Anda di halaman 1dari 11

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KEJANG DEMAM

DI RUANG DAHLIA RS PANTI WILASA CITARUM SEMARANG

Oleh:

Wilsa Talakua 462012002


Aisya Ayu Anggraeny 462012008
Alfianus Vincent 462012026
Erina Kusuma Indraswari S 462012052
Melly Trio Anitha 462012061
Andini Pusparini 462012064
Elsa D. Simatupang 462012080

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015
1. Pengertian

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rectal lebih dari 38ºC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam
merupakan kelainan neurolis yang paling sering dijumpai pada anak, terutama pada
golongan umur 6 bulan sampai 4 tahun (Millichap,1968). Kejang (konvulsi) merupakan
akibat dari pembebasan listrik yang tidak terkontrol dari sel saraf korteks cerebral yang
ditandai dengan serangan tiba-tiba, terjadi gangguan kesadaran, aktifitas motorik dan atau
gangguan fenomena sensori (Doenges, 1993).

Jadi, kejang demam merupakan kenaikan suhu tubuh yang menyebabkan perubahan
fungsi otak akibat perubahan potensial listrik serebral yang berlebihan sehingga
mengakibatkan renjatan berupa kejang.

2. Klasifikasi
Menurut Fukuyama klasifikasi kejang demam terbagi menjadi 2 golongan :
1) Kejang demam sederhana
Ciri :
a. Sebelumnya tidak ada riwayat keluarga yang menderita epilepsy
b. Sebelumnya tidak ada riwayat cidera otak oleh penyebab lain
c. Serangan demam (kejang demam) terjadi antara lain 6 bulan – 6 tahun
d. Lama kejang 15 menit
e. Tidak didapatkan gejala atau abnormalitas pasca kejang
f. Tidak didapatkan abnormalitas neolorgis atau perkembangan
g. Kejang tidak berlangsung atau berulang dilain waktu singkat
2) Kejang demam kompleks
Ciri :
a. Kejang fokal
b. Kejang > 15 menit
c. Kejang berulang
3. Etiologi

Demam sering disebabkan infeksi saluran pernafasan atas, otitis media,


pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran kemih. Kejang tidak selalu timbul pada
suhu yang tinggi. Kadang – kadang demam yang tidak begitu tinggi dapat menyebabkan
demam (Mansjoer, 2000).

4. Manifestasi klinik

Umumnya kejang demam berlangsung singkat, berupa serangan kejang klonik


atau tonik klonik bilateral. Bentuk kejang yang lain dapat juga terjadi seperti mata
terbalik ke atas dengan disertai kekakuan atau kelemahan, gerakan sentakan berulang
tanpa didahului kekakuan, atau hanya sentakan atau kekakuan fokal.

Sebagian besar kejang berlangsung kurang dari 6 menit dan kurang dari 8%
berlangsung lebih dari 15 menit. Seringkali kejang berhenti sendiri. Setelah kejang
berhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik
atau menit, anak terbangun dan sadar kembali tanpa defisit neurologis. Kejang dapat
diikuti hemiparisis sementara ( hemiparises Todd ) yang berlangsung beberapa jam
sampai beberapa hari. Kejang unilateral yang lama dapat diikuti oleh hemiparises yang
menetap. Bangkitan kejang yang berlangsung lama lebih sering terjadi pada kejang
demam yang pertama (Mansjoer, 2000).

5. Patofisiologi

Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1°C akan mengakibatkan kenaikan


metabolisme basal 10% - 15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang
anak berumur 3 tahun, sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan
dengan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat
terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron dalam waktu yang tingkat
terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium melalui membran tadi, dari akibat
terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat
meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang
disebut neurotransmiter dan terjadilah kejang. Pada anak dengan ambang kejang yang
rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38°C sedangkan pada anak dengan ambang kejang
yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40ºC atau lebih.

6. Pathway / Pohon Masalah

MK : Hipertermi

Metabolisme basal MK : kekurangan


meningkat volume cairan

O2 ke otak menurun

Kejang demam TIK meningkat

Kejang demam Kejang demam MK : Gangguan perfusi


sederhana kompleks jaringan

MK : Resiko cidera Resiko tinggi Resiko tinggi


berulang gangguan tumbuh
kembang

7. Pemeriksaan Penunjang

1) Elektroensefalogram (EEG) : dipakai unutk membantu menetapkan jenis dan fokus


dari kejang.
2) Pemindaian CT : menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dari biasanya untuk
mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
3) MRI : menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetik dan
gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah–daerah otak yang tidak jelas
terlihat bila menggunakan pemindaian CT
4) Pemindaian Positron Emission Tomography (PET) : untuk mengevaluasi kejang yang
membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau aliran
darah dalam otak
5) Uji laboratorium
 Pungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
 Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit
 Panel elektrolit
 Skrining toksik dari serum dan urin
 AGD
 Kadar kalsium darah
 Kadar natrium darah
 Kadar magnesium darah

8. Penatalaksanaan
Memberantas kejang secepatnya mungkin
1) Obat pilihan adalah diazepam yang diberikan secara intravena
2) Diare paru : dosis :
BB 10 kg : 0,5 – 0,7 mg/kg BB IV, BB 20 kg : 0,5 mg 1 kg BB IV, Usia 5 tahun : 0,3
– 5 mg/kg BB IV
3) Diazepam Supp : BB 10 kg : 5 mg, BB 10 kg : 10 mg
4) Pengobatan penunjang
Perawatan
- Semua pakaian dibuka
- Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi lembut
- Bebaskan jalan nafas
- Suction teratur dan beri O2
5) Pengobatan rumatan
Propilaksis Intermitas : paroid atau rectal, campuran anti piretik dan konvulean
Profilaksi jangka panjang : Fenobarbital, Sodium valpoat atau asam valpoat, Femition
6) Mencari dan mengobati penyebab
9. Proses Keperawatan
I. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Inisial klien :       Pendidikan Ayah :                  
Jenis Kelamin :    Pendidikan Ibu :          
Umur :      Agama  :                       
Anak ke :    Suku/Bangsa  :                   
Nama Ayah  :                Tanggal masuk rumah sakit :
Nama Ibu :          Diagnosis Medis : Febris konvulsi       
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
. Keluhan Utama : biasanya anak demam tinggi
. Lama Keluhan :
. Upaya untuk mengatasi :
b. Riwayat kesehatan sebelumnya
. Prenatal : pemeriksaan kehamilan, imunasasi, proses kelahiran, dsb
. Operasi :
. Alergi :
. Pola kebiasaan : makan dan minum
. Tumbuh kembang
c. Riwayat kesehatan keluarga
. Penyakit keturunan
. Komposisi keluarga
3. Pemeriksaan Fisik
a. Head to toe
b. Keadaan umum : biasanya anak mengalami kelemahan
c. Kesadaran : biasanya kesadaran anak somnolent, apatis atau sopor
d. GCS
e. Tanda-tanda vital :
. Suhu, RR biasanya mengalami peningkatan
. SaO2 biasanya menurun
4. Pola Kebutuhan Dasar
1) Aktivitas atau Istirahat
. Keletihan, kelemahan umum
. Keterbatasan dalam beraktivitas, bekerja, dan lain-lain
2) Sirkulasi
. Iktal : Hipertensi, peningkatan nadi sinosis
. Posiktal : Tanda-tanda vital normal atau depresi dengan penurunan nadi dan
pernafasan
3) Integritas Ego
. Stressor eksternal atau internal yang berhubungan dengan keadaan dan atau
penanganan
. Peka rangsangan : pernafasan tidak ada harapan atau tidak berdaya
. Perubahan dalam berhubungan
4) Eliminasi
. Inkontinensia epirodik
5) Makanan atau cairan
. Sensitivitas terhadap makanan, mual atau muntah yang berhubungan dengan
aktivitas kejang
6) Neurosensori
. Riwayat sakit kepala, aktivitas kejang berulang, pinsan, pusing riwayat
trauma kepala, anoreksia, dan infeksi serebal
. Adanya area (rasangan visual, auditoris, area halusinasi)
. Posiktal : Kelamaan, nyeri otot, area paratise atau paralisis
7) Kenyamanan
. Sakit kepala, nyeri otot, (punggung pada periode posiktal)
. Nyeri abnormal proksimal  selama fase iktal
8) Pernafasan
. Fase iktal : Gigi menyetup, sinosis, pernafasan menurun cepat peningkatan
sekresi mulus
. Fase posektal : Apnea
9) Keamanan
. Riwayat terjatuh
. Adanya alergi
10) Interaksi Sosial
. Masalah dalam hubungan interpersonal dalam keluarga lingkungan sosialnya
. Perubahan kekuatan atau tonus otot secara menyeluruh
5. Pemeriksaan Penunjang

II. Diagnosa Keperawatan


1. Hipertermia berhubungan dengan penyakit infeksi
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kebutuhan oksigen otak kurang
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh
4. Risiko cedera

III.Intervensi

Diagnosa Intervensi Keperawatan Rasional Tindakan


Keperawatan
1. Hipertermi 1. Observasi adanya faktor- 1. Mencegah terjadinya risiko
berhubungan faktor yang memperberat peningkatan tubuh
dengan risiko hipertermia
penyakit
infeksi 2. Observasi suhu tubuh 2. Peningkatan suhu tubuh diawasi

3. Berikan kompres dingin 3. Merangsang saraf di hipotalamus


untuk menghentikan panas

4. Anjurkan memakai pakaian 4. Dapat membantu menyerap


yang tipis keringat

5. Kolaborasi dengan dokter 5. Obat diharapkan dapat


dalam pemberian terapi obat menurunkan panas
penurun panas.
2. Gangguan 1. Observasi TTV 1. Mengidentifikasi keadaan pasien
pertukaran gas dalam intervensi yang diberikan
berhubungan
dengan 2. Observasi adanya bunyi 2. Identifikasi adanya PK
kebutuhan nafas tambahan, peningkatan pulmonary edema
oksigen otak pernafasan, terbatasnya
kurang ekspansi dinding dada

3. Berikan posisi tidur semi 3. Posisi semi fowler


fowler memaksimalkan ekspansi paru

4. Evaluasi perubahan pada 4. Akumulasi secret atau pengaruh


tingkat kesadaran, catat jalan nafas dapat mengganggu
sianosis dan atau perubahan oksigenasi organ vital jaringan
warna kulit termasuk
membran mukosa dan kuku

5. Tingkatkan tirah baring atau 5. Menurunkan konsumsi oksigen


batasi aktivitas atau kebutuhan selama periode
penurunan pernafasan dapat
menurunkan beratnya gejala

6. Kolaborasi dengan dokter 6. Alat dalam memperbaiki


dalam pemberian oksigen hipoksemia yang dapat terjadi
sekunder terhadap penurunan
ventilasi atau menurunnya
permukaan alveolar paru

3. Kekurangan 1. Observasi TTV 1. Untuk mengetahui


volume cairan perkembangan pasien
berhubungan
dengan 2. Monitor tanda-tanda 2. Memantau terjadinya dehidrasi
peningkatan kekurangan cairan
suhu tubuh
3. Untuk mengetahui keseimbangan
3. Catat intake dan output
masuk dan keluarnya makanan
pasien

4. Memenuhi cairan atau nutrisi


4. Kolaborasi dengan dokter
yang belum adekuatnya masukan
dalam pemberian cairan IV
oral
4 Risiko cedera 1. Berikan pengamanan pada 1. Mencegah terjadinya cidera saat
kedua sisi tempat tidur kejang
pasien

2. Bersihkan saliva dari mulut 2. Mencegah terjadinya aspirasi


apabila keluar

3. Berikan benda yang lunak 3. Mengantisipasi penanganan


untuk digigit saat kejang kejang

4. Kolaborasi pemberian terapi 4. Efek obat diharapkan dapat


obat mencegah kejang

DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Aziz. A. (2005). Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta : CV. Sagung Seto

Betz, Cecily L & Sowden Linda A. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta :
EGC

Nurarif, Amin H., Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta : Mediaction Jogja

Anda mungkin juga menyukai