Anda di halaman 1dari 13

Makalah Asas – Asas Hukum Tata Negara

Ditulis Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Tata Negara Semester Genap

Dosen Pengampu Prayudi Rahmatullah, M.HI.

Disusun Oleh:

Kelompok 4

1. Muhammad Bobby Wiyanda (17210086)

2. Afifatun Nisa (18210024)

3. Khoirul Azis Saputra (18210065)

Program Studi Hukum Keluarga Islam

Fakultas Syariah

Universitas Maulana Malik Ibrahim Malang

Tahun Ajaran 2020


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hukum Tata Negara berdasarkan doktrin ilmu pengetahuan huku,
lazimnya dipahami sebagai bidang ilmu hukum tersendiri yang membahas
mengenai struktur ketatanegaraan dalam arti statis, mekanisme hubungan
antara kelembagaan Negara, dan hubungan antara Negara dengan warga
Negara.
Hukum Tata Negara merupakan cabang hukum yang mengatur
tentang norma dan prinsip hukum yang tertulis dalam praktek kenegaraan
seperti bentuk-bentuk dan susunan Negara, tugs-tugas Negara,
perlengkapan Negara, serta hubungan alat perlengkapan Negara tersebut.
Selain menjelaskan tentang sumber hukum, hukum tata negara juga
membahas tentang asas-asas hukum tata negara yang akan dibahas lebih
lanjut dan lebih rinci dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Asas Hukum Tata Negara ?
2. Bagaimana Macam-Macam Asas Hukum Tata Negara ?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari Asas Hukum Tata Negara
2. Mengetahui apa saja macam-macam dari Asas Hukum Tata Negara

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Asas Hukum Tata Negara

Menurut kamus Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan asas


adalah dasar, pedoman, atau sesuatu yang mejadi dasar.
Dalam Undang-Undang Dasar asas-asas Hukum Tata Negara
merupakan hukum positif yang mengatur mengenai asas-asas dan
pengertian-pengertian dalam penyelenggaraan Negara.

B. Asas- Asas Hukum Tata Negara

1. Asas Pancasila

Asas Pancasila merupakan falsafah Negara dan perwujudan dari


kehendak rakyat, dan di dalam bidang hukum Pancasila merupakan
sumber hukum materil. Yang artinya setiap isi peraturan per-undang-
undangan tidak boleh bertentangan dengan Pancasila sebagai sumber
dari segala sumber Hukum Tata Negara Indonesia.

Falsafah adalah perwujudan dari keinginan rakyat, dan di setiap


Negara mempunyai falsafah sendiri, contohnya Amerika falsafah
negaranya tercantum dalam “Declaration of Independence”
sedangkan falsafah Indonesia adalah Pancasila.1

Adapun asas-asas yang terdapat dalam Pancasila terdiri dari lima


asas yaitu :

a. Asas Ketuhanan Yang Maha Esa

Dalam bidang eksekutif realisasi dari asa Ketuhanan Yang


Maha Esa dapat dilihat dengan adanya Departemen Agama dan
segala bagian-bagiannya yang mengatur segala soal yang
menyangkut agama di Indonesia.

Dalam bidang legislatif tercermin pelaksanaan dari dari


asas Ketuhanan Yang Maha Esa anatara lain pada lahirnya
Undang-Undang Perkawinan (UU. No. 1/1947 ).

