisasi atau modernisasi sama dengan barat
4. Modernisasi juga dilihat sebagai proses yang tidak bergerak mundur
5. Modernisasi merupakan perubahan progresif
6. Modernisasi memerlukan waktu Panjang. Modernisasi dilihat sebagai proses
evolusioner dan bukan perubahan revolusioner.
7. Perkembangan masyarakat dapat dilakukan dengan menciptakan proses diferensiasi
struktural.
8. Diciptakan lapangan kerja dan struktur-struktur baru dalam masyarakat.
9. Perbedaan kemajuan masyarakat terjadi karena perbedaan kondisi internal.
10. Kapasitas masyarakat lebih maju dari masyarakat lain karena semata-mata faktor
internal dan yang utama adalah ‘cultural deficiency’.

Menurut web pustaka, dalam proses modernisasi itu terjadi suatu proses perubahan yang
mengarah pada perbaikan, para ahli manajemen pembangunan menganggapnya sebagai
suatuproses pembangunan dimana terjadi proses perubahan dari kehidupan tradisional
menjadi modern, yang pada awal mulanya ditandai dengan adanya penggunaan alat-alat
modern, menggantikan alat-alat yang tradisional.
Satu hal yang menonjol dari teori ini adalah modernisasi seolah-olah tidak memberikan
celah terhadap unsur luar yang dianggap modern sebagai sumber kegagalan, namun lebih
menekankan sebagai akibat dari dalam masyarakat itu sendiri. Alhasil faktor eksternal
menjadi terabaikan. Teori modernisasi memberikan solusi, bahwa untuk membantu Dunia
Ketiga termasuk kemiskinan, tidak saja diperlukan bantuan modal dari negara-negara maju,
tetapi negara itu disarankan untuk meninggalkan dan mengganti nilai-nilai tradisional dan
kemudian melembagakan demokrasi politik (Garna, 1999: 9). Karena berpatokan dengan
perkembangan di Barat, modernisasi diidentikkan dengan westernisasi. Teori ini pun kurang
mampu menjawab kegagalan penerapannya di Amerika Latin, tidak memperhatikan kondisi
obyektif masyarakat, sejarah dan tradisi lama yang masih berkembang di Negara Dunia
Ketiga. Untuk menjawabnya, muncullah teori modernisasi baru. Bila dalam teori
modernisasi klasik, tradisi dianggap sebagai penghalang pembangunan, dalam teori
modernisasi baru, tradisi dipandang sebagai faktor positif pembangunan. Namun, tetap saja
baik teori modernisasi klasik, maupun baru, melihat permasalahan pembangunan lebih
banyak dari sudut kepentingan Amerika Serikat dan negara maju lainnya.
Teori modernisasi melihat hubungan antara Negara Dunia Pertama (Amerika Serikat dan
negara-negara maju lainnya) dengan Negara Dunia Ketiga layaknya hubungan antara
masyarakat modern dengan tradisional. Hubungan ini mencerminkan kuatnya pengaruh
Barat sebagai role-model terhadap Timur. Hal ini membuat negara berkembang harus selalu
berkaca kepada Barat untuk melakukan modernisasi membuat Barat dengan mudah
menanamkan nilai-nilainya kepada mereka. Negara Dunia Ketiga dengan sendirinya harus
menolak paham komunis sebagaimana Negara Dunia Pertama menolaknya. Termasuk
menerima dominasi asing yang kini dilembagakan dalam hukum formal. Bantuan asing
berupa modal dan investasi bertebaran di negara-negara berkembang seperti padi di sawah.
Dari penjelasan di atas, teori modernisasi pun memberikan implikasi akan adanya
perubahan/transformasi yang direncanakan pemerintah (top-down).

