Anda di halaman 1dari 13

REFERAT

ROTASI INTERNA HEWAN BESAR

“Kemajiran Pada Hewan Betina Faktor Genetik”

Oleh :
TITIN MEISTY YUNANDA
180130100111019

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2020
KEMAJIRAN PADA HEWAN BETINA FAKTOR GENETIK

Faktor genetik (keturunan), yaitu sifat kebapakan yang berasal dari bapak atai
ibu yang menurun kepada anak. Bila manifestasinya pada alat kelamin mempunyai
peranan dalam menimbulkan kemajiran pada ternak. Faktor ini bila muncul pada alat
kelamin, akan tampak dalam bentuk kelainan anatomi. Kelainan anatomi alat kelamin
yang bersifat menurun ini umumnya disebabkan oleh kelainan pada kromosom
kelamin (sex chromosome) atau adanya kelainan satu gen yang resesif pada
autosomnya. Ada yang mempengaruhi satu jenis kelainan saja, tetapi dapat pula
mempengaruhi kedua jenis kelamin. Tergantung pada berat tidaknya kelainan antomi
yang bersifat menurun pada alat kelamin, gangguan reproduksi dapat mudah dikenali
sejak awal periode reproduksi, dapat pula baru dijumpai setelah umur tua atau setelah
menghasilkan banyak keturunan.

Ada beberapa faktor yang dapat memperberat terjadinya kelainan genetik


pada alat kelamin, seperti bangsa ternak, lokasi geografis peternakan, musim, jenis
kelamin, umur induk, dan beberapa macam zat bersifat racun yang masuk dalam
tubuh melalui pakan. Kelainan genetik ini selain mempengaruhi bentuk alat kelamin
juga fungsi alat kelamin menjadi berkurang atau hilang sama sekali.

Sapi betina merupakan sapi yang melahirkan sapi baru setelah terjadi
pembuahan antara spermatozoa dengan ovum. Rata-rata masa kebuntingan sapi
beerlangsung selama 280 hari dengan variasi 275-287 hari. Gejala-gejala kebuntingan
antara lain sapi menjadi tenang, adanya pembesaran ukuran abdomen, pada sapi dara
terlihat perkembangan ambing pada umur kebuntingan 4-5 bulan, adanya
kecenderungan kenaikan badan, dan tidak menunjukkan gejala birahi kembali.
Beberapa faktor yang mempengaruhi lamanya masa kebuntingan antara lain
iklim/suhu, pakan, managemen pemeliharaan, dan breed (Afiati dkk., 2013).

Sapi betina tidak hanya menghasilkan ovum bakal sapi baru, namun juga
menyediakan lingkungan fetus untuk berkembang dan memberi nutrisi. Organ
reproduksi sapi betina dibagi menjadi 2 secara umum, yaitu organ reproduksi primer
dan organ reproduksi sekunder. Organ reproduksi primer adalah ovarium yang
menghasilkan ovum dan hormone-hormon yang dibutuhkan dalam fungsi fisiologis
organ reproduksi. Organ-organ reproduksi sekunder terdiri dari oviduk, uterus,
cervix, vagina, dan vulva. Fungsi organorgan reproduksi sekunder adalah sebagai
saluran , menerima spermatozoa dan menyalurkan ovum, sebagai tempat pembuahan,
perkembangan dan member nutrisi fetus. Organ-organ reproduksi betina digantung
oleh ligamentum lata yang terdiri dari mesovarium, mesosalpinx dan mesoterium
yang masing-masing menggantung ovarium, oviduk dan uterus (Yulianto dan
Saparinto, 2014).

Kemajiran dapat dibagi menjadi 2 pengertian yaitu sterility yaitu kasus


kemajiran yang tidak bisa diobati dan infertility yaitu kasus kemajiran yang bisa
diobati dan masih mempunyai harapan sembuh. Gangguan atau kegagalan reproduksi
adalah berkurangnya kemampuan atau ketidakmampuan individu untuk menghasilkan
anak secara normal, hal ini mungkin hasil dari salah satu atau kombinasi dari
beberapa penyebab

a. Serviks Ganda

Menurut Can Vet J (2006) dalam penelitian RPH yang melibatkan 2.435
sapi di Swedia dan 2010 sapi di Filandia , kondisi servix ganda terjadi dengan
tingkat kejadian antara 0.2%.

 Definisi
Kelainan yang ditandai dengan adanya dua lubang dari
saluran serviks yang menghadap vagina (Os Uteri Externum).

 Etilogi
Faktor penyebab dari penyakit ini adalah abnormalitas
persatuan kedua saluran muller pada periode embrional, sehingga ada
pita yang membagi korpus uteri dan saluran servix menjadi dua bagian
yang terpisah. Pita pemisah servix ini mempunyai lebar 1-5 cm dan
tebalnya 1-2,5 cm.

 Diagnosa
Diagnosa dapat dilakukan pemeriksaan memakai vaginoskop,
dan terlihat tampak seperti ada 2 lubang pada saluran servix, karena
ada selaput yang membagi saluran servix berupa tenunan seperti pita.
Pada keadaan akut pita pemisah akan menebal dan membentang
sepanjang servix sampai dengan pangkal kornua uteri,sehingga kedua
saluran servix masing-masing berhubungan dengan kornua uteri.

Gambar 1. Servix Ganda pada pemeriksaan vaginoskop (kiri)

 Diagnosa Penunjang
Diagnosa penujang yang dapat dilakukan yaitu dengan
melakukan pemeriksaaan rektal yang ditandai dengan tidak terabanya
kornua uteri dan pemeriksaan ulstrasonography (USG).
 Terapi
Karena servix ganda merupakan kemajiran sterility yaitu kasus
kemajiran yang tidak bisa diobati, maka hewan yang mengalami kasus
ini disarankan untuk di culling.
b. Hyment Persistent
 Definisi dan Etiologi
Hyment persisten merupakan salah satu cacat perkembangan saluran
genital ,jarang terjadi pada hewan ternak. Selaput dara (hyment)
terbentuk dari lapisan epitel dari saluran paramesonefrik dan sinus
urogenital di persimpangan vagina vestibulo.

 Gejala Klinis
Kelainan ini berupa pembatas antara vulva dengan vagina
(selaput dara) yang bersifat menetap. Pada keadaan yang normal
selaput dara hanya merupakan penebalan mukosa pada bagian
posterior vagina yang berbatasan dengan vulva. Namun karena
tebalnya maka sulit untuk dilalui. Penebalan selaput dara ini
disebut juga imperforate hymen. Kasus ini ada hubungannya
dengan kegagalan bersatunya duktus Mulleri pada masa embrional.
Gejalan klinis dari penyakit ini yaitu tidak defekasi dan urinasi.

 Diagnosa
Diagnosa pada kelainan ini dapat dilakukan dengan eksplorasi
vaginal yang dintandai dengan terdapat masa yang berukuran besar di
bagian uterus.

 Diagnosa Penunjang
Diagnosa penunjang untuk penyakit ini dapat juga
menggunakan vaginoskop,bila dimasukkan ke dalam rongga vagina,
akan segera tertahan oleh selaput dara yang tebal. Dapat juga
dilakukan pemeriksan ultrasonography (USG)
Gambar 2. Pemeriksaan USG transabdominal terihat warna
hyperechoic

 Terapi
Dapat dilakukan penyobekan dengan pisau operasi pada
selaput tersebut melalui pembuahan kecil pada vagina, selanjutnya
selaput dikeluarkan dan bekas sayatan diobati.

Gambar 3. Hyment Persisten pada sapi


Gambar 4. Pengeluaran cairan dari uterus

c. Kista Vagina
 Definisi
Dalam Kedokteran Hewan, kista vagina diketahui sebagai
salah satu kegagalan reproduksi umum pada sapi, yang jarang terlihat
pada anjing. Kista vagina adalah pembentukan struktur kistik di dalam
dinding vagina. Kista vagina diklasifikasikan berdasarkan jenis epitel
yang melapisi kista, seperti Mullerian, kista saluran Gartner dan kista
inklusi epitel.

 Etiologi
Kista vagina terjadi di bawah mukosa pada lantai vagina
terdapat serangkaian kista sepanjang saluran wolff tersebut. Ukuran
kista sangat bervariasi dari ukuran kecil, sedang sampai besar yang
berdiameter antara 10 sampai 15 cm, dan berisi cairan atau lendir
sampai lebih dari satu liter. Jumlah kista bisa hanya satu, dapat pula
beberapa kista dengan ukuran yang berbeda. Kista ini dapat
mengganggu pada proses perkawinan alam, yaitu kista ini dapat
menghalangi penetrasi penis di dalam vagina, dapat pula sel sperma
terhalang dalam perjalanannya menuju tempat terjadinya pembuahan.
Demikian juga pada waktu melahirkan, kista ini dapat menghalangi
fetus yang akan lahir.

 Gejala Klinis
Disuria dan dyschezia.

 Diagnosa
Diagnosa yang tepat terhadap torsio uteri dapat dilakukan
dengan pemeriksaan vaginal atau rectal.

 Terapi
Kistektomi Laparotomik dapat diterapkan untuk
menghilangkan kista namun satu penelitian melaporkan bahwa
marsupialisasi lebih disukai untuk menjaga pembuluh darah urin dan
persyarafan intak tetap utuh.

Teknik marsupialisasi. Pasien diposisikan dalam posisi lebah


ventral dengan pelvis menggantung pada ujung meja.Setelahi incisi
pada perineum cranial vestibula yang tertutup dapat terlihat pada
orivisiom urethra external. Kits dipotong dan dihilangka denagn
forcep bagian cranial di incisi dengan scalpel dan cairan mengalir
keluar dri vagina. Cairan dikeluarkan dan incisi di perpanjang untuk
melihat mukosa vagina. Marsupialisasi kemudian dilakukan dengan
menjahit mukosa vagina dan mukosa vestibula yang di incisi.
Gambar 5. Proses Marsupialisasi
DAFTAR PUSTAKA

Afiati, F., Herdis dan Said, S., 2013. Pembibitan Ternak dengan Inseminasi Buatan.
Penerbit Swadaya, Jakarta
Yulianto, P. dan Saparinto, C. 2014. Beternak Sapi Limousin. Penerbit Penebar
Swadaya, Jakarta.
Chethan, S. G, Singh, S, K. 2017. Congenital Anomalies Of The Uterus In Reverine
Bufallo (Bubalus Bibalis) Vol. 36 No. 4. USA
Kumar Prayesh. 2007. Clinical Management Of Persistent Hyment with Mucocervix
and Mucovagina In a Crisbred Heiefr. India
Mas’ud H. H. 2008. Ilmu Kemajiran Ternak. Universitas Airlangga Press. Surabaya
Rached, H, H. 2008. Infestility Associated with Persistent Hymen In a Alpaca and
Wiluna. USA
Soehartojo H. H. 1995. Buku Ajar Ilmu Kemajiran Ternak. Universitas Airlangga
Press. Surabaya
Vet Can J. 2006. Clinical Diagnosis Of Uterine Didelphys In Ayrshire Herfer. Case
Report.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai