Anda di halaman 1dari 14

Dugaan Kasus Pembunuhan Anak 2 Tahun

Dino Hendarto / 102015249


Joshua Armando Sitompul / 102016103
Sapto / 102016273
Natalie Deskla Pattiasina / 102015017
Livia Theda / 102016034
Betcy / 102016096
Nessya Vanietamala / 102016164
Chrysilla Dita / 102016202
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
Email: betcyyy@gmail.com

Abstrak
Seorang dokter tidak hanya bertugas dalam hal kesehatan, namun seorang dokter juga dapat
berperan sebagai saksi ahli dalam suatu penegakan keadilan. Ilmu kedokteran forensik,
merupakan cabang ilmu kedokteran yang berperan untuk penegakan keadilan. Aspek hukum
dan medicolegal yang akan dibahas adalah jenis pembunuhan, otopsi, dan pembuatan visum
et repertum. Tanatologi merupakan bagian dari Ilmu Kedokteran Forensik yang mempelajari
kematian dan perubahan yang terjadi setelah kematian, serta faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan tersebut. Asfiksia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan
terjadinya gangguan pertukaran udara pernapasan, mengakibatkan oksigen darah berkurang
(hipoksia) disertai dengan peningkatan karbondioksida (hiperkapnea). Asfiksia dapat
dikategorikan menjadi asfiksia kimiawi dan mekanik.
Kata Kunci: otopsi, tanatologi
Abstract
A doctor is not only in charge of health matters, but a doctor can also play an expert witness role in
upholding justice. Forensic medical science, a branch of medical science whose role is to uphold
justice. The legal and medicolegal aspects that will be discussed are the type of murder, autopsy, and
the making of visum et repertum. Tanatology is a part of Forensic Medicine that studies death and
changes that occur after death, as well as the factors that influence these changes. Asphyxia is a
condition characterized by impaired respiratory air exchange, resulting in reduced blood oxygen
(hypoxia) accompanied by an increase in carbon dioxide (hypercapnea). Asphyxia can be categorized
as chemical and mechanical asphyxia.
Keywords: Autopsy, thanatology
Pendahuluan
Seorang dokter tidak hanya bertugas dalam hal kesehatan, namun seorang dokter juga
dapat berperan sebagai saksi ahli dalam suatu penegakan keadilan. Ilmu kedoktran forensik,
merupakan cabang ilmu kedokteran yang berperan untuk penegakan keadilan. Terkadang
seorang dokter akan dimintai keterangannya sebagai saksi ahli oleh penyidik jika diperlukan.1
Aspek Hukum dan Medikolegal

1
Jenis Pembunuhan
Terdapat beberapa bentuk tindak pidana pembunuhan yaitu pembunuhan biasa,
pembunuhan dengan pemberatan, pembunuhan berencana, pembunuhan bayi oleh ibunya,
abortus dan kematian yang terjadi akibat kelalalian. Pembunuhan biasa yaitu tindak pidana
yang diatur dalam pasal 338 KUHP yang berbunyi “Barangsiapa dengan sengaja merampas
atau menghilangkan nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan, dengan pidana penjara
paling lama lima belas tahun.” Unsur-unsur pembunuhan biasa yaitu ‘barangsiapa’ yang
berarti ada orang tertentu yang melakukannya dan “dengan sengaja” yaitu sengaja sebagai
maksud, sengaja dengan keinsyafan pasti, sengaja dengan keinsyafan kemungkina,
menghilangkan nyawa orang lain.2,3
Pembunuhan dengan pemberatan yaitu tindak pidana pembunuhan yang diatur dalam
pasal 339 KUHP yang berbunyi “Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu
perbuatan pidana, yang dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah
pelaksanaannya, atau untuk melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana
dalam hal tertangkap tangan, ataupun untuk memastikan penguasaan barang yang
diperolehnya secara melawan hukum, diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau
selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.” Unsur-unsur dari kejahatan ini yaitu
pembunuhan ini dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan suatu perbuatan pidana lain
yang dilakukan sesudah pembunuhan itu, pembunuhan ini dilakukan sesudah melakukan
perbuatan lain dengan tujuan untuk menyelamatkan dirinya atau peserta lainnya dalam hal
tertangkap tangan atau untuk memastikan penguasaan barang yang diperolehnya secara
melawan hukum. 2,3
Pembunuhan Berencana yaitu tindak pidana yang diatur dalam pasal 340 KUHP yang
berbunyi “Barangsiapa sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang lain,
diancam karena pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana mati atau pidana
penjara seumur hidup, atau selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun.” Unsur-unsur
pembunuhan rencana yaitu a) Adanya kesengajaan yaitu kesengajaan yang harus disertai
dengan suatu perencanaan terlebih dahulu. Selain itu, yang bersalah di dalam keadaan tenang
dan memikirkan untuk melakukan pembunuhan tersebut kemudian melakukan maksudnya
tanpa melihat berapa lama waktunya. Unsur yang lainnya adalah diantara saat timbulnya
pikiran untuk membunuh dan pada saat melakukan pembunuhan tersebut, pelaku memiliki
ketenangan dalam pikiran. 2,3
Pembunuhan anak sendiri menurut UU di Indonesia adalah pembunuhan yang
dilakukan oleh seorang ibu atas anaknya pada ketika dilahirkan atau tidak berapa lama

2
setelah dilahirkan , karena takut ketahuan bahwa ia melahirkan anak.anak yang diatur dalam
pasal 341, pasal 342, dan pasal 343 KUHP. 2,3
Abortus yaitu tindakan menggugurkan kandungan yang diatur dalam pasal 346, pasal
347, pasal 348, pasal 349 KUHP. 2,3
Kematian yang disebabkan akibat adanya kelalaian diatur dalam pasal 359 KUHP
yang berbunyi “Barangsiapa karena kealpaannya atau kelalaiannya menyebabkan matinya
orang lain, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau kurungan paling lama
satu tahun.” 2,3
Otopsi
Otopsi merupakan suatu hal penting dalam pembuktian suatu kasus kematian karena
dapat menggantikan sepenuhnya Corpus Delicti (tanda bukti). Pelaksanaan permintaan otopsi
diatur dalam pasal 133 hingga pasal 135 KUHAP yang berbunyi4,5
Pasal 133 KUHAP
1. Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik
luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak
pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
2. Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
3. Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit
harus diperlakukan baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan
diberi label yg memuat identitas mayat diberi cap jabatan yang dilekatkan pada ibu
jari kaki atau bagian lain badan mayat.
Pasal 134 KUHAP
1. Dalam hal sangat diperlukan di mana untuk keperluan pembuktian bedah mayat tidak
mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada
keluarga korban.
2. Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan sejelas-jelasnya tentang
maksud dan tujuan perlu dilakukannya pembedahan tersebut.
3. Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atau pihak
yang perlu diberitahu tidak ditemukan, penyidik segera melaksanakan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat 3 undang-undang ini.
Pasal 135 KUHAP

3
“Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan perlu melakukan penggalian mayat,
dilaksanakan menurut ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat 2 dan pasal
134 ayat 1 undang - undang ini”
Pemeriksaan otopsi oleh kedokteran forensik terhadap korban yang meninggal
dilakukan untuk kepentingan proses peradilan adalah merupakan tugas yang dilakukan sesuai
permintaan oleh pihak penyidik. Bentuk bantuan dapat diberikan pada saat terjadi tindak
pidana akan diterangkan harus diberikan secara tertulis, yang disebut dengan Visum et
Repertum.4,5

