(PDF) Makalah
(PDF) Makalah
BAB I .................................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 3
B. Tujuan ......................................................................................................................... 4
BAB II................................................................................................................................. 5
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 5
Kasus 1 ;............................................................................................................................ 25
PENUTUP ........................................................................................................................ 34
A. KESIMPULAN......................................................................................................... 34
1
KATA PENGANTAR
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
masuk dalam laporan rugi laba yang akan mengurangi laba kotor sehingga
didapat laba bersih.
B. Tujuan
Tujuan dalam pembuatan makalah ini :
1. Agar Mahasiswa Mengetahui Pengertian Anali.Sis Laba Kotor
2. Agar Mahasiswa Mengerti Faktor-Faktor Yang Memperngaruhi laba Kotor.
3. Agar Mahasiswa Mengetahui Manfaat Analisis Laba Kotor.
4
BAB II
PENDAHULUAN
5
semua pihak yang terlibat dalam perusahaan diharuskan bekerja keras untuk
memperoleh dan meningkatkan laba yang telah ditargetkan sebelumnya.
Dalam praktiknya, laba yang diperoleh perusahaan terdiri dari dua
macam, yaitu :
1. Laba Kotor (gross profit); dan
2. Laba Bersih (net profit).
Laba kotor artinya laba ynag diperoleh sebelum dikurangi biaya-biaya
yang menjadi beban perusahaan. Sementara itu, laba bersih adalah laba yang
telah dikurangi biaya-biaya yang merupakan beban perusahaan dalam suatu
periode tertentu, termasuk pajak.
Secara umum, pengertian analisis laba kotor adalah analisis yang
digunakan untuk mengetahui jumlah laba kotor dari period eke satu periode,
serta sebab-sebab berubahnya laba kotor tersebut antara dua atau lebih
periode.
Untuk melakukan analisis laba kotor, diperlukan data-data
perusahaan. Adapun data yang dibutuhkan untuk melakukan analisis laba
kotor adalah :
1. Target yang telah ditetapkan,
2. Pencapaian hasil laba pada periode tersebut,
3. Laba pada beberapa periode sebelumnya.
Target yang telah ditetapkan adalah jumlah angka atau persentase laba
yang telah ditetapkan manajemen sebelumnya. Target ini ditentukan sebelum
perusahaan menjalankan aktivitasnya. Misalnya, target laba kotor yang
diinginkan adalah Rp 1 Miliar atau 25% dari penjualan.
6
dicapai. Rencana laba dapat berupa laba yang dianggarkan atau standar laba
pada periode akuntansi sebelumnya. Menurut Supriyono (1999:175) bahwa
penyimpangan realisasi laba dengan rencana laba perlu dianalisis dan
diinvestigasi sebab-sebab penyimpangannya, sehingga dapat digunakan
sebagai alat untuk tujuan:
a. Memberikan petunjuk kepada manajemen tentang elemen apa yang
menyimpang, berapa jumlah penyimpangannya dan bagaimana
pengaruhnya terhadap laba yang dicapai perusahaan, apa sebab
penyimpangannya tersebut, pada kegiatan apa penyimpangan itu terjadi,
siapa yang bertanggung jawab terhadap penyimpangan tersebut atau
apakah penyimpangan tersebut dapat dikendalikan oleh pusat kegiatan
tertentu.
b. Memberikan petunjuk kepada manajemen guna menyusun anggaran laba
periode berikutnya, dengan investigasi terhadap penyimpangan yang
timbul dapat menilai apakah rencana laba merupakan pengukur yang baik
untuk menilai/mengevaluasi laba. Apabila rencana laba tidak tepat maka
akibatnya tidak dapat dipakai sebagai alat evaluasi dan dalam menentukan
rencana laba periode berikutnya harus lebih teliti.
Tujuan menganalisis penyimpangan yang terjadi antara realisasi laba
dengan rencana laba. Maka laporan laba rugi perlu diperbandingkan antara
realisasi laba apakah menguntungkan atau merugikan. Analisis laba kotor
merupakan bagian dari analisis laba. Berdasarkan uraian di atas perubahan
laba kotor dipengaruhi oleh elemen penjualan dan harga pokok penjualan,
maka dari itu perlu dilakukan analisis terhadap perubahan laba kotor antara
anggaran laba kotor dengan realisasi laba kotor. Hal ini dilakukan untuk
membantu manajemen menilai, mengevaluasi aktivitas penjualan dan
melakukan tindakan untuk menunjang aktivitas yang berhubungan dengan
penjualan.
7
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laba Kotor
Dalam praktiknya perolehan laba perusahaan tiap periode tidak sama
atau selalu berbeda-beda. Artinya laba yang diperoleh dari period eke periode
berubah-ubah. Perbedaan ini disebabkan berbagai faktor, dari dalam
perusahaan maupun dari kondisi luar perusahaan.
Untuk melihat perubahan laba suatu perusahaan, terutama adalah
perubahan laba kotor, dan perlu dilakukan analisis laba kotor. Seperti yang
dijelaskan, kita perlu membandingkan beberapa data masa lampau, kemudian
bandingkan dengan target yang ditetapkan. Data ini perlu untuk mengetahui
secara persis perubahan yang terjadi sehingga dapat mengetahui dimana
perubahan yang terjadi dan berapa besar perubahan tersebut.
Dalam praktiknya perubahan yang terjadi laba kotor disebabkan dua faktor,
yaitu:
1. Faktor penjualan;
2. Faktor harga pokok penjualan.
Penjualan maksudnya adalah jumlah omzet barang atau jasa yang
dijual, baik dalam unit ataupun dalam rupiah. Besar kecilnya penjualan ini
penting bagi perusahaan sebagai data awal dalam melakukan analisis.
Sementara itu, penjualan dipengaruhi oleh:
1. Faktor harga jual;
2. Faktor jumlah barang yang dijual.
Harga jual adalah harga persatuan atau unit atau per kilogram atau
lainnya produk yang dijual di pasaran. Penyebab berubahnya harga jual
adalah perubahan nilai harga jual per satuan. Dalam kondisi tertentu, harga
jual dapat naik, tetapi dapat pula turun. Perubahan inilah yang menjadi
penyebab perubahan laba kotor dari waktu ke waktu.
Sementara itu, jumlah barang yang dijual maksudnya adalah
banyaknya barang yang dijual dengan kuantitas yang lebih banyak, juga akan
memengaruhi peningkatan laba kotor. Demikian pula sebaliknya apabila
kuantitas barang yang dijual sedikit, tentu kemungkinan akan terjadi
penurunan penjualan.
8
Harga pokok penjualan adalah harga barang atau jasa sebagai bahan
baku atau jasa untuk menjadi barang dengan ditambah biaya-biaya yang
berkaitan dengan harga pokok penjualan tersebut.
Harga pokok penjualan dipengaruhi oleh:
1. Harga pokok rata-rata;
2. Jumlah barang yang dijual.
Sama seperti halnya dengan jumlah penjualan, perubahan harga pokok rata-
rata persatuan atau unit atau per kilogram atau lainnya produk barang juga
ikut memengaruhi perolehan laba kotor. Apabila harga pokok rata-rata naik,
laba kotor dapat turun, demikian pula sebaliknya.
Di samping itu, harga pokok rata-rata penjualan juga ikut dipengaruhi
oleh jumlah (volume) penjualan itu sendiri. Jika jumlah penjualan meningkat,
kemungkinan akan mampu meningkatkan laba kotor. Demikian pula
sebaliknya, apabila jumlah penjualan turun, kemungkinan laba kotor pun akan
ikut turun pula.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perubahan laba kotor disebabkan
tiga faktor berikut ini.
1. Berubahnya Harga Jual
Artinya, berubahnya harga jual yang dianggarkan dengan harga jual pada
periode sebelumnya. Misalnya harga jual yang ditetapkan sebelumnya
Rp100,00 per unit dinaikkan menjadi Rp110,00 per unit atau sebaliknya
karena berbagai sebab harga jual justru diturunkan.
2. Berubahnya jumlah kuantitas (volume) barang yang dijual
Artinya, perubahan jumlah barang yang dijual dari jumlah yang
dianggarkan dengan jumlah periode sebelum. Sama seperti harga jual
perubahan jumalah barang yang dijual, misalnya dari jumlah yang
ditargetkan terjual 1.000 unit, namun hanya terjual 900 unit atau
sebaliknya naik menjadi 1.100 unit jelas akan mengakibatkan perubahan
perolehan dari nilai jual tersebut.
9
3. Brubahnya harga pokok penjualan
Maksudnya perubahan harga pokok penjualan dari yang dianggarkan
dengan harga pokok penjualan pada periode sebelum. Peruban ini
mungkin disebabkan karena adanya kenaikan harga pokok penjualan dari
sumber utamanya. Misalnya kenaikan atau penurunan harga bahan baku
atau akibat kenaikan dari biaya-biaya yang dibebankan dari sebelumnya.
Dalam prakteknya, banyak sebab yang mempengaruhi tingkat
penjualan dan harga pokok penjualan sehingga mempengaruhi perolehan
laba kotor dalam periode yang bersangkutan.
Sebagai contoh, perubahan harga jual yang tinggi akan
mengakibatkan kemungkinan turunnya jumlah barang yang dijual atau
sebaliknya. Hal ini disebabkan kemungkinan konsumen akan berpindah
ke produk yang lain yang harganya relatif lebih murah. Kemungkinan
juga konsumen akan menunda atau mengurangi jumlah pembelian dari
sebelumnya. Demikian pula jika terjadi penurunan harga belum tentu
mampu untuk meningkatkan porsi penjualan. Namun, dalam praktiknya
penurunan harga jual mampu meningkatkan jumlah atau volume
penjualan. Sementara itu, pendapatan dari hasil penjualan sudah pasti
akan lebih rendah jika di imbangi dengan peningkatan harga jualnya dan
volume penjualan.
- Harga bahan baku;
- Upah tenaga kerja;
- Serta kenaikan harga secara umum;
Peningkatan biaya di atas akan dapat meningkatkan harga pokok
penjualan. Akibatnya tentu akan mempengaruhi harga jual persatuan dan
jika harga jual tidak dinaikan, presentase keuntungan semakin mengecil.
Artinya laba kotor juga akan ikut turun.
Fakor lainnya yang juga perlu dicermati adalah adanya
ketidakefisienan didalam memproduksi barang atau jasa atau menjual
barang yang berakibat terjadinya pemborosan. Misalnya pengiriman
pesanan yang tidak tetap waktu akan mempengaruhi penjualan. Begitu
10
pula dengan pemakaian bahan yang terjadi pemborosan sehingga ada
biaya-biaya yang tidak perlu keluar justru menjadi beban.
Dan yang paling fatal adalah adanya unsur kecurangan dari pihak
manajemen perusahaan yang “bermain” dengan pihak lain. Demikian pula
apabila kecurangan yang terjadi yang diakibatkan oleh pihak ketiga. Hal
ini sudah pasti sangat mempengaruhi keduanya.
11
Penjelasan dari masing-masing manfaat analisa laba kotor di atas adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui penyebab turunnya harga jual
Dengan diketahui penyebab naik turunnya harga, pihak manajemen dapat
memprediksi berbagai hal, terutama berkaitan dengan penentuan harga jual
ke depan dan target harga jual yang lebih realitas. Kesalahan akibat
penentuan harga jual ini pasti dikarenakan faktor perubahan harga jual
yang sangat rentan terhadap perubahan diluar lingkungan perusahaan.
2. Untuk mengetahui penyebab naiknya harga jual
Faktor penyebab terjadinya naiknya harga jual dapat berasal dari dalam
perusahaan, misalya kenaikan biaya-biaya. Namun, harga jual juga dapat
naik karena dipengaruhi dari luar perusahaan. Penentuan kenaikan harga
jual yang melebihi harga pesaing sangat berbahaya dalam usaha
pencapaian jumlah penjualan.
3. Untuk mengetahui penyebab turunnya harga pokok penjualan
Di samping kenaikan harga jual, laba kotor juga di pengaruhi oleh
penurunan harga pokok penjualan. Penyebab menurunnya harga jual tidak
jauh berbeda dengan kenaikan harga pokok penjualan. Hanya saja
penurunan harga pokok penjualan akan membuat perusahaan berusaha
keras untuk bekerja lebih efisien.
4. Untuk mengetahui penyebab naiknya harga pokok penjualan
Penyebab terjadinya naiknya harga pokok penjualan juga sangat penting
untuk diketahui oleh perusahaan karena dengan diketahuinya penyebab
terjadi naiknya harga pokok penjualan, perusahaan pada akhirnya mampu
menyesuaikan dengan harga jual dan biaya-biaya lainnya. Penyebab utama
naiknya harga pokok penjualan sebagian besar adalah karena dari pihak
luar perusahaan.
5. Sebagai bentuk pertanggungjawaban bagian penjualan
Analisa laba kotor juga memberikan manfaat sebagai bentuk
pertanggungjawaban bagian penjualan akibat naiknya harga jual. Artinya
12
ada pihak-pihak yang memang seharusnya bertanggungjawab apabila
terjadi kenaikan atau penurunan harga jual.
6. Sebagai bentuk pertanggungjawaban bagian produksi
Analisa laba kotor juga memberikan manfaat sebagai bentuk
pertanggungjawaban bagian produksi akibat turunnya harga pokok
penjualan. Artinya untuk urusan harga pokok penjualan, pihak bagian
produksilah yang bertanggung jawab.
7. Sebagai salah satu alat ukur untuk menilai kinerja manajemen
Sudah pasti analisis laba kotor ini pada akhirnya akan memberikan
manfaat untuk menilai kinerja manajemen dalam suatu periode. Artinya
hasil yang diperoleh dari analisis laba kotor akan menentukan kinerja
manajemen kedepan.
8. Sebagai bahan untuk menentukan kebijakan manajemen ke depan
Analisa laba kotor digunakan sebagai bahan untuk menentukan kebijakan
manajemen ke depan dengan mencermatikegagalan atau kesuksesan
pencapaian laba kotor sebelumnya. Jika berhasil, manajemen mungkin
sekarang akan dipertahankan atau bahkan ada yang dipromosikan
kejabatan yang lebih tinggi. Akan tetapi, jika gagal, sebaliknya akan
diganti dengan manajemen yang baru. Di samping itu, keberhasilan atau
kegagalan manajemen dalam mencapai target laba kotorjuga akan
menentukan besar kecilnya insentif yang bakal mereka terima.
13
laporan hasil usaha periode sebelumnya dan kemudian diperbandingkan
dengan laporan hasil usaha periode berjalan.
2. Analisis keuntungan kotor berdasarkan biaya standar dan anggaran
Untuk menguraikan analisa keuntungan kotor berdasarkan biaya standar
dan anggaran laporan hasil usaha dengan metode biaya standar,
diperbandingkan dengan laporan hasil usaha aktual pada periode tahun
berjalan.
F. Perencanaan Laba
Membuat rencana laba suatu perusahaan merupakan kewajiban yang
harus dilakukan oleh suatu usaha sebelum suatu kegiatan dijalankan. Dalam
membuat rencana laba, perlu terlebih dulu ditentukan atau dianggarkan target
laba yang ingin dicapai.
Penyusunan rencana anggaran atau budget yang akan dijalankan oleh
suatu perusahaan haruslah mempertimbangkan berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi pencapaian target tersebut.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan antara lain:
1. Volume penjualan tahun sebelumnya;
2. Harga jual periode sebelumnya;
3. Kecenderungan permintaan terhadap produk yang ditawarkan dari tahun
ke tahun;
4. Kondisi persaingan baik lokal maupun internasional;
5. Kencenderungan inflasi secara umum;
6. Kondisi perekonomian pemerintah dan masyarakat;
7. Kecenderungan perubahan selera masyarakat;
8. Budget promosi yang harus dianggarkan; dan
9. Pertimbangan lainnya.
Khususnya dalam menyusun anggaran laba kotor harus dipertimbangkan pula
ketersediaan harga pokok penjualan dan prediksi kenaikan harga pokok
penjualan dari tahun ke tahun sebelumnya. Ketersediaan bahan baku penting
mengingat apabila terjadi kelangkaan atau keterlambatan, akan berakibat
14
kepada harga jual dan jumlah barang yang dijual. Demikian pula dengan
kenaikan harga pokok penjualan.
Contoh Kasus :
Dalam contoh pertama, analisa terhadap perubahan laba kotor
dua laporan laba-rugi dari periode yang berbeda ini kurang bermanfaat atau
operasi perusahaan yang normal atau paling effisien, disamping itu tingkat
15
Di samping itu dalam contoh pertama menanggap bahwa perusahaan
hanya menjual atau memproduksi satu jenis barang atau dua jenis barang yang
Apabila perusahaan menjual lebih dari satu jenis barang maka dapayt pula
dihitung atau dianalisa secara bersama-sama, dalam hal analisa secara bersama
masih terjadi perubahan laba kotor. Hal ini disebabkan adanya perubahan
komposisi barang yang dijual, dan dapat diberikan contoh sebagai berikut:
Budget Realisasi
Penjualan:
Oleh karena itu didalam perusahaan yang menjual lebih dari satu jenis
perubahan kwantitas harga pokok penjualan) perlu dianalisa lebih lanjut untuk
yang dijual (sales mix variance) dan yang disebabkan oleh perusahaan
16
Untuk memberikan gambanran tentang prosedur analisa untuk
perusahaan yang menjual lebih dari satu jenis barang dengan menggunakan
budget sebagai pembanding, maka berikut ini disajikan data budget dan
17
PT INDIRA
Budget Laba – Rugi
Tahun 1979
Laporan 1
Penjualan Harga Pokok Gross Profit
Barang Unit
Harga Jumlah Per Unit Jumlah Per Unit Jumlah
A 6.000 1.500 9.000.000 1.200 7.200.000 300 1.800.000
B 3.500 1.200 4.200.000 1.000 3.500.000 200 700.000
C 1.000 1.000 1.000.000 875 875.000 125 125.000
10.500 1.352,38 14.200.000 1.102,38 11.575.000 250 2.625.000
PT INDIRA
Budget Laba – Rugi
Tahun 1979
Laporan 2
Penjualan Harga Pokok Gross Profit
Barang Unit
Harga Jumlah Per Unit Jumlah Per Unit Jumlah
A 5.000 1.600 8.000.000 1.400 7.000.000 200 1.000.000
B 4.200 1.200 5.040.000 975 4.095.000 225 945.000
C 1.200 950 1.140.000 900 1.080.000 50 60.000
10.400 1.363,46 14.180.000 1.170,67 12.175.000 192,79 2.005.000
PT INDIRA
Budget Laba – Rugi
Tahun 1979
Laporan 3
Penjualan Harga Pokok Gross Profit
Barang Unit
Harga Jumlah Per Unit Jumlah Per Unit Jumlah
A 5.000 1.500 8.000.000 1.400 7.000.000 200 1.000.000
B 4.200 1.200 5.040.000 975 4.095.000 225 945.000
C 1.200 1.000 1.140.000 900 1.080.000 50 60.000
10.400 1.321,15 14.180.000 1.170,67 12.175.000 192,79 2.005.000
18
Menurut budget yang disusun pada awal periode menunjukkan bahwa
memperoleh laba kotor sebesar Rp. 2.625.000,- dengan taksiran produksi dan
penjualan sebesar 10.500 unit dan laba kotor rata-rata per unitnya sebesar Rp.
250,-. Tetapi kenyataan perusahaan hanya merealisir laba kotor rata-rata per
unit sebesar Rp. 192,79,- dan laba kotor mengalami penurunan sebesar Rp.
Rp.2.005.000)
Langkah 1 :
19
Langkah 1I :
20
B = 4.200 ( Rp. 975,- - Rp. 1.000,-) = Rp. 105.000,- (laba).
C = 1.200 ( Rp. 900,- - Rp. 875,-) = Rp. 30.000,- (Rugi).
Rp.925.000,- (Laba)
Dari penghitungan-penghitungan diatas diketahui bahwa perubahan kwantitas dapat
berasal dari kwantitas penjulan dan kwantitas harga pokok penjualan, perubahan
Perubahan kwantitas secara netto ini pada dasarnya terdiri dari dua kelompok yaitu
perubahan komposisi penjulan dan perubahan kwantitas itu terdiri secara total, yang
RP. 2.490.000,-
21
Besarnya perubahan laba kotor karena perubahan komposisi penjulan ini dapat
atau: ( )−( )
K2= Kwantitas penjualan yang sesungguhnya
LB1= Laba kotor per unit yang dibudgetkan atau tahun sebelumnya.
TK2= Total kwantitas yang direalisir atau sesungguhnya dijual.
LBR1 = Laba kotor rata-rata yang dibudgetkan atau tahun sebelumnya.
Sehingga selisih komposisi penjualan dari data seperti pada contoh diatas adalah
sebagai berikut:
sesungguhnya
Rp, 110.000,-
Atau; ( − )
TK2= Total kwantitas penjualan yang direalisir atau yang sesungguhnya dijual.
TK1= Total kwantitas penjulan yang dibudgetkan atau tahun sebelumnya.
LBR1= Laba kotor rata-rata yang dibudgetkan atau tahun sebelumnya.
22
Dengan demikian besarnya perubahan laba kotor yang disebabkan oleh perubahan
kwantitas atau volume penjulan secara netto pada contoh diatas adalah:
Rp. 239,42,- Jika harga jual dan harga pokok sesuai dengan budget. Tetapi karena
adanya perubahan dalam sektor harga jual, volume penjualan, komposisi penjualan
dan harga pokok penjualan mengakibatkan laba kotor yang diperoleh hanya sebesar
Rp. 192,79,- per satuan dan mengakibatkan laba kotor secara total turun sebesar Rp.
620.000,- dibandingkan dengan budget yang dibuat pada awal tahun 1979, hal ini
PT INDIRA
Menguntungkan Merugikan
Rp 440.000 Rp 1.060.000
Rp 1.060.000 Rp 1.060.000
23
Setelah diketahui sebab-sebab berubahnya laba kotor secara terperinci, management
jawabnya. Begitu pula bila harga pokok per satuan mengalami kenaikan, maka bagian
produksi dapat diminta keterangannya, mungkin perubahan ini karena naiknya harga
atau kecurangan-kerucarangan.
24
Kasus 1 ;
PT. Yumiko Maharani Tbk. Memiliki laporan laba rugi tahun 2006 dan 2007 dan
harga persatuan,harga pokok persatuan serta jumlah barang yang dijual dari kedua
yaitu penjualan pada tahun 2006 sebesar Rp. 100.000.000,00 menjadi Rp.
2. Harga pokok penjualan juga meningkat sebesar Rp. 35.000,00 yaitu dari
tahun 2006 sebesar Rp. 75.000,00 menjadi Rp. 110.000.000,00 pada tahun
2007.
padatahun 2007.
25
5. HargapersatuanmeningkatsebesarRp. 50,00 dariRp. 100,00 padatahun
Secara ringkat perubahan laba rugi yang terjadi dari data di atas jika dimasukkan
Analisis pertama adalah perubahan laba kotor yang diakibatkan penjualan, yaitu
Dimana:
26
Qt1 = Jumlah atau volume produk sebelumnya atau yang dianggarkan
27
1. Karena faktor penjualan
Rp.100……………………………………….
jual…………………………………………..
( − )
( − )
Analisa kedua adalah perubahan laba kotor yang diakibatkan harga pokok
28
( − )
Dimana:
( − )
Jumlah penjualan 2007 x (harga pokok 2007 – harga pokok 2006)
100………………………………………
( − )
29
Yakni Rp. 75 (1.100 unit – 1.000 unit) = Rp. 7.500,00
LaporanPerubahanLabaKotor
Rp. 65.000,00
Rp. 35.000,00
Disamping cara yang di atas kenaikan baik oleh factor harga jual maupun pokok
penjualan, dapat pula dilakukan analisis dengan cara lain. Analisis lain yang
1. Kuantitas penjualan;
2. Harga jual;
30
Dari kasus di atas dapat dianalisis sebagai berikut :
Contoh 1
Faktor kuantitas penjualan, yaitu kenaikan penjualan yang disebabkan oleh
naiknya kuantitas (jumlah) penjualan jika tidak ada kenaikan harga jual.
Harga persatuan 2006 Rp. 55.000,00
Kenaikan kuantitas 100 unit
Kenaikan laba kotor karena kuantitas penjualan jika tidak ada kenaikan
harga jual adalah:
Rp. 100,00 X 100 unit = Rp.10.000,00
Contoh 2
Faktor harga jual, yaitu kenaikan penjualan yang disebabkan oleh
kenaikan harga jual jika tidak ada kenaikan kuantitas penjualan.
Kenaikan laba kotor karena harga jual Rp.50,00 X 1.000 unit = rp.
50.000,00
Contoh 3
Faktor kuantitas penjualan dengan harga jual, yaitu kenaikan harga jual per
unit dikalikan dengan kuantitas penjualan.
Kenaikan harga jual Rp.50,00
Keniakan kuantitas 100 unit
31
Total kenaikan laba kotor karena
Penjualan............................................................................. = Rp. 65.000,00
Kenaikan karena faktor kuantitas ( Rp. 75,00 X 100 unit) = Rp. 7.500,00
2. faktor harga pokok
kenaikan harga pokok disebabkan kenaikan harga pokok per unit dengan
asumsi tidak ada kenaikan dalam kuantitas
Kenaikan harga pokok per unit Rp. 25,00
Kuantitas yang dijual 2006 1.000 unit
Kenaikan karena faktor harga pokok ( Rp. 25,00 X 1.000 unit) = Rp.
25.000,00
3. faktor kuantitas dan harga pokok
kenaikan harga pokok per unit dikali kenaikan kuantitas.
Kenaikan harga pokok per unit Rp. 25,00
Kenaikan kuantitas yang dijual 100 unit
32
2005 Rp. 100.000 Rp. 75.000 Rp. 25.000
2006 Rp. 165.000 Rp. 110.000 Rp. 55.000
Kenaikan Rp. 65.000 Rp. 35.000 Rp. 30.000
Tabel :
Komponen Tahun 2006 Tahun 2007 Kenaikan
Penjualan Bersih Rp. 100.000 Rp. 165.000 Rp. 65.000
HPP Rp. 75.000 Rp. 110.000 Rp. 35.000
Laba Kotor Rp. 25.000 Rp. 55.000 Rp. 30.000
Jumlah brg yg dijual 1.000 unit 1.100 unit 100 unit
Harga persatuan Rp. 100 Rp. 150 Rp. 50
Harga pokok persatuan Rp. 75 Rp. 100 Rp. 25
33
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ringkasan-ringkasan dan analisis sebelumnya telah memberikan cukup
motivasi bagi manajemen untuk memulai suatu pemeriksaan, yang akan
membawa kepada berbagai kemungkinan tindakan koreksi, khususnya analisis
yang menunjukkan perbedaan tidak menguntungkan (rugi) antara anggaran
dan realisasi. Sebagai contoh, bila terjadi penurunan dari penjualan yang
dianggarkan dari produk yang memiliki laba tinggi, maka perlu disarankan
untuk melakukan peningkatan biaya iklan pada periode berikutnya, agar dapat
menutup kembalI penurunan penjualan tersebut.
Analisis laba kotor yang didasarkan pada anggaran atau biaya standar
dapat memberikan gambaran titik-titik kelemahan dari kinerja periode
tersebut. Dengan demikian, manajemen akan mampu untuk menguraikan
tindakan-tindakan perbaikan yang diperlukan untuk mengoreksi situasi.
Laba kotor menjadi tanggung jawab bersama dari fungsi pemasaran
dan fungsi produksi. Analisis laba kotor membawa bersama kedua fungsi
tersebut dan meyakinkan perlunya dilakukan studi lebih lanjut oleh keduanya.
Fungsi pemasaran harus dapat menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi
pada harga jual per unit, pergeseran komposisi penjualan dan penurunan total
unit yang dijual, sementara fungsi produksi harus mempertanggungjawabkan
terjadinya kenaikan harga pokok. Agar lebih bernilai, selisih harga pokok
harus dianalisis lebih lanjut untuk dapat menentukan selisih-selisih yang
terjadi pada biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pebrik.
34
DAFTAR PUSTAKA
Drs. S. Munawir, A. (2014). Analisa Laporan Keuangan (Vol. Edisi Keempat). Yogyakarta:
Liberty.
Kasmir, D. (2015). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers.
35