Anda di halaman 1dari 16

Laporan Tugas Mandiri

MAKALAH KOMUNIKASI PADA ANAK DAN


TEORI MODEL KEPERAWATAN
PADA ANAK

Oleh :

Zahratussafarah
1812101010064

Dosen pembimbing
Ns. Sri Intan Rahayuningsih, M. Kep., Sp.Kep.An

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktu.
Shalawat beriringkan salam kepada nabi Muhammad SAW, yang telah membawa
umatnya dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.
Alhamdulillah makalah tentang “Makalah Komunikasi pada Anak dan
Teori Model Keperawatan pada Anak” ini telah dapat saya selesaikan sesuai
dengan waktu yang telah diberikan. Tidak lupa pula saya ucapakan terima kasih
kepada dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Anak 1, yaitu Ns. Sri Intan
Rahayuningsih, M. Kep., Sp.Kep.An.
Harapan saya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi saya dan bagi
pembacanya. Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, saya sangat berharap kritik dan saran yang
sekiranya dapat kami gunakan sebagai masukan untuk perbaikan makalah yang
berikutnya.

Banda Aceh, 20 Februari 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................2

DAFTAR ISI..................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................4

A. Latar Belakang....................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................4
C. Tujuan.................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................6

A. Konsep Komunikasi............................................................................6
B. Komunikasi pada Anak.......................................................................8
C. Teori Model Keperawatan pada Anak................................................12

BAB III PENUTUP.......................................................................................15

A. Kesimpulan..........................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa kanak-kanak atau masa usia dini adalah masa yang sangat
fundamental bagi kehidupan anak kelak. Berbagai hal yang diberikan dan diterima
anak waktu kecil akan menjadi dasar serta pijakan bagi masa depannya.
Keterampilan berkomunikasi merupakan salah satu hal yang memiliki peranan
penting bagi kehidupan anak. Melalui komunikasi yang baik anak dapat
menyampaikan segala pemikirannya kepada orang lain, baik secara lisan ataupun
tulisan. Keterampilan komunikasi yang baik, yaitu di mana bahasa lisan dan
tulisan anak dapat dengan mudah dipahami oleh orang lain. Keterampilan
berkomunikasi bukan hanya dapat mengantarkan anak mampu dalam aspek
akademik saja, tetapi keterampilan berkomunikasi akan berpengaruh terhadap
berbagai aspek perkembangan anak salah satunya akan membawa anak diterima
oleh lingkungan sosial di mana ia berada.
Keterampilan komunikasi yang baik dapat anak-anak peroleh dari aktivitas
yang sangat dekat dengan dunianya, yaitu melalui bermain. Namun sangat
disayangkan, saat ini lahan untuk bermain anak sangatlah jarang, bahkan susah
untuk didapatkan. Rata-rata ruang bermain anak Indonesia adalah 2.000 m2/anak,
lebih rendah dari kebanyakan anak di negara-negara berkembang di kawasan Asia
lainnya dan sangat kecil jika dibandingkan dengan anak-anak dari negara Barat
(sekitar 10.000 m2/anak) (Pramesti, 2004).

B. Rumusan Masalah
1. Bagamana konsep dari Komunikasi?
2. Bagimana Teknik komunikasi pada anak sesuai usia?
3. Teori apa saja yang di pakai dalam pendekatan anak?

C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Memahami konsep dari Komunikasi
2. Memahami Teknik komunikasi pada anak sesuai usia
3. Memahami teori adalam pendekatan anak
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin communicare –
communication dan communicatus yang berarti suatu alat yang berhubungan
dengan sistem penyampaian dan penerimaan berita, seperti telepon, telegraf,
radio, dan sebagainya. Secara sederhana komunikasi dapat diartikan sebagai
suatu proses pertukaran, penyampaian, dan penerimaan berita, ide, atau
informasi dari seseorang ke orang lain. Dalam berkomunikasi, diperlukan
ketulusan hati antara pihak yang terlibat agar komunikasi yang dilakukan
efektif. Pihak yang menyampaikan harus ada kesungguhan atau keseriusan
bahwa informasi yang disampaikan adalah penting, sedangkan pihak penerima
harus memiliki kesungguhan untuk memperhatikan dan memahami makna
informasi yang diterima serta memberikan respons yang sesuai (Rika &
Esthika, 2018).
Komunikasi adalah bagian yang penting dalam kehidupan dan menyatu
dengan kehidupan kita. Setiap saat, manusia selalu berkomunikasi dan
menggunakannya dalam berinteraksi dengan manusia lain. Kata-kata yang
diucapkan seseorang adalah komunikasi, diamnya seseorang adalah
komunikasi, tertawanya seseorang adalah komunikasi, dan menangisnya
seseorang adalah komunikasi. Dengan berkomunikasi, kehidupan kita akan
interaktif dan menjadi lebih dinamis. Tujuan komunikasi adalah
menyampaikan ide/informasi/berita, memengaruhi orang lain, mengubah
perilaku orang lain, memberikan pendidikan, dan memahami (ide) orang lain
(KEMENKES, 2016).

2. Tujuan Komunikasi
Anjaswarni (2016) mengatakan bahwa secara umum tujuan komunikasi
sebagai berikut.
a. Menyampaikan ide/informasi/berita
b. Memengaruhi orang lain
c. Mengubah perilaku orang lain
d. Memberikan pendidikan
e. Memahami (ide) orang lain

3. Jenis komunikasi
a. Komunikasi Verbal
Chitty (1997) mendefinisikan bahwa komunikasi verbal adalah pertukaran
informasi menggunakan kata-kata yang diucapkan secara oral dan kata-kata
yang dituliskan. Komunikasi oral adalah komunikasi yang dilakukan secara
lisan, baik langsung dengan cara tatap muka maupun secara tidak langsung,
melalui telepon atau telekonferensi. Komunikasi oral dilakukan untuk
menyampaikan informasi secara cepat atau untuk memperjelas
pesan/informasi tertulis sehingga informasi lebih akurat. Jenis komunikasi
ini tergantung dari irama, kecepatan, intonasi, penguasaan materi oleh
komunikator, penekanan, dan nada suara serta bahasa yang digunakan.

b. Komunikasi Nonverbal
Setelah Anda memahami komunikasi verbal, selanjutnya Anda harus
mengenali dan mampu mengidentifikasi komunikasi nonverbal yang selalu
mengiringi komunikasi verbal. Chitty (1997) mendefinisikan komunikasi
nonverbal adalah pertukaran informasi tanpa menggunakan kata-kata.
Komunikasi ini tidak disampaikan secara langsung oleh komunikator, tetapi
berhubungan dengan pesan yang disampaikan secara oral ataupun tulisan.
Macam-macam komunikasi nonverbal adalah kontak mata, ekspresi wajah,
postur atau sikap tubuh, gaya jalan, gerakan/bahasa isyarat tubuh waktu
bicara, penampilan secara umum, suara dan sikap diam, atau simbolsimbol
lain, misalnya model pakaian dan cara menggunakan.
B. Komunikasi pada Anak
1. Prinsip komunikasi pada anak
Manusia melakukan komunikasi sepanjang rentang kehidupannya, yaitu
semenjak bayi dalam rahim ibu sampai lansia dan bahkan sampai menjelang
ajal. Sejak dalam kandungan anak berkomunikasi dengan ibunya dengan cara
menendang dan melakukan pergerakan-pergerakan secara teratur, sedangkan
ibu/ayah/kakak berkomunikasi dengan bayi yang ada dalam kandungannya
melalui elusan atau kecupan lembut pada perut ibu serta panggilan lembut
dekat perut ibu. Hal ini dilakukan dalam rangka membina hubungan dan
berinteraksi sedini mungkin dengan anak untuk memberikan stimulasi
komunikasi secara dini (Rika & Esthika, 2018).

2. Cara komunikasi pada anak


Menurut Nurhasanah (2010) dan Rika (2018), beberapa cara yang dapat
digunakan dalam berkomunikasi dengan anak, antara lain:
a. Bercerita
Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak dapat mudah
diterima, mengingat anak sangat suka sekali dengan cerita.
b. Memfasilitasi
Memfasilitasi anak adalah bagian cara berkomunikasi, melalui ini ekspresi
anak atau respon anak terhadap pesan dapat diterima.
c. Bibliografi
Melalui pemberian buku atau majalah dengan menceritakan isi buku atau
majalah yang sesuai dengan pesan yang akan disampaikan pada anak.
d. Menggambar
Menggambar dapat digunakan untuk mengungkapkan ekspresi dan perasaan
yang biasanya dapat di ungkapkan melalui gambar.
e. Bermain
Bermain alat efektif pada anak dalam membantu berkomunikasi, melalui
hubungan ini hubungan interpersonal antara anak, perawat dan orang
disekitar dapat terjalin dan pesan-pesan dapat disampaikan.
f. Mimpi
Mimpi adalah aktivitas tidak sadar sebagai bentuk perasaan dan pikiran
yang ditekan ke alam tidak sadar. Mimpi ini dapat digunakan oleh perawat
untuk mengidentifikasi adanya perasaan bersalah, perasaan tertekan,
perasaan jengkel, atau perasaan marah yang mengganggu anak sehingga
terjadi ketidaknyamanan.
g. Meminta untuk menyebutkan keinginan
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak. Dengan meminta
anak untuk menyebutkan keinginan, dapat diketahui berbagai keluhan yang
dirasakan anak dan keinginan tersebut dapat menunjukkan perasaan dan
pikiran anak pada saat itu.
h. Melengkapi kalimat
Teknik komunikasi ini dilakukan dengan cara meminta anak
menyempurnakan atau melengkapi kalimat yang dibuat perawat. Dengan
teknik ini, perawat dapat mengetahui perasaan anak tanpa bertanya secara
langsung kepadanya, misalnya terkait dengan kesehatannya atau
perasaannya. Pernyataan dimulai dengan yang netral kemudian dilanjutkan
dengan pernyataan yang difokuskan pada perasaannya.
i. Sentuhan
Sentuhan adalah kontak fisik yang dilakukan dengan cara memagang
sebagian tangan atau bagian tubuh anak, misalnya pundak, usapan di kepala,
berjabat tangan, atau pelukan, bertujuan untuk memberikan perhatian dan
penguatan terhadap komunikasi yang dilakukan antara anak dan orang tua.
Dengan kontak.

3. Perkembangan komunikasi sesuai tahap usia


Berikut adalah komunikasi anak sesuai tahap usia menurut KEMENKES
(2016).
a. Penerapan komunikasi pada bayi (0 – 1 tahun)
Bayi terlahir dengan kemampuan menangis karena dengan cara itu
mereka berkomunikasi. Bayi menyampaikan keinginannya melalui
komunikasi nonverbal. Bayi akan tampak tenang serta merasa nyaman dan
aman jika ada kontak fisik yang dekat, terutama dengan orang yang
dikenalnya (ibu). Tangisan bayi itu adalah cara bayi memberitahukan bahwa
ada sesuatu yang tidak enak ia rasakan, misalnya lapar, popok basah,
kedinginan, lelah, dan lain-lain.
Bayi yang agak besar akan merasa tidak nyaman jika dia
melakukan kontak fisik dengan orang yang tidak dikenalnya. Bayi akan
tersenyum, menggerak-gerakkan kaki dan tangannya berulang-ulang jika dia
ingin menyatakan kegembiraannya, serta menjerit, menangis, atau merengek
jika dia merasa tidak nyaman. Bayi juga akan tersenyum dan kegirangan
jika dia merasa kenyang, aman atau nyaman, serta menangis atau gelisah
jika merasa lapar, basah, buang air besar, digigit nyamuk, atau
kepanasan/kedinginan.
b. Penerapan komunikasi pada kelompok toddler (1-3 tahun) dan prasekolah
(3-6 tahun)
Pada kelompok usia ini, anak sudah mampu berkomunikasi secara
verbal ataupun nonverbal. Anak sudah mampu menyatakan keinginan
dengan menggunakan kata-kata yang sudah dikuasainya. Ciri khas anak
kelompok ini adalah egosentris, yaitu mereka melihat segala sesuatu hanya
berhubungan dengan dirinya sendiri dan melihat sesuatu hanya
berdasarkan sudu pandangnya sendiri. Anak tidak mampu membedakan
antara kenyataan dan fantasi sehingga tampak jika mereka bicara akan
banyak ditambahi dengan fantasi diri tentang obyek yang diceritakan.
Contoh implementasi komunikasi dalam keperawatan sebagai berikut.
1) Memberi tahu apa yang terjadi pada diri anak.
2) Memberi kesempatan pada anak untuk menyentuh alat pemeriksaan
yang akan digunakan.
3) Nada suara rendah dan bicara lambat. Jika anak tidak menjawab, harus
diulang lebih jelas dengan pengarahan yang sederhana.
4) Hindarkan sikap mendesak untuk dijawab seperti kata-kata, “jawab
dong”.
5) Mengalihkan aktivitas saat komunikasi, misalnya dengan memberikan
mainan saat komunikasi.
6) Menghindari konfrontasi langsung.
7) Jangan sentuh anak tanpa disetujui dari anak.
8) Bersalaman dengan anak saat memulai interaksi karena bersalaman
dengan anak merupakan cara untuk menghilangkan perasaan cemas.
9) Mengajak anak menggambar, menulis, atau bercerita untuk menggali
perasaan dan fikiran anak.

c. Komunikasi pada usia sekolah (7—11 tahun)


Pada masa ini, anak sudah mampu untuk memahami komunikasi
penjelasan sederhana yang diberikan. Pada masa ini, anak akan banyak
mencari tahu terhadap hal-hal baru dan akan belajar menyelesaikan
masalah yang dihadapinya berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya.
Pada masa ini, anak harus difasilitasi untuk mengekspresikan rasa takut,
rasa heran, penasaran, berani mengajukan pendapat, dan melakukan
klarifikasi terhadap hal-hal yang tidak jelas baginya. Contoh implementasi
komunikasi dalam keperawatan sebagai berikut.
1) Memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak dengan menggunakan
kata-kata sederhana yang spesifik.
2) Menjelaskan sesuatu yang ingin diketahui anak.
3) Pada usia ini, keingintahuan pada aspek fungsional dan prosedural dari
objek tertentu sangat tinggi.
4) Jangan menyakiti atau mengancam sebab ini akan membuat anak tidak
mampu berkomunikasi secara efektif.

d. Komunikasi pada usia remaja(13-18 tahun)


Dalam melakukan komunikasi pada remaja, perawat perlu
memperhatikan berbagai aspek diantaranya adalah usia tumbuh kembang
remaja, cara berkomunikasi dengan anak remaja, metode berkomunikasi
dengan anak remaja. Peran orang tua dalam membantu proses komunikasi
dengan remaja sehingga bisa di dapatkan informasi yang benar dan akurat.
Strategi komunikasi pada anak usia remaja :
1) Pada remaja, pola pikir dan tingkah laku peralihan dari anak ke dewasa
2) Bila stres, diskusi tentang masalahnya dengan teman sebaya, orang
dewasa diluar keluarga dan terbuka terhadap perawat.
3) Menolak orang yang berusaha menjatuhkan harga dirinya
4) Beri support dengan penuh perhatian
5) Jangan melakukan intrupsi
6) Ekspresi wajah tidak menunjukkan heran
7) Hindari pertanyaan yang menimbulkan rasa malu (jaga privasi).

C. Teori Model Keperawatan pada Anak


1. Model konservasi menurut Levine
Menurut Alligood & Tomey (2010), Model konservasi levine merupakan
Keperawatan praktis dengan konservasi model dan prinsip yang berfokus pada
pelestarian energi pasien untuk kesehatan dan penyembuhan.
a. Prinsip teori Levine
Adapun prinsip konservasi tersebut adalah sebagai berikut.
1) Konservasi energi
Individu memerlukan keseimbangan energi dan memperbaharui energi
secara konstan untuk mempertahankan aktivitas hidup.Konservasi energi
dapat digunakan dalam praktek keperawatan.
2) Konservasi integritas struktur
Penyembuhan adalah suatu proses pergantian dari integritas struktur.
Seorang perawat harus membatasi jumlah jaringan yang terlibat dengan
penyakit melalui perubahan fungsi dan intervensi keperawatan.
3) Konservasi integritas personal
Seorang perawat dapat menghargai klien ketika klien dipanggil dengan
namanya. Sikap menghargai tersebut terjadi karena adanya proses nilai
personal yang menyediakan privasi selama prosedur.
4) Konservasi integritas sosial
Kehidupan berarti komunitas social dan kesehatan merupakan keadaan
social yang telah ditentukan.Oleh karena itu, perawat berperan
menyediakan kebutuhan terhadap keluarga, membantu kehidupan.
b. Keterbatasan teori Levine
Meskipun kelengkapan dan aplikasi teori Levine luas, model ini
bukan tanpa batasan.Sebagai contoh model konservasi Levine berfokus pada
penyakit yang bertentangan dengan kesehatan; demikian, intervensi
keperawatan dibatasi hanya untuk mengatasi kondisi penyajian
individu.Oleh karena itu, intervensi keperawatan berdasarkan teori Levine
adalah berfokus pada saat ini dan jangka pendek, dan tidak mendukung
prinsip-prinsip promosi kesehatan dan pencegahan penyakit, meskipun ini
adalah komponen penting dari praktek keperawatan saat ini.Dengan
demikian, keterbatasan utama adalah fokus pada individu dalam keadaan
sakit dan pada ketergantungan pasien. Selanjutnya, perawat memiliki
tanggung jawab untuk menentukan kemampuan pasien untuk berpartisipasi
dalam perawatan, dan jika persepsi perawat dan pasien tentang kemampuan
pasien untuk berpartisipasi dalam perawatan tidak cocok, ketidakcocokan
ini akan menjadi daerah konflik.

2. Model konservasi menurut Kathya E.Bernard


Teori keperawatan digunakan sebagai arah dalam melakukan penelitian,
praktik, pendidikan dan asuhan keperawatan (Alligood & Tomey, 2010).
Proses keperawatan terdiri dari lima langkah yaitu pengkajian, diagnosis,
intervensi, implementasi dan evaluasi. Penerapan teori Barnard dalam proses
keperawatan meliputi pengkajian, respon atau perilaku bayi/anak,
masalah/kebutuhan bayi/anak, dan perilaku orangtua/pemberi asuhan.
Pengkajian merupakan tahap awal proses keperawatan. Perawat melakukan
pemeriksaan fisik, mengobservasi respon bayi/anak, melihat dari catatan
medis, melihat hasil pemeriksan penunjang/diagnostik, dan mendiskusikan
kebutuhan klien. Data yang diperoleh merupakan respon atau perilaku yang
ditunjukkan bayi/anak.
Basavanthapa (2007) menyebutkan menyebutkan fokus teori yang
dikemukakan Bernard dalam Bernard’s Child Health Assessment Interaction
Theory, adalah:
a. Pengkajian anak bertujuan mengidentifikasi masalah sebelum mereka
berkembang dan menjadikan intervensi lebih efektif.
b. Faktor lingkungan di pahami sebagai proses interaksi antara orangtuan dan
anak yang merupakan hal penting untuk menentukan tercapainya kesehatan
anak.
c. Interaksi pengasuh dan anak memberikan informasi yang mencerminkan
lingkungan alamiah untuk yang diterma secara terus menerus.
d. Kapasitas adaptasi dari pemberi asuhan dipengaruhi oleh respon anak dan
lingkungannya.
e. Interaksi adpatasi orangtua dan anak merupakan suatu proses yang salig
menguntungkan, dimana perilaku orangtua akan mempengaruhi anak dan
sebaliknya.
f. Proses adaptasi lebih mudah dimodifikasi dari karakteristik dasar ibu dan
anak sehingga interaksi keperawatan seharusnya menekankan sensitifitas
dan respon ibu dalam mengartikan isyarat anak daripada mencoba merubah
karakteristik dasarnya.
g. Aspek penting yang perlu ditingkatkan berkaitan dengan proses belajar
anak adalah memeberikan kesempatan anak untuk mengenali perilakunya
dan memperkuat kemampuan anak di dalam melaksanakan tugasnya.
h. Isu utama bagi profesi keperawatan adalah memberi dukungan selama
tahun pertama kehidupan anak.
i. Pengkajian terhadap proses interaksi adalah suatu proses yang
komprehensif dalam model perawatan kesehatana anak.
j. Pengkajian terhadap lingkungan anak adalah sangat penting dalam
pengkajian kesehatan anak.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Komunikasi akan berpengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan
anak salah satunya akan membawa anak diterima oleh lingkungan sosial di mana
ia berada. Dan melalui komunmikasi anak dapat menyampaikan ide dan
gagasannya.
Fokus dari teori Barnard adalah perkembangan alat pegkajian untuk
mengevaluasi kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan anak di samping
memandang orang tua dan anak sebagai sebuah sistem interaktif. dan Barnard
mendefinisikan modifikasi sebagai perilaku adaptif sedangkan dalam teri Levine
lebh di fokuskan pada adaptasi dan konservasi.
DAFTAR PUSTAKA

Intan, N. (2017). Pengembangan Keterampilan Berkomunikasi Anak Usia Dini


melalui Metode Bermain Peran. Universitas Islam Bandung

Nurhasanah, N. 2010. Komunikasi dalam Konteks Keperawatan. Jakarta Timur:


Trans Info Media

Pieter, H. (2017). Dasar-Dasar Komunikasi bagi Perawat. Jakarta: Kencana

Tomey & Alligood. 2006. Nursing Theories and their work. 4thed. St. Louis:
Mosby-Year book Inc.

Sartika, Rika dkk. 2018. Buku Ajar Keperawatan Dasar 2.


Padang: Andalas University Press

Anda mungkin juga menyukai