Pemeriksaan Medis
Pemeriksaan Tanatologi
Tanatologi merupakan bagian dari Ilmu Kedokteran Forensik yang mempelajari
kematian dan perubahan yang terjadi setelah kematian, serta faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan tersebut. Tanatologi berasal dari kata thanatos (berhubungan
dengan kematian) dan logos (ilmu). Kematian dapat dibagi menjadi dua fase, yaitu somatic
death (kematian somatik) dan cellular death (kematian tingkat sel). Kematian somatik
merupakan fase kematian dimana tidak didapati tanda-tanda kehidupan lagi, seperti denyut
jantung dan gerakan pernapasan, suhu tubuh menurun, dan tidak adanya aktivitas listrik pada
rekaman EEG (electroencephalogram). Beberapa saat setelah kematian somatik akan timbul
kematian organ dan jaringan hingga ke tingkat sel.6 Tanda pasti kematian yaitu rigor mortis,
livor mortis, algor mortis, dan pembusukan/dekomposisi..7
Rigor Mortis
Rigor mortis merupakan kaku mayat yang umumnya terjadi 1-2 jam setelah kematian.
Rigor mortis dimulai saat tubuh kehabisan ATP (adenosine triphosphate) sebagai sumber
energi yang umumnya disimpan dalam tubuh dalam bentuk glikogen. Secara fisiologis, serat
otot membutuhkan ATP untuk relaksasi, ketika sudah habis, protein aktin dan miosin tetap
berikatan yang mengakibatkan kekakuan otot. Oleh karena itu, syarat terbentuknya kaku
mayat adalah habisnya glikogen.7
Kaku mayat terjadi pada semua otot secara bersamaan, namun awalnya akan paling
sering ditemukan pada kelompok otot yang kecil, seperti otot rahang. Selain itu, sering
ditemukan pada ekstremitas atas dan bawah, seperti di gambar 1. Kaku mayat terjadi pada
otot polos dan otot skeletal, termasuk miokardium, folikel rambut (yang ditandai dengan
berdirinya bulu kuduk, seperti pada gambar 2), dan keluarnya cairan semen dan sperma.7

4
Gambar 1. Kaku Mayat7

Gambar 2. Kaku Otot Folikel Rambut7


Kaku mayat muncul 1-2 jam setelah kematian, kemudian akan terus terjadi secara
progesif hingga 12 jam, kemudian menghilang setelah 12 jam saat jaringan rusak akibat
autolisis dan pembusukan.7
Livor Mortis
Livor mortis adalah pewarnaan ungu kemerahan (lebam) yang muncul pada daerah
terendah sesuai gravitasi akibat berhentinya perdarahan (gambar 3). Lebam mayat umumnya
terjadi 30 menit hingga 2 jam setelah meninggal dan hilang dengan penekanan (gambar 4),
walaupun dapat terjadi lebih cepat pada kasus gagal jantung berat, dimana sirkulasi
antemortem-nya lambat. Setelah 8-12 jam, sel darah merah akan ekstravasasi dari pembuluh
darah ke jaringan lunak di sekitarnya. Setelah sekitar 8-12 jam, tidak akan hilang dengan
penekanan. Di daerah lebam umumnya akan muncul tardieu spots yang muncul akibat ruptur
pembuluh darah akibat penekanan dari gravitasi (gambar 5). Umumnya ditemukan pada
kasus yang berhubungan dengan gantung diri, dan muncul di ekstremitas bawah.7

Gambar 3. Lebam Mayat7

5
Gambar 4. Lebam Mayat Hilang dengan Penekanan7

Gambar 5. Tardieu Spots7


Algor Mortis
Algor mortis adalah suatu proses penurunan suhu tubuh setelah kematian. Penurunan
suhu ini terjadi jika suhu lingkungan lebih rendah dibandingkan suhu tubuh ketika
meninggal. Pada tubuh yang lebih kurus dan balita akan terjadi penurunan suhu lebih cepat
dibandingkan tubuh yang obesitas. Faktor yang mempengaruhi penurunan suhu tubuh setelah
kematian yaitu suhu udara, pakaian, aliran udara dan kelembaban, keadaan tubuh korban,
aktivitas, dan sebab kematian.7
Pembusukan/Dekomposisi
Dekomposisi merupakan proses degradasi jaringan akibat autolisis dan bakteri,
terutama akibat mikroorganisme di usus yang menyebar ke seluruh tubuh. Pembusukan
dimulai dari abdomen yang secara klinis akan muncul pewarnaan hijau setelah 24-36 jam,
biasanya muncul di kuadran kanan bawah (gambar 6). Warna kehijauan disebabkan reaksi
hemoglobin dengan H2S (hydrogen sulfat) menjadi sulf-met-hemoglobin.7