Begitu pula dalam bidang bidang yudikatif, seperti yang


disebutkan dalam Undang-Undang no. 14 tahun 1970 pasal 4 ayat
(1) bahwa “ peradilan dilakukan Demi Keadilan Berdasarkan

1
Imam Mahdi, Hukum Tata Negara Indonesia, (Sleman Yogyakarta: Teras, 2011), 43.
Ketuhanan Yang Maha Esa “, dan ini tercermin dalam setiap
keputusan Peradilan umum di Indonesia. Dan begitu pula dengan
adanya peradilan agama yang khusus diadakan bagi mereka yang
Bergama Islam, adalah tidak lain sebagai realisasi dari Ketuhanan
Yang Maha Esa tersebut.2

b. Asas Prikemanusiaan

Dalam kehidupan sehari-hari asas ini terlihat pada lembaga-


lembaga yang didirikan untuk menampung segala ketidak
seimbangan dalam kehidupan sosial, seperti panti asuhan
untuk anak-anak yatim piatu, dan panti jompo untuk orang-
orang lanjut usia.

c. Asas kebangsaan

Asas ini menunjukan bahwa bangsa Indonesia adalah suatu


bangsa yang merdeka, maksudnya bahwa bangsa Indonesia
bebas untuk menentukan nasibnya sendiri. Selain merdeka
bangsa Indonesia juga merupakan bangsa yang berdaulat,
artinya bahwa bangsa Indonesia tidak membolehkan adanya
campur tangan dari bangsa lain dalam hal-hal yang merupakan
urusan dalam negeri Indonesia.

Dalam bidang legislative asas ini terlihat dengan lahirnya


Undang-Undang Kewarganegaraan dan Undang-Undang
tentang Agraria, yang jelas banyak hubungannya dengan
kehidupan rakyat Indonesia.

d. Asas Kedaulatan Rakyat

Asas kedaulatan rakyat merupakan salah satu asas dalam


Hukum Tata Negara yang menempatkan rakyat sebagai pemilik
kedaulatan di dalam Negara.

2
Moh.Kusnardi, Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta Selatan: CV
“Sinar Bakti” dan Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1988), 102-103.
Dasar hukum asas kedaulatan rakyat terdapat dalam Pasal 1
ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi “ Kedaulatan
adalah ditangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat “.3

Asas kedaulatan ini terdapat dalam Pembukaan Undang-


Undang Dasar 1945 yang menyebutkan :

“maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu


dalam Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang kedaulatan
rakyat …… “

Asas ini menghendaki agar setiap tindakan dari Pemerintah


harus berdasarkan kemauan atau kehendak rakyat dan pada
akhirnya semua tindakan pemerintah harus dapat dipertanggung
jawabkan kepada rakyat melalui wakil-wakilnya.4

e. Asas Keadilan Sosial

Negara Pancasila merupakan Negara yang berkeadilan


sosial, yang berarti bahwa Negara sebagai perwujudan
manusia yang merupakan Makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Dan makhluk sosial bertujuan untuk mewujudkan suatu
keadilan dalam hidup bersama.

Keadilan sosial menurut Pembukaan UUD 1945 tidak


hanya untuk rakyat Indonesia sendiri, melainkan juga untuk
seluruh umat manusia. Namun keadilan sosial juga dapat
dikembalikan pula kepada sifat kodrat manusia monodualis
dimana manusia sebagai makhluk individu sekaligus makhluk
sosial.

3
Aufia Sucitra Elfiana, “Asas Kedaulatan Rakyat”,
http://aufiasucitraelfiana.blogspot.com/2014/11/asas-kedaulatan-rakyat.html, diakses tanggal 27
Februari 2020

4
Moh.Kusnardi, Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta Selatan: CV
“Sinar Bakti” dan Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1988), 104-105.
Keadilan sosial diwujudkan dalam kehendak melaksanakan
kesejahteraan umum, yakni kepada masyarakat yang meliputi
warga Negara dan penduduknya. Keadilan sosial dibidang
kemasyarakatan ini menjadi satu segi dari “prikeadilan” yang
beriringan dengan “prikemanusiaan”.5 Dalam bentuk lembaga
asas keadilan sosial dapat dilihat pada adanya Departemen
Sosial yang menyelenggarakan masalah-masalah sosial dalam
Negara.6

2. Asas Kekeluargaan

Asas kekeluargaan dapat dijumpai dalam Batang tubuh Undang-


Undang Dasar 1945, maka dalam pelaksanaannya semangat
kekeluargaan tersebut dapat diketahui pada hal-hal berikut :

a. Cara pengambilan keputusan yang dilakukan pada lembaga


Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan Lembaga-
Lembaga lainnya,

b. Hubungan kerja sama antara Presiden dan Dewan Perwakilan


Rakyat dalam rangka membuat Undang-Undang dan
khususnya dalam meyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara.

Cara pengambilan keputusan yang dilakukan oleh lembaga-


lembaga Negara itu bersumber pada sila ke-4 dari Pancasila yang
dapat dilihat pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang
berbunyi “kerakyatan yang dipimpin oleh himah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan”.

Prinsip dari asas kekeluargaan yaitu saling bermusyawarah dengan


seluruh komponen bangsa. Oleh karena itu pemimpin Negara terutama

5
https://afifhasbullah.com/konsep-keadilan-sosial-dalam-negara-hukum-pancasila/, diakses
tanggal 27 Februari 2020.

6
Moh.Kusnardi, Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta Selatan: CV
“Sinar Bakti” dan Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1988), 105.
Kepala Negara dalam susunan pemerintahannya harus dibentuk sistim
badan permusyawaratan.

3. Asas Kedaulatan Rakyat dan Demokrasi

Sejarah kemerdekaan Indonesia mengajarkan pada kita bahwa


kehendak rakyatlah yang mampu mengantarkan negara ini pada
kemerdekaannya setelah melalui kungkungan berbagai bangsa
penjajah selama lebih dari 350 tahun. Maka dari itu, teori kedaulatan
yang dianut oleh negara Indonesia adalah teori kedaulatan rakyat. Di
dalam teori ini, kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat.
Kekuasaan tertinggi itu juga berasal dari rakyat. Teori ini sangat
bersesuaian dengan bentuk pemerintahan yang digunakan oleh
Indonesia, yaitu demokrasi Pancasila.

Dimana pemerintahan dilaksanakan dari rakyat, oleh rakyat, dan


untuk rakyat dengan setiap rakyat memiliki kebebasan untuk
menjalankan hidupnya dengan tetap bertanggung jawab. Oleh sebab
itulah, maka salah satu asas hukum tata negara ialah asas kedaulatan
rakyat dan demokrasi. Berdasarkan asas ini, maka setiap hukum
negara harus memperhatikan kedaulatan rakyat dan pelaksanaan
demokrasi. Hukum tata negara yang diberlakukan haruslah
mendukung kedua aspek ini. Bukannya bertentangan dengan mereka
sehingga jati diri bangsa Indonesia yang menganut teori kedaulatan
rakyat dan bentuk pemerintahan demokrasi Pancasila menjadi hilang
dan tergantikan dengan hal yang lain.

Ketika pemerintah menghasilkan hukum tata negara yang


bertentangan dengan kehendak rakyat, maka pemerintahan yang
tengah berjalan dapat dikudeta oleh rakyat. hal ini secara jelas
didukung oleh pasal 1 ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi ‘kedaulatan
berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang
Dasar’. Oleh karena itu, setiap pejabat pemerintahan sudah seharusnya
berhati-hati dengan segala tindakannya karena rakyat saat ini sudah
semakin cerdas dan kritis terhadap pemerintah.7

4. Asas Pembagian Kekuasaan

Berbicara mengenai teori pemisahan kekuassaan, maka nama yang


pertama yang harus dicatat adalah John Locke dalam bukunya “Two
trities on civil Government” , di mana dalam dalam bab XII yang
berjudul “Of the Legislatife”, Executive and Federatife power of the
Commonwealth” dia mengatakan bahwa dalam suatu negara
kekuasaan-kekuasaan dibagi tiga yaitu legislatif, eksekutif, dan
federatif. Kekuasaan legislatif berarti kekuasaan untuk membuat
undang-undang, eksekutif berarti kekuasaan untuk melaksanakan
undang-undang, sedangkan federatif adalah kekuasaan yang meliputi
kekuasaan mengenai perang dan damai, membuat perserikatan dan
aliansi serta tindakan dengan semua orang dan badan-badan di luar
negeri. Adanya kekuasaan federatif yang mempunyai kekuasaan yang
banyak berhubungan dengan negara lain, disebabkan karena negara
inggris pada aktu itu mempunyai banyak penjajahan.

Dengan diilhami oleh pendapat John Locke, Montesquieu dalam


bukunya “L ‘Esprit des Lois” mengemukakan bahwa dalam setiap
pemerintahan terdapat tiga jenis kekuasaan, yaitu eksekutif, legislatif
dan yudikatif.

Kekuasaan eksekutif sama seperti John Locke diartikan sebagai


kekuasaan yang menjalankan undang-undang, hanya berbeda dengan
John Locke kekuasaan yudiskatif merupakan kekuasaan yang berdiri
sendiri dan bukan bagian dari eksekutif seperti John Locke. Legislatif
adalah kekuasaan membuat undang-undang, sama halnya dengan John
Locke, sedangkan kekuasaan untuk mengadili dilakukan oleh
kekuasaan yudikatif. Dari uraian itu maka kelihatan bahwa
montesquieu tidak menempatkan kekuasaan federatif sebagai

7
https://guruppkn.com/asas-hukum-tata-negara diakses tanggal 28 februari 2020
kekuasaan yang berdiri sendiri, tetapi merupakan bagian dari
eksekutif. Selanjutnya montesquieu mengatakan bahwa ketiga
kekuasaan itu masing-masing terpisah satu sama lain, baik mengenai
orangnya maupun fungsinya.

Kekuasaan eksekutif oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat


diserahkan oleh Presiden (Pasal 4 ayat (1) Undang-undang dasar
1945). Karena itulah Presiden disebut Mandataris Mejelis
Permusyawaratan Rakyat. Dan sesuai dengan prinsip penyaluran
kekuasaan oleh lembaga yang tertinggi kepada lembaga yang
dibawahnya (opdracht van bevoegheden) maka presiden dapat
diberhentikan sebelum masa jabatannya habis melalui suatu sidang
istimewa. 8

Dalam kekuasaan legislatif, Majelis Permusyawaratan Rakyat


menyerahkan pelaksanaanya kepada Presiden dan Dewan perwakilan
Rakyat yang berarti, bahwa kedua lembaga ini dalam membuat
Undang-undang harus bekerja sama. (lihat pasal 5 ayat (1) Undang-
undang dasar 1945)

Dalam pelaksanaannya yang demikian hal ini dapat diatur


demikian, bahwa Majelis Permusyawaratan Rakyat membentuk suatu
panitia tetap yang terdiri dari sarjana-sarjana hukum, selama masa
kenggotaan Majelis Permusyawaratan Rakyat, dan bertugas untuk
menguji Undang-Undang. Dan karena itu pulalah tepat apa yang
dicantumkan oleh Undang-Undang no. 14 tahun 1970 pasal 26 ayat
(1) yang kemudian dicantumkan pula oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat dalam ketetapan No. VI/MPR/1970 pasal 11 ayat (4).

Walaupun kekuasaan Mahkamah Agung yang melaksanakan


kekuasaan yudikatif bersumber dari Majelis Permusyawaratan Rakyat
tidak dapat mempengaruhi Mahkamah Agung dalam menjalankan
8
Moh.Kusnardi, Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta Selatan: CV
“Sinar Bakti” dan Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1988), 140-151.
tugasnya. Sebab Undang-Undang Dasar 1945 sendiri dalam
penjelasan pasal 24 dan 25 menginginkan adanya suatu kekuasan
kehakiman yang merdeka. Ini berarti bahwa tidak ada kekuasaan lain
baik dari eksekutif, legislatif dan maupun ndividu yang turut campur
tangan dalam bidang yudikatif ini. Bahkan Majelis Permusyawaratan
Rakyat tidak dapat mengurangi kekuaasaan Mahkamah Agung dalam
menegakkan prinsip kekuasaan kehakiman yang bebas dan tidak
memihak.

5. Asas Negara Hukum

Setelah mengalami perubahan atau amandemen dalam rentang


empat tahun terhitung semenjak tahun 1999 hingga tahun 2002, UUD
1945 di dalam pasal 1 ayat (3) menegaskan bahwa Indonesia adalah
negara hukum. Atas ketentuan yang tegas ini, maka setiap kebijakan
publik dan tindakan segenap rakyat Indonesia haruslah berpegang
pada peraturan perundang-undangan yang berlaku di negara ini dan
juga di dunia internasional.

Dalam mewujudkan negara hukum ini, maka prinsip yang


digunakan adalah rule of law and not of the man. Konsep dari negara
hukum ini merupakan warisan dari konsep ‘Rechtstaat’ yang sudah
ada lebih dahulu di benua Eropa pada abad pertengahan. Konsep ini
menentang adanya pemerintahan yang bersifat absolut,9 dimana
penguasa adalah hukum itu sendiri. Adanya konsep ini meruntuhkan
keberadaan tirani dalam pemerintahan.

Berdasarkan konsep tersebut, terdapat beberapa ciri-ciri negara


hukum yang dapat kita pelajari. Ciri-ciri tersebut ialah terdapatnya
pengakuan dan penegakan Hak Asasi Manusia, terdapatnya peradilan
yang merdeka, terdapatnya legalitas atau keabsahan dalam perkara
hukum, terdapat UUD yang memuat aturan mengenai hubungan di

9
https://guruppkn.com/asas-hukum-tata-negara diakses tanggal 28 februari 2020
antara pemerintah dan rakyat, terdapatnya pembagian kekuasaan di
antara lembaga pemerintahan.

Di sisi lain, selain rechstaat atau negara hukum, terdapat pula


konsep rule of law yang juga diikuti oleh Indonesia. konsep rule of
law dapat kita lihat dari dua sudut pandang, yaitu formil. Yang
dimaksud dengan rule of law secara formil ialah setiap tindakan harus
berdasarkan pada undang-undang yang paling tinggi. sudut pandang
kedua yaitu materiil, dimana isi dari suatu peraturan perundang-
undangan harus sesuai dengan kodrat manusia.

BAB III

A. Kesimpulan

Secara hakiki, Hukum Tata Negara adalah hukum yang mengatur


organisasi kekuasaan yang disebut Negara beserta seluk beluk yang ada
didalamnya. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa Hukum Tata Negara adalah sekumpulan peraturan
(baik tertulis maupun tidak tertulis) yang mengatur mekanisme
pembentukan, fungsi, dan wewenang dari perkengkapan Negara serta
hubungan antar perlengkapan negara tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Mahdi, Imam. Hukum Tata Negara Indonesia. Sleman Yogyakarta: Teras, 2011.

Kusnardi,Moh, Harmaily Ibrahim. Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia.


Jakarta Selatan: CV “Sinar Bakti” dan Fakultas Hukum Universitas Indonesia,
1988.

Elfiana, Aufia Sucitra. “Asas Kedaulatan Rakyat”.


http://aufiasucitraelfiana.blogspot.com/2014/11/asas-kedaulatan-rakyat.html,
diakses tanggal 27 Februari 2020.

https://afifhasbullah.com/konsep-keadilan-sosial-dalam-negara-hukum-pancasila/,
diakses tanggal 27 Februari 2020.

https://guruppkn.com/asas-hukum-tata-negara, diakses tanggal 28 februari 2020.

Anda mungkin juga menyukai