Anda di halaman 1dari 3

Bagaimanakah hukum mengucapkan hari raya untuk pemeluk agama lain, misalnya mengucapkan "Selamat

Natal" dan sebagainya?


Mengucapkan “Selamat Natal” masalahnya berbeda.Dalam masyarakat kita, banyak ulama yang melarang, tetapi
tidak sedikit juga yang membenarkan dengan beberapa catatan khusus. Sebenarnya, dalam al-Qur’an ada ucapan
selamat atas kelahiran Isa: Salam sejahtera (semoga) dilimpahkan kepadaku pada hari kelahiranku, hari aku wafat,
dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali. (QS. Maryam [19]: 33).Surah ini mengabadikan dan merestui
ucapan selamat Natal pertama yang diucapkan oleh Nabi mulia itu.

Akan tetapi persoalan ini jika dikaitkan dengan hukum agama tidak semudah yang diduga banyak orang, karena
hukum agama tidak terlepas dari konteks, kondisi, situasi, dan pelaku.Yang melarang ucapan “Selamat Natal”
mengaitkan ucapan itu dengan kesan yang ditimbulkannya, serta makna populernya, yakni pengakuan Ketuhanan
Yesus Kristus.Makna ini jelas bertentangan dengan akidah Islamiah, sehingga ucapan “Selamat Natal” paling tidak
dapat menimbulkan kerancuan dan kekaburan. Ucapan selamat atas kelahiran Isa (Natal), manusia agung lagi suci
itu, memang ada di dalam al-Qur’an, tetapi kini perayaannya dikaitkan dengan ajaran agama Kristen yang
keyakinannya terhadap Isa al-Masih berbeda dengan pandangan Islam.Nah, mengucapkan “Selamat Natal” atau
menghadiri perayaannya dapat menimbulkan kesalahpahaman dan dapat mengantarkan kita kepada pengaburan
akidah. Ini dapat dipahami sebagai pengakuan akanketuhanan al-Masîh, satu keyakinan yang secara mutlak
bertentangan dengan akidah Islam. Dengan alasan ini, lahirlah larangan dan fatwa haram untuk mengucapkan
“Selamat Natal”, sampai-sampai ada yang beranggapan jangankan ucapan selamat, aktivitas apa pun yang
berkaitan atau membantu terlaksananya upacara Natal tidak dibenarkan.

Jelaskan pengertian Toleransi beragama dalam Islam, dan apakah ada batasan-batasan yang harus
dipatuhi oleh orang Islam?
Toleransi berasal dari bahasa latin dari kata "Tolerare" yang berarti dengan sabar membiarkan sesuatu. Jadi
pengertian toleransi secara luas adalah suatu perilaku atau sikap manusia yang tidak menyimpang dari aturan,
dimana seseorang menghormati atau menghargai setiap tindakan yang dilakukan orang lain. Toleransi juga dapat
dikatakan istilah pada konteks agama dan sosial budaya yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya
diskriminasi terhadap golongan-golongan yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas pada suatu
masyarakat. Misalnya toleransi beragama dimana penganut Agama mayoritas dalam sebuah masyarakat
mengizinkan keberadaan agama minoritas lainnya. Jadi toleransi antar umat beragama berarti suatu sikap
manusia sebagai umat yang beragama dan mempunyai keyakinan, untuk menghormati dan menghargai manusia
yang beragama lain.

Batasan –batasan yang harus di patuhi: toleransi yang diajarkan di dalam Islam. Allah telah memerintahkan
kepada hamba-Nya untuk bertoleransi pada orang-orang di luar Islam. Namun demikian, sikap toleransi tidak
boleh dipraktikkan dalam hal yang menyangkut akidah.Inilah ketentuan syariat yang berhubungan dengan
toleransi

Bentuk Bentuk Toleransi

Islam mengajarkan menolong siapa pun, baik orang miskin maupun orang yang sakit, muslim ata nonmuslim,
bahkan terhadap binatang sekalipun.

Tetap menjalin hubungan kerabat pada orang tua atau saudara non muslim

. Boleh memberi hadiah pada non muslim.

