Anda di halaman 1dari 9

Pemanfaatan Area Pekarangan Sebagai Lanskap Produktif

di Permukiman Perkotaan
Utilization of Pekarangan as Productive Landscape in Urban Housing Area

Ahmad Sarwadi
.

Staf pengajar Departemen Teknik Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik


Universitas Gajah Mada Yogyakarta
email: sarwadi@ugm.ac.id

Siti Nurul Rofiqo Irwan


Staf pengajar Departemen Budidaya Pertanaian, Fakultas Pertanian
Universitas Gajah Mada Yogyakarta
email: rofiqoirwan@ugm.ac.id

ABSTRACT
Potential of yard area in urban settlements can be developed into an area that supports food
security and also support the creation of a better city micro-climate. At this time, the size and
shape in the yard in urban settlements is very varied, as well as variations in the types of plants.
This research aims to reveal what kind and size of the yard and identifies in relation to the
needs of the plants to grow. In this case, analysis of crop needs to grow is done by looking at
the type of plants and the way of cultivation. This research collecting data by field observations,
measurements, drawing, interviews and taking photographs. The research findings show a
variety of shapes and sizes of yard area, as well as variety of plants and cultivation method.
The research also found that the yard in the urban settlements is a naturally growing yard that
is not developed by design. Based onfindings of research, we provide recommendation to
design development of the yard.

Keyword: utilization of pekarangan, size and shape of pekarangan, variaty of plant, cultivation
method

ABSTRAK
Potensi area pekarangan di permukiman perkotaan dapat dikembangkan menjadi area yang
mendukung katahanan pangan dan sekaligus mendukung terciptanya iklim mikro kota lebih
baik. Pada saat ini ukuran dan bentuk pekarangan di permukiman perkotaan adalah sangat
bervariasi, demikian juga dengan variasi jenis tanamannya. Riset ini bertujuan
menemukanbagaimana bentuk dan ukuran pekarangan yang ada dan mengidentifikasi dalam
kaitannya dengan kebutuhan tanaman untuk tumbuh. Dalam hal ini analisis kebutuhan
tanaman untuk tumbuh dilakukan dengan melihat jenis tanaman dan carapenanamannya.
Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan cara pengamatan langsung di lapangan,
pengukuran, penggambaran, wawancara dan pengambilan fotografi. Temuan riset ini
menunjukan adanya berbagai bentuk dan ukuran area pekarangan, demikian juga variasi
tanaman dan carapenanamannya. Riset ini juga menemukan bahwa pekarangan di
permukiman perkotaan merupakan pekarangan yang tumbuh secara alamiah yang tidak
dikembangkan melalui rancangan.Berdasarkan temuan tersebut riset ini menyajikan
rekomendasi terhadap pengembangan desain pekarangan.

Kata kun ci: pemanfaatan area pekarangan, luas dan bentuk pekarangan, variasi
tanaman,cara penanaman

TERAKREDITASI : 2/E/KPT/2015
ISSN cetak 1410-6094 | ISSN online 2460-6367 
41
Pemanfaatan Area Pekarangansebagai Lanskap Produktif di Permukiman Perkotaan
Sarwadi; Irwan | Tesa Arsitektur Vol.16 | No.1 | 2018 | hal. 40 - 48
 
PENDAHULUAN meningkatkan kesehatan masyarakat,
Pemanfaatan lahan perkotaan untuk mengurangi pengangguran, meningkatkan
pertanian perkotaan (urban agriculture) solidaritas komunitas, mengurangi
menjadi salah satu bentuk aksi untuk kemungkinan konflik sosial.
mendukung tercapainya Ketahanan Permukiman perkotaan mempunyai
Pangan Nasional. Konsep Lanskap ciri kepadatan penduduk yang tinggi dan
Produktif di area perkotaan merupakan adanya ketersediaan ruang terbuka yang
kajian yang mendalami bentuk dan model selama ini banyak digunakan untuk wadah
pertanian perkotaan dengan penataannya, aktifitas sehari-hari termasuk untuk taman
sehingga tidak hanya dapat produktif dalam rumah(Home-garden) pada area
mendukung kesediaan pangan namun juga pekarangan. Dengan kepadatan penduduk
memiliki fungsi lanskap perkotaan, seperti yang tinggi yang membawa konsekuensi
fungsi biodiversitas, keindahan, keamanan, kebutuhan pangan yang juga tinggi
kenyamanan, kesehatan, dan ameliorasi menjadi lebih terjamin ketahanan dan
iklim kota. keamanan pangan apabila sumber pangan
Di wilayah perkotaan pekarangan bisa dijangkau lebih mudah secara
merupakan bagian dari Ruang Terbuka ekonomi dan keruangan. Adanya ruang-
Hijau (RTH) Kota privat. Salah satu ruang terbuka di permukiman perkotaan
fenomena RTH akibat perkembangan baik ruang terbuka hijau dan ruang terbuka
pembangunan yang cepat di Yogyakarta non hijau mempunyai peluang yang besar
adalah menyempitnya lahan pekarangan untuk dikembangkan sebagai lanskap
yang merupakan dari ruang terbuka hijau produktif dalam rangka mendukung
privat sehingga fungsi pekarangan tidak terciptanya ketahanan dan keamanan
lagi optimal. Banyak dijumpai terbatasnya pangan masyarakat perkotaan.
lahan pekarangan, hanya diisi dengan Fungsi dan penggunaaan lanskap
tanaman hias saja. Berbagai fungsi produktif dalam pembangunan lanskap
pekarangan di perkotaan juga perlu perkotaan telahdilakukan kajian di Kota
ditingkatkan tidak hanya sebagai suplai Hunan Cina oleh De-Xin Gan, dkk. (2010).
pangan keluarga namun sebagai suplai Di Inggris, Viljoen (2005) dalam penelitian
oksigen, peneduh, area resapan air hujan tau Continuous Productive Urban
dan estetika. Landscapes (CPULs) yang menjelaskan
Terkait program ketahanan pangan, bahwa konsep CPULs mengintegrasikan
pemanfaatan lahan pekarangan lahan pertanian perkotaan, aktivitas masyarakat
sempit dan terbatas di permukiman perkotaan untuk rekreasi dan memenuhi
perkotaan, diharapkan masih dapat untuk kebutuhan.
menambah kesediaan pangan seperti Tujuan penelitian ini adalah untuk
dengan tanaman buah dan sayuran. melakukan identifikasi
Pertanian di area perkotaan juga dapat terhadappemanfaatan ruang terbuka pada
dirancang dengan konsep pertanian vertikal tapak rumah tinggal yaitu pada area
atau taman vertikal (vertical garden) pekaranganebagai suatu landskap produktif
Diharapkan kegiatan pemanfaatan di permukiman perkotaan. Secara rinci
pekarangan ini menjadikan masyarakat penelitian ini memiliki tujuan untuk
makin dekat keterjangkauannya dengan mengungkap kondisi dasar pekarangan
upaya ketersediaan pangan keluarga. rumah di permukiman perkotaan dalam
Ketahanan pangan di perkotaan konteks pengembangan lanskap produktif.
dapat direalisasikan dengan berbagai
kegiatan pertanian kota. Setyawan, B. & METODE PENELITIAN
Rahmi, D.W (2004) telah menjelaskan dari Sebelum menjabarkan tentang
aspek sosial bahwa pertanian kota komponen metode penelitian yang meliputi
mempunyai banyak keuntungan yaitu bahan dan materi penelitian, alat dan
meningkatkan persediaan pangan, prosedur penelitian disajikan konsep dari
meningkatkan nutrisi kaum miskin kota, pelaksanaan penelitian ini. Penelitian ini

TERAKREDITASI : 2/E/KPT/2015
ISSN cetak 1410-6094 | ISSN online 2460-6367 
42
Pemanfaatan Area Pekarangansebagai Lanskap Produktif di Permukiman Perkotaan
Sarwadi; Irwan | Tesa Arsitektur Vol.16 | No.1 | 2018 | hal. 40 - 48
 
merupakan penelitian dasar untuk Alat Penelitian
memahami kondisi pekarangan dalam Alat yang digunakan untuk penelitian
pengembangan lanskap produktif di area ini adalah kamera digital, roll meter, alat
perkotaan. Sebagai penelitian dasar pengukur panjang digital dan kuesioner.
penelitian ini mengungkap berbagai fakta Alat pendukung pelaksanaan penelitian
kondisi lapangan dari berbagai aspek dasar adalah alat tulis, alat gambar, dan
dari suatu area pekarangan. Pengamatan GPS.Teknikpengumpulan data adalah yaitu
pada penelitian ini pada kajian Arifin HS survey lapangan dengan cara observasi/
(2012) yang mengungkap berbagai aspek pengamatan langsung, wawancara dan
kondisi pekarangan yaitu meliputi luas, pengisian kuesioner serta pengukuran.
keanekaragaman vegetasi, strata tanaman,
dan jenis ketertutupan lahan. Peneliti
menambahkan aspek lainnya seperti cara
penanaman / budidaya tanaman pada
pekarangan. Peneliti memandang bahwa
hal tersebut penting mengingat area
pekarangan di permukiman perkotaan pada
umumnya relatif sempit sehingga cara
menanam menjadi kata kunci penting
dalam mengoptimalkan pemanfaatan lahan
pekarangan.

Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi pada
salah satu permukiman di Kota Yogyakarta
yaitu pada permukiman yang sudah
mengembangkan area pekarangannya
sebagai area lanskap produktif.
Permukiman tersebut adalah Kampung
Pilahan Kelurahan Rejowinangun
Kecamatan Kotagede Kota Yogyakarta.
Gambar 1. Lokasi Penelitian
Kampung Pilahan telah dikembangkan oleh (Sumber: Data Peneliti, 2016)
komunitasnya sebagai Kampung Flory
dengan budidaya berbagai jenis tanaman
HASIL PENELITIAN DAN
sayuran dan tanaman hias. Lokasi
penelitian ini secara administratif adalah RT
PEMBAHASAN
40,RW12 Kelurahan Rejowinangun,
Kecamatan Kotagede Kota Yogyakarta. Variasi Pekarangan Berdasarkan Luas
Berdasarkan hasil survei lapangan
menunjukkan bahwa sebagian besar
Tabel 1.Variasi Pekarangan
Berdasarkan Luas masyarakat memiliki kategori luas
pekarangan sangat sempit, yaitu berkisar
Kategori Ukuran Jum- Persen- antara 0<20 m2. Rumah yang memiliki
No
Luas (m²) lah tase (%) kategori luas pekarangan sangat sempit ini
Sangat
mencapai lebih dari setengah dari total
1 0-< 20 21 55.26 keseluruhan responden, yaitu sejumlah
Sempit
2 Sempit 20-50 11 28.95 55.26%.
3 Sedang 50-100 2 5.26
Fungsi Pekarangan Berdasarkan Luas
4 Besar 100-200 1 2.63 Berdasarkan hasil pengamatan, maka
Sangat diperoleh data fungsi pekarangan yang
5 > 200 3 7.89
Besar
kategorinya berdasarkan pada luas
Jumlah 38 100.0 0 pekarangan, ditunjukkan melalui tabel
(Sumber: Data Lapangan, 2016) berikut:

TERAKREDITASI : 2/E/KPT/2015
ISSN cetak 1410-6094 | ISSN online 2460-6367 
43
Pemanfaatan Area Pekarangansebagai Lanskap Produktif di Permukiman Perkotaan
Sarwadi; Irwan | Tesa Arsitektur Vol.16 | No.1 | 2018 | hal. 40 - 48
 
Tabel 2. Fungsi Pekarangan ini yang digunakan sebagai area hijau dan
Berdasarkan Luas tempat jemuran.
Sedangkan pekarangan di semua
Kategori Ukuran Fungsi kategori luas digunakan sebagai tempat
No jemuran. Hal ini dapat dipahamikarena pola
Luas (m²) Pekarangan
perilaku masyarakat yang masih mencuci
area hujau, sendiri pakaiannya, tanpa menggunakan
Sangat wirausaha,
1 0-< 20 jasa cuci setrika dan membutuhkan area
Sempit carport, tempat
jemuran, utilitas untuk menjemur pakaian.
area hijau, Selain itu pada kategori luas
2 Sempit 20-50
tempat jemuran, pekarangan sangat sempit (1) dan sempit
carport, (2), terdapat fungsi pekarangan sebagai
wirausaha
tempat wirausaha. Sedangkan pada
area hijau, pekarangan yang minimal memiliki kategori
3 Sedang 50-100
tempat jemuran
luas sedang (3), yaitu berukuran di atas 50
area hijau, m2, tidak terdapat fungsi wirausaha.
carport, tempat
4 Besar 100-200
jemuran,
kandang
Fungsi Tanaman Berdasarkan Luas
Secara umum, pekarangan pada
area hijau,
carport, tempat setiap kategori luas paling banyak ditanami
Sangat dengan tanaman produktif, yakni sejumlah
5 > 200 jemuran, utilitas,
Besar
kandang, gudang 73.68% atau dapat diartikan bahwa 28
kayu rumah menanam tanaman produktif dari
(Sumber:Hasil Survey,2016) total responden sejumlah 38. Tanaman
produktif yang ditanam berupa tanaman
Jika dilihat fungsi dari masing masing sayur, buah, ataupun tanaman herbal. Hal
pekarangan, terdapat beberapa fungsi yang ini sejalan dengan program kelurahan
tipikal yang ada di dalam setiap kategori, setempat yang menginisiasikan kampung
yaitu fungsi pekarangan pada permukiman ini sebagai kampung agro yang produktif.

Tabel 3. Fungsi Tanaman Berdasarkan Luas

Kategori Ukuran Jum- Fungsi tanaman Persentase (%)


No
Luas (m²) lah Hias Produktif Peneduh Hias Produktif Peneduh
Sangat
1 0-< 20 21 13 11 5 61.90 52.38 23.81
Sempit
2 Sempit 20-50 11 8 11 9 72.73 100.00 81.82
3 Sedang 50-100 2 2 2 2 100.00 100.00 100.00
4 Besar 100-200 1 0 1 0 0.00 100.00 0.00
Sangat
5 > 200 3 2 3 2 66.67 100.00 66.67
Besar
Jumlah 3 8 25 28 18 65.79 73.68 47.37

(Sumber: Hasil Survey, 2016)

Variasi Kom posisi Tanaman d alam sedangkan pohon dapat berfungsi sebagai
Pekarangan peneduh. Sedangkan dari pekarangan yang
Komposisi jenis tanaman yang di survei tidak ada satupun lahan yang
bervariasi, yaitu semak, perdu, dan pohon ditutup dengan rumput. Berdasarkanhasil
memiliki persentase yang paling tinggi, pengamatan lapangan, mayoritas
yaitu sebanyak 39.47%. Fungsi tanaman masyarakat membiarkan begitu saja
jenis semak dan perdu dimanfaatkan lahannya berupa tanah, atau ditutup
sebagai penghias atau untuk dikonsumsi, dengan menggunakancon-block.

TERAKREDITASI : 2/E/KPT/2015
ISSN cetak 1410-6094 | ISSN online 2460-6367 
44
Pemanfaatan Area Pekarangansebagai Lanskap Produktif di Permukiman Perkotaan
Sarwadi; Irwan | Tesa Arsitektur Vol.16 | No.1 | 2018 | hal. 40 - 48
 
Variasi Harap an Pen ghuni tentang
Tabel 4. Variasi Komposisi Tanaman dalam
Pekarangan Tanaman Pekarangan
Berdasarkan hasil survey terhadap
Kategori Jum- Persen- jenis tanaman yang diharapkan untuk
No
Komposisi lah tase (%) ditanam, diperoleh tanaman sayur memiliki
1 Tidak ada tanaman 5 13.16 peminat yang paling tinggi, yaitu mencapai
angka persentase 33.68%. Setelah sayur,
2 Penutup Lahan 0 0.00 menyusul tanaman produktif lainnya yang
diharapkan masyarakat, yaitu tanaman
3 Semak 1 2.63 buah. Masyarakat cenderung mempunyai
4 Perdu 6 15.79
intensi terhadap tanaman produktif yang
dapat dimanfaatkan secara langsung untuk
5 Semak + Perdu 9 23.68 dikonsumsi.
6 Semak + Pohon 1 2.63 Tabel 6. Variasi Harapan Penghuni tentang
Tanaman Pekarangan
7 Perdu + Pohon 1 2.63
No. Jenis Jumlah Persen-
Semak + Perdu + Tanaman tase (%)
8 15 39.47
Pohon 1 Tanaman 15 15.79
Jumlah 3 8 100.00 Hias
2 Tanaman 13 13.68
(Sumber:Hasil Survei, 2017) Obat
3 Sayuran 32 33.68
Variasi Perencanaan Pekarangan 4 Tanaman 22 23.16
Dari hampir separuh dari responden Buah
yang ada, sejumlah 47.37% merencanakan 5 Tanaman 12 12.63
pekarangan mereka sambil berjalan, baik rempah /
itu dalam hal bentuk pekarangan ataupun empon-
jenis vegetasi yang akan ditanam. empon
Sehinggadapat dikatakan bahwa area 6 Penghasil 1 1.05
pekarangan pada permukiman ini Pati
*) Jumlah Responden: 38
merupakan pekarangan yang berkembang *) Jawaban diperkenankan lebih dari satu
secara organik, alamiah sesuai dengan
(Sumber: Hasil Survey, 2016)
intensi pemilik untuk mengembangkannya.
Jenis Tan aman Berdasarkan Lebar
Tabel 5. Variasi Perencanaan Pekarangan Terkecil Pekarangan
Secara umum setiap pekarangan
Kategori Persen-
No Jumlah memiliki jenis tanaman yang sama, yaitu
Perencanaan tase
pohon, tanaman, hias, dan tanaman
Tanpa
1 12 31.58 produktif. Di lapangan ditemukan bahwa
Perencanaan
tidak ada jenis pohon yang ditanam pada
Direncanakan/ lebar 1.5 meter kebawah dengan kata lain
2 dikembangkan 18 47.37
Sambil Jalan
pohon hanya mulai ditanam pada lebar
Ada
pekarangan 1.5 meter ke atas.Hal
3 Perencanaan di 7 18.42 demikian terjadi untuk mencapai
Awal ketersediaan cahaya dan keperluan ruang
4
Akan
1 2.63 untuk tumbuh dari pohon.
Direncanakan
Jumlah 38 1 00.00

(Sumber: Hasil Survey, 2016)

TERAKREDITASI : 2/E/KPT/2015
ISSN cetak 1410-6094 | ISSN online 2460-6367 
45
Pemanfaatan Area Pekarangansebagai Lanskap Produktif di Permukiman Perkotaan
Sarwadi; Irwan | Tesa Arsitektur Vol.16 | No.1 | 2018 | hal. 40 - 48
 
Tabel 7. Jenis Tanaman Berdasarkan Lebar Tabel 8. Cara Tanam Berdasarkan Lebar
Terkecil Pekarangan Terkecil Pekarangan

Lebar Luas Lebar Luas


Jum-
Terkecil dari Peka- Jumlah Jenis terkecil dari Peka-
lah Cara Tanam
Pekarangan rangan Rumah Tanaman pekarangan rangan
Rumah
(m) (m²) (m) (m²)

Tanaman pot (diletakkan


hias, ditanah, diatas
<1 0-10 12 pagar, atap
tanaman
produktif <1 0-10 12 dak, tepi teras,
lorong),
Pohon, merambat di
tanaman lorong
1-<2 8-800 14 hias,
pot (diletakkan
tanaman ditanah, diatas
produktif pagar),
1-<2 8-800 14
Pohon, merambat,
tanam
tanaman
langsung
2-<3 6-216 8 hias,
tanaman pot (diletakkan
produktif ditanah, diatas
2-<3 6-216 8
Pohon, pagar), tanam
langsung
tanaman
3-<4 12-1100 4 hias,
pot (diletakkan
tanaman ditanah, diatas
produktif pagar, disusun
3-<4 12-1100 4
vertikal),
Total 38 tanam
langsung
*) Jumlah Responden 38
*) Pohon mulai ditanam pada Total 38
lebar pekarangan 1,5 m keatas

(Sumber: Hasil Survey, 2016) (Sumber: Hasil Survey, 2016)

Cara Tanam Berdas arkan Lebar Terkecil Fungsi P ekarangan Berdasarka n Lebar
Pekarangan Terkecil Pekarangan
Berdasarkan cara tanam pada lebar Fungsi pekarangan disetiap kategori
terkecil pekarangan, ditemukan bahwa cara lebar memiliki fungsi area hijau, sedangkan
tanam dan letak tanaman pada lebar untuk fungsi carport dan tempat wirausaha
terkecil <1m memiliki variasi yang paling mulai terdapat pada lebar pekarangan 2-<3.
banyak. Ditemukan terdapat 2 (dua) jenis Dapat diartikan bahwa lebar terkecil dapat
caratanam dan 6 tempat peletakkan dijadikan area hijau, namun hanya perlu
tanaman yang berbeda, walaupun belum ditentukan jenis vegetasi yang sesuai agar
ada cara tanam dengan metode vegetasi dapat tumbuh dengan kondisi
vertikal.Cara tanam vertikal hanya yang baik.
ditemukan di lebar pekarangan terkecil 3-
<4 m. Dapat dilihat bahwa semakin kecil
pekarangan, tidak membuat masyarakat
enggan untuk menanam tanaman, namun
mendorong mereka untuk menemukan
tempat lain untuk meletakkan tanaman,
walaupun itu harus di ruang publik (lorong).

TERAKREDITASI : 2/E/KPT/2015
ISSN cetak 1410-6094 | ISSN online 2460-6367 
46
Pemanfaatan Area Pekarangansebagai Lanskap Produktif di Permukiman Perkotaan
Sarwadi; Irwan | Tesa Arsitektur Vol.16 | No.1 | 2018 | hal. 40 - 48
 
Tabel 9. Fungsi Pekarangan Berdasarkan Lebar area hijau,
Terkecil Pekarangan tempat
jemuran,
Lebar 2-<3 6-216 8 carport,
Luas
terkecil Jum- sirkulasi,
Peka- Fungsi
dari lah tempat
rangan Pekarangan
pekara- Rumah wirausaha
(m²)
ngan (m)
12- area hijau,
3-<4 4
1100 carport
<1 0-10 12 area hijau
Total 38
(Sumber: Hasil Survey, 2016)
area hijau,
tempat
1-<2 8-800 14 jemuran,
utilitas, Tipologi Bentuk Pekarangan
sirkulasi Selanjutnya, tipologi bentuk
pekarangan dijabarkan ke dalam 4 (empat)
jenis tipologi, yang ditunjukkan dalam tabel
berikut:

Tabel 10. Tipologi Bentuk Pekarangan

Denah

Tidak Pada salah satu sisi Berbentuk


Berbentuk L
berpekarangan lahan majemuk
Pada satu lahan
Pekarangan terdapat Pekarangan
terdapat lebih dari
pada salah satu sisi melingkupi
satu pekarangan,
lahan, umumnya memiliki bangunan pada
atau dengan kata
Keterangan - bentuk persegi panjang, dua sisi lahan,
lain pekarangan
namu ada juga yang sehingga
terpisahkan oleh
mengikuti bentuk lahan menyerupai
suatu bangunan
yang tidak simetris. bentuk L.
permanen.
Kisaran luas
terkecil- - 6-50m 10-216m 23-1100m
terbesar
Lebar terkecil-
- 1-3m 0,75-2,75m 1-3m
terbesar
Jumlah 11 9 12 6
(Sumber: Hasil Survey, 2016)

Berdasarkan survei yang telah luas lahan yang sangat sempit dan sempit
dilakukan, ditemukan bahwa terdapat (6m2-<50 m2) yaitu bentuk pekarangan
beberapa macam tipologi bentuk pada salah satu sisi lahan saja.Sedangkan
pekarangan yang dapat dikelompokkan untuk rumah dengan luas lahan (10–
menjadi tiga bentuk, yaitu pekarangan pada 216m2) cenderung memiliki pekarangan
salah satu sisi lahan, bentuk L, dan bentuk yang berbentuk L, atau pekarangan
majemuk. Kecenderungan rumah dengan terdapat pada dua sisi lahan. Luas lahan
terbesar yang terdiri dari rumah dari luasan

TERAKREDITASI : 2/E/KPT/2015
ISSN cetak 1410-6094 | ISSN online 2460-6367 
47
Pemanfaatan Area Pekarangansebagai Lanskap Produktif di Permukiman Perkotaan
Sarwadi; Irwan | Tesa Arsitektur Vol.16 | No.1 | 2018 | hal. 40 - 48
 
lahan 23-1100 m2 cenderung memiliki 6. Ditemukan bahwa tidak ada jenis
bentuk pekarangan yang majemuk atau pohon yang ditanam pada lebar 1.5 m
lebih dari satu pekarangan.Dari seluruh kebawah dengan kata lain pohon
tipologi bentuk pekarangan ini juga hanya mulai ditanam pada lebar
ditemukan bahwa lebar terkecil pekarangan pekarangan 1.5 m ke atas.
yaitu 0.75 m yang lebar terbesar yaitu 3 m. 7. Dalam hal cara tanam ditemukan
bahwa cara tanam pada lebar terkecil
Berkaitan dengan tipologi ini ke
pekarangan<1m memiliki variasi yang
depan perlu dikaji tentang hubungan antara
paling banyak. Ditemukan bahwa
posisi pekarangan di bagian depan, di
semakin kecil pekarangan, tidak
samping atau di bagian belakang rumah
membuat masyarakat enggan untuk
dengan fungsi pekarangan tersebut.
menanam tanaman, namun
Sebagai pembanding riset yang dilakukan
mendorong mereka untuk menemukan
di Australia menunjukan bahwa sebagian
tempat tertentu untuk menanam seperti
besar dari taman rumah (home gardens) di
di atas pagar dengan pot atau dengan
10 suburbs di Hobart memiliki struktur dan
menanam tanaman merambat.
langgam (style) yang berbeda antara taman
8. Terdapat 3 (tiga) tipologi bentuk
rumah yang berada di bagaian depan
pekarangan yaitu 1) rumah dengan
dengan taman rumah dibagian belakang.
luas lahan yang sangat sempit dan
Taman-taman untuk pemenuhan makanan
sempit (6m2-<50 m2) mempunyai
dan tempat hewan pelihaaraan ada di
bentuk pekarangan pada salah satu
taman belakang sementara tanaman yang
sisi lahan saja. Sedangkan untuk
indah/ ornamental ada di taman bagian
rumah dengan luas lahan (10-216m2)
depan (G.D. Daniels, J.B. Kirkpatrick, 2006).
cenderung memiliki pekarangan yang
berbentuk L, atau pekarangan terdapat
TEMUAN
pada dua sisi lahan. Rumah dengan
Dari berbagai data dan informasi
luasan lahan 23-1100 m2 memiliki
diatas dapat dijabarkan temuan sebagai
bentuk pekarangan yang majemuk
berikut:
atau lebih dari satu bentuk
1. Sebagian besar area pekarangan tidak
pekarangan. Dari seluruh tipologi
direncanakan dari awal tetapi
bentuk pekarangan ini juga ditemukan
direncanakan bersamaan dengan
bahwa lebar terkecil pekarangan yaitu
ketika penghuni ingin melakukan
0.75 m yang lebar terbesar yaitu 3 m.
pengembangan, peneliti menyebut hal
ini taman yang tumbuh secara organik,
REKOMENDASI
alamiah.
Dari beberapa temuan di atas, dapat
2. Lebih dari setengah dari total
dirumuskan beberapa rekomendasi untuk
keseluruhan jumlah pekarangan
pengembangan, diantaranya:
(55.26%) merupakan pekarangan
dengan kategori sangat sengat sempit
1. Pengembangan area pekarangan pada
<20m2.
permukiman perkotaan terutama pada
3. Hampir semua pekarangan berfungsi
area pekarangan dengan lahan sempit
sebagai area hijau dan tempat
dapat diorientasikan untuk penanaman
jemuran,
tanaman produktif. Fungsi lain yang
4. Sebagian besar (73.68%) dari
sering ada dalam area pekarangan yaitu
pekarangan digunakan untuk budidaya
tempat jemuran pakaian menjadi hal
yaitu tanaman sayur, buah, ataupun
penting untuk dipikirkan penyelesaian
tanaman herbal.
desainnya yang harmonis antara fungsi
5. Jenis tanaman yang diharapkan untuk
area hijau pekarangan dan fungsi untuk
ditanam, diperoleh tanaman sayur
menjemur pakaian sehari - hari.
memiliki peminat yang paling tinggi,
2. Pengembangan desain untuk area
yaitu mencapai 33.68%. Setelah sayur
pekarangan lahan sempit perlu terus
menyusul tanaman produktif lainnya
dilakukan seperti dengan taman vertikal
yang diharapkan masyarakat, yaitu
mengingat ditemukan area pekarangan
tanaman buah.
TERAKREDITASI : 2/E/KPT/2015
ISSN cetak 1410-6094 | ISSN online 2460-6367 
48
Pemanfaatan Area Pekarangansebagai Lanskap Produktif di Permukiman Perkotaan
Sarwadi; Irwan | Tesa Arsitektur Vol.16 | No.1 | 2018 | hal. 40 - 48
 
dengan lahan yang relatif sempit dengan DAFTAR PUSTAKA
lebar <1m2.
3. Penanaman pohon pada area Arifin, H. S. 2012. Manajemen Lanskap
pekarangan dapat dilakukan untuk Pekarangan Bagi Ketahanan Pangan
pekarangan dengan lebar minimal 1,5m. Keluarga.Pangan Rakyat: Soal Hidup
4. Mempertimbangkan bahwa penghuni atau Mati 60 Tahun Kemudian.
rumah tidak membuat perencanaan area PERHEPI.
pekarangan di awal pengembangan dan
cenderung melakukan pengembangan Bohn K., Viljoen A., 2002. TheEdible City:
sesuai kebutuhan ketika akan Envisioningthe Continuous.
melakukan pengembangan maka akan Productive UrbanLandscape
memberi manfaat adanya desain (CPUL),http://www.field-journal.com
pekarangan rumah yang merupakan GanDe-xin,Luo Jun, Chen Qiong-
desain taman tumbuh yang dilengkapi lin,LongYue-lin, 2010.
tahapan pengembangannnya yang ini FunctionandUtilization ofProductive
dapat menjadi panduan penghuni rumah Landscape inUrbanLandscape
dalam mengembangkan taman pada Development, Journal of
area pekarangannya dan atau HumanAgriculturalUniversity(NaturalS
penyusunan kaidah-kaidah cience), Issue S2; 1007-1032.
pengembangan taman pekarangan.
Daniels,G.D., Kirkpatrick, J.B., 2006,
UCAPAN TERIMA KASIH Comparing the Characteristics of
Peneliti mengucapkan terimakasih Front and Back Domestic Gardens in
kepada KemenRistek-Dikti RI yang telah Hobart, Tasmania, Australia,
menyediakan hibah penelitian PUPT via Landscape and Urban Planning 78
LPPM UGM pada tahun 2015-2016 (2006); 344–352
sehingga penelitian ini dapat terlaksana. Setyawan,
Peneliti juga mengucapkan terimakasih B..,Rahmi,D.W,2004.KetahananPang
kepada Dekan FT UGM dan Ketua an,LapanganKerjadanKeberlanjutanK
Departemen Teknik Arsitektur dan ota:StudiPertanianKotadiEnamKotaIn
Perencanaan FT UGM yang memfasilitasi donesia.Warta Penelitian, Edisi
penggunaan ruang dan peralatanyang Khusus; 34 -
diperlukan. Tidak ketinggalan peneliti 42,PusatStudiLingkunganHidup.
mengucapkan terimakasih kepada Lurah Yogyakarta:UniversitasGadjahMada.
Kelurahan Rejowinangun dan Masyarakat
RT 40 RW 12 Kampung Pilahan, Kelurahan
Rejowinangun, Kecamatan Kotagede, Kota
Yogyakarta atas bantuan dan dukungannya.

TERAKREDITASI : 2/E/KPT/2015
ISSN cetak 1410-6094 | ISSN online 2460-6367 

Anda mungkin juga menyukai