Teori belajar atau teori perkembangan mental menurut Ruseffendi (1988) adalah berisi uraian
tentang apa yang terjadi dan apa yang diharapkan terjadi terhadap mental peserta didik.
Sementara itu, pengertian tentang belajar itu sendiri berbeda-beda menurut teori belajar yang
dianut seseorang. Menurut pandangan modern menganggap bahwa belajar merupakan kegiatan
mental seseorang sehingga terjadi perubahan tingkah laku. Perubahan tersebut dapat dilihat
ketika siswa memperlihatkan tingkah laku baru, yang berbeda dari tingkah laku sebelumnya.
Selain itu, perubahan tingkah laku tersebut dapat dilihat ketika seseorang memberi respons
yang baru pada situasi yang baru (Gledler, 1986). Hudoyo (1998) menyatakan bahwa belajar
adalah kegiatan yang berlangsung dalam mental seseorang, sehingga terjadi perubahan tingkah
laku, di mana perubahan tingkah laku tersebut bergantung kepada pengalaman seseorang.
Bruner membagi perkembangan intelektual anak dalam tiga kategori, yaitu enaktif, ikonik dan
simbolik (Ruseffendi, 1988). Penjelasan lain, (Dahar, 1989) mengemukakan bahwa belajar
melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan, yaitu memperoleh informasi baru,
transformasi informasi dan menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Bruner
mengemukakan 4 dalil yang penting dalam pembelajaran matematika.
Dalil Penyusunan. Konsep dalam matematika akan lebih bermakna jika siswa
mempelajarinya melalui penyusunan representasi obyek yang dimaksud dan dilakukan
secara langsung. Misalnya, jika seorang guru menjelaskan arti 9 (sembilan), maka
seyogianya guru meminta siswa untuk menyajikan sebuah himpunan yang jumlah
anggotanya sembilan. Dari beberapa pandangan tentang dalil penyusunan Bruner, maka
dapat disimpulkan bahwa siswa hendaknya belajar melalui partisipasi aktif dalam
memahami konsep, prinsip, aturan dan teori. Hal ini dapat diperoleh melalui pengalaman
dalam melakukan eksperimen atau percobaan yang memungkinkan siswa untuk
memahami konsep, prinsip, aturan dan teori itu sendiri.
Dalil Notasi. Notasi memiliki peranan penting dalam penyajian konsep. Penggunaan
notasi dalam menyatakan sebuah konsep tertentu harus disesuaikan dengan tahap
perkembangan mental anak. Penyajiannya dilakukan dengan pendekatan spiral, dimana
setiap ide-ide matematika disajikan secara sistematis dengan menggunakan notasi-notasi
yang bertiingkat.
Dalil Kekontrasan dan Keanekaragaman. Pengontrasan dan keanekaragaman sangat
penting dalam melakukan pengubahan konsep difahami dengan mendalam, diperlukan
contoh-contoh yang banyak, sehingga anak mampu mengetahui karakteristik konsep
tersebut.
Dalil Pengaitan. Materi dalam pelajaran matematika dikenal dengan hirarki yang sangat
ketat. Suatu topik akan menjadi sulit dipahami oleh siswa manakala belum menguasai
materi prasarat yang dibutuhkan. Dengan kata lain bahwa kaitan antara satu konsep
dengan konsep yang lain, satu dalil dengan dalil yang lain, satu topik dengan topik yang
lain dan satu teori dengan teori yang lain sangat erat. Pengertian tersebut menunjukkan
bahwa siswa harus diberi kesempatan sebanyak-banyaknya dalam melihat atau mengkaji
kaitan antara suatu topik dengan topik yang lain atau satu konsep dengan konsep yang
lain, yang dipelajarinya.
Menurut Dienes, permainan matematika sangat penting sebab operasi matematika dalam
permainan tersebut menunjukkan aturan secara kongkret dan lebih membimbing dan
menajamkan pengertian matematika pada anak didik. Dapat dikatakan bahwa objek-objek
kongkret dalam bentuk permainan mempunyai peranan sangat penting dalam pembelajaran
matematika jika dimanipulasi dengan baik. Dienes membagi tahap-tahap belajar menjadi tahap,
yaitu :
4) Siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar pengalaman dan ilmu
pengetahuan dengan temannya.
4) Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa,
Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang mengacu
kepada teori belajar konstruktivisme lebih menfokuskan pada kesuksesan siswa dalam
mengorganisasikan pengalaman mereka. Bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang
telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk
mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi.