Anda di halaman 1dari 7

1.

Tugas Pokok dan Fungsi Ombudsman


Lembaga Ombudsman merupakan lembaga negara yang awalnya
lahir dari sebuah transformasi paham negara hukum yang demokratis
ke negara hukum yang bertanggung jawab.9 Transformasi ini terjadi
disebabkan karena:10
a. untuk mengembangkan dirinya warga negara dan penduduk kini
lebih tergantung pada pemerintah daripada sebelumnya;
b. selama abad ke-20 terjadi perkembangan dan pertumbuhan
lembaga- lembaga birokrasi yang secara kolektif (secara
lembaga) atau oleh pejabat atau aparatur pemerintah (secara
individu) dapat menimbulkan ketidakseimbangan dalam
hubungan antara warga negara yang lemah dan lembaga
pemerintahan yang kuat, sehingga mudah terjadi penyalahgunaan
wewenang oleh pemerintah terhadap warga masyarakat.
Sejarah Ombudsman Republik Indonesia adalah suatu langkah
yang diambil Pemerintahan Abdul Rahman Wahid (alias Gusdur)
bersama Megawati Soekarno Putri atas desakan masyarakat yang
merasa pelayanan publik yang tidak transparan, bersih, dan bebas KKN.
Lembaga Ombudsman ini tidak langsung terbentuk tetapi melalui
berbagai proses yang cukup menguras pikiran karena terjadi banyak
diskusi-diskusi yang dilakukan untuk menyusun konsep lembaga
Ombudsman Republik Indonesia. Diawali dengan berbentuk komisi
Ombudsman yang kemudian dilakukan studi mengenai hakikat
pendirian lembaga Ombudsman di berbagai negara menjadi proses
yang juga dijalani sebelum terbentuknya Lembaga Ombudsman. Studi
di berbagai negara yang memiliki Lembaga Ombudsman ini dilakukan
dengan tujuan untuk menggali dan memperdalam pengetahuan tentang
apa dan bagaimana Ombudsman seharunya melakukan kerja-kerja
pengawasan, dan apa saja prinsip-prinsip Ombudsman yang berlaku
universal. Hingga pada tahun 2008 terbentuk Undang-Undang No. 37
Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia.
Tugas dari Lembaga Ombudsman adalah mengawal
keberlangsungan pemerintahan supaya tetap pada koridor yang benar.
Pemerintahan yang baik harus taat pada hukum dan norma yang ada
sehingga pemerintahan yang ada akan memenuhi cita hukum dalam
Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan negara
yang bersih dan Bebas KKN. Dalam Pasal 3 Undang-Undang tersebut
disebutkan beberapa norma pemerintah yang baik, yaitu:
1. asas kepastian hukum;
2. asas keseimbangan;
3. asas kesamaan;
4. asas kecermatan;
5. asas motivasi;
6. asas tidak melampaui dan atau mencampuradukkan kewenangan;
7. asas nondiskriminasi;
8. asas keadilan;
9. asas kewajaran dan kepatutan;
10. asas menanggapi pengharapan yang wajar;
11. asas meniadakan akibat-akibat suatu keputusan yang batal;
12. asas-asas perlindungan atas pandangan hidup pribadi;
13. asas tertib penyelenggaraan administrasi pemerintahan;
14. asas keterbukaan;
15. asas proporsionalitas;
16. asas profesionalisme;
17. asas akuntabilitas;
18. asas kepentingan umum;
19. asas efisiensi; dan
20. asas efektifitas;
Peran Lembaga Ombudsman juga untuk mendorong
penyelenggaraan administrasi yang semakin baik. Asas-asas umum
pemerintahan yang baik yang sebagian besar tercantum di atas menjadi
tolok ukur untuk menilai sejauh mana aparat telah melakukan perbuatan
maladministrasi. Dengan demikian, Lembaga Ombudsman dalam
menjalankan tugas harus juga cepat, tidak berbelit-belit, gratis, dan
bukan mengancam eksistensi lembaga lain melainkan memberikan
rekomendasi yang membangun dan memperbaiki.
Peran lainnya dari Lembaga Ombudsman adalah untuk
mewujudkan
Good Govenance. Pemerintah seharusnya menjadi pelayan masyarakat
yang memberikan kemudahan untuk mengembangkan kemampuan
masyarakat dalam berbagai bidang. Pengawasan yang dilakukan oleh
Lembaga Ombudsman memfokuskan diri pada pengawasan pemberian
pelayanan umum sehingga penyelenggaraan pemerintahan sesuai
dengan nilai-nilai kepatutan, penghormatan hak-hak dasar, keadilan
serta moralitas. Berdasarkan hal tersebut Ombudsman yang dibentuk
harus memiliki kewenangan secara independen sehingga dalam
menjalankan tugas dan fungsinya akan bertindak secara objektif, adil,
dan tidak berpihak. Hal ini sebagaimana tertuang dalam Pasal 2
Undang-Undang No. 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik
Indonesia.
Ombudsman bukan bagian dari instansi publik manapun dan
memiliki jabatan tinggi dalam sistem pemerintahan. Independensi
fungsional maksdunya Ombudsman tidak dapat diintervensi ataupun
dikendalikan oleh pengaruh penguasa manapun sehingga Ombudsman
harus diberi wewenang yang luas disertai prosedur yang fleksibel (tidak
kaku). Sedangkan independensi personal dimaksudkan para pegawai
(sumber daya manusia) Ombudsman harus dari seleksi yang ketat dan
akuntabel sehingga dapat bekerja dengan baik dan tidak tergoda pada
pengaruh-pengaruh KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme). Semua
yang terurai di atas tersebut menjadi sebuah cita idealis dalam
pembentukan Lembaga Ombudsman. Berdasarkan Pasal 7 Undang-
Undang No. 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia,
Ombudsman bertugas:
a. menerima laporan atas dugaan maladministrasi dalam
penyelenggaraan pelayanan publik;
b. melakukan pemeriksaan substansi atas laporan;
c. menindaklanjuti laporan yang tercakup dalam ruang lingkup
kewenangan Ombudsman;
d. melakukan investigasi atas prakarsa sendiri terhadap dugaan
maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik;
e. melakukan koordinasi dan kerja sama dengan lembaga negara atau
lembaga pemerintahan lainnya serta lembaga kemasyarakatan dan
perseorangan;
f. membangun jaringan kerja;
g. melakukan upaya pencegahan mal administrasi dalam penyelenggaraan
pelayanan publik; dan
h. melakukan tugas lain yang diberikan oleh undang-undang.
Berdasarkan Pasal 8 Undang-Undang No. 37 Tahun 2008 tentang
Ombudsman Republik Indonesia, Ombudsman berwenang:
a. meminta keterangan secara lisan dan/atau tertulis dari pelapor, terlapor,
atau pihak lain yang terkait mengenai laporan yang disampaikan kepada
Ombudsman;
b. memeriksa keputusan, surat-menyurat, atau dokumen lain yang ada pada
Pelapor ataupun Terlapor untuk mendapatkan kebenaran suatu Laporan;
c. meminta klarifikasi dan/atau salinan atau fotokopi dokumen yang
diperlukan dari instansi mana pun untuk pemeriksaan laporan dari instansi
terlapor;
d. melakukan pemanggilan terhadap pelapor, terlapor, dan pihak lain yang
terkait dengan laporan;
e. menyelesaikan laporan melalui mediasi dan konsiliasi atas permintaan
para pihak;
f. membuat rekomendasi mengenai penyelesaian laporan, termasuk
rekomendasi untuk membayar ganti rugi dan/atau rehabilitasi kepada
pihak yang dirugikan; dan
g. demi kepentingan umum mengumumkan hasil temuan, kesimpulan, dan
rekomendasi.
Selain wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pasal 8 di atas
Ombudsman juga berwenang:
a. menyampaikan saran kepada presiden, kepala daerah, atau pimpinan
penyelenggara negara lainnya guna perbaikan dan penyempurnaan
organisasi dan/atau prosedur pelayanan publik;
b. menyampaikan saran kepada Dewan Perwakilan Rakyat dan/atau
Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan/atau kepala daerah agar
terhadap undang-undang dan peraturan perundang-undangan lainnya
diadakan perubahan dalam rangka mencegah maladministrasi.
Semua tugas dan fungsi yang diberikan oleh Undang-Undang
Ombudsman tersebut dibayar mahal oleh bangsa ini semata-mata untuk
menciptakan pengawasan terhadap pelayanan publik yang optimal. Idealisme
yang ada pada diri para punggawa pendiri Ombudsman Republik Indonesia 204
perlu diapresiasi dan dilestarikan melalui penguatan terhadap Lembaga
Ombudsman tersebut. Ombudsman apabila dicermati didirikan sebagai salah
satu wujud pemenuhan cita-cita bangsa Indonesia yang terdapat pada alinea
ke-4 Pembukaan UUD NRI Tahun 1945, yaitu:
1. melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia;
2. memajukan kesejahteraan umun;
3. mencerdaskan kehidupan bangsa; dan
4. ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Ombudsman memiliki tugas dan fungsi melindungi hak-hak
masyarakat terhadap perbuatan maladministrasi yang dilakukan oleh lembaga
publik yang hal tersebut merupakan sebagai bentuk memajukan kesejahteraan
umum. Ombudsman juga dalam menjalankan tugas memberikan advokasi-
advokasi terhadap hak dan kewajiban sebagai warga negara dihadapan
pemerintah sehingga mendidik masyarakat untuk tidak acuh tak acuh
terhadap pelanggaran melainkan berani melawan dengan melaporkan kepada
Ombudsman.
Dengan demikian sudah sepatutnya undang-undang yang mengatur
Ombudsman juga harus mewadahi semua tujuan idealis bangsa Indonesia
tersebut agar eksistensi Ombudsman sebagaimana yang dicitakan tersebut
tidak ada yang dilanggar.
Undang-undang merupakan produk politik sehingga sangat rentan
dengan penyimpangan yang akhirnya menghalangi spirit awal dari penciptaan
undang-undang tersebut. Undang-undang lain yang ada juga harus
memperkuat eksistensi suatu undang-undang bukan justru mendegradasi
suatu undang-undang. Oleh karena itu setiap undang-undang memiliki suatu
norma dasar (grundnorm) yang menjadi embrio dari setiap undang-undang.
Norma dasar bangsa Indonesia adalah Pancasila yang merupakan manifestasi
bangsa dari segala kemajemukan yang ada. Pancasila menjadi tujuan politik
hukum nasional yang digunakan sebagai saran menciptakan suatu sistem
hukum nasional dan cita-cita (tujuan) bangsa Indonesia.11
Pada undang-undang Ombudsman yang sudah ada sudah cukup
mengakomodir tugas dan fungsi Ombudsman di Indonesia pada hakikatnya.
Tugas pokok dan fungsi yang dimiliki oleh Ombudsman sebenarnya apabila
diterapkan secara efektif mudah-mudahan dapat membentuk pengawasan
terhadap pelayanan publik yang optimal. Hal tersebut didukung juga dengan
diundangkannya Undang-Undang yang mengatur khusus mengenai
pelayanan publik. Diundangkannya Undang-Undang No. 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik menambah kekuatan bagi Ombudsman dalam
menjalankan tugas dan fungsinya.

204
11. Imam Syaukani dan A Ahsin, Dasar-Dasar Politik Hukum,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), hlm 59.
Undang-Undang Pelayanan publik mempertegas serta memperjelas fungsi,
tugas, serta kedudukan Ombudsman Republik Indonesia sebagai berikut:13
a. dalam Undang-Undang Ombudsman Republik Indonesia ketentuan mengenai
makna pelayanan publik padahal Ombudsman mengemban tugas melakukan
pengawasan terhadap penyelenggaraan pelayanan publik. Dalam Undang-
Undang Pelayanan Publik, pengaturan mengenai pengertian pelayanan publik
makna diatur dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang pelayanan publik tersebut;
dan
b. mengenai tempat kedudukan Ombudsman dalam Undang-Undang Ombudsman
RI disebutkan: Ombudsman dapat mendirikan Perwakilan di Provinsi dan/atau
Kabupaten/Kota vide Pasal 5 ayat (2) sedangkan Undang-Undang Pelayanan
Publik melalui Pasal 46 ayat (3,4,7) menetapkan secara lebih tegas:
1) Ombudsman wajib membentuk perwakilan di daerah yang bersifat hierarkis
untuk mendukung tugas dan fungsi ombudsman di dalam pelayanan publik;
2) pembentukan perwakilan publik ombudsman di daerah dilakukan paling
lambat 3 (tiga) tahun sejak Undang-Undang pelayanan publik diundangkan;
dan
3) penyelesaian pengaduan oleh Ombudsman dapat dilakukan oleh Perwakilan
Ombudsman di daerah.
Selain hal yang di atas Undang-Undang pelayanan publik juga lebih
memperkuat fungsi, tugas, dan kewenangan Ombudsman berdasarkan poin- poin
tersebut:14
a. pasal 18 huruf g menyatakan masyarakat berhak mengadukan pelaksana yang
melakukan penyimpangan standar pelayanan dan/atau tidak memperbaiki
pelayanan kepada Ombudsman;
b. pasal 18 huruf h menyatakan masyarakat berhak mengadukan penyelenggara
yang melakukan penyimpangan standar pelayanan dan/atau tidak memperbaiki
pelayanan kepada Ombudsman;
c. pasal 35 ayat (3) huruf b: pengawasan eksternal penyelenggaraan pelayanan
publik dilakukan melalui pengawasan oleh Ombudsman sesuai dengan peraturan
perundang-undangan;
pasal 36 ayat (2): penyelenggara berkewajiban mengelola pengaduan yang
berasal dari rekomendasi Ombudsman
d. pasal 40 ayat (1) masyarakat berhak mengadukan penyelenggaraan pelayanan
publik kepada Ombudsman.
e. pasal 46 ayat (7) mekanisme dan tata cara penyelesaian pengaduan oleh
Ombudsman diatur lebih lanjut dalam Peraturan Ombudsman;
f. Pasal 50 ayat (7) mekanisme dan tata cara pelaksanaan ajudikasi khusus oleh
Ombudsman diatur lebih lanjut dalam Peraturan Ombudsman;
g. Pasal 52 ayat (2) pengajuan gugatan terhadap penyelenggara tidak menghapus
kewajiban penyelenggara untuk melaksanakan keputusan Ombudsman; dan
h. pasal 53 ayat (2) laporan pidana terhadap penyelenggara tidak menghapus
kewajiban penyelenggara untuk melaksanakan keputusan Ombudsman.
Kewenangan Ombudsman Republik Indonesia juga ditambah berdasarkan 204
Undang-Undang pelayanan publik, yaitu:
a. pasal 8 ayat (1) huruf e UU ORI menyatakan Ombudsman berwenang
menyelesaikan laporan melalui mediasi dan konsiliasi atas permintaan para
pihak, sedangkan Pasal 50 ayat (5) Undang-Undang Pelayanan Publik
menyatakan dalam hal penyelesaian ganti rugi Ombudsman dapat melakukan
mediasi, konsiliasi, dan ajudikasi khusus. Pasal 1 angka 11 menyatakan bahwa
ajudikasi adalah proses penyelesaian sengketa pelayanan publik antar pihak yang
diputus oleh Ombudsman; dan
b. dalam Undang-Undang No. 37 Tahun 2008 Pasal 18 ayat (1) huruf f
menyebutkan Ombudsman membuat rekomendasi untuk membayar ganti rugi
dan/atau rehabilitasi kepada pihak yang dirugikan. Juga dalam Pasal 39
menyatakan Terlapor dan atasan Terlapor yang melanggar kewajiban
melaksanakan rekomendasi Ombudsman dikenai sanksi administrasi. Sementara
itu undang-undang Pelayanan Publik menyatakan khususnya mengenai ketentuan
sanksi menyebut adanya sanksi pembekuan misi dan/atau izin yang diterbitkan
oleh instansi pemerintah, serta pencabutan izin yang diterbitkan oleh instansi
pemerintah.

13. Tim Penyusun Buku Ombudsman Republik Indonesia, loc.cit. hlm. 36.

204

Anda mungkin juga menyukai