6
Gambar 6. Dekomposisi Awal di Kuadran Kanan Bawah7
Tanda dekomposisi lainnya yaitu marbling sign akibat reaksi hydrogen sulfat yang
diproduksi oleh bakteri dan haemoglobin (gambar 7). Bengkak dari tubuh terjadi akibat
produksi gas dari bakteri yang muncul setelah 2-3 hari dan menyebabkan distorsi dari tubuh
dan wajah. Tanda lainnya yaitu adanya pembentukan gas (hydrogen sulfida, metana) di organ
dan lapisan subkutan, serta cavitas tubuh, terbentuknya bullae berwarna kehijauan dibawah
lapisan epidermis, kemudian akan terjadi pengelupasan lapisan terluar kulit (stratum
corneum) umumnya terjadi di daerah tangan (glove formation) seperti pada gambar 8. Kulit
ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi mayat dari sidik jari. 7,8 Organ dalam tubuh akan
mengalami pembusukan, dimulai dari jaringan otak, lambung dan usus, diikuti jantung dan
paru, serta ginjal, dan yang paling lama membusuk adalah uterus dan prostat. Bagian tubuh
terakhir yang mengalami pembusukan adalah tulang.8

Gambar 7. Marbling Sign9

Gambar 8. Bullae dan Glove Formation8


Tanda pembusukan selanjutnya yaitu mumifikasi dan pembentukan adipocere
(saponifikasi). Mumifikasi adalah proses penguapan cairan dalam jaringan yang terjadi secara
cepat sehingga terjadi pengeringan jaringan yang menghentikan proses pembusukan. Proses
ini umumnya terjadi pada suhu udara yang tinggi dan udara yang kering dan berlangsung
selama 1-3 bulan. Mumifikasi akan bertahan lama sekali dengan perubahan yang minimal.8

7
Gambar 9. Mumifikasi7
Saponifikasi merupakan proses yang terjadi pada tubuh yang terendam air atau di
lingkungan yang lembab dan suhu yang rendah, serta mengandung alkali. Pada proses ini
akan terbentuk bahan berwarna keputihan seperti pasta akibat proses hidrogenisasi dari asam
lemak tak jenuh menjadi asam lemak jenuh dan akan bereaksi dengan alkali membentuk
sabun.7,8

Gambar 10. Saponifikasi10


Asfiksia
Asfiksia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran
udara pernapasan, mengakibatkan oksigen darah berkurang (hipoksia) disertai dengan
peningkatan karbondioksida (hiperkapnea). Dengan demikian organ tubuh mengalami
kekurangan oksigien (hipoksia hipoksik) dan terjadi kematian. Asfiksia umumnya
dikategorikan menjadi asfiksia mekanik dan asfiksia kimiawi. Asfiksia kimiawi merupakan
akibat reaksi kimia dan jaringan atau sel yang menggangu uptake, pelepasan, dan /atau
pemanfaatan oksigen. Contoh dari asfiksia kimia yaitu karbonmonoksida (CO), sianida (CN),
hydrogen sulfide (H2S).1,11
Asfiksia mekanik adalah mati lemas yang terjadi bila udara pernapasan terhalang
memasuki saluran pernapasan oleh berbagai kekerasan (yang bersifat mekanik), misalnya
penutupan lubang saluran pernapasan bagian atas yaitu dengan pembekapan (smothering) dan

8
penyumbatan (gagging dan choking); penekanan dinding saluran pernapasan yaitu dengan
penjeratan (strangulation), pencekikan (manual strangulation, throttling), gantung (hanging);
penekanan dinding dada dari luar (asfiksia traumatik); saluran pernapasan terisi air
(tenggelam/drowning). Karena mekanisme kematian pada kasus tenggelam bukan murni
disebabkan oleh asfiksia, maka ada sementara ahli yang tidak lagi memasukkan tenggelam ke
dalam kelompok asfiksia mekanik.1
Pada orang yang mengalami asfiksia akan timbul gejala yang dapat dibedakan dalam
empat fase yaitu:1
a) Fase dyspnea. Penurunan kadar oksigen sel darah merah dan penimbunan CO 2 dalam
plasma akan merangsang pusat pernapasan di medulla oblongata, sehingga amplitude
dan frekuensi pernapasan akan meningkat, nadi cepat, tekanan darah meninggi dan
mulai tampak tanda-tanda sianosis terutama pada wajah dan tangan.
b) Fase konvulsi, terjadi akibat kadar CO2 yang meningkat, menyebabkan timbulnya
rangsangan terhadap susunan saraf pusat sehingga terjadi konvulsi (kejang), yang
mula-mula berupa kejang klonik kemudian menjadi kejang tonik, dan akhirnya timbul
spasme opistotonik. Pada fase ini, pupil mengalami dilatasi, denyut jantung menurun,
tekanan darah juga menurun. Efek ini berkaitan dnegan paralisis pusat yang lebih
tinggi dalam otak akibat kekurangan O2.
c) Fase apnea. Depresi pusat pernapasan menjadi lebih hebat, pernapasan melemah dan
dapat berhenti. Kesadaran menurun dan akibat relaksasi sfingter dapat terjadi
pengeluaran cairan sperma, urin dan tinja.
d) Fase akhir. Terjadi paralisis pusat pernapasan yang lengkap. Pernafasan berhenti
setelah kontraksi otomatis otot pernapasan kecil pada leher. Jantung masi berdenyut
beberapa saat setelah pernapasan berhenti.
Masa dari saat asfiksia timbul sampai terjadinya kematian sangat bervariasi.
Umumnya berkisar antara 4-5 menit. Fase 1 dan 2 berlangsung lebih kurang 3-4 menit,
tergantung dari saturasi oksigen, bila tidak 100% maka waktu kematian akan lebih lama dan
tanda-tanda asfiksia akan lebih jelas dan lengkap.1
Pemeriksaan Luar pada Asfiksia
Pada pemeriksaan luar jenazah dapat ditemukan sianosis pada bibir, ujung-ujung jari
dan kuku. Perbendungan sistemik maupun pulmoner dan dilatasi jantung kanan merupakan
tanda klasik pada kematian akibat asfiksia. Warna lebam mayat merah-kebiruan gelap dan
terbentuk lebih cepat, dengan distribusi lebih luas akibat kadar CO2 yang tinggi dan aktivitas

9
fibrinolysin dalam darah sehingga darah sukar membeku dan mudah mengalir. Tingginya
fibrinolysin ini sangat berhubungan dengan cepatnya proses kematian.1
Terdapat busa halus pada hidung dan mulut yang timbul akibat peningkatan aktivitas
pernapasan pada fase 1 yang disertai sekresi selaput lendir saluran napas bagian atas. Keluar
masuknya udara yang cepat dalam saluran sempit akan menimbulkan busa yang kadang-
kadang bercampur darah akibat pecahnya kapiler. Gambaran perbendungan pada mata berupa
pelebaran pembuluh darah konjungtiva bulbi dan palbebra yang terjadi pada fase 2.
Akibatnya tekanan hidrostatik dalam pembuluh darah meningkat terutama dalam vena,
venula dan kapiler. Selain itu, hipoksia dapat merusak endotel kapiler sehingga dinding
kapiler yang terdiri dari selapis sel akan pecah dan timbul bintik-bintik perdarahan yang
dinamakan sebagai Tardieu's spot. Kapiler yang lebih mudah pecah adalah kapiler pada
jaringan ikat longgar, misalnya pada konjungtiva bulbi, palpebra dan subserosa lain. Kadang-
kadang dijumpai pula di kulit wajah.1
Pemeriksaan Bedah pada Asfiksia
Kelainan umum yang ditemukan pada pembedahan mayat korban meninggal akibat
asfiksia adalah:1
1. Darah berwarna lebih gelap dan lebih encer, karena fibrinolysin darah yang
meningkat pasca meninggal.
2. Busa halus di dalam saluran pernafasan
3. Perbendungan sirkulasi pada seluruh organ dalam tubuh sehingga menjadi lebih
berat, berwarna lebih gelap dan pada pengirisan banyak mengeluarkan darah
4. Petekie dapat ditemukan pada mukosa usus halus, epicardium bagian belakang
jantung daerah aurikulo-ventrikular, subpleural viseralis paru terutama di lobus
bawah pars diafragmatika dan fisura interlobaris, kulit kepala sebelah dalam
terutama daerah otot temporal, mukosa epiglottis dan daerah subglotis.
5. Edema paru akibat hipoksia
6. Kelainan-kelainan yang berhubungan dengan kekerasan, seperti fraktur laring
langsung atau tidak langsung, perdarahan faring terutama bagian belakang rawan
krikoid (pleksus vena submucosa dengan dinding tipis).
Pembekapan (smothering) adalah penutupan lubang hidung dan mulut yang
menghambat pemasukan udara ke paru-paru yang dapat menyebabkan kematian akibat
asfiksia. Cara kematian yang berkaitan dengan pembekapan dapat berupa bunuh diri,
kecelakaan, maupun pembunuhan. Pembunuhan biasanya terjadi pada kasus pembunuhan
anak sendiri. Pada orang dewasa hanya terjadi pada orang yang tidak berdaya seperti orang

