Makalah Dan Konsep Asuhan Keperawatan Ob
Makalah Dan Konsep Asuhan Keperawatan Ob
Disusun Oleh :
Febri Rohmadyanto
(201501103)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kami
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas dari mata kuliah IT. Dalam makalah ini kami membahas tentang “Obesitas” .
Penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis membuka diri untuk menerima
berbagai masukan dan kritikan dari semua pihak. Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
penulis dan bagi pembaca khususnya.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Obesitas
Obesitas merupakan suatu penyakit multifaktorial, yang terjadi akibat akumulasi jaringan
lemak berlebihan, sehingga dapat mengganggu kesehatan. Obesitas terjadi bila besar
dan jumlah sel lemak bertambah pada tubuh seseorang. Bila seseorang bertambah
berat badannya, maka ukuran sel lemak akan bertambah besar dan kemudian jumlahnya
bertambah banyak. Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan
metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik spesifik. Faktor
genetik diketahui sangat berpengaruh bagi perkembangan penyakit
ini. Secara fisiologis, obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan
dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di
jaringan adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan. Keadaan obesitas ini, terutama
obesitas sentral, meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular karena keterkaitannya dengan
sindrom metabolik atau sindrom resistensi insulin yang terdiri dari resistensi 10
insulin/hiperinsulinemia, hiperuresemia, gangguan fibrinolisis, hiperfibrinogenemia dan
hipertensi (Sudoyo, 2009).
Obesitas timbul sebagai akibat masukan energi yang melebihi pengeluaran energi. Bila energi
dalam jumlah besar (dalam bentuk makanan) yang masuk ke dalam tubuh melebihi jumlah yang
dikeluarkan, maka berat badan akan bertambah dan sebagian besar kelebihan energi tersebut
akan di simpan sebagai lemak. Oleh karena itu, kelebihan adipositas (obesitas) disebabkan
masukan energi yang melebihi pengeluaran energi. Untuk setiap kelebihan energi sebanyak
9,3 kalori yang masuk ke tubuh, kira-kira 1 gram lemak akan disimpan. Lemak disimpan
terutama di aposit pada jaringan subkutan dan rongga intraperitoneal, walaupun hati dan jaringan
tubuh lainnya seringkali menimbun cukup lemak pada orang obesitas. Perkembangan
obesitas pada orang dewasa juga terjadi akibat penambahan jumlah adiposit dan peningkatan
ukurannya. Seseorang dengan obesitas yang ekstrem dapat memiliki adiposit sebanyak empat
kali normal, dan setiap adiposit memiliki lipid dua kali lebih banyak dari orang yang kurus
(Guyton, 2007).
2.5 Komplikasi
Mortalitas yang berkaitan dengan obesitas, terutama obesitas apple shaped, sangat erat
hubungannya dengan sindrom metabolik. Sindrom metabolik merupakan satu kelompok kelainan
metabolik selain obesitas, meliputi resistensi insulin, gangguan toleransi glukosa, abnormalitas
lipid dan hemostasis, disfungsi endotel dan hipertensi yang kesemuanya secara sendiri-sendiri
atau bersama-sama merupakan faktor resiko terjadinya aterosklerosis dengan manifestasi
penyakit jantung koroner dan/atau stroke. Mekanisme dasar bagaimana komponen- komponen
sindrom metabolik ini dapat terjadi pada seseorang dengan obesitas apple shaped dan bagaimana
komponen-komponen ini dapat menyebabkan terjadi gangguan vaskular, hingga saat ini masih
dalam penelitian (Soegondo,2007).
2.7 Penatalaksanaan
a. Merubah gaya hidup
Diawali dengan merubah kebiasaan makan. Mengendalikan kebiasaan ngemil dan makan
bukan karena lapar tetapi karena ingin menikmati makanan dan meningkatkan aktifitas fisik pada
kegiatan sehari-hari. Meluangkan waktu berolahraga secara teratur sehingga pengeluaran kalori
akan meningkat dan jaringan lemak akan dioksidasi (Sugondo,2008).
b. Terapi Diet
Mengatur asupan makanan agar tidak mengkonsumsi makanan dengan jumlah kalori
yang berlebih, dapat dilakukan dengan diet yang terprogram secara benar. Diet rendah kalori
dapat dilakukan dengan mengurangi nasi dan makanan berlemak, serta mengkonsumsi
makanan yang cukup memberikan rasa kenyang tetapi tidak menggemukkan karena jumlah
kalori sedikit, misalnya dengan menu
yang mengandung serat tinggi seperti sayur dan buah yang tidak terlalu manis (Sugondo,
2008).
c. Aktifitas Fisik
Peningkatan aktifitas fisik merupakan komponen penting dari
program penurunan berat badan, walaupun aktifitas fisik tidak
menyebabkan penurunan berat badan lebih banyak dalam jangka waktu enam bulan. Untuk
penderita obesitas, terapi harus dimulai
secara perlahan, dan intensitas sebaiknya ditingkatkan secara bertahap. Penderita obesitas
dapat memulai aktifitas fisik dengan berjalan selama 30 menit dengan jangka waktu 3 kali
seminggu dan dapat ditingkatkan intensitasnya selama 45 menit dengan jangka waktu 3 kali
seminggu dan dapat ditingkatkan intensitasnya selama 45 menit dengan jangka waktu 5 kali
seminggu (Sugondo, 2008).
d. Terapi perilaku
Untuk mencapai penurunan berat badan dan mempertahankannya,
diperlukan suatu strategi untuk mengatasi hambatan yang muncul pada saat terapi diet dan
aktifitas fisik. Strategi yang spesifik meliputi pengawasan mandiri terhadap kebiasaan makan dan
aktifitas fisik, manajemen stress, stimulus control, pemecahan masalah, contigency management,
cognitive restructuring dan dukungan sosial (Sugondo,2008).
e. Farmakoterapi
Farmakoterapi merupakan salah satu komponen penting dalam program manajemen berat
badan. Sirbutramine dan orlistat merupakan obat-obatan penurun berat badan yang telah disetujui
untuk penggunaan jangka panjang. Sirbutramine ditambah diet rendah kalori dan aktifitas fisik
efektif menurunkan berat badan dan mempertahankannya. Orlistat menghambat absorpsi lemak
sebanyak 30 persen. Dengan pemberian orlistat, dibutuhkan penggantian
vitamin larut lemak karena terjadi malabsorpsi parsial (Sugondo,2008).
4. Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan metabolik / endokrin dapat menyatakan tak normal, misal : hipotiroidisme,
hipopituitarisme, hipogonadisme, sindrom cushing (peningkatan kadar insulin).
Pola fungsi kesehatan
tivitas istirahat :Kelemahan dan cenderung mengantuk, ketidakmampuan / kurang keinginan untuk beraktifitas.
kulasi :Pola hidup mempengaruhi pilihan makan, dengan makan akan dapat menghilangkan perasaan
tidak senang.
) Makanan / cairan : Mencerna makanan berlebihan
enyamanan :Pasien obesitas akan merasakan ketidaknyamanan berupa nyeri dalam menopang berat badan
atau tulang belakang
) Pernafasan : Pasien obesitas biasanya mengalami dipsnea
ksualitas : Pasien dengan obesitas biasanya mengalami gangguan menstruasi dan amenouria.
2.10 Perencanaan
Setelah pengumpulan data, megelompokkan dan menentukan diagnosa keoerawatan yang
mungkin muncul, maka tahapan selanjutnya adalah menentukkan prioritas, tujuan dan rencana
tindakkan keperawatan.
Diagnosa 1
Perubahan nutrisi :
Lebih dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan intake makanan yang lebih.
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi kembali normal.
Kriteria hasil :
Perubahan pola makan dan keterlibatan individu dalam program latihan
Menunjukan penurunan berat badan.
Intervensi :
1. Kaji penyebab kegemukan dan buat rencana makan dengan pasien
2. Timbang berat badan secara periodik
3. Tentukan tingkat aktivitas dan rencana program latihan diet
4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentujan keb kalori dan nutrisi penurunan berat badan
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat penekan nafsu makan (ex.dietilpropinion)
Rasional :
1. Mengidentifikasi / mempengaruhi penentuan intervensi
2. Memberikan informasi tentang keefektifan program
3. Mendorong px untuk menyusun tujuan lebih nyata dan sesuai dengan rencana
4. Kalori dan nurtisi terpenuhi secara normal
5. Penurunan berat badan
Diagnosa 2
Gangguan pencitraan diri b.d biofisika atau psikosial pandangan px tehadap diri
Tujuan :
Menyatakan gambaran diri lebih nyata
Kriterian hasil :
Menunjukkan beberapa penerimaan diri dari pandangan idealisme
Mengakui indiviu yang mempunyai tanggung jawab sendiri
Intervensi :
1. Beri privasi kepada px selama perawatan
2. Diskusikan dengan px tentang pandangan menjadi gemuk dan apa artinya bagi px trsebut
3. Waspadai mitos px / orang terdekat
4. Tingkatkan komunikasi terbuka dengan px untuk menghondari kritik
5. Waspadai makan berlebih
6. Kolaborasi dengan kelompok terapi
Rasional :
1. Individu biasanya sensitif terhadap tubuhnya sendiri
2. Pasien mengungkapkan beban psikologisnya
3. Keyakinan tentang seperti apa tubuh yang ideal atau motifasi dapat menjadi upaya penurunan
berat badan
4. Meningkatkan rasa kontrol dan meningkatkan rasa ingin menyelesaikan masalahnya :
a. Pola makan terjaga
b. Kelompok terapi dapat memberikan teman dan motifasi
Diagnosa 3
Hambatan interaksi sosial b.d ungkapan atau tampak tidak nyaman dalam situasi sosial
Tujuan :
Mengungkapkan kesadaran adanya perasaan yang menyebabkan interaksi sosial yang buruk
Kriteria hasil :
Menunjikan peningkatan perubahan positif dalam perilaku sosial dan interpersonal
Intervensi :
1. Kaji perilaku hubungan keluarga dan perilaku sosial
2. Kaji penggunaan ketrampilan koping pasien
3. Rujuk untuk terapi keluarga atau individu sesuai dengan indikasi
Rasional :
1. Keluarga dapat membantu merubah perilaku sosial pasien
2. Mekanisme koping yang baik dapat melindungi pasien dari perasaankesepian isolasi
3. Pasien mendapat keuntungan dari keterlibatan orang terdekat untuk memberi dukungan
Diagnosa 4
Pola napas tak efektif yang berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, nyeri , ansietas ,
kelemahan dan obstruksi trakeobronkial
Tujuan :
Mengembalikan pola napas normal
Kriteria hasil :
Mempertahankan ventilasi yang adekuat
Tidak mengalami sianosis atau tanda hipoksia lain
Intervensi :
1. Awasi , auskultasi bunyi napas
2. Tinggikan kepala tempat tidur 30 derajat
3. Bantu lakukan napas dalam, batuk menekan insisi
4. Ubah posisi secara periodik
5. Berikan O2 tambahan / alat pernapasan lain
Rasional :
1. Peranapasan mengorok/ pengaruh anastesi menurunkan ventilasi, potensial atelektasis, hipoksia.
2. Mendorong pengembangan diafragma sehingga ekspansi paru optimal, pasien lebih nyaman.
3. Ekspansi paru maksimal, pembersihan jalan napas, resiko atelektasis minimal.
4. Memaksimalkan sediaan O2 untuk pertukaran dan penurunan kerja napas.
DAFTAR PUSTAKA
Ayu, R., & Sartika, D. (2011). FAKTOR RISIKO OBESITAS PADA ANAK 5-15 TAHUN DI
INDONESIA, 15(1), 37–43.
Hariyanto, D., Madiyono, B., Sjarif, D. R., & Sastroasmoro, S. (2009). Hubungan Ketebalan Tunika
Intima Media Arteri Carotis dengan Obesitas pada Remaja,11(3).