Anda di halaman 1dari 35

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 2

BAB I .................................................................................................................................. 3

PENDAHULUAN .............................................................................................................. 3

A. Latar Belakang Masalah.............................................................................................. 3

B. Tujuan ......................................................................................................................... 4

BAB II................................................................................................................................. 5

PENDAHULUAN .............................................................................................................. 5

A. Pengertian Analisa Laba Kotor. .................................................................................. 5

B. Pentingnya Analisis Laba Kotor ................................................................................. 6

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laba Kotor .......................................................... 8

D. Manfaat Analisa Laba Kotor..................................................................................... 11

E. Tujuan Analisis Laba Kotor ...................................................................................... 13

F. Perencanaan Laba ..................................................................................................... 14

Contoh Kasus :.................................................................................................................. 15

Kasus 1 ;............................................................................................................................ 25

BAB III ............................................................................................................................. 34

PENUTUP ........................................................................................................................ 34

A. KESIMPULAN......................................................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 35

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang


telah memberikan banyak kenikmatannya kepada kami sehingga kami mampu
menyelesaikan Makalah Analisis Laba Kotor sesuai dengan waktu yang kami
rencanakan. Makalah ini kami buat dalam rangka memenuhi salah satu syarat
penilaian mata kuliah Analisis Laporan Keuangan yang meliputi nilai tugas dan
nilai kelompok.
Kami sebagai penyusun pastinya tidak pernah lepas dari kesalahan. Begitu
pula dalam penyusunan makalah ini, yang mempunyai banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami mohon maaf atas segala kekurangannya.
Kami ucapkan terima kasih kepada bapak Saprudin, SE, M.Si, Ak, CA
sebagai dosen pengajar mata kuliah Analisis Laporan Keuangan yang telah
membimbing kami dalam penyusunan makalah ini, tidak lupa pula kepada rekan-
rekan yang telah ikut berpartisipasi sehingga makalah ini selesai tepat pada
waktunya.

Banjarmasin, 2 Desember 2015

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Tujuan utama dari setiap kegiatan bisnis perusahaan adalah untuk
mencari keuntungan yang sebesar-besarnya dengan menekan biaya sekecil-
kecilnya (profit oriented). Laba merupakan sumber utama perusahaan untuk
menjaga kelangsungan hidupnya, hal ini sesuai dengan konsep “going
concern” yang beranggapan perusahaan didirikan untuk hidup terus-menerus
dan seolah-olah tidak akan berhenti. Laba kotor perusahaan merupakan selisih
pendapatan penjualan neto dikurangi dengan harga pokok penjualan.
Sedangkan untuk efisiensi laba kotor perusahaan, efisiensi karena kaitannya
dengan jumlah uang atau rupiah, jika kaitannya dengan kinerja karyawan atau
pegawai maka dilihat efektivitasnya.
Sedangkan harga pokok penjualan dipengaruhi oleh persediaan barang
jadi awal ditambah harga pokok produksi dikurangi persediaan barang jadi
akhir periode. Dalam harga pokok produksi terdapat biaya produksi dimana
semakin besar biaya produksi maka semakin kecil laba perusahaan, sebaliknya
jika semakin kecil biaya produksinya maka semakin besar laba perusahaan.
Oleh karena itu biaya produksi sangat penting untuk menjaga kestabilan
perusahaan. Jika perusahaan ingin bertahan maka perusahaan harus
memperhatikan betul biaya produksi yang dikeluarkan.
Karenanya penulis ingin sekali mengangkat biaya produksi untuk
diteliti, biaya produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan pada saat
proses produksi, biaya produksi meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung dan biaya overhead pabrik. Biaya (cost) disini berbeda dengan beban
(expense), dalam laporan keuangan biaya masuk dalam laporan harga pokok
produksi (cost of goods manufacture) yang akan digunakan sebagai penambah
harga pokok penjualan (cost of goods sold) yang selanjutnya akan mengurangi
penjualan bersih sehingga didapat laba kotor. Sedangkan beban (expense)

3
masuk dalam laporan rugi laba yang akan mengurangi laba kotor sehingga
didapat laba bersih.

B. Tujuan
Tujuan dalam pembuatan makalah ini :
1. Agar Mahasiswa Mengetahui Pengertian Anali.Sis Laba Kotor
2. Agar Mahasiswa Mengerti Faktor-Faktor Yang Memperngaruhi laba Kotor.
3. Agar Mahasiswa Mengetahui Manfaat Analisis Laba Kotor.

4
BAB II
PENDAHULUAN

A. Pengertian Analisa Laba Kotor.


Laba atau keuntungan merupakan salah satu tujuan utama perusahaan
dalam menjalankan aktivitasnya. Pihak manajemen selalu merencanakan
besar perolehan laba setiap periode, yang ditentukan melalui target yang
harus dicapai. Penentuan target besarnya laba ini penting guna mencapai
tujuan perusahaan secara keseluruhan. Disamping itu, dengan adanya target
yang harus dicapai, pihak manajemen termotivasi untuk bekerja secara
optimal. Hal ini penting karena peecapain target ini merupakan salah satu
ukuran keberhasilan perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya, sekaligus
ukuran kinerja pihak manajemen kedepan. Kemudian, bagi pihak manajemen
perolehan kaba perusahaan tidak hanya sekedar laba saja., tetapi harus
memenuhi target yang telah ditetapkan. Artinya, ada jumlah angka (baik unit
maupun rupiah) laba yang harus dicapai oleh manajemen suatu perusahaan
setiap periodenya.
Laba yang diperoleh perusahaan akan digunakan untuk berbagai
kepentingan oleh pemilik dan manajemen. Laba akan digunakan untuk
meningkatkan kesejahteraan pemilik dan karyawan atas jasa yang
diperolehnya. Laba juga digunakan untuk penambahan modal dalam rangka
meningkatkan kapasitas produksi atau untuk melakukan pemasaran ke
berbagai wilayah.
Sebaliknya apabila target laba tidak diperoleh, akan berdampak serius
bagi perusahaan. Dalam jangka pendek mungkin tidak terlalu berpengaruh,
kecuali perusahaan mengalami kerugian yang besar. Dalam jangka panjang,
mungkin akan mengakibatkan banyak kerugian, misalnya kemungkinan
perusahaan akan mengurangi jumlah pekerja dengan jalan pemutusan kerja,
atau mungkin yang terparah adalah perusahaan mengalami kebangkrutan
karena tidak mampu lagi membiayai aktivitasnya. Oleh karena itu, bagi

5
semua pihak yang terlibat dalam perusahaan diharuskan bekerja keras untuk
memperoleh dan meningkatkan laba yang telah ditargetkan sebelumnya.
Dalam praktiknya, laba yang diperoleh perusahaan terdiri dari dua
macam, yaitu :
1. Laba Kotor (gross profit); dan
2. Laba Bersih (net profit).
Laba kotor artinya laba ynag diperoleh sebelum dikurangi biaya-biaya
yang menjadi beban perusahaan. Sementara itu, laba bersih adalah laba yang
telah dikurangi biaya-biaya yang merupakan beban perusahaan dalam suatu
periode tertentu, termasuk pajak.
Secara umum, pengertian analisis laba kotor adalah analisis yang
digunakan untuk mengetahui jumlah laba kotor dari period eke satu periode,
serta sebab-sebab berubahnya laba kotor tersebut antara dua atau lebih
periode.
Untuk melakukan analisis laba kotor, diperlukan data-data
perusahaan. Adapun data yang dibutuhkan untuk melakukan analisis laba
kotor adalah :
1. Target yang telah ditetapkan,
2. Pencapaian hasil laba pada periode tersebut,
3. Laba pada beberapa periode sebelumnya.
Target yang telah ditetapkan adalah jumlah angka atau persentase laba
yang telah ditetapkan manajemen sebelumnya. Target ini ditentukan sebelum
perusahaan menjalankan aktivitasnya. Misalnya, target laba kotor yang
diinginkan adalah Rp 1 Miliar atau 25% dari penjualan.

B. Pentingnya Analisis Laba Kotor


Tujuan utama perusahaan untuk memperoleh laba. Besarnya laba
perusahaan dihitung dengan mempertemukan secara layak semua penghasilan
dengan semua biaya di dalam suatu periode akuntansi yang sama.
Keberhasilan manajemen dapat dilihat dari apakah laba yang diperoleh lebih
besar atau lebih kecil dibandingkan dengan rencana laba yang semula ingin

6
dicapai. Rencana laba dapat berupa laba yang dianggarkan atau standar laba
pada periode akuntansi sebelumnya. Menurut Supriyono (1999:175) bahwa
penyimpangan realisasi laba dengan rencana laba perlu dianalisis dan
diinvestigasi sebab-sebab penyimpangannya, sehingga dapat digunakan
sebagai alat untuk tujuan:
a. Memberikan petunjuk kepada manajemen tentang elemen apa yang
menyimpang, berapa jumlah penyimpangannya dan bagaimana
pengaruhnya terhadap laba yang dicapai perusahaan, apa sebab
penyimpangannya tersebut, pada kegiatan apa penyimpangan itu terjadi,
siapa yang bertanggung jawab terhadap penyimpangan tersebut atau
apakah penyimpangan tersebut dapat dikendalikan oleh pusat kegiatan
tertentu.
b. Memberikan petunjuk kepada manajemen guna menyusun anggaran laba
periode berikutnya, dengan investigasi terhadap penyimpangan yang
timbul dapat menilai apakah rencana laba merupakan pengukur yang baik
untuk menilai/mengevaluasi laba. Apabila rencana laba tidak tepat maka
akibatnya tidak dapat dipakai sebagai alat evaluasi dan dalam menentukan
rencana laba periode berikutnya harus lebih teliti.
Tujuan menganalisis penyimpangan yang terjadi antara realisasi laba
dengan rencana laba. Maka laporan laba rugi perlu diperbandingkan antara
realisasi laba apakah menguntungkan atau merugikan. Analisis laba kotor
merupakan bagian dari analisis laba. Berdasarkan uraian di atas perubahan
laba kotor dipengaruhi oleh elemen penjualan dan harga pokok penjualan,
maka dari itu perlu dilakukan analisis terhadap perubahan laba kotor antara
anggaran laba kotor dengan realisasi laba kotor. Hal ini dilakukan untuk
membantu manajemen menilai, mengevaluasi aktivitas penjualan dan
melakukan tindakan untuk menunjang aktivitas yang berhubungan dengan
penjualan.

7
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laba Kotor
Dalam praktiknya perolehan laba perusahaan tiap periode tidak sama
atau selalu berbeda-beda. Artinya laba yang diperoleh dari period eke periode
berubah-ubah. Perbedaan ini disebabkan berbagai faktor, dari dalam
perusahaan maupun dari kondisi luar perusahaan.
Untuk melihat perubahan laba suatu perusahaan, terutama adalah
perubahan laba kotor, dan perlu dilakukan analisis laba kotor. Seperti yang
dijelaskan, kita perlu membandingkan beberapa data masa lampau, kemudian
bandingkan dengan target yang ditetapkan. Data ini perlu untuk mengetahui
secara persis perubahan yang terjadi sehingga dapat mengetahui dimana
perubahan yang terjadi dan berapa besar perubahan tersebut.
Dalam praktiknya perubahan yang terjadi laba kotor disebabkan dua faktor,
yaitu:
1. Faktor penjualan;
2. Faktor harga pokok penjualan.
Penjualan maksudnya adalah jumlah omzet barang atau jasa yang
dijual, baik dalam unit ataupun dalam rupiah. Besar kecilnya penjualan ini
penting bagi perusahaan sebagai data awal dalam melakukan analisis.
Sementara itu, penjualan dipengaruhi oleh:
1. Faktor harga jual;
2. Faktor jumlah barang yang dijual.
Harga jual adalah harga persatuan atau unit atau per kilogram atau
lainnya produk yang dijual di pasaran. Penyebab berubahnya harga jual
adalah perubahan nilai harga jual per satuan. Dalam kondisi tertentu, harga
jual dapat naik, tetapi dapat pula turun. Perubahan inilah yang menjadi
penyebab perubahan laba kotor dari waktu ke waktu.
Sementara itu, jumlah barang yang dijual maksudnya adalah
banyaknya barang yang dijual dengan kuantitas yang lebih banyak, juga akan
memengaruhi peningkatan laba kotor. Demikian pula sebaliknya apabila
kuantitas barang yang dijual sedikit, tentu kemungkinan akan terjadi
penurunan penjualan.

8
Harga pokok penjualan adalah harga barang atau jasa sebagai bahan
baku atau jasa untuk menjadi barang dengan ditambah biaya-biaya yang
berkaitan dengan harga pokok penjualan tersebut.
Harga pokok penjualan dipengaruhi oleh:
1. Harga pokok rata-rata;
2. Jumlah barang yang dijual.
Sama seperti halnya dengan jumlah penjualan, perubahan harga pokok rata-
rata persatuan atau unit atau per kilogram atau lainnya produk barang juga
ikut memengaruhi perolehan laba kotor. Apabila harga pokok rata-rata naik,
laba kotor dapat turun, demikian pula sebaliknya.
Di samping itu, harga pokok rata-rata penjualan juga ikut dipengaruhi
oleh jumlah (volume) penjualan itu sendiri. Jika jumlah penjualan meningkat,
kemungkinan akan mampu meningkatkan laba kotor. Demikian pula
sebaliknya, apabila jumlah penjualan turun, kemungkinan laba kotor pun akan
ikut turun pula.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perubahan laba kotor disebabkan
tiga faktor berikut ini.
1. Berubahnya Harga Jual
Artinya, berubahnya harga jual yang dianggarkan dengan harga jual pada
periode sebelumnya. Misalnya harga jual yang ditetapkan sebelumnya
Rp100,00 per unit dinaikkan menjadi Rp110,00 per unit atau sebaliknya
karena berbagai sebab harga jual justru diturunkan.
2. Berubahnya jumlah kuantitas (volume) barang yang dijual
Artinya, perubahan jumlah barang yang dijual dari jumlah yang
dianggarkan dengan jumlah periode sebelum. Sama seperti harga jual
perubahan jumalah barang yang dijual, misalnya dari jumlah yang
ditargetkan terjual 1.000 unit, namun hanya terjual 900 unit atau
sebaliknya naik menjadi 1.100 unit jelas akan mengakibatkan perubahan
perolehan dari nilai jual tersebut.

9
3. Brubahnya harga pokok penjualan
Maksudnya perubahan harga pokok penjualan dari yang dianggarkan
dengan harga pokok penjualan pada periode sebelum. Peruban ini
mungkin disebabkan karena adanya kenaikan harga pokok penjualan dari
sumber utamanya. Misalnya kenaikan atau penurunan harga bahan baku
atau akibat kenaikan dari biaya-biaya yang dibebankan dari sebelumnya.
Dalam prakteknya, banyak sebab yang mempengaruhi tingkat
penjualan dan harga pokok penjualan sehingga mempengaruhi perolehan
laba kotor dalam periode yang bersangkutan.
Sebagai contoh, perubahan harga jual yang tinggi akan
mengakibatkan kemungkinan turunnya jumlah barang yang dijual atau
sebaliknya. Hal ini disebabkan kemungkinan konsumen akan berpindah
ke produk yang lain yang harganya relatif lebih murah. Kemungkinan
juga konsumen akan menunda atau mengurangi jumlah pembelian dari
sebelumnya. Demikian pula jika terjadi penurunan harga belum tentu
mampu untuk meningkatkan porsi penjualan. Namun, dalam praktiknya
penurunan harga jual mampu meningkatkan jumlah atau volume
penjualan. Sementara itu, pendapatan dari hasil penjualan sudah pasti
akan lebih rendah jika di imbangi dengan peningkatan harga jualnya dan
volume penjualan.
- Harga bahan baku;
- Upah tenaga kerja;
- Serta kenaikan harga secara umum;
Peningkatan biaya di atas akan dapat meningkatkan harga pokok
penjualan. Akibatnya tentu akan mempengaruhi harga jual persatuan dan
jika harga jual tidak dinaikan, presentase keuntungan semakin mengecil.
Artinya laba kotor juga akan ikut turun.
Fakor lainnya yang juga perlu dicermati adalah adanya
ketidakefisienan didalam memproduksi barang atau jasa atau menjual
barang yang berakibat terjadinya pemborosan. Misalnya pengiriman
pesanan yang tidak tetap waktu akan mempengaruhi penjualan. Begitu

10
pula dengan pemakaian bahan yang terjadi pemborosan sehingga ada
biaya-biaya yang tidak perlu keluar justru menjadi beban.
Dan yang paling fatal adalah adanya unsur kecurangan dari pihak
manajemen perusahaan yang “bermain” dengan pihak lain. Demikian pula
apabila kecurangan yang terjadi yang diakibatkan oleh pihak ketiga. Hal
ini sudah pasti sangat mempengaruhi keduanya.

D. Manfaat Analisa Laba Kotor


Analisa laba kotor merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting
bagi manajemen guna mengambil keputusan untuk masa sekarang dan yang
akan datang. Artinya analisab laba kotor akan banyak membantu manajemen
dalam melakukan tindakan apa yang akan diambil ke depan dengan kondisi
yang terjadi sekarang atau untuk mengavaluasi apa penyebab turun atau
naiknya laba kotor tersebut sehingga target tidak tercapai.
Secara umum manfaat analisa yang diperoleh dari analisa laba kotor
adalah:
1. Untuk mengetahui penyebab turunnya harga jual
2. Untuk mengetahui penyebab naiknya harga jual
3. Untuk mengetahui penyebab turunnya harga pokok penjualan
4. Untuk mengetahui penyebab naiknya harga pokok penjualan
5. Sebagai bentuk pertanggungjawaban bagian penjualan akibat naik turunya
harga jual
6. Sebagai bentuk pertanggungjawaban bagian produksi akibat naik
turunnya harga pokok
7. Sebagai salah satu alat ukur untuk menilai kinerja menejemen dalam suatu
periode
8. Sebagai bahan untuk menentukankebijakan manajemen ke depan dengan
mencermati kegagalan atau kesuksesan pencapaian laba kotor sebelumnya
9. Manfaat lainnya

11
Penjelasan dari masing-masing manfaat analisa laba kotor di atas adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui penyebab turunnya harga jual
Dengan diketahui penyebab naik turunnya harga, pihak manajemen dapat
memprediksi berbagai hal, terutama berkaitan dengan penentuan harga jual
ke depan dan target harga jual yang lebih realitas. Kesalahan akibat
penentuan harga jual ini pasti dikarenakan faktor perubahan harga jual
yang sangat rentan terhadap perubahan diluar lingkungan perusahaan.
2. Untuk mengetahui penyebab naiknya harga jual
Faktor penyebab terjadinya naiknya harga jual dapat berasal dari dalam
perusahaan, misalya kenaikan biaya-biaya. Namun, harga jual juga dapat
naik karena dipengaruhi dari luar perusahaan. Penentuan kenaikan harga
jual yang melebihi harga pesaing sangat berbahaya dalam usaha
pencapaian jumlah penjualan.
3. Untuk mengetahui penyebab turunnya harga pokok penjualan
Di samping kenaikan harga jual, laba kotor juga di pengaruhi oleh
penurunan harga pokok penjualan. Penyebab menurunnya harga jual tidak
jauh berbeda dengan kenaikan harga pokok penjualan. Hanya saja
penurunan harga pokok penjualan akan membuat perusahaan berusaha
keras untuk bekerja lebih efisien.
4. Untuk mengetahui penyebab naiknya harga pokok penjualan
Penyebab terjadinya naiknya harga pokok penjualan juga sangat penting
untuk diketahui oleh perusahaan karena dengan diketahuinya penyebab
terjadi naiknya harga pokok penjualan, perusahaan pada akhirnya mampu
menyesuaikan dengan harga jual dan biaya-biaya lainnya. Penyebab utama
naiknya harga pokok penjualan sebagian besar adalah karena dari pihak
luar perusahaan.
5. Sebagai bentuk pertanggungjawaban bagian penjualan
Analisa laba kotor juga memberikan manfaat sebagai bentuk
pertanggungjawaban bagian penjualan akibat naiknya harga jual. Artinya

12
ada pihak-pihak yang memang seharusnya bertanggungjawab apabila
terjadi kenaikan atau penurunan harga jual.
6. Sebagai bentuk pertanggungjawaban bagian produksi
Analisa laba kotor juga memberikan manfaat sebagai bentuk
pertanggungjawaban bagian produksi akibat turunnya harga pokok
penjualan. Artinya untuk urusan harga pokok penjualan, pihak bagian
produksilah yang bertanggung jawab.
7. Sebagai salah satu alat ukur untuk menilai kinerja manajemen
Sudah pasti analisis laba kotor ini pada akhirnya akan memberikan
manfaat untuk menilai kinerja manajemen dalam suatu periode. Artinya
hasil yang diperoleh dari analisis laba kotor akan menentukan kinerja
manajemen kedepan.
8. Sebagai bahan untuk menentukan kebijakan manajemen ke depan
Analisa laba kotor digunakan sebagai bahan untuk menentukan kebijakan
manajemen ke depan dengan mencermatikegagalan atau kesuksesan
pencapaian laba kotor sebelumnya. Jika berhasil, manajemen mungkin
sekarang akan dipertahankan atau bahkan ada yang dipromosikan
kejabatan yang lebih tinggi. Akan tetapi, jika gagal, sebaliknya akan
diganti dengan manajemen yang baru. Di samping itu, keberhasilan atau
kegagalan manajemen dalam mencapai target laba kotorjuga akan
menentukan besar kecilnya insentif yang bakal mereka terima.

E. Tujuan Analisis Laba Kotor


Untuk tujuan analisis keuntungan kotor ini perlu ditetapkan dasar sebagai
faktor pembanding baik bersumber dari data akuntansi yang lampau atau
tahun tertentu yang dipilih maupun berupa standar atau anggaran harga dan
biaya produksi produk yang akan dijual. Analisis keuntungan kotor dapat
dihitung melalui pendekatan dengan beberapa metode sebagai berikut:
1. Analisis keuntungan kotor berdasarkan data historis
Untuk menguraikan analisis atas dasar data historis atau periode
sebelumnya, maka diperlukan data-data akuntansi yang berkaitan dengan

13
laporan hasil usaha periode sebelumnya dan kemudian diperbandingkan
dengan laporan hasil usaha periode berjalan.
2. Analisis keuntungan kotor berdasarkan biaya standar dan anggaran
Untuk menguraikan analisa keuntungan kotor berdasarkan biaya standar
dan anggaran laporan hasil usaha dengan metode biaya standar,
diperbandingkan dengan laporan hasil usaha aktual pada periode tahun
berjalan.

F. Perencanaan Laba
Membuat rencana laba suatu perusahaan merupakan kewajiban yang
harus dilakukan oleh suatu usaha sebelum suatu kegiatan dijalankan. Dalam
membuat rencana laba, perlu terlebih dulu ditentukan atau dianggarkan target
laba yang ingin dicapai.
Penyusunan rencana anggaran atau budget yang akan dijalankan oleh
suatu perusahaan haruslah mempertimbangkan berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi pencapaian target tersebut.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan antara lain:
1. Volume penjualan tahun sebelumnya;
2. Harga jual periode sebelumnya;
3. Kecenderungan permintaan terhadap produk yang ditawarkan dari tahun
ke tahun;
4. Kondisi persaingan baik lokal maupun internasional;
5. Kencenderungan inflasi secara umum;
6. Kondisi perekonomian pemerintah dan masyarakat;
7. Kecenderungan perubahan selera masyarakat;
8. Budget promosi yang harus dianggarkan; dan
9. Pertimbangan lainnya.
Khususnya dalam menyusun anggaran laba kotor harus dipertimbangkan pula
ketersediaan harga pokok penjualan dan prediksi kenaikan harga pokok
penjualan dari tahun ke tahun sebelumnya. Ketersediaan bahan baku penting
mengingat apabila terjadi kelangkaan atau keterlambatan, akan berakibat

14
kepada harga jual dan jumlah barang yang dijual. Demikian pula dengan
kenaikan harga pokok penjualan.

Contoh Kasus :
Dalam contoh pertama, analisa terhadap perubahan laba kotor

dilakukan dengan cara membandingkan antara dua periode laporan yaitu

antara laporan laba-rugi periode yang dianalisa perubahannya dengan laporan

laba-rugi periode sebelumnya atau periode-periode sebelumnya yang dianggap

normal. Hasil analisa perubahan laba kotor dengan memperbandingkan antara

dua laporan laba-rugi dari periode yang berbeda ini kurang bermanfaat atau

kurang informative bagi management, karena periode yang digunakan sebagai

dasar pembandingan belum tentu menunjukkan atau mencerminkan tingkat

operasi perusahaan yang normal atau paling effisien, disamping itu tingkat

perekonomian dari period eke periode akan mengalami perubahan.

Suatu perusahaan pada umumnya sebelum memulai kegiatan operasi-

operasinya telah menyusun budget secara menyeluruh, termasuk budget laba-

ruginya dalam penyusunan budget ini telah dilakukan analisa dam

pertimbangan-pertimbangan terhadap semua faktor-faktor yang akan

mempengaruhi operasi perusahaan dimasa mendatang dan di adakan

koordinasi atau disinkronisasi antara bagian-bagian yang ada dalam

perusahaan tersebut. Oleh karena itu, sebaiknya analisa terhadap perubahan

laba kotor dilakukan dengan cara mengadakan perbandingan antara budget

laba-rugi dengan realisasinya pada periode tersebut, lebih-lebih kalau

perusahaan menggunakan sistem standar terhadap biaya-biaya perusahaan.

15
Di samping itu dalam contoh pertama menanggap bahwa perusahaan

hanya menjual atau memproduksi satu jenis barang atau dua jenis barang yang

dianalisa sendiri-sendiri (atau masing-masing barang dianggap berdiri sendiri).

Apabila perusahaan menjual lebih dari satu jenis barang maka dapayt pula

dihitung atau dianalisa secara bersama-sama, dalam hal analisa secara bersama

(gabungan) ini ada kemungkinan meskipun kwantitas penjualan yang

sesungguhnya maupun harga jual sama dengan yang dibudgetkan namun

masih terjadi perubahan laba kotor. Hal ini disebabkan adanya perubahan

komposisi barang yang dijual, dan dapat diberikan contoh sebagai berikut:

Budget Realisasi

Penjualan:

Produk A 2.000 kg @ Rp.200,- = Rp. 400.000 3.000 kg @ Rp.200,- = Rp. 600.000

Produk B 4.000 kg @ Rp.300,- = Rp.1.200.000 3.000 kg @ Rp.300,- = Rp. 900.000

6.000 kg Rp.1.600.000 6.000 kg Rp. 1.500.000

Walaupun produk yang dijual sama jumlahnya tetapi karena

komposisinya berubah maka laba kotornya juga akan berubah.

Oleh karena itu didalam perusahaan yang menjual lebih dari satu jenis

barang, jumlah perubahan kwantitas (perubahan kwantitas penjualan ditambah

perubahan kwantitas harga pokok penjualan) perlu dianalisa lebih lanjut untuk

mengetahui perubahan laba kotor yang disebabkan oleh komposisi barang

yang dijual (sales mix variance) dan yang disebabkan oleh perusahaan

kwantitas secara total (final sale volume variance).

16
Untuk memberikan gambanran tentang prosedur analisa untuk

perusahaan yang menjual lebih dari satu jenis barang dengan menggunakan

budget sebagai pembanding, maka berikut ini disajikan data budget dan

realisasinya dari PT.INDIRASARI untuk tahun 1979 sebagai berikut:

17
PT INDIRA
Budget Laba – Rugi
Tahun 1979
Laporan 1
Penjualan Harga Pokok Gross Profit
Barang Unit
Harga Jumlah Per Unit Jumlah Per Unit Jumlah
A 6.000 1.500 9.000.000 1.200 7.200.000 300 1.800.000
B 3.500 1.200 4.200.000 1.000 3.500.000 200 700.000
C 1.000 1.000 1.000.000 875 875.000 125 125.000
10.500 1.352,38 14.200.000 1.102,38 11.575.000 250 2.625.000

PT INDIRA
Budget Laba – Rugi
Tahun 1979
Laporan 2
Penjualan Harga Pokok Gross Profit
Barang Unit
Harga Jumlah Per Unit Jumlah Per Unit Jumlah
A 5.000 1.600 8.000.000 1.400 7.000.000 200 1.000.000
B 4.200 1.200 5.040.000 975 4.095.000 225 945.000
C 1.200 950 1.140.000 900 1.080.000 50 60.000
10.400 1.363,46 14.180.000 1.170,67 12.175.000 192,79 2.005.000

PT INDIRA
Budget Laba – Rugi
Tahun 1979
Laporan 3
Penjualan Harga Pokok Gross Profit
Barang Unit
Harga Jumlah Per Unit Jumlah Per Unit Jumlah
A 5.000 1.500 8.000.000 1.400 7.000.000 200 1.000.000
B 4.200 1.200 5.040.000 975 4.095.000 225 945.000
C 1.200 1.000 1.140.000 900 1.080.000 50 60.000
10.400 1.321,15 14.180.000 1.170,67 12.175.000 192,79 2.005.000

18
Menurut budget yang disusun pada awal periode menunjukkan bahwa

produk A per satuan merupakan barang yang paling menguntungkan, tetapi

dalam realisasinya atau kenyataannya produk B lah yang paling

menguntungkan. Menurut budget perusahaan telah merencanakan unttuk

memperoleh laba kotor sebesar Rp. 2.625.000,- dengan taksiran produksi dan

penjualan sebesar 10.500 unit dan laba kotor rata-rata per unitnya sebesar Rp.

250,-. Tetapi kenyataan perusahaan hanya merealisir laba kotor rata-rata per

unit sebesar Rp. 192,79,- dan laba kotor mengalami penurunan sebesar Rp.

620.000,- dibandingkan dengan yang direncanakan (Rp. 2.625.000 –

Rp.2.005.000)

Sebab-sebab adanya penurunan laba bruto ini dapat dianalisa dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

Langkah 1 :

Penghitungan perubahan laba kaotor

karena perubahan volume dan harga jual:

Hasil Penjualan 1979 Rp. 14.180.000

Unit Penjualan 1979 x harga budget Rp. 13.740.000

Perubahan karena kenaikkan harga jual

(menguntungkan) Rp. 440.000

Unit Penjualan 1979 x harga budget Rp. 13.740.000

Penjualan menurut budget 1979 Rp. 14.200.000

Perubahan karena berubahnya volume

(tidak menguntungkan Rp. 460.000

19
Langkah 1I :

Penghitungan perubahan laba kaotor

karena perubahan volume dan harga jual:

Hasil Penjualan 1979 Rp. 12.175.000

Unit Penjualan 1979 x harga budget Rp. 11.250.000

Perubahan karena kenaikkan harga jual

(menguntungkan) Rp. 925.000

Unit Penjualan 1979 x harga budget Rp. 11.250.000

Penjualan menurut budget 1979 Rp. 11.575.000

Perubahan karena berubahnya volume

(tidak menguntungkan Rp. 325.000

Bila digunakan rumus-rumus seperti yang telah dibicarakan di muka maka


penghitungan-penghitungan tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Perubahan hasil penjualan karena perubahan harga jual adalah:
A = 5.000 ( Rp. 1.600,- - Rp. 1.200,-) = Rp. 500.000,- (laba).
B = 4.200 ( Rp. 1.200,- - Rp. 1.200,-) = Rp. 0,- (laba).
C = 1.200 ( Rp. 950,- - Rp. 1.000,-) = Rp. 60.000,- (Rugi).
Rp. 440.000,- (Laba)

b. Perubahan hasil penjualan karena perubahan kwantitas (volume) yang dijual


adalah:
A = 1.500 ( Rp. 5.000,- - Rp. 6.000,-) = Rp.1.500.000,- (laba).
B = 1.200 ( Rp. 4.200,- - Rp. 3.500,-) = Rp. 840.000,- (laba).
C = 1.000 ( Rp. 1.200,- - Rp. 1.000,-) = Rp. 200.000,- (Rugi).
Rp.460.000,- (Laba)

c. Perubahan harga pokok penjualan yang disebabkan adanya perubahan harga


pokok per unit adalah
A = 5.000 ( Rp. 1.400,- - Rp. 1.200,-) = Rp.1.000.000,- (laba).

20
B = 4.200 ( Rp. 975,- - Rp. 1.000,-) = Rp. 105.000,- (laba).
C = 1.200 ( Rp. 900,- - Rp. 875,-) = Rp. 30.000,- (Rugi).
Rp.925.000,- (Laba)
Dari penghitungan-penghitungan diatas diketahui bahwa perubahan kwantitas dapat

berasal dari kwantitas penjulan dan kwantitas harga pokok penjualan, perubahan

kwantitas secara netto adalah:

Perubahan kantitas penjualan Rp. 460.000,- (Rugi)

Perubahan kwantitas harga pokok penjualan Rp.325.000,- (Laba)

Perubahan kwantitas netto Rp.135.000,- (Rugi)

Perubahan kwantitas secara netto ini pada dasarnya terdiri dari dua kelompok yaitu

perubahan komposisi penjulan dan perubahan kwantitas itu terdiri secara total, yang

dapat dianalisa sebagai berikut:

a. Perubahan komposisi penjualan, yaitu perubahan laba kotor yang disebabkan

adanya perbedaan antara komposisi barang yang sesungguhnya dijual dengan

yang dibudgetkan (tahun sebelumnya). Jumlah perubahan komposisi penjualan

PT. INDIRA dapat ditentukan sebagai berikut:

Kwantitas penjualan yang sesungguhnya x harga

jual menurut budget Rp. 13.740.000,-

Kwantitas penjualan yang sesungguhnya x harga

pokok menurut budget Rp. 11.250.000,-

RP. 2.490.000,-

Kwantitas penjualan yang sesungguhnya x laba

kotor rata-rata per budget Rp. 2.600.000,-

Perubahan laba kotor karena komposisi penjulan

(rugi) Rp. 110.000,-

21
Besarnya perubahan laba kotor karena perubahan komposisi penjulan ini dapat

ditentukan dengan rumus


(Kwantitas penjulan yang sesungguhnya X laba kotor tiap jenis produk) –
(Total kwantitas penjualan yang sesungguhnya X laba kotor rata-rata
menurut budget atau tahun sebelumnya

atau: ( )−( )
K2= Kwantitas penjualan yang sesungguhnya
LB1= Laba kotor per unit yang dibudgetkan atau tahun sebelumnya.
TK2= Total kwantitas yang direalisir atau sesungguhnya dijual.
LBR1 = Laba kotor rata-rata yang dibudgetkan atau tahun sebelumnya.
Sehingga selisih komposisi penjualan dari data seperti pada contoh diatas adalah

sebagai berikut:

A = 5.000 x Rp. 300,- = Rp. 1.500.000,-

B = 4.200 x Rp. 200,- = Rp. 840.000,-

C = 1.200 x Rp. 125,- = Rp. 150.000,-

Laba Kotor pada komposisi = Rp. 2.490.000,-

sesungguhnya

10.400 Rp, 250,- = Rp. 2.600.000,-

Rp, 110.000,-

b. Perubahan tota kwantitas penjualan (final sales volume variance), yaitu


perubahan laba kotor yang disebabkan adanya perubahan total kwantitas
penjulan. Besarnya perubahan laba kotor karena hal ini dapat ditentukan
dengan rumus :
(Kwantitas penjualan yang sesungguhnya – Kwantitas penjualan menurut
budget) X laba kotor rata-rata per satuan menurut budget.

Atau; ( − )
TK2= Total kwantitas penjualan yang direalisir atau yang sesungguhnya dijual.
TK1= Total kwantitas penjulan yang dibudgetkan atau tahun sebelumnya.
LBR1= Laba kotor rata-rata yang dibudgetkan atau tahun sebelumnya.

22
Dengan demikian besarnya perubahan laba kotor yang disebabkan oleh perubahan

kwantitas atau volume penjulan secara netto pada contoh diatas adalah:

(10.500 – 10.400) Rp. 250,- = Rp. 25.000,- (Rugi)


Dalam laporan nomor 3 mmenunjukkan bahwa rata-rata laba kotor per satuan sebesar

Rp. 239,42,- Jika harga jual dan harga pokok sesuai dengan budget. Tetapi karena

adanya perubahan dalam sektor harga jual, volume penjualan, komposisi penjualan

dan harga pokok penjualan mengakibatkan laba kotor yang diperoleh hanya sebesar

Rp. 192,79,- per satuan dan mengakibatkan laba kotor secara total turun sebesar Rp.

620.000,- dibandingkan dengan budget yang dibuat pada awal tahun 1979, hal ini

dapat dibuat rekapitulasi sebagai berikut:

PT INDIRA

Laporan Perolehan Laba Kotor Realisasi dan Budget 1979

Menguntungkan Merugikan

Kenaikan Harga Jual Rp 440.000 -

Kenaikkan Harga Pokok - Rp 925.000

Penurunan kwantitas yang


- Rp 25.000
dibuat

Perubahan komposisi penjualan - Rp 110.000

Rp 440.000 Rp 1.060.000

Penurunan laba kotor 1979


Rp 620.000 -
dibandingkan dengan budget

Rp 1.060.000 Rp 1.060.000

23
Setelah diketahui sebab-sebab berubahnya laba kotor secara terperinci, management

dapat mengambil tindakan sepenuhnya, misalnya dengan adanya penurunan

unit/kwantitas yang terjual, maka bagian penjualan dapat diminta pertanggungan

jawabnya. Begitu pula bila harga pokok per satuan mengalami kenaikan, maka bagian

produksi dapat diminta keterangannya, mungkin perubahan ini karena naiknya harga

bahan, naiknya upah buruh atau mungkin karena adanya pemborosan-pemborosan

atau kecurangan-kerucarangan.

24
Kasus 1 ;
PT. Yumiko Maharani Tbk. Memiliki laporan laba rugi tahun 2006 dan 2007 dan

harga persatuan,harga pokok persatuan serta jumlah barang yang dijual dari kedua

periode tersebut yaitu sebagai berikut.

Komponen Tahun 2006 Tahun 2007

Penjualan bersih Rp. 100.000.000 Rp. 165..000.000

Harga pokok penjualan Rp. 75.000.000 Rp. 110.000.000

Laba kotor Rp. 25.000.000 Rp. 50.000.000

Jumlah barang yang dijual 1000 unit 1100 unit

Harga persatuan Rp. 100,00 Rp. 150,00

Harga pokok persatuan Rp. 75,00 Rp. 100,00

Dari data di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Terjadi peningkatan sebanyak Rp. 65.000.000,00 dari tahun sebelumnya,

yaitu penjualan pada tahun 2006 sebesar Rp. 100.000.000,00 menjadi Rp.

165.000.000,00 pada tahun 2007.

2. Harga pokok penjualan juga meningkat sebesar Rp. 35.000,00 yaitu dari

tahun 2006 sebesar Rp. 75.000,00 menjadi Rp. 110.000.000,00 pada tahun

2007.

3. Laba kotor juga meningkat sebesar 100% atausebesarRp. 25.000.000,00

dari Rp. 25.000.000,00 padatahun 2006 menjadiRp. 50.000.000,00

padatahun 2007.

4. Jumlahbarang yang dijualmeningkatsebesar 100 unit atau 10% yaknidari

1.000 unit padatahun 2006 menjadi 1.100 unit padatahun 2007.

25
5. HargapersatuanmeningkatsebesarRp. 50,00 dariRp. 100,00 padatahun

2006 menjadiRp. 150,00 padatahun 2007.

6. HargapokokpersatuanmeningkatsebesarRp. 25,00 yaknidariRp. 7500

padatahun 2006 menjadiRp. 100,00 pad tahun 2007.

Untuk menganalisa perubahan laba rugi di atas, diperlukan tahap-tahapan

analisis. Tujuannya adalah disamping memudahkan kita melakukan analisis, juga

mempermudah dalam memahaminya. Adapun tahap-tahap analisis yang harus

dilakuakan sebagai berikut.

Langkah Pertama : Membuat Tabel Perubahan

Secara ringkat perubahan laba rugi yang terjadi dari data di atas jika dimasukkan

ke dalam table adalah sebagai berikut ;

Komponen Tahun 2006 Tahun 2007 Kenaikkan

Penjualanbersih Rp. 100.000.000 Rp. 165.000.000 Rp. 65.000.000

HargaPokokPenjualan Rp. 75.000.000 Rp. 110.000.000 Rp. 35.000.000

Labakotor Rp. 25.000.000 Rp. 55.000.000 Rp. 30.000.000

Jumlahbarang yang dijual 1.000 unit 1.100 unit 100 unit

Hargapersatuan Rp. 100,00 Rp. 150,00 Rp. 50,00

Hargapokokpersatuan Rp. 75,00 Rp. 100,00 Rp. 25,00

Langkah Kedua : Menganalisis Sebab-sebab Perubahan

Analisis pertama adalah perubahan laba kotor yang diakibatkan penjualan, yaitu

jumlah (kuantitas) penjulan dengan harga jual.

Rumus yang dapat digunakan adalah Qt2 (Pr2 − Pr1)

Dimana:

26
Qt1 = Jumlah atau volume produk sebelumnya atau yang dianggarkan

Qt2 = Jumlah atau volume produk yang dijual sesungguhnya

Pr1 = Harga pertama (harga tahun sebelumnya atau yang dianggarkan)

Pr2 = Harga kedua (harga yang sesungguhnya)

27
1. Karena faktor penjualan

Penjualan tahun 2007………………………… = Rp.165.000.000

Jumlah penjualan tahun 2007 x harga jual tahun 2006

1.100 unit x = Rp.110.000.000

Rp.100……………………………………….

Kenaikan laba kotor karena perubahan harga = Rp. 55.000.000

jual…………………………………………..

Cara lain adalah:

Jumlahpenjualan 2007 x (hargajual 2007 – hargajual 2006)

( − )

1.100 (Rp. 150 – Rp.100) = Rp. 55.000,00

2. Karenajumlah (kuantitas) penjualan

Jumlah penjualan tahun 2007 x harga jual tahun 2006

1.100 x Rp. 100………………………………… = Rp. 110.000.000

Penjualantahun 2006…………………………… = Rp. 100.000.000

Kenaikan laba kotor karena perubahan jumlah pernjualan = Rp. 10.000.000

Cara lain adalah:

Jumlah penjualan 2007 x (harga jual 2007 – harga jual 2006)

( − )

Harga jual 2006 x (Jumlah penjualan 2007 – Jumlah penjualan 2006)

Rp. 100 (1.100 unit – 1.000 unit) = Rp.10.000,00

Analisa kedua adalah perubahan laba kotor yang diakibatkan harga pokok

penjualan, yaitu perastuan maupun jumlah (kuantitas).

Rumus yang digunakan:

28
( − )

Dimana:

Qt1 = Jumlah atau volume produk sebelumnya atau yang dianggarkan

Qt2 = Jumlah atau volume produk yang dijual sesungguhnya

Hpp1 = Harga pokok penjualan sebelumnya atau yang dianggarkan

Hpp2 = Harga pokok penjualan yang sesungguhnya.

3. Karena harga pokok penjualan

Harga pokok penjualan tahun 2007…………… = Rp.110.000.000

Jumlah penjualan tahun 2007 x harga pokok 2006

1.100 unit x Rp. 75……………………… = Rp. 82.500.000

Kenaikkanlabakotorkarenaperubahanhargapokok…… = (Rp. 27.500.000)

Cara lain adalah:

( − )
Jumlah penjualan 2007 x (harga pokok 2007 – harga pokok 2006)

1.100 p.100 – Rp.75) = Rp. 27.500,00

4. Karena harga pokok penjualan

Jumlah penjualan tahun 2007 x harga jual tahun 2006

1.100 unit x Rp. = Rp. 82.500,00

100………………………………………

Penjualan tahun 2006…….…………….. = Rp. 75.000,00

Kenaikan laba kotor karena perubahan jumlah penjualan = (Rp. 7.500,00)

Cara lain adalah:

( − )

Jumlah penjualan 2005 x (jumlah penjualan 2007 – harga pokok 2006)

29
Yakni Rp. 75 (1.100 unit – 1.000 unit) = Rp. 7.500,00

Langkah Ketiga : Membuat laporan Perubahan Laba Rugi

Berikut ini laporan perubahan laba kotor.

PT Yumiko Maharani Tbk

LaporanPerubahanLabaKotor

AkhitTahun 2007 dengan 2006

1. Kenaikan Penjualan Diakibatkan

Kenaikan harga jual Rp. 55.000,00

Kenaikan kuantitas penjualan Rp. 10.000,00

Rp. 65.000,00

2. Kenaikan harga pokok penjualan diakibatkan

Kenaikan harga pokok per unit Rp. 27.500,00

Kenaikan kuantitas harga pokok Rp. 7.500,00

Rp. 35.000,00

3. Kenaikan laba kotor Rp. 30.000,00

Disamping cara yang di atas kenaikan baik oleh factor harga jual maupun pokok

penjualan, dapat pula dilakukan analisis dengan cara lain. Analisis lain yang

dimaksud adalah karena factor :

1. Kuantitas penjualan;

2. Harga jual;

3. Kuantitas penjualan dengan harga jual

30
Dari kasus di atas dapat dianalisis sebagai berikut :
Contoh 1
Faktor kuantitas penjualan, yaitu kenaikan penjualan yang disebabkan oleh
naiknya kuantitas (jumlah) penjualan jika tidak ada kenaikan harga jual.
Harga persatuan 2006 Rp. 55.000,00
Kenaikan kuantitas 100 unit

Kenaikan laba kotor karena kuantitas penjualan jika tidak ada kenaikan
harga jual adalah:
Rp. 100,00 X 100 unit = Rp.10.000,00
Contoh 2
Faktor harga jual, yaitu kenaikan penjualan yang disebabkan oleh
kenaikan harga jual jika tidak ada kenaikan kuantitas penjualan.

Kenaikan harga jual Rp. 50,00


Kuantitas penjualan 2006 1.000 unit

Kenaikan laba kotor karena harga jual Rp.50,00 X 1.000 unit = rp.
50.000,00
Contoh 3
Faktor kuantitas penjualan dengan harga jual, yaitu kenaikan harga jual per
unit dikalikan dengan kuantitas penjualan.
Kenaikan harga jual Rp.50,00
Keniakan kuantitas 100 unit

Kenaikan harga jual per unit dikalikan dengan kenaikan kuantitas


penjualan Rp.50,00 X 100 unit = Rp.5.000,00
Dengan demikian, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. kenaikan laba kotor karena kuantitas penjualan,
Rp. 100,00 X 100 unit............................................................. = Rp. 10.000,00
2. kenaikan laba kotor karena harga jual,
Rp.50,00 X 1.000 unit............................................................. = Rp. 50.000,00
3. kenaikan harga jual per unit dikalikan
Dengan kenaikan kuantitas penjualan
Rp.50,00 X 100 unit............................................................... = Rp. 5.000,00

31
Total kenaikan laba kotor karena
Penjualan............................................................................. = Rp. 65.000,00

Selanjutnya, kenaikan harga pokok Rp. 35.000,00 disebabkan oleh faktor-


faktor sebagai berikut:
1. faktor kuantitas
kenaikan harga pokok disebabkan kenaikan kuantitas dengan asumsi tidak
ada kenaikan harga pokok:
Harga pokok 2006 Rp. 75,00
Kenaikan kuantitas 100 unit

Kenaikan karena faktor kuantitas ( Rp. 75,00 X 100 unit) = Rp. 7.500,00
2. faktor harga pokok
kenaikan harga pokok disebabkan kenaikan harga pokok per unit dengan
asumsi tidak ada kenaikan dalam kuantitas
Kenaikan harga pokok per unit Rp. 25,00
Kuantitas yang dijual 2006 1.000 unit

Kenaikan karena faktor harga pokok ( Rp. 25,00 X 1.000 unit) = Rp.
25.000,00
3. faktor kuantitas dan harga pokok
kenaikan harga pokok per unit dikali kenaikan kuantitas.
Kenaikan harga pokok per unit Rp. 25,00
Kenaikan kuantitas yang dijual 100 unit

Rp. 25,00 X 100 unit = Rp. 2500,00


Dengan demikian, dapat disimpulkan sebagai berikut:
Kenaikan karena faktor kuantitas
(Rp. 25,00 X 100 unit)............................................... = Rp. 7.500,00
Kenaikan karena faktor harga pokok
(Rp. 25,00 X 1.000 unit)............................................ = Rp. 25.000,00
Kenaikan harga pokok per unit kali
Kenaikan kuantitas (Rp.25,00 X 100 unit).................. = Rp. 2.500,00
Jadi jumlah kenaikan harga pokok
Penjualan adalah................................................... = Rp. 35.000,00
Berikut ini laporan perubahan yang dibuatkan dalam tabel :

PT. Yumiko Maharani


Laporan Perubahan Dalam Penjualan, HPP, dan Laba Kotor
Tahun 2006 dan 2007

Tahun Penjualan HPP Laba Kotor

32
2005 Rp. 100.000 Rp. 75.000 Rp. 25.000
2006 Rp. 165.000 Rp. 110.000 Rp. 55.000
Kenaikan Rp. 65.000 Rp. 35.000 Rp. 30.000

Kenaikan dan penurunan (diberi tanda *) disebabkan oleh berbagai faktor :


No. Komponen Penjualan HPP Kenaikan
1 Kuantitas Rp. 10.000 Rp. 7.500 Rp. 2.500
2 Harga jual Rp. 50.000 Rp. 50.000
3 Harga pokok Rp. 25.000 Rp. 25.000
4 Kuantitas dan harga jual Rp. 5.000 Rp. 5.000
5 Kuantitas dan HPP Rp. 2.500 Rp. 2.500
6 Jumlah Rp. 65.000 Rp. 35.000 Rp. 30.000

Tabel :
Komponen Tahun 2006 Tahun 2007 Kenaikan
Penjualan Bersih Rp. 100.000 Rp. 165.000 Rp. 65.000
HPP Rp. 75.000 Rp. 110.000 Rp. 35.000
Laba Kotor Rp. 25.000 Rp. 55.000 Rp. 30.000
Jumlah brg yg dijual 1.000 unit 1.100 unit 100 unit
Harga persatuan Rp. 100 Rp. 150 Rp. 50
Harga pokok persatuan Rp. 75 Rp. 100 Rp. 25

33
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Ringkasan-ringkasan dan analisis sebelumnya telah memberikan cukup
motivasi bagi manajemen untuk memulai suatu pemeriksaan, yang akan
membawa kepada berbagai kemungkinan tindakan koreksi, khususnya analisis
yang menunjukkan perbedaan tidak menguntungkan (rugi) antara anggaran
dan realisasi. Sebagai contoh, bila terjadi penurunan dari penjualan yang
dianggarkan dari produk yang memiliki laba tinggi, maka perlu disarankan
untuk melakukan peningkatan biaya iklan pada periode berikutnya, agar dapat
menutup kembalI penurunan penjualan tersebut.
Analisis laba kotor yang didasarkan pada anggaran atau biaya standar
dapat memberikan gambaran titik-titik kelemahan dari kinerja periode
tersebut. Dengan demikian, manajemen akan mampu untuk menguraikan
tindakan-tindakan perbaikan yang diperlukan untuk mengoreksi situasi.
Laba kotor menjadi tanggung jawab bersama dari fungsi pemasaran
dan fungsi produksi. Analisis laba kotor membawa bersama kedua fungsi
tersebut dan meyakinkan perlunya dilakukan studi lebih lanjut oleh keduanya.
Fungsi pemasaran harus dapat menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi
pada harga jual per unit, pergeseran komposisi penjualan dan penurunan total
unit yang dijual, sementara fungsi produksi harus mempertanggungjawabkan
terjadinya kenaikan harga pokok. Agar lebih bernilai, selisih harga pokok
harus dianalisis lebih lanjut untuk dapat menentukan selisih-selisih yang
terjadi pada biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pebrik.

34
DAFTAR PUSTAKA
Drs. S. Munawir, A. (2014). Analisa Laporan Keuangan (Vol. Edisi Keempat). Yogyakarta:
Liberty.
Kasmir, D. (2015). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers.

35

Anda mungkin juga menyukai