LP Kejang Demam
LP Kejang Demam
Oleh:
SALATIGA
2015
1. Pengertian
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rectal lebih dari 38ºC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam
merupakan kelainan neurolis yang paling sering dijumpai pada anak, terutama pada
golongan umur 6 bulan sampai 4 tahun (Millichap,1968). Kejang (konvulsi) merupakan
akibat dari pembebasan listrik yang tidak terkontrol dari sel saraf korteks cerebral yang
ditandai dengan serangan tiba-tiba, terjadi gangguan kesadaran, aktifitas motorik dan atau
gangguan fenomena sensori (Doenges, 1993).
Jadi, kejang demam merupakan kenaikan suhu tubuh yang menyebabkan perubahan
fungsi otak akibat perubahan potensial listrik serebral yang berlebihan sehingga
mengakibatkan renjatan berupa kejang.
2. Klasifikasi
Menurut Fukuyama klasifikasi kejang demam terbagi menjadi 2 golongan :
1) Kejang demam sederhana
Ciri :
a. Sebelumnya tidak ada riwayat keluarga yang menderita epilepsy
b. Sebelumnya tidak ada riwayat cidera otak oleh penyebab lain
c. Serangan demam (kejang demam) terjadi antara lain 6 bulan – 6 tahun
d. Lama kejang 15 menit
e. Tidak didapatkan gejala atau abnormalitas pasca kejang
f. Tidak didapatkan abnormalitas neolorgis atau perkembangan
g. Kejang tidak berlangsung atau berulang dilain waktu singkat
2) Kejang demam kompleks
Ciri :
a. Kejang fokal
b. Kejang > 15 menit
c. Kejang berulang
3. Etiologi
4. Manifestasi klinik
Sebagian besar kejang berlangsung kurang dari 6 menit dan kurang dari 8%
berlangsung lebih dari 15 menit. Seringkali kejang berhenti sendiri. Setelah kejang
berhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik
atau menit, anak terbangun dan sadar kembali tanpa defisit neurologis. Kejang dapat
diikuti hemiparisis sementara ( hemiparises Todd ) yang berlangsung beberapa jam
sampai beberapa hari. Kejang unilateral yang lama dapat diikuti oleh hemiparises yang
menetap. Bangkitan kejang yang berlangsung lama lebih sering terjadi pada kejang
demam yang pertama (Mansjoer, 2000).
5. Patofisiologi
MK : Hipertermi
O2 ke otak menurun
7. Pemeriksaan Penunjang
8. Penatalaksanaan
Memberantas kejang secepatnya mungkin
1) Obat pilihan adalah diazepam yang diberikan secara intravena
2) Diare paru : dosis :
BB 10 kg : 0,5 – 0,7 mg/kg BB IV, BB 20 kg : 0,5 mg 1 kg BB IV, Usia 5 tahun : 0,3
– 5 mg/kg BB IV
3) Diazepam Supp : BB 10 kg : 5 mg, BB 10 kg : 10 mg
4) Pengobatan penunjang
Perawatan
- Semua pakaian dibuka
- Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi lembut
- Bebaskan jalan nafas
- Suction teratur dan beri O2
5) Pengobatan rumatan
Propilaksis Intermitas : paroid atau rectal, campuran anti piretik dan konvulean
Profilaksi jangka panjang : Fenobarbital, Sodium valpoat atau asam valpoat, Femition
6) Mencari dan mengobati penyebab
9. Proses Keperawatan
I. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Inisial klien : Pendidikan Ayah :
Jenis Kelamin : Pendidikan Ibu :
Umur : Agama :
Anak ke : Suku/Bangsa :
Nama Ayah : Tanggal masuk rumah sakit :
Nama Ibu : Diagnosis Medis : Febris konvulsi
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
. Keluhan Utama : biasanya anak demam tinggi
. Lama Keluhan :
. Upaya untuk mengatasi :
b. Riwayat kesehatan sebelumnya
. Prenatal : pemeriksaan kehamilan, imunasasi, proses kelahiran, dsb
. Operasi :
. Alergi :
. Pola kebiasaan : makan dan minum
. Tumbuh kembang
c. Riwayat kesehatan keluarga
. Penyakit keturunan
. Komposisi keluarga
3. Pemeriksaan Fisik
a. Head to toe
b. Keadaan umum : biasanya anak mengalami kelemahan
c. Kesadaran : biasanya kesadaran anak somnolent, apatis atau sopor
d. GCS
e. Tanda-tanda vital :
. Suhu, RR biasanya mengalami peningkatan
. SaO2 biasanya menurun
4. Pola Kebutuhan Dasar
1) Aktivitas atau Istirahat
. Keletihan, kelemahan umum
. Keterbatasan dalam beraktivitas, bekerja, dan lain-lain
2) Sirkulasi
. Iktal : Hipertensi, peningkatan nadi sinosis
. Posiktal : Tanda-tanda vital normal atau depresi dengan penurunan nadi dan
pernafasan
3) Integritas Ego
. Stressor eksternal atau internal yang berhubungan dengan keadaan dan atau
penanganan
. Peka rangsangan : pernafasan tidak ada harapan atau tidak berdaya
. Perubahan dalam berhubungan
4) Eliminasi
. Inkontinensia epirodik
5) Makanan atau cairan
. Sensitivitas terhadap makanan, mual atau muntah yang berhubungan dengan
aktivitas kejang
6) Neurosensori
. Riwayat sakit kepala, aktivitas kejang berulang, pinsan, pusing riwayat
trauma kepala, anoreksia, dan infeksi serebal
. Adanya area (rasangan visual, auditoris, area halusinasi)
. Posiktal : Kelamaan, nyeri otot, area paratise atau paralisis
7) Kenyamanan
. Sakit kepala, nyeri otot, (punggung pada periode posiktal)
. Nyeri abnormal proksimal selama fase iktal
8) Pernafasan
. Fase iktal : Gigi menyetup, sinosis, pernafasan menurun cepat peningkatan
sekresi mulus
. Fase posektal : Apnea
9) Keamanan
. Riwayat terjatuh
. Adanya alergi
10) Interaksi Sosial
. Masalah dalam hubungan interpersonal dalam keluarga lingkungan sosialnya
. Perubahan kekuatan atau tonus otot secara menyeluruh
5. Pemeriksaan Penunjang
III.Intervensi
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Aziz. A. (2005). Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta : CV. Sagung Seto
Betz, Cecily L & Sowden Linda A. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta :
EGC
Nurarif, Amin H., Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta : Mediaction Jogja