10
tua, orang sakit berat, orang dalam pengaruh obat atau minuman keras. Bila pembekapan
terjadi dengan benda yang lunak, maka pada pemeriksaan luar jenazah mungkin tidak
ditemukan tanda-tanda kekerasan. Tanda kekerasan yang dapat ditemukan tergantung dari
jenis benda yang digunakan dan kekuatan menekan.1
Kekerasan yang mungkin terdapat adalah luka lecet jenis tekan atau geser, goresan
kuku dan luka memar pada ujung hidung, bibir, pipi dan dagu yang mungkin terjadi akibat
korban melawan. Luka memar atau lecet pada bagian/permukaan dalam bibir akibat bibir
yang terdorong dan menekan gigi, gusi dan lidah. Selanjutnya ditemukan tanda-tanda asfiksia
baik pada pemeriksaan luar maupun pada pembedahan jenazah. Perlu pula dilakukan
pemeriksaan kerokan bawah kuku korban, adakah darah atau epitel kulit si pelaku.1

Interpretasi Temuan
Pada kasus, pemeriksaan jenazah anak ditemukan lebam mayat pada punggung, tidak
hilang pada penekanan. Kaku mayat pada seluruh tubuh. Kuku jari-jari tangan dan kaki
berwarna kebiruan. Pada pergelangan tangan kiri, terdapat luka terbuka tepi rata, dasar
jaringan otot, dengan tidak ada pembuluh darah yang terpotong. Pada seluruh permukaan
bibir atas dan bawah terdapat memar berwarna biru kehitaman. Pada dinding paru dan
jantung ditemukan banyak bintik perdarahan, serta pelebaran pembuluh darah pada organ-
organ.
Berdasarkan lebam mayat, diduga anak telah meninggal lebih dari 8 jam. Berdasarkan
kaku mayat, diduga anak telah meninggal kurang dari 12 jam karena setelah 12 jam, kaku
mayat akan hilang. Kemudian diduga sebab kematian dengan kekerasan tumpul pada mulut
(saluran nafas atas) yang ditandai dengan adanya memar pada bibir atas dan bawah.
Mekanisme kematian disebabkan asfiksia, yang ditandai dengan warna biru kehitaman pada
bibir, kuku jari-jari tangan dan kaki serta adanya tardieu spots pada dinding paru dan jantung.
Pelebaran pembuluh darah organ menandakan adanya bendungan. Pada pergelangan tangan
ditemukan luka yang diduga akibat benda tajam.
Kesimpulan
Pada penemuan mayat anak laki-laki 2 tahun diduga telah meninggal 8-12 jam yang
lalu. Sebab kematian diduga akibat kekerasan tumpul pada mulut (saluran nafas atas) dengan
mekanisme kematian disebabkan asfiksia. Pada pergelangan tangan ditemukan luka yang
diduga akibat benda tajam.

Visum et Repertum

11
Contoh visum et repertum12,13
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik
Fakultas kedokteran Universitas Indonesia
Jl. Salemba Raya 6 Telp 3106197, Fax 3154626 Jakarta 10430
Nomor :3435-SK.III/2345/2-95 Jakarta, 16 Desember
2019
Lampiran :Suatu sampul tersegel-------------------------------------------------------
Perihal :Hasil Pemeriksaan Pembedahan-------------------------------------------
atas jenazah An.X
POJUSTITIA
Visum Et Repertum
Yang bertanda tangan dibawah ini, Budi, dokter ahli kedokteran forensik pada bagian
Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta, menerangkan
bahwa atas permintaan tertulis dari Kepolisian Resort Polisi Jakarta Selatan
No.Pol.:B/789/VR/XII/95/ Serse tertanggal 14 Desember 2019, maka pada tanggal 15
Desember tahun Dua ribu sembilan belas, pukul delapan lewat tiga puluh menit Waktu
Indonesia bagian Barat, bertempat diruang bedah Jenazah Bagian Forensik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia telah melakukan pemeriksaan atas jenazah yang menurut
surat permintaan tersebut adalah:
Nama :X----------------------------------------------------
Jenis kelamin :laki-laki--------------------------------------------
Umur :2 tahun---------------------------------------------
Kebangsaan :-----------------------------------------------------
Agama :-----------------------------------------------------
Pekerjaan :-----------------------------------------------------
Alamat :-----------------------------------------------------
Mayat telah diidentifikasi dengan sehelai label berwarna merah muda, dengan materai
lak merah, terikat pad ibu jari kaki kanan.
Hasil Pemeriksaan
I. Pemeriksaan Luar
1. Mayat tidak dibungkus
2. Mayat berpakaian sebagai berikut
3. Kaku mayat ditemukan pada seluruh tubuh
Kaku jari-jari tangan dan kaki berwarna kebiruan

12
Lebam mayat ada pada punggung tidak hilang pda penekanan
4. Pada tubuh terdapat luka luka sebagai berikut :
a. Pada pergelangan tangan kiri terdapat luka terbuka tepi rata, dasar jaringan
otot dengan tidak ada pembuluh darah yang terpotong.
b. Pada seluruh permukaan bibir atas dan bawah terdapat memar berwarna
biru kehitaman.
II. Pemeriksaan dalam (Bedah Jenazah)
Dinding paru dan jantung ditemukan ditemukan banyak bintik perdarahan, serta
pelebaran pembuluh darah dan organ-organ.
Kesimpulan
Pada mayat anak laki laki berusia 2 tahun ini diduga telah meninggal 8-12 jam yang lalu.
Kematian ini merupakan kematian tidak wajar. Ditemukan luka pada pergelangan tangan kiri
terdapat luka terbuka tepi rata, dasar jaringan otot dengan tidak ada pembuluh darah yang
terpotong akibat kekerasan benda tajam. Sebab kematian diduga akibat kekerasan tumpul
pada mulut (saluran nafas atas) akibat pembekapan jalan nafas yang ditandai dengan adanya
memar pada bibir atas dan bawah. Mekanisme kematian disebabkan asfiksia yang ditandai
dengan warna biru kehitaman pada bibir, kuku jari-jari tangan dan kaki serta adanya
bendungan darah pada dinding paru dan jantung.
Demikian saya uraikan dengan sebenar-benarnya berdasarkan keilmuan kedokteran saya
yang sebaik baiknya mengingat sumpah sesuai dengan KUHAP.
Dokter yang memeriksa,

Dr.Budi
NIP 20009837294

Daftar Pustaka
1. Budiyanto A, et al. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik
FKUI; 1997.p.3-11, 15-16, 26-33, 55-57, 64-70.
2. Andrisman T. Delik tertentu dalam KUHP. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
2011; h. 133.
3. Marpaung L. Tindak pidana terhadap nyawa dan tubuh. Jakarta,: Sinar Grafika. 2000;
h. 22.

13
4. Makie I. Fungsi otopsi forensik dan kewenangan kepolisian Republik Indonesia
berdasarkan KUHAP. Lex Privatum Juni 2016 4(5): 139-46.
5. Irsan K. Panduan memahami hukum pembuktian dalam hukum perdata dan hukum
pidana. Jakarta: Gramata Publishing. 2016; h.245
6. Senduk EA, Mallo JF, Tomuka DC. Tinjauan medicolegal perkiraan saat kematian.
Journal Biomedik. 2013; 5(1): S37-41
7. Presnell SE. Postmortem changes. Updated on Oct 13th 2015. Accessed from:
https://emedicine.medscape.com/article/1680032-overview#a5, Dec 13th 2019
8. Goff ML. Early post-mortem changes and stages of decomposition in exposed
cadavers. Exp Appl Acarol. 2009; 49:21-36
9. Gambar diunduh dari:
https://www.researchgate.net/publication/26318784_Early_postmortem_changes_and
_stages_of_decomposition_in_exposed_cadavers_Experimental_and/figures?lo=1, 14
Desember 2019
10. Gambar diunduh dari:
https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S1344622315300511, 14
Desember 2019
11. Graham MA. Pathology of asphyxia death. Updated on Jan 24 th 2016. Accessed from:
https://emedicine.medscape.com/article/1988699-overview#a5, Dec 14th 2019
12. Dahlan S. Pembuatan visum et repertum. Semarang : Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, 2007.
13. Safitry Oktavinda. Mudah Membuat Visum et Repertum Kasus Luka. Jakarta :
Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FKUI ;2016

14

Anda mungkin juga menyukai