B. TEORI DEPENDENSI
Teori dependensi lahir sebagai hasil “revolusi intelektual” secara umum pada pertengahan
tahun 60-an sebagai tantangan para ilmuwan Amerika Latin terhadap pandangan Barat
mengenai pembangunan. Teori ini merupakan kritik terhadap teori modernisasi. Dasar
pemikiran teori ini adalah pandangan Marx tentang masyarakat sebagai satu kesatuan sistem
atas dua struktur utama: struktur atas dan bawah dimana struktur atas yang berupa sistem
budaya, ideologi, politik dan sosial digerakkan oleh struktur bawah yang merupakan sistem
ekonomi. Teori ini mencermati hubungan dan keterkaitan negara Dunia Ketiga dengan
negara sentral di Barat sebagai hubungan yang tak berimbang dan karenanya hanya
menghasilkan akibat yang akan merugikan Dunia Ketiga. Negara sentral di Barat selalu dan
akan menindas negara Dunia Ketiga dengan selalu berusaha menjaga aliran surplus ekonomi
dari negara pinggiran ke negara sentral. Asumsi-asumsi dasar teori dependensi mencakup:
1. Keadaan ketergantungan dilihat sebagai suatu gejala yang universal, berlaku bagi
seluruh negara dunia Ketiga.
2. Ketergantungan dilihat sebagai kondisi yang diakibatkan oleh faktor luar eksternal.
3. Situasi ketergantungan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses polarisasi
regional ekonomi global.
4. Keadaan ketergantungan dilihat sebagai suatu hal yang mutlak bertolak belakang
dengan pembangunan.
5. Perkembangan masyarakat didasarkan atas konflik yang terjadi. Konflik-konflik yang
tercipta justru membawa perubahan masyarakat secara global.
6. Solusi yang dikemukakan teori ketergantungan klasik bahkan melepaskan diri dari
hubungan dengan negara maju (berdikari).

Implikasi kebijaksanaan pembangunan dengan model dependensi di antaranya adalah


negara pinggiran harus memutuskan hubungan dengan negara sentral. Hal itu demi
berkurang atau bahkan menghilangnya intervensi dan pengaruh asing di negara yang
didominasi. Dengan begitu, negara pinggiran akan berusaha mandiri. Mengingat negara
sentral sekarang adalah negara-negara maju yang menganut paham liberal-kapitalis, maka
dengan berkurangnya pengaruh mereka tumbuhlah benih-benih sosialisme. Yang
memungkinkan terjadinya revolusi sosialis di tubuh negara pinggiran. Maka, negara-negara
yang memakai teori ini akan kalau tidak disebut berpatokan mengarah pada perwujudan
sosialisme, seperti akar historis kelahiran teori ini.
Teori dependensi ini juga pasti memiliki kekurangan, bahkan kritik yang ada mungkin
lebih banyak dari sanggahan terhadap teori modernisasi (Suwarsono-So,1991:137). Salah
satu persoalan yang luput dari perhatian teori ini adalah kurangnya pembahasan tentang
kolonialisme yang pernah tumbuh subur di kebanyakan negara-negara berkembang.
Menurut perspektif dependensi, pemerintahan kolonial didirikan dengan tujuan menjaga
stabilitas pemerintahan jajahan dan pemerintahan ini tidak akan pernah dibentuk dengan
tujuan untuk membangun negara pinggiran (Suwarsono-So. 1991:121).

C. PENERAPAN TEORI MODERNISASI DAN TEORI DEPENDENSI DI INDONESIA


Salah satu penerapan teori modernisasi di Indonesia adalah ketika krisis ekonomi yang
melanda Indonesia tahun 1998, negara ini meminta bantuan keuangan ke Dana Moneter
Internasional (IMF), untuk memulihkan kembali perekonomian Indonesia. Bantuan IMF
membuat pertumbuhan ekonomi negara sedang berkembang semakin tergantung pada IMF
demi kestabilan ekonomi. Karena membutuhkan modal untuk memperbaiki perekonomian
pada masa krisis, Indonesia mau menerima berbagai persyaratan dari IMF. Apalagi misi IMF
memang memulihkan kesulitan ekonomi. Namun yang terjadi justru IMF banyak
mengintervensi kebijakan-kebijakan politik dan ekonomi yang menyebabkan krisis menjadi
lebih parah. Selain itu, Indonesia juga harus menanggung bunga pinjaman dari surplus
ekonomi yang didapat. Walaupun membayar bunga memang kewajiban ketika berhutang,
namun Indonesia bias mencari pinjaman negara lain yang lebih rendah bunganya disbanding
IMF, misalnya Malaysia atau Jepang. Selisih bunga yang bias mencapai Rp10 trilyun hingga
Rp15 trilyun bisa digunakan untuk menambah anggaran negara.
Teori dependensi mengajukan solusi bahwa sebaiknya negara-negara pinggiran yaitu
negara berkembang harus melepaskan pengaruh dari hegemoni negara pusat yaitu negara
maju. Upaya ini pernah dilakukan oleh Indonesia dengan memutus hubungan kerjasama
dengan IMF. Upaya mandiri ini tertuang pada TAP MPR VI/MPR/2002 yang saat itu
mengamanatkan agar pemerintah tidak memperpanjang kerjasama dengan IMF pada akhir
tahun 2003 . Dengan demikian, secara politik, telah diputuskan bahwa Indonesia akan
mandiri dari bantuan finansial IMF. Pada tanggal 12 Oktober 2006, amanat itu terealisasi.
Indonesia secara efektif telah melunasi seluruh pinjaman kepada IMF yang seharusnya
pelunasan tersebut jatuh tempo pada akhir 2010. Percepatan pelunasan ini mengurangi beban
utang dan meningkatkan kepercayaan diri dalam menyusun dan melaksanakan program
pembangunan ekonomi . Pemutusan hubungan kerjasama antara Indonesia dengan IMF
merupakan salah satu praktek teori dependensi. Hal ini dilakukan untuk menciptakan
kemandirian bangsa yang tidak bergantung dengan IMF yang banyak diintervensi oleh
Amerika Serikat. Namun, penerapan modernisasi di Indonesia masih sangat dominan karena
banyak modal di aset-aset vital didominasi oleh modal asing.
Teori modernisasi dan dependensi memberikan pandangan yang berbeda dalam
mengusulkan jalan keluar bagi keterbelakangan negara dunia ketiga (wilayah periphery).
Teori modernisasi menganjurkan untuk lebih mempererat keterkaitan antara negara
berkembang dengan negara maju melalui bantuan modal, termasuk peralihan budaya dan hal
lainnya. Sedangkan teori dependensi sebaliknya. Teori dependensi berupaya untuk
mengurangi keterkaitan antar negara dunia ketiga dengan negara kaya (sentral) sehingga
memungkinkan negara dunia ketiga untuk mencapai pertumbuhan dan pembangunan
mandiri yang dinamis.Pengalihan dari aplikasi teori modernisasi menuju dependensi
membutuhkan adanya revolusi sosial.Terdapat dua jenis teori dependensi, yaitu teori
dependensi klasik dan dependensi modern. Teori dependensi modern merupakan
perkembangan dari dependensi klasik yang disesuaikan dengan perubahan zaman dan
ideologi suatu negara.

SUMBER :

 Garna, Y. K. (1999). Teori Sosial dan Pembangunan Indonesia: Suatu Kajian melalui
Diskusi. Bandung: Primaco Academika.
 Suwarsono, & So, A. Y. (1991). Perubahan Sosial dan Pembangunan di Indonesia,
Teori-Teori Modernisasi, Dependensi, dan Sistem Dunia. Jakarta: LP3ES.
 https://www.academia.edu/13975629/3_teori_pembangunan
 https://www.pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/IPEM4542-M1.pdf

 Ikbar, Y. (2002). Ekonomi politik internasional :Studi pengenalan umum.


Bandung:Universitas Padjajaran.
 Todaro, P Micahel. (1998) Ekonomi Pembangunan di Dunia Ketiga, Bina Aksara,Jakarta.
1998
 https://www.academia.edu/7578850/Dependency_Theory_Indonesia_dan_Ketergantunga
n_Terhadap_Negara_Maju
 Salim, Agus. (2002). Perubahan sosial, Tiara Wacana Yogya, Yogyakarta.
 learning.upnyk.ac.id › PERSPEKSTIF DEPENDENSI DALAM PERUBAHAN SOSIAL
Sejarah Lahirnya

Anda mungkin juga menyukai