Apakah ada dasar-dasar dalam bentuk ayat atau hadis yang menjadi landasan pelaksanaan toleransi dalam
Islam?
Toleransi dianjurkan dalam masalah muamalah dan hubungan kemasyarakatan bukan menyangkut masalah
akidah dan ibadah. Toleransi dalam masalah ibadah dan akidah tertolak sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah
saat empat pemuka kafir Quraisy yakni Al-Walid bin Mughirah, Al-Ash bin Wail, Al-Aswad ibnul Muthalib, dan
Umayyah bin Khalaf datang menemui Rasulullah seraya berkata, “Wahai Muhammad, bagaimana kalau kami
beribadah kepada Tuhanmu dan kalian (Muslim) juga beribadah kepada Tuhan kami, kita bertoleransi dalam
segala permasalahan agama kita. Apabila ada sebagian dari ajaran agamamu yang lebih baik (menurut kami) dari
tuntunan agama kami, kami akan amalkan hal itu. Sebaliknya, jika ada dari ajaran kami yang lebih baik dari
tuntunan agamamu, engkau juga harus mengamalkannya.” (Tafsir Al-Qurtubi/14:425)
Sebagai jawaban dari perkataan mereka, kemudian Allah menurunkan surat Al-Kafirun ayat 1-6 yang menegaskan
bahwa tidak ada toleransi dalam hal yang menyangkut akidah.AllahSwt berfirman:

“Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.” (TQS. Al-Kafirun: 6)

Sedangkan sikap toleransi dalam masalah muamalah dan kemasyarakatan dijelaskan oleh Allah dalam Alqur’an
surat Al-Mumtahanah ayat 8-9,

“Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam
urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang
yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan mereka sebagai kawanmu orang-orang
yang memerangi kamu dalam urusan agama dan mengusir kamu dari kampung halamanmu dan membantu (orang
lain) untuk mengusirmu. Barang siapa menjadikan mereka sebagai kawan, mereka itulah orang yang zalim.” (TQS.
Al-Mumtahanah: 8-9)

Ibnu Katsir ra berkata, “Allah tidak melarang kalian berbuat baik kepada non muslim yang tidak
memerangi kalian seperti berbuat baik kepada wanita dan orang yang lemah di antara mereka. Hendaklah
kalian berbuat baik dan adil karena Allah menyukai orang-orang yang berbuat adil.” (Tafsir Alqur’a al-
Azhim, surat ke 7 ayat 247) Inilah toleransi yang diajarkan di dalam Islam. Allah telah memerintahkan
kepada hamba-Nya untuk bertoleransi pada orang-orang di luar Islam. Namun demikian, sikap toleransi
tidak boleh dipraktikkan dalam hal yang menyangkut akidah.Inilah ketentuan syariat yang berhubungan
dengan toleransi
4. Sebutkan dan jelaskan bentuk-bentuk toleransi dalam Islam yang anda ketahui?
Ada beberapa bentuk toleransi dalam Islam, di antaranya:

1. Islam mengajarkan menolong siapa pun, baik orang miskin maupun orang yang sakit, muslim ata nonmuslim,
bahkan terhadap binatang sekalipun.

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫فِى ك ل َكبِد َر ْطبَة أ َ ْج ر‬

“Dalam setiap hati yang basah( makhluk hidup yang diberi makan minum) ada pahalanya” (HR. Bukhari no. 2363
dan Muslim no. 2244). Lihatlah Islam mengajarkan peduli sesama.

2. Tetap menjalin hubungan kerabat pada orang tua atau saudara non muslim.

Allah Ta’ala berfirman,

َ ‫َوإِ ْن جَا َهدَاكَ عَلى أ َ ْن تش ِْركَ بِي َما لَي‬


‫ْس لَكَ بِ ِه ِع ْل م فَال تطِ ْعه َما َوصَاحِ بْه َما فِي ال ُّد ْنيَا َم ْعروف ا‬

“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu
tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” (QS.
Luqman: 15).

Dalam ayat di atas sekalipun seorang anak dipaksa syirik oleh orang tua, namun tetap kita disuruh berbuat
baik pada orang tua.Lihat Asma’ binti Abi Bakr ra ketika ia berkata, “Ibuku pernah mendatangiku di masa
NabiSawdalam keadaan membenci Islam. Aku pun bertanya pada Nabi untuk tetap jalin hubungan baik
dengannya. Beliau menjawab, “Iya, boleh.” Ibnu ‘Uyainah mengatakan bahwa tatkala itu turunlah ayat,

ِ ‫لَ يَ ْنهَاكم ه اللَُّ ع َِن اله ِذينَ لَ ْم يقَاتِلوك ْم فِى ال ِد‬


‫ين‬

“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu
….” (QS. Al Mumtahanah: 8)

3. Boleh memberi hadiah pada non muslim.

Islam memperbolehkan umat Islam memberi hadiah kepada non muslim, agar membuat mereka tertarik
pada Islam, atau ingin berdakwah dan atau ingin agar mereka tidak menyakiti kaum muslimin.

Dari Ibnu ‘Umar ra. , beliau berkata,

ْ َ‫ب ى – صلى هللا عليه وسلم – ا ْبت َ ْع َه ِذ ِه ا ْلحلهةَ ت َ ْلب‬


‫سهَا ي َْو َم ا لجُمعَ ِة‬ َ ‫َرأَى ع َمر حلهة‬
ِ ‫علَى َرجل تبَاع فَقَا َل لِلنه‬
‫ فَقَا َل‬. ‫ » ِإنه َما يَ ْلبَس َهذَا َم ْن لَ َخالَقَ لَه فِى اآلخِ َر ِة « َو ِإذَا جَا َءكَ ا ْل َو ْفد‬. ‫ى َرسول ه الل َُِّ – صلى هللا‬
َ ُِ ‫فَأت‬
‫ْف أ َ ْلبَسهَا َوقَ ْد ق ْلتَ فِيهَا َما ق ْلتَ قَا َل‬
َ ‫ فَقَا َل ع َمر َكي‬. ‫س َل إِلَى ع َم َر مِ ْنهَا بِحلهة‬ َ َ‫عليه وسلم – مِ ْنهَا بِحلَل ف‬
َ ُْ ‫أر‬
‫ ت َ ِبيعهَا أ َ ْو تَكْسو َها‬، ‫سهَا‬ ْ ‫س َل بِهَا ع َمر إِلَى أَخ لَه مِ ْن أ َ ْه ِل َم ه كةَ قَ ْب َل أ َ ْن ي‬
َ َ‫ » إِن ى لَ ْم أَكْس َكهَا ِلت َ ْلب‬. ‫س ِل َم‬ َ َ‫« ف‬
َ ُْ‫أر‬

“’Umar pernah melihat pakaian yang dibeli seseorang lalu ia pun berkata pada Nabi shallallahuSaw, “Belilah
pakaian seperti ini, kenakanlah ia pada hari Jum’at dan ketika ada tamu yang mendatangimu.” NabiSaw pun
berkata, “Sesungguhnya yang mengenakan pakaian semacam ini tidak akan mendapatkan bagian sedikit pun di
akhirat.” Kemudian RasulullahSaw didatangkan beberapa pakaian dan beliau pun memberikan sebagiannya pada
‘Umar. ‘Umar pun berkata, “Mengapa aku diperbolehkan memakainya sedangkan engkau tadi mengatakan bahwa
mengenakan pakaian seperti ini tidak akan dapat bagian di akhirat?” NabiSaw menjawab, “Aku tidak mau
mengenakan pakaian ini agar engkau bisa mengenakannya. Jika engkau tidak mau, maka engkau jual saja atau
tetap mengenakannya.” Kemudian ‘Umar menyerahkan pakaian tersebut kepada saudaranya di Makkah sebelum
saudaranya tersebut masuk Islam. (HR. Bukhari no. 2619).

5. Bagaimanakah hukum orang Islam yang menikah dengan orang non-Islam, jelaskan menurut pandangan Hukum
Islam?

Anda mungkin juga menyukai