Anda di halaman 1dari 56

PENDIDIKAN SENI RUPA

WAWASAN SENI, KONSEP dan FUNGSI SENI RUPA

Oleh:

RAHMAWATI ERWIN

1200601

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASRA

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2012
KATA PENGANTAR
BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Rumusan Masalah

A. Wawasan Seni

1. Pengertian Pendidikan Seni dan Seni Rupa ?

2. Wawasan tentang Seni Rupa ?

3. Wujud karya Seni Rupa ?

4. Jenis-jenis karya Seni Rupa ?

5. Proses bekarya Seni Rupa ?

6. Media bekarya Seni Rupa ?

B. Konsep dan Fungsi Seni Rupa di SD ?

1. Fungsi dan Konsep Seni Rupa di SD ?

2. Karakteristik dan Tipologi karya Seni Rupa di SD ?

3. Pengembangan kreatifitas Seni Rupa di SD ?


Tujuan Penulisan

A. Untuk mengetahui Wawasan Seni :

1. Pengertian Pendidikan Seni dan Seni Rupa

2. Wawasan tentang Seni Rupa

3. Wujud karya Seni Rupa

4. Jenis-jenis karya Seni Rupa

5. Proses bekarya Seni Rupa

6. Media bekarya Seni Rupa

B. Untuk memahami Fungsi dan Konsep Seni Rupa di SD

1. Fungsi dan Konsep Seni Rupa di SD

2. Karakteristik dan Tipologi karya Seni Rupa di SD

3. Pengembangan kreatifitas Seni Rupa di SD


BAB II

PEMBAHASAN

A. Wawasan Seni

1. Pengertian Pendidikan Seni dan Seni Rupa

1.1. Pengertian Seni

Seni atau kesenian secara umum di kenal sebagai suatu rasa tentang keindahan. Pada
umumnya, berbentuk rasa keharuan khususnya, yang melengkapi kesejahteraan hidup. Rasa
disusun dan dinyatakan melalui pikiran, menjadi bentuk yang dapat disalurkan dan dapat dimiliki
oleh setiap orang. Herbert Read merumuskan bahwa ” penjelmaan rasa estetika” dan dapat
diwujudkan dalam ” penciptaan bentuk-bentuk yang menyenangkan”.

Peranan seni bagi manusia dapat dibandingkan seperti ekonomi mengisi kehidupan
dengan kemakmuran yang bersifat material, kesenian mengisi kehidupan itu dengan
kesejahteraan yang bersifat spritual.

1.2. Pengertian Pendidikan Seni

Pendidikan berasal dari bahasa Yunani; paedagogie yang artinya bimbingan yang
diberikan kepada anak atau siswa. Paedagogie atau Pendidikan lebih dikenal dengan sebutan
cara membimbing yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa (tua) kepada anak-anak
atau siswa agar mencapai tingkat kedewasaan tertentu.

Pendidikan seni terbentuk dari kata pendidikan dan seni. Hal ini membawa implikasi
bahwa proses pendidikan seni tidak hanya difungsikan untuk melatih siswa agar mampu
menguasai proses dan teknik berkarya seni saja, namun melalui proses ini juga difungsikan
sebagai alat pendidikan dalam mengembangkan siswa agar lebih optimal. Oleh karena itu,
subtansi materi yang dipelajari dari pendidikan seni mencakup bidang konsepsi, kreasi dan
apresiasi. Pembelajaran konsepsi dilakukan untuk membekali siswa mengetahui materi ilmu seni,
kegiatan berolah seni dilakukan untuk memberikan pengalaman dan kemahiran mencipta seni,
dan berapresiasi seni dilakukan untuk memberi pengalaman dalam proses menghargai karya seni.

Proses pendidikan seni memiliki tujuan untuk mengembangkan siswa. Hal ini sejalan
dengan pendapat soehardjo (2005: 2) bahwa pendidikan seni adalah usaha sadar untuk
mempersiapkan siswa melalui bimbingan, pengajaran dan latihan agar menguasai kemampuan
berkesenian sesuai dengan peran yang harus dimainkan. Selanjutnya, dari pengertian tersebut
memiliki implikasi bahwa pendidikan seni diharapkan akan menghasilkan kemampuan siswa
dalam dua hal. Pertama, kemampuan melakukan kegiatan seni seperti meniru (imitasi) dan
berekspresi. Kedua, agar siswa memiliki kemampuan untuk menghargai buah pikiran (dalam
bentuk karya) serta menghargai karya orang lain dalam bentuk dan jenis karya seni rupa.

Aplikasi pendidikan terus dikembangkan dan setiap orang memberikan penegasan


maknanya, seperti yang dikemukakan oleh Cut Kamaril Wardani Surono (200:3).

1. Pendidikan seni adalah kegiatan membuat manusia agar mampu bertahan hidup dan
mampu menunjukkan jati dirinya di masa depan, Maka kemampuan beragam bahasa
(multi Ianguage) perlu dikembangkan melalui pendidikan untuk menghadapi
pesatnya perkembangan kemampuan berbahasa non verbal: bunyi, gerak, rupa dan
perpaduannya. Melalui kemampuan beragam bahasa seni (artistik), manusia
diharapkan mampu memahami dan berekspresi terhadap citra budaya sendiri dan
budaya lain (multi cultural). Pendidikan seni juga memiliki wacana multidimensional;
artinya pendidikan seni memiliki cakupan yang luas; baik yang berkaitan dengan
masalah budaya ataupun ilmu pengetahuan

2. Pendidikan seni adalah sebuah cara atau strategi menamkan pengetahuan dan
ketrampilan, dengan cara mengkondisikan anak atau siswa menjadi kreatif, inovatif,
dan mampu mengenali potensi dirinya secara khas (karakteristiknya) serta memiliki
sensitivitas terhadap berbagai perubahan sosial budaya dan lingkungan.
Pendidikan Seni Di Dalam Sistem Pendidikan Formal Negara bermaksud program
pendidikan yang bersistem, terancang dan boleh diukur prestasinya bagi memenuhi keperluan
individu dan aspirasi negara. Ia merangkumi idea-idea yang dicetuskan melalui lukisan, ukiran
dan pelbagai kemahiran tangan yang lain yang diadunkan daripada pengalaman murid dan apa
yang telah dipelajari.

Feldman ( 1996 ) memberikan pendefinisian pendidikan seni sebagai usaha yang


melibatkan pengajaran dan pembelajaran membuat dan memahami seni, di samping mengetahui
tentang dunia dan diri kita sendiri melalui seni. Seni yang dimaksudkan di sini adalah meliputi
apa jua cabang seni visual seperti catan, arca, seni bina, reka bentuk industri, garafik komputer,
serta apa jua yang berkaitan dengan seni, baik yang berupa seni tampak tradisional mahupun seni
moden.

Pendidikan seni merangkumi pelbagai kaedah dan teknik yang digunakan di dalam
penghasilan produk seni, mempelajari sejarah dan antropologi seni, membezakan makna seni
serta melihat nilai produk seni individu. Lantaran itu, pendidiikan seni lebih menitik beratkan
pemikiran, perbuatan dan penilaian yang original di samping memberi kesempatan untuk
individu itu memperkembangkan idea semulajadinya secara teratur menerusi peringkat-peringkat
perkembangan yang artistik.

Kesimpulannya, pendidikan seni merupakan suatu sistem pengajaran dan pembelajaran


seni tampak yang terancang dan mempunyai hala tuju serta matlamat yang jelas. Pendidikan seni
adalah suatu sistem pengajaran dan pembelajaran yang bermatlamat melahirkan individu yang
celik seni bagi diri dan masyarakatnya

1.3. Pengertian Seni Rupa

Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa
ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan. Kesan ini diciptakan dengan mengolah konsep
garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dengan acuan estetika.

Seni rupa dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu seni rupa murni atau seni murni, kriya,
dan desain. Seni rupa murni mengacu kepada karya-karya yang hanya untuk tujuan pemuasan
eksresi pribadi, sementara kriya dan desain lebih menitikberatkan fungsi dan kemudahan
produksi.

Secara kasar terjemahan seni rupa di dalam Bahasa Inggris adalah fine art. Namun sesuai
perkembangan dunia seni modern, istilah fine art menjadi lebih spesifik kepada pengertian seni
rupa murni untuk kemudian menggabungkannya dengan desain dan kriya ke dalam bahasan
visual arts.

2. Wawasan tentang Seni Rupa

Wawasan seni pada hakekatnya adalah Pandangan, Sikap, Pikiran, dan Perasaan terhadap
Kesenian. Berkembangnya wawasan seni seseorang dipengaruhi oleh usia, pikiran,pengalamgan
dan keakraban dengan dunia seni, sehingga kualitas pemahaman terhadap karya seni tergantung
bagaimana manusia pada usia tertentu mampu mengembangkan pikiran dan perasaan dalam
memperoleh pengalaman keakraban dengan dunia seni.
Seni berkembang sejalan dengan perkembangan kehidupan manusia, dan tidak dapat
dipungkiri bahwa seni merupakan bagian dari hasil aktivitas manusia yang disebut Budaya. Jadi
seni merupakan bagian dari budaya yang menyangkut segi keindahan. Budaya berasal dari
bahasa sansekerta buddayah yang merupakan jamak dari kata buddhi atau akal budi. Dan
kebudayaan adalah kegiatan manusia untuk mengembangkan kehidupan secara lahir dan batin
dengan membuat ciptaan – ciptaan baru.Dalam proses memahami seni keakraban perlu
dikembangkan, kearah pendalaman Apresiasi dan Kreasi karya seni.Sehingga pemahaman seni
dapat menjelma menjadi bagian dari proses kehidupan kita.
Gambaran tentang seni sering tidak jelas dan kebanyakan sering terlalu sempit dalam
pemahamannya, seni yang kita kenal dalam kehidupan sehari- hari pada umumnya sudah tua
usianya. Sebagai contoh yang kita jumpai dalam kehidupan kita sehari – hari ; Sebuah lukisan
yang tergantung di dinding, Arca pada candi yang sering kita lihat serta beraneka tarian yang
sering juga kita nikmati, semua itu adalah wujud dari suatu karya seni. Batasan yang paling
sederhana yang selama ini kita pahami, seni adalah segala macam keindahan yang diciptakan
oleh manusia. Banyak seniman , atau budayawan yang memberikan pemahaman tentang seni
misalnya :
• Herbert Read
Seni adalah “suatu usaha untuk menciptakan bentuk – bentuk yang menyenangkan “ Bentuk
yang demikian itu dapat memuaskan kesadaran keindahan kita dan satu kegiatan rokhani dari
para pengamatnya untuk mencari satu nilai keharmonisan.

• Thomas Munro
Seni adalah alat buatan manusia untuk menimbulkan efek –efek psikologis atas manusia lain
yang melihatnya . Efek tersebut meliputi tanggapan – tanggapan yang berbentuk pengamatan,
pengenalan, imajinasi yang rasional maupun emosional. Seni harus ditanggapi secara serius,
dengan segenap fungsi – fungsi jiwa yang ada, jadi tidak benar kalau dalam mereaksi suatu hasil
karya seni kita sudah cukup puas sesuah mengetahui obyeknya.Sehingga bisa ditarik kesimpulan
bahwa Seni adalah “ Pengalaman estetika yang diujudkan melalui kegiatan yang menghasilkan
karya pesona “

• Ki Hajar Dewantoro
Seni adalah “ Segala perbuatan manusia yang timbul dari hidup perasaannya dan bersifat indah,
hingga dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia lainnya “. Dalam hal ini seni merupakan
hasil keindahan yang mampu membuat pemindahan perasaan ( Transfer of feeling )

• Akhdiat Kartamiharja
Seni adalah “ Kegiatan rokhani yang merefleksi realitet ( kenyataan ) dalam suatu karya yang
berkat bentuk dan isinya mempunyai daya untuk membangkitkan pengalaman tertentu dalam
alam rokhani si penerimanya “. Jadi seni dalam hal ini merupakan kegiatan rokhani bukan
sekedar kegiatan jasmani. Bila seseorang menggambar hanya menggerakkan tangannya tanpa
aktivitas jiwa, belum dapa disebut berkarya seni. Disinilah bedanya antara seniman dengan
tukang yang hanya sekedar meniru / menyalin karya tanpa ada rasa yang mnyertainya.

Dari beberapa pendapat tentang definisi seni semuanya meletakkan Estetika atau nilai –
nilai keindahan sebagai acuan wujud sebuah proses, padahal rasa indah adalah sesuatu yang tidak
dapat diperdebatkan. Rasa indah tidak stabil sebab rasa indah selalu mengalami pertumbuhan
mengikuti perkembangan waktu, tempat, dan budaya yang berkembang.

Sehingga rasa indah memiliki ciri dankarakter yang berbeda. Kesadaran estetis bersifat
teoritis dan hanya sampai pada tingkat kegiatan rokhani, sementara kegiatan menciptakan hasil
yang estetis ada 2 yaitu :

• Kegiatan Pertama
Kegiatan pengamatan kualitas materiil adalah mengamati unsur pembentuk suatu karya yang
ingin diwujudkan.

• Kegiatan Kedua
Kegiatan penyusunan dari hasil pengamatan menjadi bentuk yang menyenangkan. Bila tingkatan
kedua dilanjutkan maka akan terjadi proses penyusunan atas hasil persepsi dengan melibatkan
emosi atau perasaan yang dinyatakan ( ekspresi ) hingga terbentuk suatu hasil estetika yang
disebut Seni.

3. Wujud karya Seni Rupa

Berbagai karya seni rupa di sekeliling kita, memiliki banyak macam ragamnya.
Keragaman tersebut dapat terluhat dari bentuknya, warnanya, bahan bakunya, alat
pembuatannya, fungsinya atau pemanfaatannya. Dari begitu banyak ragamnya tadi, para ahli
membuat penggolongan tentang jenis-jenis karya seni rupa. Penggolongan atas jenisnya adalah
pembedaan antara karakteristik karya yang satu dengan yang lainnya.

Misalnya pada binatang, penggolongan dapat didasarkan pada jenis kelamin, ada jantan
ada betina, berdasarkan karakteristik anggota tubuhnya, warna kulitnya dan sebagainya.
Demikian juga dalam hal karya seni rupa, kita dapat membedakan jenisnya berdasarkan fungsi
maupun bentuknya.

Berdasarkan dimensinya, karya seni rupa terbagi dua :


A. Karya seni rupa dua dimensi

→ adalah karya seni rupa yang mempunyai dua ukuran (panjang dan lebar)

ex : lukisan, poster, dll.

B. Karya seni rupa tiga dimensi.

→adalah karya seni rupa yang mempunyai tiga ukuran (panjang, lebar dan tebal) atau memiliki
ruang.

ex : patung, keramik, dll.

Berdasarkan kegunaan atau fungsinya, karya seni rupa digolongkan ke dalam :

A. Karya Seni Murni (pure art, fine art)

→ Murni (pure art/fine art) adalah karya seni yang diciptakan semata-mata untuk dinikmati
keindahan atau keunikannya saja, tanpa atau hampir tidak memiliki fungsi praktis

B. Seni Pakai (useful art/applied art) A

→ Seni Pakai (useful art/applied art) adalah karya seni rupa yang prinsip pembentukannya
mengikuti fungsi tertentu dalam kehidupan sehari-hari.

Selain berdasarkan dimensi dan fungsinya, karya seni rupa dapat juga diketegorikan
berdasarkan temanya. Tema dapat dikatakan sebagai pokok pikiran atau persoalan yang
mendasari kegiatan (dalam hal ini kegiatan berkesenian). Dalam penciptaan seni rupa misalnya,
dikenal tema “perjuangan”, “kemanusiaan”, “keagamaan”, “lingkungan hidup”, “kelautan”,
“kesehatan”, “sosial” dll. Dari tema-tema itu dapat diuraikan menjadi judul-judul, misalnya “ibu
dan anak”, “pengemis”, “bunga mawar”, dll. Adapun yang dimaksud dengan ”gaya” dalam karya
seni rupa, adalah model penampilan dari suatu karya.

Contohnya antara lain:


1. Gaya dekoratif,

= yaitu penampilan karya yang lebih mengutamakan keindahan garis, bidang warna. Warna pada
bidang tidak memiliki kesan terang gelap, tetapi rata/datar saja. Garis diusahakan lancar, rapi.
Bentuk tidak menuruti benda aslinya, tetapi direkayasa demi keindahan.

2. Gaya naturalis,

= yaitu penampilan karya yang memperlihatkan ketelitian seniman dalam menggambarkan objek
secara rinci, sesuai dengan bentuk aslinya (haslinya menyerupai hasil pemotretan).

3. Gaya abstrak,

= yaitu penampilan/pengwujudan karya yang tidak- mengingatkan kepada bentuk atau objek
yang ada di alam. Yang tampak pada lukisan misalnya hanya komposisi warna-warna atau
bidang; pada patung hanya tampak sebongkah bentuk bebas tiga dimensi.

4. Gaya stilasi,

= yaitu penampilan objek dengan menggayakan atau membuat indah, dengan garis meliuk-liuk,
melingkar-lingkar agar tampak indah (dalam hal ini, stilasi dapat dipandang bagian dari
dekorasi). Gaya stilasi lazim dibuat pada hiasan atau ornamen seni hias Indonesia klasik
(perhatikan motif batik, hiasan pinggir bingkai Al- Qur’an, ukiran pada mebel)

4. Jenis-jenis karya Seni Rupa

Jenis-jenis karya Seni Rupa :

4.1. KARYA SENI RUPA DWI MATRA

4.1.1. Seni Lukis

Seni lukis merupakan bagian dari karya seni rupa yang paling popular, disamping seni
patung dan cabang seni lainnya. Selain itu, seni lukis merupakan karya seni manusia yang paling
awal. Sejarah telah membuktikan bahwa manusia purba sempat banyak meninggalkan gambar
atau lukisan yang terdapat di GUA-GUA. Begitu pula orang primitife, banyak yang
mengungkapkan gagasannya dalam bentuk lukisan.

Seni lukis merupakan kegiatan pengolahan unsur-unsur seni rupa seperti garis, bidang,
warna dan tekstur pada bidang dua dimensi. Kegiatan yang menyerupai seni lukis sudah lama
dikenal di Indonesia, tetapi penamaan atau istilah seni lukis merupakan istilah yang datang dari
Barat. Kegiatan yang menyerupai seni lukis itu dapat juga disebut seni lukis tradisonal. Beberapa
contoh dari karya seni lukis tradisional dapat kita lihat di berbagai daerah di Indonesia seperti
seni lukis kaca di Cirebon, seni lukis Kamasan di Bali, lukisan pada kulit kayu yang dibuat
masyarakat di Irian Jaya dsb. Adapun seni lukis yang kita kenal saat ini dibuat pada kanvas,
dapat disebut seni lukis modern. Beberapa seniman seni lukis modern Indonesia yang namanya
sudah dikenal di mancanegara diantaranya Affandi, Popo Iskandar, Fajar Sidik, Nanna Banna
dsb.

Lukisan ialah karya seni yang merupakan penterjemah seniman atas penghayatan,
pengalaman dan gagasan pelukis yang pada umumnya dihidangkan dalam bidang dua dimensi
dan hasilnya berupa sebuah gambar. Dengan demikian maka seorang pelukis hanya dapat
menggambarkan ruang secara semu, tidak dapat menyusun ruang yang memiliki ukuran panjang,
lebar, dan tinggi/tebal. Karena garis yang menunjukkan kedalampun hanya bisa tergambar di atas
bidang datar.

Menggambar berarti menciptakan bentuk dengan susunan baru. Setelah mengamati


dengan teliti proposisi., wujud phisik, dan wujud non phisik. Misalnya, sifat-sifat pokok atau
perlambangan suatu objek yang digambarkan.

Dahulu seni lukis disebit gambar dan pelukisnya disebut dengan juru gambar. Tetapi
sekarang menggambar tidak sama dengan melukis, meskipun keterampilan menggambar menjadi
penunjang pokok dalam melukis terutama dalam membuat sketsa.-sketsa agar mendapatkan
bentuk kompososo yang harmonis.

4.1.2. Seni Reklame


Seni reklame di Indonesia tidak setua dari seni lukis dan seni patung. Seni reklame di
inondonesia mulai berkembang sejak terjadinya usaha mengembangkan barang dagangannya
baik di kota maupun di desa. Reklame sebagai ungkapan visual diperkirakan berkembang sejak
zaman pemerintahan colonial Belanda dahulu.

Seni reklame merupakan hasil seni rupa yang memiliki daya guna sebagai pemberitahu,
menawarkan, menganjurkan, mempropagandakan kepada semua orang tentang satu atau lebih
barang dagangan agar barang tersebut menjadi laku. Karena itu reklame selalu mengutamakan
pujian sebagai daya tarik suatu barang.

Perwujudan seni reklame diarahkan kepada pengenalan barang secara tepat dan dapat
memikat orang sebagai pembelinya. Karena itu diperlukan sajian tata rupa dan bahasa yang
menarik, sederhana, menyolok, baik melalui gambar maupun melalui bahasa. Penggunaan
bahasa yang popular, actual, sederhana, mudah di ingat, berbobot pujian, di samping gambar
yang tepat mengena merupakan syarat utama dala pembutan seni reklame.

Menurut penampilannya, reklame terdiri dari beberapa sifat :

1. Reklame yang bersifat Visual : berupa penawaran barang yang berbentukdan pesannya dapat
terlihat.

2. Reklame yang bersifat Audio : berupa penawaran barang yang melalui suara atau radio
sehingga bentuk dan pesannya hanya dapat di dengar dan di bayangkan.

3. Reklame yang bersifat Audio-Visual : suatu gabungan antara pesan yang di dengar dan
bendanya yang terlihat. Biasanya ditampilkan lewat film/bioskop.

Reklame yang baik haruslah :

1. Terampil menulis, menggambar, dan memilih huruf yang cocok dan baik

2. Dapat menyusun kalimat yang sederhana, singkat, menarik, warna yang menyolok dan mudah
di ingat oleh segala lapisan masyarakat.
3. Memiliki daya hayak dan fantasi yang kuat guna menciptakan bentuk-bentuk reklame yang
penuh kreatif, selalu hangat dan segar ( up to date ) dalam penyajiannya.

4. Mencoba membangkitkan rasa ingin tahu, ingin mencoba dan ingin memiliki apa-apa yang
direklamekan.

5. Reklame tidak boleh bohong walaupun dilebih-lebihkan.

4.1.3. Seni Poster

Poster adalah gambar besar, yang member tekana pada satu atau dua ide pokok, sehingga
dapat dimengerti dengan melihatnya sepintas lalu. Poster yang baik adalah poster yang segera
dapat menagkap pandangan orang dan menanamkan kepadanya pesan yang terkandung dalam
poster itu. Pesan yang ditanamkan harus jelas walau dilihat sepintas, atau dapat menarik
perhatian orang yang lewat atau berhenti sejenak guna mengamatinya.

Kalau tidak demikian poster itu tidak ada faedahnya. Sebab pada zaman sekarang ini
dimana semua orang tergesa-gesa, jarang sekali orang-orang tersebut membuang waktu hanya
sekedar menikmati sebuah poster, kecuali jika poster itu memang menarik.

Poster tidak boleh ramai dengan dengan detail, sehingga pesan yang dikandungnya tidak
tenggelam dalam detail yang banyak itu. Gambar tidak sja harus besar, jelas, dan menarik, tetapi
gambar tersebut juga harus sesuai dengan gambar yang divisualisasikan. Keserasian ilistrasi
dengan subjek adalah syarat utama dan mutlak bagi perancangan poster yang baik.

Keberhasilan sebuah poster banyak pula dari kalimat yang digunaka. Di dlam poster
kalimat tidak boleh terlalu panjang. Gunakanlah kalimat yang singkat tetapi padat dengan pesan
yang tepat. Dan kata-kata harus segera dapat dimengerti oleh penonton. Bentuk huruf harus
tepat, sederhana dan cukup besar untuk dapat dibaca dari jauh. Bentuk huruf yang aneh-aneh
akan membingungkan dan membuat orang-orang akan malas membacanya.

Ukuran poster harus dapat dilihat dengan jelas dari seberang jalan tempat poster itu
dipasang, dengan desain gambar yang tegap. Pengaturan ruang harus lega, baik untuk gambar
maupun kata-kata. Bila mempergunakan warna pilihlah warna yang tepat sesuai dengan tema
posternya dan usahakanlah dapat menarik perhatian. Hindari penggunaan warna yang bermacam-
macam pada sebuah poster, karena akan menmpilkan poster yang berkesan sembrawut.

4.1.4. Desain

Desain merupakan kegiatan reka letak atau perancangan. Hampir semua karya seni rupa
melalui proses perancangan sebelum diproduksi atau diwujudkan dalam bentuk jadi yang
sesungguhnya. Tetapi, pengertian desain saat ini lebih sering digunakan untuk menunjukkan
proses perancangan karya-karya seni rupa terapan (useful art). Beberapa jenis desain yang
dikenal di Indonesia antara lain:

a. Desain Komunikasi Visual

Desain ini awalnya lebih dikenal dengan istilah desain grafis, yaitu kegiatan seni rupa
yang menyusun unsur-unsur grafis pada sebuah benda pakai. Karena lingkupnya yang dirasakan
terbatas, pada perkembangan selanjutnya seni grafis menjadi bagian dari kegiatan desain
komunikasi visual, yaitu kegiatan perancangan pada media komunikasi baik media cetak
sederhana seperti buku, poster atau majalah maupun media elektronik seperti televisi, neon sign
dan sebagainya. Unsur-unsur grafis yang menjadi perhatian dalam desain komunikasi visual
diantaranya tipografi (huruf), garis, logo, warna, ilustrasi dan foto.

b. Desain Interior

Desain interior adalah kegiatan merancang tata letak sebuah ruangan atau eksterior
bangunan. Kegiatan perancangan ini dimaksudkan agar sebuah ruangan selain sesuai dengan
fungsinya juga menjadi indah dan nyaman. Benda-benda yang ada dalam ruangan tersebut
dipilih dan ditata sedemikian rupa sehingga menjadi satu kesatuan, serasi dan harmonis.

Yang menjadi perhatian dalam perancangan interior berdasarkan fungsinya, termasuk


juga pemilihan warna dinding, hiasan-hiasan yang menempel di dinding, mebelair (kursi, meja,
tempat tidur dsb.), lampu (pencahayaan), akustik (suara), lantai, langit-langit dan lain
sebagainya.
Sejalan dengan perkembangan desain interior berkembang juga jenis desain yang lain seperti
desain produk untuk merancang bentuk meubel, lampu, alat-alat rumah tangga, alat-alat
elektronik dsb.; desain tekstil untuk merancang jenis kain tirai yang digunakan dalam ruangan,
sarung bantal, karpet dan sebagainya.

Dalam perkembangannya, saat ini desain interior tidak hanya menata ruangan sebuah
bangunan, tetapi ruang-ruang lainnya yang digunakan untuk kegiatan manusia seperti: eksterior
mobil, pesawat udara, kapal laut bahkan kapal ruang angkasa. Selain jenis-jenis disain yang
sudah disebutkan di atas masih ada jenis-jenis desain lainnya seperti desain mode (fashion) yang
merancang corak dan bentuk pakaian. Dengan adanya kegiatan perancangan ini kita mengenal
berbagai bentuk dan corak pakaian seperti yang kita lihat dan kita kenakan sehari-hari atau yang
digunakan dalam acara-acara dan kegiatan khusus seperti: pakaian untuk resepsi, pakaian olah
raga, pakaian untuk bekerja, dan sebagainya

4.1.5. Seni Ilustrasi

Kata ilustrasi diambil dari bahasa latin yaitu illustrare, yang artinya menerangkan sesuatu
atau menjelaskan sesuatu. Jadi ilustrasi adalah suatu bentuk ungkapan visual dari suatu gagasan,
cerita, atau situasi. Ilustrasi merupakan gambar yang bersifat menerangkan atau menjelaskan
sesuatu hal agar mudah difahami. Jadi secara singkat ilustrasi merupakan gambar yang
menuturkan cerita.

Ilustrasi selalu membentuk komunikasi dengan penanggapnya. Reaksi penanggap


merupakan ukuran keberhasilan sebuah ilustrasi. Suatu ilustrasi yang tidak menimbulkan
pengaruh terhadap penanggapnya dapat saja dikatakan ilistrasi itu gagal.

Ilustrasi sebagai komunikasi visual memerlukan nilai-nilai yang menunjang kelancaran


komunikasi. Karena itu pesan komunikasi harus jelas dan sederhana sehingga mudah ditafsirkan.
Dasar-dasar ilustrasi adalah menggambar dengan memanfaatkan unsur garis atau dapat
dikembangkan dengan sapuan kuas. Gambar ilustrasi dapat berupa bentuk dua dimensi dan tiga
dimensi. Disamping itu dapat pula mempergunakan jasa alat pemotret ( media fotografi sebagai
ilustrasi.
Ilustrasi dapat dipergunakan untuk keperluan reklame, karangan tertulis baik prosa
maupun puisi, karangan ilmiah atau fiksi, cerita bergambar, penjelasan suatu karangan yang
menerangkan sesuatu kepada masyarakat. Karena itu memberikan suatu karangan yang
menerangkan sesuatu kepada masyarakat. Karena itu memberikan ilustrasi adalah sama dengan
mengetengahkan pokok cerita(berita) tanpa pertambahan yang akan mengurangi sifat penting
dari pokok cerita tersebut.

4.1.6. Seni Grafis (Cetak)

Seni grafis adalah cabang seni rupa yang tergolong ke dalam bentuk dua dimensi.
Berbeda dengan seni lukis yang umumnya merupakan karya-karya tunggal, kekhasan dari karya
grafis adalah sifatnya yang bisa direproduksi atau diperbanyak. Pada awalnya Seni grafis
merupakan keterampilan untuk mencetak atau memperbanyak tulisan. Sesuai dengan proses
pencetakannya karya seni grafis terbagi menjadi empat jenis:

a. Cetak tinggi

Prinsip cetak ini adalah bagian yang bertinta adalah bagian yang paling tinggi. Bagian ini
bila diterakan atau dicetakkan, tinta atau gambar akan berpindah ke atas permukaan kertas.
Berdasarkan bahan dan alat yang dipergunakan dalam cetak tinggi dikenal beberapa jenis
cetakan seperti cukil kayu (wood cut), cukilan lino (lino cut), tera kayu (wood engraving) serta
cukilan bahan lain seperti karet atau plastik.

b. Cetak dalam

Prinsip cetak dalam adalah hasil cetakan yang diperoleh dari celah garis bagian dalam
dari plat klisenya bukan bagian tingginya seperti stempel atau cap. Teknik cetak ini merupakan
kebalikan dari teknik cetak tinggi. Acuan cetak yang dipergunakan adalah lempengan tembaga
atau seng yang ditoreh atau diberi kedalaman untuk tempat tinta. Kedalaman dibuat
menggunakan alat penoreh yang tajam dan kuat dan atau menggunakan zat kimiawi. Beberapa
jenis cetak yang termasuk cetak dalam: goresan langsung (drypoint), akuatin (aquatint), dan
mezzotin (mezzotint engraving). Seorang penggrafis kadang-kadang memadukan berbagai teknik
sekaligus dalam proses pembuatannya untuk memperoleh efek khusus yang diinginkannya.
c. Cetak saring

Cetak saring disebut juga serigrafi atau sablon. Sesuai dengan namanya prinsip cetak ini
adalah mencetak gambar melalui saringan yang diberi batasan-batasan tertentu. Cetak saring
dikenal luas di masyarakat melalui benda-benda yang sering dijumpai sehari hari seperti
aplikasinya pada pembuatan kaos, spanduk, bendera, dsb.

d. Cetak datar

Proses cetak datar atau planografi adalah memanfaatkan perbedaan sifat minyak dan air
serta acuan cetakan yang terbuat dari batu (litografi) atau seng. Tinta hanya terkumpul pada
bagian cetakan yang sudah digambari dengan pinsil berlemak dan pemindahan gambar dilakukan
dengan alat khusus. Teknik litografi inilah yang mengilhami prinsip dasar mesin cetak modern.

4.1. KARYA SENI RUPA TRI MATRA

4.2.1. Seni Patung

Karya seni patung diwujudkan melalui pengolahan unsur-unsur seni rupa pada bidang
tiga dimensi. Bahan dan teknik perwujudan pada karya seni patung beraneka ragam. Bahan yang
digunakan dapat berupa bahan alami seperti kayu dan batu, bahan logam seperti besi dan
perunggu atau bahan sintetis seperti plastik resin dan fibre glass (serat kaca). Sedangkan teknik
yang digunakan disesuaikan dengan bahan yang dipakai seperti teknik pahat, ukir, cor dsb.

Seperti halnya seni lukis, seni patung juga sudah dikenal di Indonesia sejak zaman
prasejarah. Hampir setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi pembuatan karya seni patung.
Pada masyarakat tradisional, pembuatan karya patung seringkali dihubungkan dengan kegiatan
religi seperti pemujaan kepada dewa atau arwah nenek moyang. Pada karya-karya seni patung
modern, pembuatan karya seni patung merupakan ekspresi individu seorang seniman. Beberapa
seniman patung modern Indonesia diantaranya: Sunaryo, Sidharta, dan Nyoman Nuarta.
Unsure plastis dari patung adalah garis, bentuk, ruang, bahan dan jaringannya.
Sipematung harus dapat menggabungkan unsure ini kedalam komposisi yang padu. Sedangkan
penggunaan bahan untuk patung dapat mempergunakan berbagai macam bahan seperti: batu,
kayu, tanah liat, lilin logam, tembaga atau alumunium, batu pualam dan bahan lain yang dapat
dibentuk.

“ Teknik Pembuatan Patung” :

Dalam menciptakan suatu patung, seorang pematung dapat mempergunakan beberapa teknik
sesuai dengan kepandaian dan bahan yang dipergunakannya:

a. Teknik Modelling : adalah bentuk sesuatu yang mempergunakan bahan yang mudah dibentuk
lentur dengan cara meremas, memijat, atau membentuk dengan tangan sampai mendapatkan
bentuk sesuai dengan apa yang diinginkan. Biasanya bahan yang digunakan jenis tanah liat, lilin
atau bahan lain yang sejenis seperti bubur kertas misalnya.

b. Teknik Kontruktiv ( menempel ) : yaitu pematung harus menempelkan sedikit demi sedikit
sampai membentuk sebuah patung. Bahan yang dipergunakan bervariasi apakah tanah liat, lilin,
logam, bubur kertas, dll. Pelopor dari pembuat patung seperti ini ialah Gonzales dari Barcelona
Spanyol.

c. Teknik Mengecor ( mencetak ) : sebelum pematung mengecorkan sesuatu, terlebih dahulu


pematung membuat cetakannya terlebih dahulu. Untuk mendapatkan cetakannya pematung harus
membuat terlebih dahulu model patung jadinya, kemudian direkam kesannya dengan lapisan
yang tidak menyatu dengan acuan cetaknya. Misalnya : bila acuan cetaknya dari perunggu atau
aluminium, cetakan dapat mempergunakan tanah liat.

d. Teknik Memahat : pekerjaan ini memerlukan waktu yang lama tetapi tidak sia-sia karena
patung yang dihasilkanakan mengagumkan yang tidak dapat dicapai dengan teknik lain. Pada
teknik ini si pematung harus dapat menemukan suatu bentuk yang tersembunyi dari segumpal
batu, sepotong kayu. Bila telah menemukan berdasarkan ekspresi, pengalaman, dan gagasannya
barulah pematung bekerja dan berusaha menjelmakannya agar dapat dilihat orang lain
4.2.2.Seni Relief

Perkembangan seni relief barangkali hamper bersamaan dengan perkembangan seni patung. Hal
ini terlihat dari adanya persamaan dalam teknik penciptaannya yaitu memahat atau
menggoreskan sesuatu pada bidang datar. Pada awalnya relief dibuat untuk memberikan hiasan
pada karya seni patung atau bangunan yang dibuat. Tetapi akhirnya lebih bervariasi, karena tidak
hanya sebagai hiasan sekarang juga telah digunakan sebagai hiasan bidang yang dapat
menceritakan sesuatu kepada penikmatnya. Tema cerita merupakan bagian yang paling
diperhatikan dalam penciptaan relief. Jarang sekali relief yang diterapkan pada bangunan suci
atau istana yang kosong atau tanpa cerita.setiap bangsa di dunia mempunyai caranya masing-
masingdalam membuat relief itu. Dan ini merupakan usaha pertama manusia untuk
mengabadikan setiap peristiwa ke dalam komunikasi tertulis gambar.

Pengertian relief adalah semacam gambar atau lukisan yang ditampilkan di dalam bentuk tiga
dimensi ( tri matra ) di atas bidang yang dua dimensi ( dwi matra ). Bidang datar ini umumnya
berupa dinding pada sebuah bangunan., tetapi ada pula berupa tugu peringatan.

Bentuk-bentuk Relief :

1. Bas Relief : yaitu bagian yang timbul kurang dari setengahnya.

2. Hant Relief : yaitu bagian yang timbul lebih dari setengah tebalnya

3. Demi Relief : yaitu bagian yang timbul tepat setengah dari tebalnya

Relief-relief yang terdapat di Mesir dan Mesopotamia kebanyakan dibuat dengan teknik Bass
Relief ( relief rendah ), sedangkan Relief Yunani dan Romawi banyak mengambil teknik Hant
Relief ( relief tinggi ), tetapi di Indonesia banyak mengambil teknik Demi Relief

4.2.3. Seni Keramik

Seni keramik adalah karya seni yang paling sederhana dan sekaligus yang paling sukar. Paling
sederhana karena seni ini adalah seni yang paling elementer dan yang paling sukar karena di
antara semua karya seni rupa, seni keramik adalah seni yang paling abstrak, dengan bentuk tiga
dimensi berudara beruang

Secara historis seni keramik termasuk salah satu seni yang tertua. Keramik bejana yang paling
tua di ambil dan terbuat dari tanah yang digali begitu saja dan dibentuk dengan tangan, dan
dikeringkan dengan menggunakan cahaya matahari ( di jemur ). Justru sebelum orang
menemukan bahasa tertulis, menggambar bahkan juga agama, mereka telah memiliki jenis
kesenian ini. Bahkan sampai sekarang bejana-bejana itu masih sangat diminati karena bentuknya
yang ekspresif.

Ketika api telah ditemukan orang dan telah mengetahui cara membuat bejana yang lebih keras
lagi ( dengan cara dibakar ) sehingga tahan air, apalagi ketika roda pemutar (subang pelarik)
sudah duikenal oleh para pembuat bejana, maka sebi relief ini berkembang dengan sangat pesat.
Seni keramik dari asalnya yang sederhana, berkembang sampai abad ke-5 SM sehingga menjadi
seni yang representative ditangan bangsa Yunani, suatu bangsa yang paling sensitive dan
intelektual yang pernah dikenal di dunia ini. Bejana-bejana dari Yunani merupakan tipe dari
keharmonisan yang klasik.

Tiongkok, kebudayaan besar telah menyajikan seni keramik yaitu suatu seni yang paling disukai
dan paling khas. Bahkan telah membawa cabang seni ini kea rah perbaikan dan
perkembangannya yang lebih sempurna dari apa yang telah dicapai oleh bangsa Yunani.
Keharmonisan bejana Yunani masih terasa sangat statis, sedangkan bejana Tiongkok telah
mengalami pembebasan dari pengaruh statis tersebut. Bejana-bejana yang berasal dari Tiongkok
tidak dibuat mempergunakan perhitingan angka yang ideal dan mengikat, melainkan merupakan
sesuatu yang hidup dengan filsafatnya yang terkenal : “ ini bukan CRYSTAL tapi BUNGA “

Setelah keramik-keramik dari Yunani dan Tiongkok, menyusullah keramik dari daerah-daerah
lain seperti dari Peru dan Mexico ; Inggris dan Spanyol ; dari zaman pertengahan , renessance
dan Jerman dari abad ke-18 M.

Kenyatannya jenis kesenian ini sangat fundamental sifatnya, ia begitu terikat oleh kebutuhan
pokok dalam kebudayaannya, sehingga kita akan dapat menemukan ekspresi budaya nasional di
dalammnya.
Pada intinya yang dimaksud dengan keramik adalah segala macam benda yang dibuat dari tanah
liat, setelah kering kemudian dibakar sampai matang di dalam suhu pembakaran tertentu, setelah
itu didinginkan baru menjadi keras.

Walaupun keramik dijadikan benda pakai, namun pada akhirnya dipakai sebagai ungkapan bebas
yang ekspresif dengan kata lain keramik sekarang telah digunakan sebagai benda seni, hal ini
berarti tidak hilang dari segi fungsi dan kegunaannnya. Pada masa sekarang bnyak kita jumpai
keramik dengan berbagai jenis yang sangat indah yang tidak lagi disimpan dalam kumpulan
benda pakai, tetapi memiliki fingsi sebagai benda hias karena telah mendapatkan penghargaan
tergadap nilai seninya atau bentuk estetiknya.

Pertumbuhan keramik di Inonesia

Sejak dari zaman Neolithicum ( batu muda ) keramik telah mulai dikenal oleh manusia, dimana
pada waktu itu manusia-manusia purba telah mulai hidup menetap dan bercocok tanam serta
telah mengenal penggunaan api secara teratur.

Penemuan ahlai arkeologi di Indonesia dalam catatan waktu sebelum abad pertamaM telah
ditemukan hasil gerabah-gerabah, tebikar, atau periuk belanga. Sedangkan sebelum zaman
Hindu-Budha telah mulai ditemukan peninggalan tembikar terutama dipergunakan untuk
menyimpan mayat, seperti yang terdapat di daerah Irian, Sulawesi, di pulau-pulai Nusa Tenggara
dan Maluku.

Pada tahap awalnya, pembuatan keramik ditujukan pada pembuatan wadah-wadah yang
dipergunakan untuk menyimpan biji-biji makanan dab sejenisnya. Benda-benda ini dibuat sangat
kasar karena dibentuk dengan menggunakan tangan dan hanya diberi dekorasi yang sederhana
yang menunjukkan jaman yang bersangkutan. Kemudian baru dekenal alat putaran untuk
membentuk benda keramik tersebut yang merupakan mesin sederhana pertama dalam proses
pembuatan keramik.

Perkembangan selanjutnya pembuatan keramik-keramik di Indonesia menunjukkan bahwa


keramik dapat digunakan pula untuk membuat benda-benda yang sesuai dengan kebutuhan dan
selera orang.
Pengelompokkan Jenis Keramik

Menurut penampilannya keramik dibagi dalam dua jenis :

a. Keramik bakaran rendah atau gerabah lunak

keramik bakaran rendah adalah semua keramik yang dibakar dalam suhu pembakaran antara 9000
C sampai 10500C. Keramik Plered Purwakarta, kasongan, Keramik Pejetan, keramik Bali dan
lain-lain adalah contoh dari keramik bakaran rendah atau gerabah lunak. Gerabah lunak
umumnya berpori, atau porous, sehingga air di dalamnya kadang-kadang merembes keluar
melalui pori-pori dindingnya.

b. Keramik bakaran tinggi atau gerabah keras

keramik bakaran tinggi atau gerabah keras adalah semua keramik yang dibakar dalam suhu yang
mencapai 12500 C sampai 13500 C atau lebih. Yang termasuk dalam gerabah keras di antaranya
adalah stoneware ( lempung batu ) dan porselen. Pada umunya keramik-keramik yang dihasilkan
pada bakaran tinggi sangat baik untuk menyimpan air, karena airnya tidak dapat merembes ke
luar. Bila dipukul suaranya akan berdencing nyaring serta tidak mudah pecah. Bahkan benda-
benda porselen dapat dibuat setipis mungkin, sperti misalnya cangkir porselen dapat dibuat
setipis mungkin, seperti misalnya cangkir porselen untuk minuman, piring, mangkuk, dan benda
alat rumah tangga lainnya.

4.2. 4. Seni Kria

a. Pengertian Seni Kria

Seni kria adalah hasil kebudayaan fisik yang lahir karena adanya tantangan dari
lingkungan dan diri kriawan. Seni kria diartikan sebagai hasil daya cipta manusia melalui
keterampilan tangan untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohaninya, serta umumnya dibuat
dari bahan-bahan alam. Penciptaan karya kria yang baik didasarkan pada syarat kegunaan
(utility) dan keindahan (estetika).
Syarat keindahan terdiri atas aspek kenyamanan, keluwesan dan kenyamanan. Hubungan
antara bentuk, fungsi dan keindahan juga merupakan asas penciptaan yang harus dimiliki
seorang kriawan. Karya seni kria memiliki karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh
keterampilan dan kreativitas kriawan, materi, alat, fungsi dan teknik penciptaanya. Aspek-aspek
tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainnya.

Kria tumbuh dan berkembang dipengaruhi pula oleh faktor kekayaan flora dan fauna
serta bahan-bahan alam lainnya. Hasil-hasil utama seni kria Indonesia terdiri atas kria tekstil dan
serat meliputi batik dan tenun, anyaman serta tumbuhan, kria bambu, kria gerabah dan tembikar
(keramik) kria kayu, logam, kulit, kaca dll.

b. Perkembangan Seni Kria

Perkembangan seni kria sejalan dengan pertumbuhan seni rupa pada umumnya. Seni kria
dimulai sejak zaman Batu dan Logam, kemudian disambung dengan berkembangnya
kebudayaan Hindu di Indonesia, munculnya kekuasaan kerajaan Islam, masuknya zaman
kolonialisme bangsa-bangsa Eropa hingga abad modern saat ini. Pada setiap zaman umumnya
memunculkan bentuk ungkapan, teknik dan gaya yang berlainan. Walaupun demikian,
pertumbuhan seni kria pada suatu masa merupakan kelanjutan masa sebelumnya dengan
perubahan dan perkembangan yang disebabkan pengaruh budaya dari luar dan kreatifitas
kriawanya .

Bentuk-bentuk seni kria yang hadir saat ini merupakan perpaduan bentuk kria yang
pernah ada pada masa sebelumnya. Beberapa jenis kria tersebut memiliki bentuk dan material
yang sama dengan bentuk kria pada masa sebelumnya tetapi memiliki fungsi yang berbeda.
Beberapa bentuk kria tradisional yang dijumpai saat ini ada yang dibuat dengan menggunakan
material sintetis dan dimassalkan menggunakan teknologi modern. Perkembangan terakhir seni
kria di Indonesia menunjukkan perkembangan jenis karya kria yang dibuat semata-mata untuk
memenuhi kebutuhan ekspresi atau biasa disebut kria seni. Bentuk-bentuk karya kria seni ini
seringkali sulit dibedakan dengan karya-karya seni rupa murni. Jenis-jenis seni kria sering pula
dinamai berdasarkan bahan pembentukan atau mediumnya seperti kria kayu, kria logam, kria
serat, kria kulit, kria tekstil, kria kaca, kria batu dsb. Selain berdasarkan bahannya beberapa kenis
kria dinamai atau dikategorikan berdasarkan teknik pembuatannya seperti kria batik, kria anyam,
kria sungging, kria ukir dsb.

4.2.5. Seni Bangunan (Arsitektur)

Pada dasarnya seni bangunan merupakan bagian dari seni rupa, tetapi karena kekhususan
yang dimilikinya seringkali seni bangunan dikelompokan tersendiri dalam seni arsitektur.
Berdasarkan bentuk dan fungsinya seni bangunan seni bangunan dapat dikategorikan sebagai
seni pakai. Indonesia memiliki warisan peninggalan karya seni bangunan yang sangat banyak
jumlah dan macamnya dan tersebar dari Sabang sampai Merauke. Setiap suku bangsa yang ada
di Indonesia mengenal dan memiliki bangunan khas daerahnya masing-masing.

Bentuk-bentuk bangunan tersebut dibuat berdasarkan ide atau gagasan yang bersumber
dari kebudayaannya masing-masing. Struktur, denah, bahan dan teknik pada rumah-rumah-
rumah adat tradisional dibangun berdasarkan aturan-aturan baku yang dipatuhi dan diwariskan
secara turun temurun. Dalam perkembangannya, pengaruh kebudayaan yang datang dari Barat
memperkenalkan bentuk-bentuk baru pada bangunan-bangunan yang sudah ada. Bentuk-bentuk
baru tersebut dengan imajinasi dan kreativitas seniman (arsitektur) diolah dan digabungkan
dengan bentuk-bentuk tradisional yang sudah ada sebelumnya menghasilkan bentuk-bentuk
bangunan kontemporer. Perkembangan seni atau desain bangunan ini selanjutnya melahirkan
jenis-jenis seni rupa terapan lainnya seperti desain interior (seni penataan ruang) dan desain
meubel.

Rangkuman

¶. Berdasarkan dimensinya, karya seni rupa terbagi dua yaitu, karya dua dimensi dan karya tiga
dimensi. Karya seni rupa dua dimensi adalah Karya seni rupa yang mempunyai dua ukuran
(panjang dan lebar) sedangkan karya seni rupa tiga dimensi mempunyai tiga ukuran (panjang,
lebar dan tebal) atau memiliki ruang.

¶. Berdasarkan kegunaan atau fungsinya, karya seni rupa digolongkan ke dalam karya seni murni
(pure art, fine art) dan seni pakai (useful art/applied art). Seni Murni (pure art/fine art) adalah
karya seni yang diciptakan semata-mata untuk dinikmati keindahan atau keunikannya saja, tanpa
atau hampir tidak memiliki fungsi praktis. Adapun Seni Pakai (useful art/applied art) adalah
karya seni rupa yang prinsip pembentukannya mengikuti fungsi tertentu dalam kehidupan sehari-
hari

5. Proses bekarya Seni Rupa

6. Media bekarya Seni Rupa

Setiap aktivitas dalam menciptakan suatu karya seni, selalu memerlukan media dan alat
peralatannya agar terciptanya suatu karya yang dapat dinikmati oleh banyak orang. Kebutuhan
dalam setiap karya seni itu berbeda-beda. Khusus untuk seni rupa dibedakan dalam dua jenis :

6.1. Media dan Alat Seni Rupa Dwi-Matra

6.1.1. Media/ bahan Dasar Karya Seni Rupa Dwi-Matra

Bentuk penampilan karya senu rupa dwi-matra bersifat bidang yang memiliki ukuran panjang
dan lebar saja. Yang termasuk ke dalam media ini di antaranya :

a. Kertas : kertas sekarang ini terdiri dari berbgai jenis begitupula dengan kertas yang digunakan.
Secara umum kertas yang banyak digunakan untuk keperluan menggambar :

- Kertas yang digunakan untuk menggambar sebaiknya menggunakan kaertas yang putih dan
tebal

- Kertas yang permukaannnya halus, lembut, tidak berbulu bila dihapus dan tebal sangat baik
digunakan untuk menggambar yang menggunakan tinta seperti menggambar mistar

- Kertas yang digunakan untuk menggambar konstruksi bangunan atau mesin yang nantinya akan
dicetak bening (licht-druk)-cetak biru ( blauw drunk) sebaiknya dipergunakan jenis kertas yang
tembus pandang atau cahaya. Kertas yang seperti ini disebut dengan kertas kalkir.

Dalam memotong kertas untuk menggambar teknik, ada pedoman khusus diantaranya adalah :
` ukuran A0 : 841 X 1189 mm disebut Vierdubbel Vel `

` ukuran A1 : 594 X 841 mm disebut Dubble Vel `

` ukuran A2 : 420 X 594 mm disebut Vel `

` ukuran A3 : 297 X 420 mm disebut Half Vel `

` ukuran A4 : 210 X 297 mm disebut Kwart Vel `

b. Kanvas

kanvas merupakan kain yang digunakan untuk membuat lukisan dengan mempergunakan cat
minyak. Kain kanvas berbeda dengan kain biasa. Pada kain kanvas serat-serat benangnya telah di
tutp dengan menggunakan perekat sehingga cat minyak tersebut tidak merekat dan proses
pelukisan menjai mudah. Kain kanvas yang baik adalah kanvas yang tahan dismpan lama dan
tidak meretak. Pada penggunaannya kain kanvas harus dibentangkan pada bingkai kayu dan
usahakan kain tetap rata. Penggunaan kain kanvas digunakan sejak abad-18 samapi sekarang,
dimana pada waktu itu pelukis lebih suka melukis di alam bebas ketimbang di dalam studio

6.1.2. Peralatan karya seni rupa Dwi-Matra

Peralatan untuk Dwi-Matra yaitu suatu bentuk yang memiliki isi dan volume:

6.1.2.1. Pensil:

a. Pensil bertanda huruf “H”

makin banyak tanda “H” , 2H,3H,4H makin keraspensil tersebut. Pensil ini banyaj digunakan
dikalangan teknik

b. Pensil bertanda huruf “B” (Black)

makin banyak tanda “B”, 2B,3B,4B makin lunak pensil tersebut.

c. Pensil bertanda huruf “HB” (Hard-Black)

pensil ini tidak keras dan tidak lunak, banyak dipergunakan untuk keperluan menulis.
d. Pensil bertanda huruf “KONTE”

adalah jenis pensil arang, pensilnya lunak dan warnanya sangat hitam, banyak dipergunakan
untuk menggambar tangan atau melukis terutama melukis foto hitam putih.

6.1.2.2. Pastel :

Merupakan pensil yang berupa kapur berwarna. Pada umumnya warna disusun berdasarkan
urutan warna peralihan. Sifat dari pastel ini adalah dapat menutup warna lain dan dapat dicampur
dengan warna lain

6.1.2.3. Krayon :

Bentuk dan warnanya sama dengan pastel tapi krayon terbuat dari campuran lilin yang diberi
warna. Krayon tidak dapat dihapus dan tidak dapat dicampurkan dengan warna lain

6.1.2.4. Kuas :

Kuas adalah alat pemulas cat yang memiliki bulu-bulu pada ujungnya. Kuas yang baik yaitu kuas
yang punya lenting, jangan yang bulunya lunak atau lemas. Ukuran kuas No. 1, No.2, dll

6.1.2.5. Tinta Bak :

Pada umumnya tinta berwarna hitam. Tinta bak yang baik adalah tinta yang tidak luntur kena air.
Tinta bak banyak dipergunakan untuk menggambar ilistrasi, kontruksi, ataupun menggambar
mistar. Sifat dan tinta bak dapat menutup warna yang lain dan meresap pada kertas dengan baik

6.1.2.6. Cat Pewarna :

-. Cat Alam : bahan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, misalnya dari kayu tinggi, akar pace,
kunyit, daun teh, dll. Walaupun warnanya terbatas dan tidak tahan namun memiliki daya tarik
tersendiri, artistic dan alamiah.

-. Cat Buatan Sintetis : jenis cat yang paling banyak variasi warnanya dan dibuat dengan cara
proses kimiawi. Yang tergolong cat buatan :
=Cat Minyak : cat yang memiliki butiran yang halus dan warnanya dapat bertahan lama
sekali. Cat minyak dapat digunakan menggunakan kuas, pellet atau digoreskan langsung.
Sifat cat minyak lama kering dan mudah dicampurkan dengan warna lainnya.

= Cat Air ( Water Colour ) : bahan pewarna yang bahan pelarutnya air, car air lebih cepat
kering karena air lebih mudah diserap. Sifat yang bagus dari cat air adalah efek tembus
pandang seperti halnya sifat air itu sendiri

= Cat Plakat ( Poster Colour ) : termasuk ke dalam jenis cat air, tetapi memiliki sifat yang
menutup warna yang lain sebagai akibat pigmen warnanya dapat menempel rata pada
permukaan kertas.

6.2. Media dan Peralatan Seni Rupa Tri-Matra

6.2.1. Media/ Bahan Dasar Karya Seni Rupa Tri-Matra

Bentuk dan penampilan dari benda ini bersifat memiliki isi atau bervolume sebagai akibat
adanya satuan panjang.

6.2.1.1. Media Batu : batu sangat mudah kita temukan oleh karena itu batu merupakan salah satu
media yang cukup lama dipergunakan untuk menciptakan sebuah karya seni. Hal ini sudah
terjadi sejak zaman purba dibuktikan dengan adanya zaman megalitikum dan neolitikum. Yang
menarik dari batu ini adalah menghasilkan kesan yang kokoh, kuat dan kekar bila dirawat
dengan baik. Contohnya : Patung.

6.2.1.2. Media Kayu : berbeda dengan batu, media kayu termasuk slah satu yang muah dibentuk.
Jenis kayu yang banyak digunakan yaitu : jati, sawo, mahoni, dll.

6.2.1.3. Media Bambu : yang menarik dari bambu karena adanya ruang rongga dan dapat pula
dibuat tali untuk di anyam. Bamboo yang baik untuk karya seni adalah warna hitam.

6.2.1.4. Media Tanah Liat : media tanah liat sudah lama dikenal orang. Orang zaman purba telah
mulai mengenalnya dengan bukti ditemukannya gerabah dan keramik. Tanah liat mudah
dibentuk dan diolah menjadi suatu bentuk.
6.2.1.5. Media Logam : zaman dimana orang mengenal logam disebut zaman perunggu. Logam
banyak dipergunakan untuk berbagai benda karena sifatnya yang kokoh. Penggunaan logam pada
karya seni dapat menggunakan tekni mengecor.

6.2.2. Alat Peralatan Karya Seni Rupa Tri-Matra.

Alat yang paling banyak digunakan dalam membuat karya seni rupa tri-matra adalah alat pahat
dan alat potong. Alat-alat ini dipergunakan untuk membentuk media yang dipergunakan.
Menurut fungsinya pahat terdiri dari beberapa macam :

-. Pahat dengan mata pahatnya rata, dipergunakan untuk memotong.

-. Pahat dengan mata pahatnya rata tetapi letaknya miring, dipergunakan untuk memotong.

-. Pahat dengan mat pahatnya yang menyiku, dipergunakan untuk menggurat ke dalam.

-. Pahat dengan mata pahatnya melengkung menyerupai kuku, dipergunakan untuk mendapatkan
goresan pahat yang tumpul.

B. Konsep dan Fungsi Seni Rupa di SD

a. Fungsi dan Konsep Seni Rupa di SD

“ FUNGSI PENDIDIKAN SENI RUPA DI SD “

Fungsi Seni Secara Umum

Di zaman modern, perkembangan seni semakin tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.
Seni telah disadari keberadaannya, sehingga perkembangan manusia dalam menciptakan dan
menggunakan seni semakin dapat dirasakan. Pada perkembangan selanjutnya, manusia telah
menciptakan karya seni yang berdaya guna dalam kehidupan mereka. Bahkan seni menduduki
fungsi-fungsi tertentu dalam kehidupan manusia:

1. Fungsi Individual/ fungsi pribadi


Charles Batteaux (1713-1780) membedakan seni menjadi dua, yaitu:

1. Seni murni (fine art/ pure art)

2. Seni terapan (useful art/ applied art)

Pengelompokan tersebut berdasarkan fungsi seni bagi kehidupan seorang seniman. Berdasarkan
teori tersebut, maka fungsi seni bagi seorang individual dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

*. Fungsi Pemenuhan Kebutuhan Fisik

Manusia homo sapien telah mengenal alat-alat kehidupan sehari-hari. Dari


peninggalannya dapat diketahui bahwa manusia zaman itu telah mengenal dan mempelajari
dunia fisik. Mereka berusaha membuat benda-benda terapan. Manusia disebut homo faber,
artinya ia memiliki emosi dan kecakapan untuk berekspresi pada keindahan dan pemakaian
benda-benda. Sifat 32rtistic32 yang dimiliki oleh seseorang 32rtist reaksi terhadap penciptaan
benda yang indah dengan nilai 32rtistic. Pada penciptaan suatu benda seseorang selalu
mempertimbangkan dan menghadirkan aspek kehidupan.Di abad teknologi kehadiran aspek seni
dalam pembuatan benda-benda fungsional tidak dapat diabaikan. Seni terapan memang mengacu
pada pemuasan kebutuhan fisik. Karena itu segi kenyamanan menjadi hal yang penting.
Peradaban manusia terus maju. Penciptaan-penciptaan manusia juga ikut berkembang dengan
pesat.

Contoh-contoh seni yang dapat memenuhi kebutuhan fisik antara lain:

a. Seni bangunan

b. Seni furniture

c. Seni pakaian (tekstil)

d. Seni kerajinan, dan sebagainya.

* Fungsi Pemenuhan Kebutuhan Emosional


Mengapa manusia bisa marah, sedih, gembira, haru, iba, cinta dan benci? Manusia dapat
merasakan semua itu karena dalam dirinya terkandung dorongan emosional. Dan situasi emosi
akan muncul bila ada rangsangan dari luar, rangsangan tersebut akan membentuk suatu asosiasi
dan tanggapan. Dari tanggapan inilah lalu timbul refleksi yang berupa perasaan marah, benci,
sedih, kasihan, haru dan sebagainya.

Pengalaman-pengalaman individual yang terus terjadi setiap saat bisa diungkapkan lewat
bahasa seni. Masalah cinta, perkawinan, kelahiran dan kematian atau rasa suka cita bisa menjadi
pengalaman individu yang direkam dalam karya seni. Karena itu biasanya digunakan sebagai
ekspresi diri dalam berkarya, apalagi pada seni modern yang tidak lagi kolektif sifatnya.
Fungsi pribadi seni ada beberapa permasalahan yang biasanya menjadi pusat perhatian manusia,
antara lain:

Ekspresi psikologis: Cinta, Kematian, Masalah spiritual, Ekspresi estetik

2. Fungsi Sosial

Sebenarnya seluruh karya seni memiliki fungsi sosial karena selalu ada interaksi antara
karya seni dan pemirsanya. Senirupa bisa menjadi sarana untuk penyampaian protes, pujian dan
kritik.

Beberapa fungsi seni dalam bidang tertentu, sebagai berikut.

- Fungsi Sosial Seni dalam Bidang Rekreasi

- Fungsi Sosial Seni dalam Bidang Komunikasi

- Fungsi Sosial Seni dalam Bidang Pendidikan

- Fungsi Sosial Seni dalam Bidang Keagamaan

Buku Approaches to Art in Education tulisan Laura H. Chapman (1978) menguraikan


setiap karya seni memiliki fungsi, apakah yang personal, social, physical, political, religious,
educational, dan economic.

Dari sisi lain ditemukan adanya 3 pengelompokan:


1. Difungsikan untuk mengekspresikan gagasan atau memecahkan problema tertentu. Setiap
gagasan atau problema mempersyaratkan dipilihnya karya seni yang sesuai untuk gagasan dan
problema tersebut,

2. Difungsikan untuk memenuhi kebutuhan dasar. Yang dimaksud di sini antara lain adalah
kebutuhan menyatakan identitas katakanlah yang nasional; kemudian kebuthan akan seremoni.
Masing-masingnya mempersyaratkan hadirnya karya seni dengan karakteristik tertentu.

3. Difungsikan dengan memberikan ciri kontekstual. Konteks dimaksud memberikan fungsi


tertentu kepada karya seni bersangkutan. Karya seni yang digunakan dalam upacara keagamaan
akan memperoleh fungsi yang lain apabila ditempatkan dalam suatu museum. Bendera yang
berkibar pada tiangnya akan memiliki arti yang berbeda apabila digunakan sebagai penutup peti
jenazah.

Fungsi Seni di Sekolah Dasar

A. Seni Sebagai Media Ekspresi

Kegiatan ekspresi telah dimulai anak sejak lahir. Ekspresi yang ditunjukan anak
merupakan ekspresi untuk mencapai tujuan tertentu, dapat pula mengekspresikan sesuatu yang
menyatakan perasaan. Seringkali anak kurang mampu mengeluarkan isi hatinya dengan bahasa
lisan, namun bahasa tulisan lebih sulit digunakan untuk mengungkapkan isi hatinya. Oleh karena
itu, wujud ekspresi dalam seni rupa dapat berupa gambar, patung dan karya lainnya.
Gambar anak yang cenderung ekspresif

(sumber: Buku Hasil Lomba Melukis Siswa SD, DIKNAS 2002)

B. Seni Sebagai Media Komunikasi

Anak memiliki keinginan untuk menyatakan apa yang ada pada pikirannya kepada orang
lain, oleh karenanya anak berkomunikasi. Keinginan berkomunikasi dapat melalui berbagai
media seni : suara, tulis, gerak dan gambar. Melalui suara komunikasi dapat diwujudkan dalam
bentuk nyanyian. Karya sastra merupakan media komunikasi yang disampaikan melalui tulisan.
Drama dan bermain peran merupakan media komunikasi yang diwujudkan dalam gerak dan
gambar merupakan media komunikasi yang dibentuk dengan bahasa rupa.

C. Seni Sebagai Media Bermain

Bermain merupakan bentuk ekspresi bebas paling jelas ada pada anak-anak dan sesuatu
yang paling murni. Sifatnya spontan dan timbul dengan sendirinya. Permainan yang dapat
dikembangkan sesuai dengan empat fungsi mental :
1. segi perasaan, dikembangkan dengan latihan-latihan penjiwaan ke arah drama.

2. segi intuisi, dikembangkan dengan latihan-latihan ritmis ke arah tari dan musik.

3. segi sensasi, dikembangkan dengan cara mengekspresikan diri ke arah plastis atau visual.

4. segi pikiran, dikembangkan dengan kegiatan-kegiatan konstruktif ke arah keahlian.

Hasil karya membentuk

D. Seni Sebagai Media Pengembangan Kreatifitas dan Kemampuan Berpikir

Kreativitas berperan mengembangkan kemampuan kognitif. Seni dapat memancing


tumbuhnya kemampuan kreatif. Kreativitas tidak hanya diperlukan dalam kesenian, tetapi juga
diperlukan pada bidang lain untuk membentuk kepribadian anak seutuhnya.

Pengertian kreativitas menurut S.C. Utami Munandar (dalam Muharram, Halaman 27) :

1. kemampuan untuk membuat kondisi baru dan unsur-unsur yang ada.


2. kemampuan menggunkan data atau informasi yang tersedia.

3. kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, kemurnian dalam mengembangkan


dan memperkaya gagasan.

Penemuan tentang sifat, kemungkinan, teknik serta prosedur pada saat anak melakukan
kegiatan seni, memotivasi untuk berpikir dan mengambil kesimpulan. Aristoteles berpendapat
bahwa dalam seni harus selaras dengan rasio dan emosi. Penciptaan seni menempatkan rasio
sebagai control. Contoh : balok permainan tidak dapat disusun seenaknya menjadi bentuk
arsitektural, tetapi dibutuhkan satu penyusunan yang berpola.

Gambar anak berbakat

E. Sebagai media untuk memperoleh pengalaman esthetis

Sebagai media untuk memperolaeh pengalaman esthetis dimana melalui aktivitas


penghayatan, apresiasi, ekspresi dan kreasi seni di SD bisa memberikan pengalaman untuk
menumbuhkan sensitivitas keindahan dan nilai seni. Berolah seni rupa adalah pengalaman
esthetis yang menarik bagi minat dan keinginan anak.

F. Seni Sebagai Media Pengembangan Bakat Seni


Umumnya orang berpendapat bahwa bakat dibawa anak sejak lahir, namun bakat yang
terpupuk sejak lahir akan lebih baik perkembangannya, sebaliknya meskipun berbakat tetapi
tidak dipupuk maka pudarlah bakat itu. Pendidikan seni rupa yang ideal memberikan kesempatan
kepada anak yang berbakat untuk memelihara dan mengembangkan bakatnya sejak awal masa
sekolah.

Sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan senirupa tersebut maka dalam pembinaan
kemampuan berkreasi/berkarya senirupa akan meliputi semua bentuk kegiatan tentang aktivitas
fisik, pikir, keterampilan, kreativitas dan cita rasa keindahan. Kesungguhan dalam berolah
senirupa tersebut akan terlihat dalam kegiatan berekspresi, bereksplorasi, berkreasi dan
berapresiasi. Pendidikan senirupa di SD umumnya diwujudkan pada kegiatan berolah cipta
senirupa dan kerajinan tangan. Adapun pendekatan materi senirupa dalam pembelajaran di SD
antara lain dapat dilakukan melalui belajar tentang pengenalan elemen/unsure seni, prinsip-
prinsip seni/azas desain, proses dan teknik berkarya senirupa serta apresiasi sesuai dengan nilai-
nilai budaya serta keindahan yang relevan dengan konteks sosial budaya masyarakat.

“ KONSEP PENDIDIKAN SENI RUPA SD “

Pendidikan Seni Rupa sesungguhnya merupakan istilah yang relatif baru digunakan
dalam dunia persekolahan. Pada mulanya digunakan istilah menggambar. Penggunaan istilah
pengajaran menggambar ini berlangsung cukup lama hingga kemudian diganti dengan istilah
Pendidikan Seni rupa.Materi pelajaran yang diberikan tidak hanya menggambar tetapi juga
beragam bidang seni rupa yang lain seperti mematung, mencetak, menempel dan juga apresiasi
seni. Tujuan pengajaran menggambar di sekolah adalah untuk menjadikan anak pintar
menggambar melalui latihan koordinasi mata dan tangan.

Pendidikan seni merupakan sarana untuk pengembangan kreativitas anak. Pelaksanaan


pendidikan seni dapat dilakukan melalui kegiatan permainan. Tujuan pendidikan seni dapat
dilakukan melalui kegiatan permainan. Tujuan pendidikan seni bukan untuk membina anak-anak
menjadi seniman, melainkan untuk mendidik anak menjadi kreatif. Seni merupakan aktifitas
permainan, melalui permainan kita dapat mendidik anak dan membina kreativitasnya sedini
mungkin. Dengan demikian dapat dikatakan seni dapat digunakan sebagai alat pendidikan.
Pendidikan Seni Rupa adalah mengembangkan keterampilan menggambar, menanamkan
kesadaran budaya lokal, mengembangkan kemampuan apreasiasi seni rupa, menyediakan
kesempatan mengaktualisasikan diri, mengembangkan penguasaan disiplin ilmu Seni Rupa, dan
mempromosikan gagasan multikultural.

Konsep Pendidikan Seni

Seni dan pendidikan sebagai komponen budaya mengalami perubahan sejalan dengan
perkembangan/perubahan pandangan hidup masyarakat. Perubahan dibidang seni dan pendidikan
terjadi terutama sejalan dengan lahirnya konsep baru dibidang ilmu pengetahuan khususnya
dibidang psikologi dan filsafat. Dari sejarah pertumbuhan dan perkembangan pendidikan seni
dapat kita jumpai periode-periode dimana konsep, tujuan pendidikan dan implementasi
pembelajaran seni mengalami perubahan-perubahan tertentu.

Pendidikan seni dalam perspektif sejarah dalam perjalanannya dimulai dari tradisi di luar
sekolah dan kemudian pendidikan seni di sekolah. Sejak jaman Yunani kuno sebenarnya
pendidikan seni sudah dikenal masyarakat yaitu melalui pengrikrutan calon-calon seniman atau
pekerja seni di pusat latihan/sekolah seniman. Tradisi pendidikan seni di luar sekolah ini disebut
dengan istilah system pendidikan seni/kerajinan (Soehardjo, 1996) meliputi: pewarisan,
pencantrikan, magang dan sanggar. Sedangkan pendidikan seni di sekolah biasa disebut dengan
istilah pendidikan akademik yaitu untuk tujuan menunjang pendewasaan anak. Berikut disajikan
sekilas pendidikan seni dalam perepektif sejarah.

1. Sistem Pendidikan Seni Tradisi di luar Persekolahan

Sistem pendidikan seni tradisi diluar persekolahan sudah lama ada di Indonesia sebelum
masa pemerintahan kolonial. Hidup dan berkembang di Indonesia yang merupakan sistem efektif
untuk pengrikrutan seniman atau pekerja seni melalui mengalihkan keterampilan dari generasi ke
generasi.

a. Sistem Pewarisan (parental sucsesion/penggantian orang tua)


Di Indonesia, sebelum pendidikan seni dikenalkan di sekolah ada cara mengalihkan
keterampilan ketukangan (crafmanship) seorang seniman/kriyawan dalam hal ini orang tua
kepada anak dengan cara pewarisan. Cara pewarisan ini bagi orang tua merupakan kebanggaan,
meskipun ada pemaksaan namun bagi lingkungan masyarakat cara ini didukung. Dalam
perkembangannya cara pengalihan keterampilan seperti ini ditolak karena berkembangnya
pandangan hidup anak dan masyarakat.

b. Sistem Pencantrikan (apprentice)

Munculnya sistem pencantrikan merupakan bentuk reaksi penolakan terhadap sistem


pewarisan, karena dipandang bahwa setiap anak tidak selalu mewarisi bakat orang tuanya.
Pemindahan keterampilan tidak harus dari orang tua kepada anak, bisa kepada anak lain yang
berminat dan berbakat. Ada seleksi saat recruitmen murid. Murid mengikuti kemauan guru
(masternya). Di Itali recruitmen murid hanya berlaku untuk orang darah biru.

c. Sistem Sanggar

Diawali adanya traveling artis (penjaja seni) di Amerika Serikat dengan gerakan
Bauhaus-nya. Mereka berkumpul membuat group sendiri terdiri dari seniman-seniman yang
saling alih keahlian/keterampilan. Dalam meningkatkan keahliannya mereka bisa bergantian
menjadi guru/murid. Di Indonesia sanggar-sanggar seni berkembang untuk kepentingan politik.
Pada saat masih jayanya PKI sanggar seni dijadikan kendaraan politik seperti sanggar Lekra.

Tradisi sistem pendidikan seni di luar sekolah tersebut cenderung dapat dimaknai
pendidikan seni sebagai keterampilan yaitu jenis keterampilan motorik statis dan bukan
keterampilan kondisional. Mereka memperoleh keterampilan melalui belajar sambil
“hidup”(Salam, 2003). Artinya merupakan keterampilan vokasional yang dapat digunakan untuk
mencari nafkah.

b. Karakteristik dan Tipologi karya Seni Rupa di SD

Karakteristik Ungkapan Kreatif Seni Rupa Anak SD

Memahami keberadaan anak dalam pendidikan seni, perlu diperhatikan:


(1) hakekat anak yang berada pada masa perkembangan tertentu menuju kedewasaannya,

(2) kebutuhan perkembangan anak,

(3) perkembangan jasmani, jiwa/rohani yang terlihat pada kecenderungan sikap, watak
dan tingkah laku tertentu.

Perkembangan otak dan fisik pada anak sudah dimulai sebelum bersekolah, dan akan
terus dialami anak pada waktu di TK dan SD. Pada usia 6- 12 tahun ditandai oleh perkembangan
intelegensi yang pesat, anak ingin mengetahui segala sesuatu dan berpikir secara logis
(Munandar, 1991). Perkembangan jiwanya memperlihatkan keinginannya untuk bertanya,
melihat, berpikir kritis, peka, ingatannya kuat, inisiatif dan tanggung jawab. Sedangkan
jasmaninya berkembang kearah penguasaan ketrampilan pada tujuan tertentu.

Dilihat dari ungkapan senirupa anak-anak umumnya menampilkan bentuk karya dengan
ciri bebas, unik dan kreatif, goresan spontanitas, ekspresif sejalan dengan tipologi (gaya gambar),
periodisasi (masa) perkembangan menggambar dan kesan ruang gambar yang dibuatnya.

Gambar 2.1 Contoh karya senirupa anak usia SD

Pada contoh karya gambar anak tersebut dapat dilihat adanya ciri atau karakteristik yang
spesifik seperti spontanitas penggambaran obyek orang wanita yang sedang duduk berjualan,
wanita yang sedang membeli, orang lakilaki yang memikul keranjang, anak kecil, binatang,
pagar, rumah pohon dan obyek lainnya. Karya senirupa anak SD tersebut menunjukkan bahwa
dalam menggambarkan suatu obyek ia lakukan sangat bebas baik mengenai bentuk, ukuran,
penempatan dan warna yang digunakan. Berikut ini dibahas mengenai ”Tipologi, Periodisasi dan
Kesan Ruang Gambar” anak:

1. Tipologi Gambar Anak

Tipologi karya gambar anak dapat dibedakan:

(1) Tipe Visual yaitu anak yang mempunyai ketajaman menghayati sesuatu melalui indera
penglihatannya, sehingga karya gambar yang dibuatnya cenderung didasarkan pada kesamaan
bentuk yang dilihat atau dihayatinya

Gambar 2.1 Gambar Anak yang Bertipe Visual

(2) Tipe Haptic (non visual), yaitu anak yang mempunyai kepekaan atau ketajaman
perasaan atau mata hatinya, sehingga gambar yang dibuat cenderung didasarkan atas ekspresi
atau reaksi emosionalnya dan bukan berdasarkan hasil penglihatan indera matanya. Sedangkan
dilihat dari gaya karya gambar atau lukisan anak-anak dapat dibedakan antara lain :

A.Organik, cirinya menggambarkan kesan obyek nyata secara dinamis,

B. Lyrical/liris yaitu menampilkan obyek-obyek secara realistis, terkesan statis dengan


perwarnaan tidak menyolok,
C. Impresionistik, yaitu menampilkan kesan suasana tertentu,

D. Rhytmical pattern, yaitu menampilkan kesan pola ritmis,

E. Structural form, yaitu bercirikan kesan bentuk yang bersusun dan berulangulang,

F. Dekoratif, yaitu menampilkan motip/ pola hiasan,

G.ekspresionistik, menampilkan kesan ungkapan individual secara bebas dan spontan


(Herberd Read, 1973).

Dengan memahami keberadaan tipologi karya gambar anak-anak tersebut hendaknya


akan dapat dijadikan pertimbangan bagi guru dalam memberikan pembimbingan kegiatan
senirupa di SD. Hal-hal yang hendaknya dilakukan oleh guru adalah:

(1) menerima apa adanya keberadaan ungkapan gambar anak-anak baik yang
cenderung bertipe visual, haptik atau campuran, sebagai potensi kesenirupaan anak-anak
yang bersifat individual, unik dan kreatif,

(2) dalam memberikan latihan dan pembimbingan hendaknya juga memperlakukan


sama kepada semua anak baik secara klasikal atau individual,

(3) tidak memandang kelainan-kelainan yang terdapat pada gambar anak-anak sebagai
kekurangan atau kesalahan,

(4) tidak menyalahkan gambar buatan anak-anak, khususnya yang bertipe haptik, dimana
ada kecenderungan gambar yang dibuat tidak didasarkan bagaimana kelihatannya suatu
obyek/benda tetapi lebih didasarkan pada ungkapan perasannya yang bersifat spontan dan
individual.

2. Periodisasi Perkembangan Menggambar Anak

Berkaitan dengan tipologi dan gaya karya senirupa anak-anak, secara umum anak juga
mengalami periodisasi atau masa-masa perkembangan menggambar. Anak usia TK-SD berada
pada masa peka dimana anak-anak mengalamai masa keemasan ekspresi kreatif. Berdasarkan
hasil penelitian terhadap karya gambar anak yang dilakukan oleh para ahli antara lain
Kerchensteiner, Cyril Burt, Victor Lowenfeld menunjukkan bahwa setiap anak mengalami masa-
masa perkembangan menggambar. Menurut Victor Lowenfeld, periodisasi menggambar anak-
anak dibedakan yaitu :

(1) masa goresan sekitar usia 2-4 tahun,

(2) masa prabagan sekitar usia 4 sampai 7 tahun,

(3) masa bagan sekitar umur 7-9 tahun,

(4) masa permulaan realisme umur 9-11 tahun, dan

(5) masa realisme semu umur 11-13 tahun. Karakteristik pada setiap masa perkembangan
tersebut adalah sebagai berikut.

a. Masa Goresan

Pertama kali anak-anak mencoba menggoreskan alat tulis (pensil) pada kertas bertujuan
untuk meniru perbuatan orang yang lebih tua dari mereka. Goresan itu belum membentuk suatu
ungkapan obyek, tetapi lebih merupakan ekspresi spontan, yang berfungsi sebagai latihan
koordinasi antara motorik halus, otot tangan dan lengan dengan gerak mata. Goresan yang
terbentuk biasanya garis-garis mendatar, tegak dan melingkar-lingkar dan belum bervariasi.
Setiap kegiatan menggambar dilakukan oleh anak dalam waktu yang tidak terlalu lama,
dan kadang-kadang dilakukan bersamaan dengan aktivitas lainnya. Misalnya sambil makan,
menyanyi, bermain dan lainnya. Apabila pada saat menggambar ditanya tentang gambar yang
dibuat, maka ia akan memberikan nama gambar tersebut sesuai dengan apa yang kebetulan
sedang terlintas dalam ingatannya. Jadi setiap waktu nama gambar bisa berubah sesuai dengan
imajinasinya.

b. Masa Pra-bagan

Pengalaman anak dalam menarik goresan-goresan garis mendatar, tegak dan melingkar
selanjutnya berkembang menjadi wujud ungkapan ungkapan yang dapat dikaitkan dengan bentuk
atau obyek tertentu. Misalnya bentuk bagan manusia yang masih sederhana,. Kehadiran gambar
manusia yang lebih sering diwujudkan anak-anak memang sangat wajar dimana anak selalu
berada dilingkungan yang secara visual manusialah yang sering dilihatnya. Sejak masa ini anak
sudah dapat mewujudkan obyek gambarnya secara tetap dengan ciri-ciri tertentu, misalnya ini
aku, ini ibu, ini ayah, ini kakak dan sebagainya.

Goresan- goresan yang dibuat sudah mulai terarah sesuai dengan hasratnya untuk
memberi bentuk kepada imajinasinya. Masa ini merupakan peralihan dari masa
mencoreng/goresan ke masa bentuk bagan/ skematis, sehingga dikenal dengan perkembangan
menggambar pra-bagan.

c. Masa Bagan/Skematis

Sejalan dengan pengalaman anak dalam menggambar bentuk bagan sederhana,


selanjutnya keterampilan menggambar berkembang semakin meningkat. Cirinya antara lain yaitu
tampilnya bentuk bagan yang lebih sempurna, bagian-bagian obyek gambar lebih lengkap dan
menggunakan bentukbentuk garis yang lebih bervariasi. Sejak saat ini anak secara sengaja sudah
dapat membuat bentuk-bentuk bagan benda dalam lingkungannya. Ia sudah dapat
mengungkapkan perasaannya, mewujudkan khayal keinginannya ke dalam bentuk yang berupa
bagan. Pada masa ini gambar yang dibuat sudah mulai menampilkan kesan ruang perebahan,
transparan (bening) atau datar.

d. Masa Realisme

Pada masa ini anak sudah mampu membuat gambar dengan memperlihatkan konsep yang
lebih jelas. Pada akhir tahap bagan, perkembangan akal sudah mulai mempengaruhi dunia
ciptaan anak. Sikap kritis dan realistis sudah mempengaruhi obyek gambargambar yang mereka
buat ke arah bentuk-bentuk yang mendekati kenyataan. Perkembangan inilah yang disebut masa
realisme. Dalam hal ini kesadaran sosial, penyesuaian dengan lingkungan dan perkembangan
intelek yang lebih maju menentukan dunia ciptaan anak.

Tahap ini ditandai besarnya perhatian anak pada bagianbagian gambar yang dibuatnya,
bila dibandingkan dengan tahap sebelumnya. Kesadaran sosial yang lebih berkembang,
mendorong anak-anak menggambar seolah-olah didasari oleh keadaan nyata, bentuk realistis,
usaha untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pada tahap ini kewajaran dan spontanitas
anak-anak untuk berekspresi mulai menurun karena pertimbangan akal sudah mulai menguasai
dunia ciptaan mereka.
e. Masa Naturalisme Semu

Pada masa ini anak berusaha menyesuaikan bentuk gambar yang mereka buat dengan
bentuk alam. Tetapi sebenarnya tidaklah naturalism sepenuhnya, masih semu atau belum
sempurna. Obyek gambar dibuat lebih detail, bentuk keseluruhannya sudah mendekati keadaan
sesungguhnya. Masa ini merupakan titik akhir cara-cara menggambar secara kanak-kanak,
menuju cara-cara menggambar yang lebih umum seperti yang dilakukan orang dewasa.

Cara yang lebih bersifat meniru bentuk alam dan banyak ditentukan oleh pertimbangan
akal (pengaturan kesan ruang, menurut hukum-hukum perspektif, perbandingan bagian-bagian
obyek, teori warna dan sebagainya). Pada masa naturalism semu ini umumnya kreativitas dan
ekspresi anak akan mengalami kemerosotan, karena kewajaran dan spontanitas kegiatan
menggambar terganggu oleh pertimbangan akal, dimana akal mempengaruhi cara anak
menciptakan gambar yang mereka buat. Ketermpilan menggambar bentuk alam, lebih maju dari
masa sebelumnya. Namun demikian dilihat dari segi ekspresi, masa ini merupakan penurunan
dari masa perkembangan sebelumnya.

f. Masa Penentuan

Pada masa ini dapat ditentukan apakah anak-anak tetap menaruh minat yang besar
terhadap kagiatan menggambar/senirupa pada umumnya atau minatnya mulai menurun dan lebih
tertarik pada aktivitas seni lainnya. Karena sikap yang lebih kritis, anakanak sewaktu
menggambar lebih berhatihati karena takut berbuat salah dan merasakan adanya kesukaran
dalam menggambar. Akibatnya kewajaran dalam menggambar menjadi terganggu, spontanitas
ekspresinya menjadi menurun/hilang.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa masa perkembangan menggambar
pada anak-anak meliputi dua tahap, yaitu: masa keemasan ekspresi kreatif dan masa sesudah
anak dapat atau mau menerima norma cipta menggambar seperti yang dilakukan oleh orang
dewasa.

Pertama, masa keemasan ekspresi kreatif yaitu masa sebelum anak dapat menerima
pengaruh norma cipta yang berlaku pada orang dewasa atau masa anak masih belum dapat
dipengaruhi oleh norma cipta yang berlaku di luar dunianya (norma cipta orang dewasa).
Sebelum anak dapat dipengaruhi oleh cara menggambar secara umum yang berlaku pada orang
dewasa, mereka dapat menciptakan gambar dengan bebas, ungkapannya lebih murni, dan
spontanitas ekspresinya.

Kedua, masa sesudah anak dapat dan mau menerima norma cipta orang dewasa yaitu
masa dimana anak sudah dipengaruhi oleh rasio atau akal dalam berolah senirupa.
Perkembangan akan adanya kesadaran sosial yang sudah mulai timbul pada awal masa sekolah,
pada tahap ini sudah lebih maju dari masa sebelumnya. Anak-anak sudah ada usaha
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, usaha tersebut akan besar pengaruhnya terhadap karya
gambarnya. Pengaruh itu dikuti dengan meningkatnya perkembangan intelek, sikapnya kritis dan
realistis. Kesadaran akan lingkungannya lebih meningkat kemudian timbul usaha untuk
menyesuaikan bentuk gambarnya dengan selera lingkungannya.. Seperti kesan perspektif, tutup-
menutup pada gambar yang dibuatnya.

E. Bentuk Kreativitas Senirupa Anak SD

Pengembangan Kreativitas Senirupa di SD

Kreativitas adalah daya atau kemampuan untuk mencipta, yang selanjutnya diartikan :

(a) kelancaran menanggapi suatu masalah, ide dan materi,

(b) mudah menyesuaikan diri terhadap setiap situasi,

(c) memiliki keaslian dalam membuat tanggapan, karya yang lain daripada yang lainnya,
dan

(d) mampu berpikir secara integral, mampu menghubungkan satu dengan yang lain. Pada
anak usia SD berada pada masa “keemasan berekspresi kreatif”, dimana kadar
kreativitasnya masih sangat tinggi. Oleh karena itu pengembangan kreativitas senirupa
hendaknya mendapatkan kesempatan dan pembinaan secara lebih intensif dan efektif
sesuai dengan masa perkembangan seninya.

1. Praktek Berkarya Kreatif


Kegiatan kreatif senirupa di SD berdasarkan kompetensi dasar wujudnya dapat
dikelompokan yaitu jenis kegiatan senirupa dua dimensi dan jenis kegiatan kreatif tiga dimensi.
Kegiatan senirupa dua dimensi meliputi :

(1) menggambar bebas,

(2) melukis dengan jari,

(3) menggambar teknik membatik sederhana,

(4) permainan warna,

(5) mewarnai gambar,

(6) menggambar ekspresi atau menggambar bebas,

(7) aplikasi mosaik, montase dan kolase,

(8) mencetak/seni grafis,

(8) kerajinan kertas, dan

(9) kerajinan anyaman.

Kegiatan senirupa tiga dimensi meliputi :

(1) membentuk/membuat model mainan secara bebas,

(2) membentuk bangun kubus,

(3) merangkai/meronce,

(4) menghias benda dan lainnya.

Untuk setiap jenis kreativitas tersebut dalam pengembangannya tentunya tidak terlepas
dari alternatif pemilihan bahan (medium rupa) dan peralatan yang dipilih sesuai dengan bentuk
karya yang dibuat serta teknik penggarapannya.
2. Bereksplorasi melalui Media Senirupa

Keragaman bentuk kegiatan berkarya kreatif senirupa di SD berkaitan langsung dengan


digunakannya jenis media (bahan praktek) yang disesuaikan dengan teknik pembuatannya.
Pengenalan media senirupa dan teknik berolah seni ini bagi anak SD hendaknya dipahami
sebagai cara-cara bereksplorasi (menjelajah, mencoba dan menemukan) pada penggunaan media
seni yang diwujudkan dalam berbagai bentuk kreasi senirupa anak-anak.

Bereksplorasi melalui media senirupa contohnya menggambar bebas dengan


menggunakan berbagai jenis alat yaitu pensil, spidol kecil, crayon, pensil warna dan sejenisnya.
Dengan mengenali sifat bahan/alat tersebut diharapkan akan dapat melatih keterampilan kreatif
anak dalam berkepsresi membuat bentuk gambar secara bebas.

c. Pengembangan kreatifitas Seni Rupa di SD

Perkembangan Seni Rupa Anak Sekolah Dasar

Setiap guru SD perlu mengenal latar belakang anak didiknya, khususnya landasan teori
tentang dunia kesenirupaan anak yang telah dikembangkan oleh para ahli, agar ia dapat memilih
strategi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa. Anak Sekolah Dasar (SD) berusia
sekitar 6 - 12 tahun. Berdasarkan teori tahap-tahap perkembangan menggambar/seni rupa secara
garis besar dapat dibedakan dua tahap karakteristik, yaitu kelas I sampai dengan kelas III
ditandai dengan kuatnya daya fantasi-imajinasi, sedangkan kelas IV sampai dengan kelas VI
ditandai dengan mulai berfungsinya kekuatan rasio. Perbedaan kedua karakteristik ini tampak
pada gambar-gambar (karya dua dimensi) atau model, patung dan perwujudan karya tiga dimensi
lainnya.

Ada dua cara untuk memahami perkembangan seni rupa anak-anak. Pertama, mengkaji
teori-teori yang berkaitan dengan perkembangan senirupa anak menurut para ahli. Kedua,
mengamati dan mengkaji karya anak secara langsung. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengumpulkan karya anak berdasarkan rentang usia yang relevan dengan teori yang telah kita
pelajari. Melalui kegiatan ini, diharapkan kita bisa memahami perkembangan seni rupa anak
secara komprehensif.
Dalam psikologi perkembangan dinyatakan baha pada rentang kehidupan manusia
khususnya anak ada yang disebut masa keemasan yang dikenal dengan masa peka. Hal ini
dipertegas oleh Piere Duquet (1953: 41) bahwa: “A childre who does not draw is an anomaly,
and particulary so in the years between 6 an 10, which is outstandingly the golden age of creative
expression”. Pada masa peka atau keemasan ini anak harus diberi kesempatan agar potensi yang
dimilikinya berfungsi secara maksimal. Masa peka tiap orang berbeda-beda. Secara umum, masa
peka menggambar ada pada masa lima tahun, sedangkan masa peka perkembangan ingatan logis
pada umur 12 dan 13 tahun (Muharam dan Sundaryati, 1991: 33). Selanjutnya, untuk terciptanya
kesempatan bagi siswa agar dapat melakukan ekspresi kreatif, maka guru perlu melakukan
kegiatan berupa:

1) Memberi perangsang (stimulasi) kepada siswa,

2) Guru dapat mempertajam imajinasi dan memperkuat emosi siswa dengan menggunakan
metode pertanyaan yang dikembangkan Sokrates.

Kemampuan siswa kelas rendah dalam membuat gambar tampak lebih spontan dan kreatif
dibandingkan dengan siswa kelas tinggi. Hal ini terjadi karena semakin tinggi usia anak, maka
kemampuan rasionya semakin berkembang sehingga dapat berpikir kritis. Kondisi ini akan
mempengaruhi anak dalam hal spontanitas dan kreatifitas karya. Bila rasionya sudah berfungsi
dengan baik, maka dalam membuat karya seni, misalnya menggambar, mereka selalu
mempertimbangkan objek gambar secara rasional; bentuk yang baik, proporsi yang tepat,
penggunaan warna yang cocok sesuai dengan benda yang dilihatnya.

Sejalan dengan pendapat di atas, sebagai guru pendidikan seni rupa perlu memahami
perkembangan artistik (artistic development) peserta didik.

1. Masa Coreng-Moreng (Scribbling Period)

Kesenangan membuat goresan pada anak-anak usia dua tahun bahkan sebelum dua tahun
sejalan dengan perkembangan motorik tangan dan jarinya yang masih menggunakan motorik
kasar. Hal ini dapat kita temukan anak yang melubangi atau melukai kertas yang digoresnya.
Goresan-goresan yang dibuat anak usia 2-3 tahun belum menggambarkan suatu bentuk objek.
Pada awalnya, coretan hanya mengikuti perkembangan gerak motorik. Biasanya, tahap pertama
hanya mampu menghasilkan goresan terbatas, dengan arah vertikal atau horizontal. Hal ini
tentunya berkaitan dengan kemampuan motorik anak yang masih mengunakan moRotik kasar.
Kemudian, pada perekmbangan berikutnya penggambaran garis mulai beragam dengan arah
yang bervariasi pula. Selain itu mereka juga sudah mampu mambuat garis melingkar. Periode ini
terbagi ke dalam tiga tahap, yaitu:

1) corengan tak beraturan,

2) corengan terkendali, dan

3) corengan bernama.

Ciri gambar yang dihasilkan anak pada tahap corengan tak beraturan adalah bentuk gembar
yang sembarang, mencoreng tanpa melihat ke kertas, belum dapat membuat corengan berupa
lingkaran dan memiliki semangat yang tinggi Corengan terkendali ditandai dengan kemampuan
anak menemukan kendali visualnya terhadap coretan yang dibuatnya. Hal ini tercipta dengan
telah adanya kerjasama antara koordiani antara perkembangan visual dengan perkembamngan
motorik. Hal ini terbukti dengan adanya pengulangan coretan garis baik yang horizontal ,
vertical, lengkung , bahkan lingkaran.

Corengan bernama merupakan tahap akhir masa coreng moreng. Biasanya terjadi menjelang
usia 3-4 tahun, sejalan dengan perkembangan bahasanya anak mulai mengontrol goresannya
bahkan telah memberinya nama, misalnya: “rumah”, “mobil”, “kuda”. Anak-anak memiliki jiwa
bebas, ceria. Mereka sangat menyenangi warna-warna yang cerah misalnya dari crayon.
Kesenangan menggunakan warna biasanya setelah ia bisa memberikan judul terhadap karya yang
dibuatnya. Penggunaan warna pada masa ini lebih menekankan pada penguasaan teknik-mekanik
penempatan warna berdasarkan kepraktisan penempatannya dibandingkan dengan kepentingan
aspek emosi.

Pada masa mencoreng, bila anak difasilitasi oleh orang tua maka akan memiliki peluang
untuk melakukan kreasi dalam hal garis dan bentuk, mengembangkan koordinasi gerak, dan
mulai menyadari ada hubungan gambar dengan lingkungannnya. Hal yang paling penting yang
harus dilakukan oleh orang tua dan guru pada masa ini adalah dengan memberi perhatian
terhadap karya yang sedang dibuat anak sehingga tercipta kemampuan komunikasi anak dengan
orang deswasa secara melalui bahasa.

2. Masa Pra Bagan (Pre Schematic Period)

Usia anak pada tahap ini bisanya berada pada jenjang pendidikan TK dan SD kelas awal.
Kecenderungan umum pada tahap ini, objek yang digambarkan anak biasanya berupa gambar
kepala-berkaki. Sebuah lingkaran yang menggambarkan kepala kemudian pada bagian bawahnya
ada dua garis sebagai pengganti kedua kaki. Ciri-ciri yang menarik lainnya pada tahap ini yaitu
telah menggunakan bentuk-bentuk dasar geometris untuk memberi kesan objek dari dunia
sekitarnya. Koordinasi tangan lebih berkembang. Aspek warna belum ada hubungan tertentu
dengan objek, orang bisa saja berwarna biru, merah, coklat atau warna lain yang disenanginya.

3. Masa Bagan (Schematic Period)

Konsep bentuk mulai tampak lebih jelas. Anak cenderung mengulang bentuk. Gambar masih
tetap berkesan datar dan berputar atau rebah (tampak pada penggambaran pohon di kiri kanan
jalan yang dibuat tegak lurus dengan badan jalan, bagian kiri rebah ke kiri, bagian kanan rebah
ke kanan). Pada perkembangan selanjutnya kesadaran ruang muncul dengan dibuatnya garis
pijak (base line).

4. Masa Realisme Awal (Early Realism)

Pada periode Realisme Awal, karya anak lebih menyerupai kenyataan. Kesadaran perspektif
mulai muncul, namun berdasarkan penglihatan sendiri. Mereka menyatukan objek dalam
lingkungan. Selain itu kesadaran untuk berkelompok dengan teman sebaya dialami pada masa
ini. Perhatian kepada objek sudah mulai rinci. Namun demikian, dalam menggambarkan objek,
proporsi (perbandingan ukuran) belum dikuasai sepenuhnya. Pemahaman warna sudah mulai
disadari. Warna biru langit berbeda dengan biru air laut.

Penguasan konsep ruang mulai dikenalnya sehingga letak objek tidak lagi bertumpu pada
garis dasar, melainkan pada bidang dasar sehingga mulai ditemukan garis horizon. Selain
dikenalnya warna dan ruang, penguasaan unsur desain seperti keseimbangan dan irama mulai
dikenal pada periode ini. Ada perbedaan kesenangan umum, misalnya: anak laki-laki lebih
senang kepada menggambarkan kendaraan, anak perempuan kepada boneka atau bunga.
5. Masa Naturalisme Semu

Pada masa naturalisme semu, kemampuan berfikir abstrak serta kesadaran sosialnya makin
berkembang. Perhatian kepada seni mulai kritis, bahkan terhadap karyanya sendiri. Pengamatan
kepada objek lebih rinci. Tampak jelas perbedaan anak-anak bertipe haptic dengan tipe visual.
Tipe visual memperlihatkan kesadaran rasa ruang, rasa jarak dan lingkungan, dengan fokus pada
hal-hal yang menarik perhatiannya. Penguasaan rasa perbandingan (proporsi) serta gerak tubuh
objek lebih meningkat.

Tipe haptic memperlihatkan tanggapan keruangan dan objek secara subjektif, lebih banyak
menggunakan perasaannya. Gambar-gambar gaya kartun banyak digemari. Ada sesuatu yang
unik pada masa ini, di mana pada satu sisi anak ekspresi kreatifnya sedang muncul sementara
kemampuan intelektualnya berkembang dengan sangat pesatnya. Sebagai akibatnya, rasio anak
seakan-akan menjadi penghambat dalam proses berkarya. Apakah gambar ini seperti kucing?
Sementara kemampuan menggambar kucing kurang misalnya.Sebagai akibatnya mereka malu
kalau memperlihatkan karyanya kepada sesamanya.

6. Periode Penentuan

Pada periode ini tumbuh kesadaran akan kemampuan diri. Perbedaan tipe individual makin
tampak. Anak yang berbakat cenderung akan melanjutkan kegiatannya dengan rasa senang,
tetapi yang merasa tidak berbakat akan meninggalkan kegiatan seni rupa, apalagi tanpa
bimbingan. Dalam hal ini peranan guru banyak menentukan, terutama dalam meyakinkan bahwa
keterlibatan manusia dengan seni akan berlangsung terus dalam kehidupan. Seni bukan urusan
seniman saja, tetapi urusan semua orang dan siapa pun tak akan terhindar dari sentuhan.
BAB III

PENUTUP
KESIMPULAN dan SARAN
DAFTAR RUJUKAN
Ida Siti Herawati dan Iriaji, Pendidikan Seni Rupa.

http://asepsud.wordpress.com/2010/10/16/bentuk-dan-jenis-karya-seni-rupa/

http://denijusmani.blogspot.com/2010/03/fungsi-seni-rupa-di-sekolah-dasar.html

bocahbancar.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai