Anda di halaman 1dari 11

Tugas : Instrumentasi Dalam Geofisika

JEMBATAN WHEATSTONE DAN RANGKAIAN POTENSIOMETER

RAZZAK RAFFIU LANATA


F1H1 14 011

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PERGURUAN TINGGI


UNIVERSITAS HALU OLEO
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA
2016
1. Jembatan Wheatstone
1.1. Pengertian

Pengertian dari jembatan


Wheatstone itu sendiri
memiliki banyak pengertian.

Berdasarkan referensi
penulis memaparkan beberapa
pengertian tentang hal ini.

Jembatan Wheatstone
dipergunakan untuk
memperoleh ketelitian dalam
melaksanakan pengukuran
terhadap suatu tahanan yang nilainya relative kecil sekali umpamanya saja suatu
kebocoran dari kabel tanah/ kortsluiting dan sebagainya. Rangkaian ini dibentuk
oleh empat buah tahanan (R) yag merupakan segiempat A-B-C-D dalam hal mana
rangkaian ini dihubungkan dengan sumber tegangan dan sebuah galvanometer nol
(0). Kalau tahanan-tahanan itu diatur sedemikian rupa sehingga galvanometer itu
tidak akan mengadakan suatu hubungan antara keempat tahanan tersebut.
(Suryatmo, 1986 dalam Nurhidayat, 2014).

Jembatan Wheatstone merupakan suatu susunan rangkaian listrik untuk


mengukur suatu tahanan yang tidak diketahui harganya (besarannya). Kegunaan
dari Jembatan Wheatstone adalah untuk mengukur nilai suatu hambatan dengan
cara arus yang mengalir pada galvanometer sama dengan nol (karena potensial
ujung-ujungnya sama besar). Sehingga dapat dirumuskan dengan perkalian silang.
Cara kerjanya adalah sirkuit listrik dalam empat tahanan dan sumber tegangan
yang dihubungkan melalui dua titik diagonal dan pada kedua diagonal yang lain
dimana galvanometer ditempalkan seperti yang diperlihatkan pada jembatan
wheatstone. (Pratama, 2010 dalam Nurhidayat, 2014).
Jembatan Wheatstone adalah alat ukur yang ditemukan oleh Samuel Hunter
Christie pada 1833 dan meningkat kemudian dipopulerkan oleh Sir Charles
Wheatstone pada tahun 1843. Ini digunakan untuk mengukur suatu yang tidak
diketahui hambatan listrik dengan menyeimbangkan dua kali dari rangkaian
jembatan, satu kaki yang mencakup komponen diketahui kerjanya mirip dengan
aslinya potensiometer

Jembatan Wheatstone adalah suatu alat pengukur, alat ini dipergunakan untuk
memperoleh ketelitian dalam melaksanakan pengukuran terhadap suatu tahanan
yang nilainya relatif kecil sekali umpamanya saja suatu kebocoran dari kabel
tanah/ kartsluiting dan sebagainya. (Suryatmo, 1974 dalam Nurhidayat, 2014).

Jembatan Wheatstone adalah alat yang paling umum digunakan untuk


pengukuran tahanan yang teliti dalam daerah 1 sampai 100.000 Ω. Jembatan
Wheatstone terdiri dari tahanan R1, R2, R3, dimana tahanan tersebut merupakan
tahanan yang diketahui nilainya dengan teliti dan dapat diatur. Jika konduktor
pengalir arus ditempatkan dalam medan magnet dihasilkan gaya pada konduktor
yang cenderung menggerakkan konduktor itu dalam arah tegak lurus medan.
Prinsip ini digunakan dalam instrument pendeteksi arus. Instrument pendeteksi
arus yang peka disebut galvanometer. (Lister, 1993 dalam Nurhidayat, 2014).

Sehingga, dari kesimpulan diatas dapat di tuliskan bahwa jembatan


wheatstone adalah suatu rangkaian dalam hal ini rangkaian listrik yang digunakan
untuk mengukur suatu hambatan yang tidak diketahui dengan cara arus listrik
yang mengalir pada galvanometer sama dengan nol. Berdasarkan referensi yang
ada, hal tersebut disebabkan karena potensial ujung-ujungnya sama besar.

Jembatan wheatstone sangat berhubungan erat dengan galvanometer. Oleh


karena itu, penulis juga memaparkan tentang galvanometer.

Galvanometer merupakan instrument sangat peka dan dapat mengukur arus


yang sangat lemah. Galvanometer terdiri atas sebuah komponen kecil berlilitan
banyak yang ditempatkan dalam sebuah medan magnet begitu rupa sehingga
garis-garis medan akan menimbulkan kopel pada kumparan apabila melalui
kumparan ini ada arus. (Flink, 1985 dalam Nurhidayat, 2014)

Di dalam teori pengukuran listrik yang dimaksudkan dengan pengukuran


Galvano yaitu suatu instrument yang dipergunakan untuk memperlihatkan arus
yang lemah. Untuk menyatakan dengan jelas kadang-kadang dipisahkan juga
untuk instrument-instrumen yang peka (sensitif), yang banyak dipakai di
laboratorium dan terutama sistem jembatan yang banyak kita jumpai. (Suryatmo,
1974 dalam Nurhidayat, 2014).

Galvanometer adalah alat yang dipergunakan untuk deteksi dan pengukuran


arus. Kebanyakan alat itu kerjanya tergantung pada momen yang dilakukan pada
kumparan di dalam medan magnet(Pratama, 2010 dalam Nurhidayat, 2014).

Berdasarkan pengertian diatas, dapat di tuliskan bahwa galvanometer adalah


alat untuk mendeteksi dan mengukur arus listrik dimana nilainya yang lemah pun
dapat di deteksi dan di ukur menggunakan alat ini.

1.2. Hukum Dasar


 Hukum Ohm

Hukum Ohm menyatakan “Jika suatu arus listrik melalui suatu penghantar,
maka kekuatan arus tersebut adalah sebanding-larus dengan tegangan listrik yang
terdapat diantara kedua ujung penghantar tadi”.
Hukum ini dicetuskan oleh Georg Simon Ohm, seorang fisikawan
dari Jerman pada tahun 1825 dan dipublikasikan pada sebuah paper yang
berjudul The Galvanic Circuit Investigated Mathematically pada tahun 1827.
Hukum Ohm menyatakan :

1. Tegangan dinyatakan dengan nilai volt, disimbolkan E dan V.


2. Arus dinyatakan dengan Ampere, disimbolkan I
3. Hambatan dinyatakan dengan Ohm, disimbolkan R
Jika luas penampang A yang diperhatikan cukup kecil dan tegak lurus kearah J
(misalnya panjang konduktor besar sekali dibanding dengan luas penampangnya),
maka J dapat dianggap sama pada seluruh bagian penampang hingga I = J . A
maka untuk beda potensial berlaku ΔV = ∫E . dl dan juga integrasi diambil
sepanjang suatu garis gaya ΔV = ∫E . dl
Terlihat bahwa faktor yang berupa integrasi hanya tergantung dari
konduktornya dan merupakan sifat khusus konduktornya dan biasa disebut
sebagai tahanan (R) atau resistansinya. Dapat dituliskan V = I .
Secara matematis, hukum Ohm ini dituliskan
V = I.R atau I=V/R

Dimana:
I = arus listrik yang mengalir pada suatu penghantar (Ampere)
V = tegangan listrik yang terdapat pada kedua ujung penghantar (Volt)
R = hambatan listrik yang terdapat pada suatu penghantar (Ohm)
 Hukum Kirchoff I

Dipertengahan abad 19, Gustav Robert Kichoff (1824-1887) menemukan cara


untuk menentukan arus listrik pada rangkaian bercabang yang kemudian dikenal
dengan hukum Kirchoff. Hukum Kirchoff berbunyi “Jumlah kuat arus yang
masuk dalam titik percabangan sama dengan jumlah kuat arus yang keluar dari
titik percabangan.”

Jumlah I masuk = I keluar


 Hukum Kirchoff II

Hukum Kirchoff II berbunyi, “Dalam rangkaian tertutup, jumlah aljabar GGL


(E) dan jumlah penurunan potensial sama dengan nol.”

Maksud dari jumlah penurunan potensial sama dengan nol adalah tidak
adanya energi listrik yang hilang dalam rangkaian tersebut atau dalam arti semua
energi bisa digunakan atau diserap.
1.3. Prinsip Kerja

Jembatan Wheatstone adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur suatu
yang tidak diketahui hambatan listrik dengan menyeimbangkan dua kali dari
rangkaian jembatan, satu kaki yang mencakup komponen diketahui kerjanya mirip
dengan aslinya potensiometer. Jembatan Wheatstone adalah suatu proses
menentukan nilai hambatan listrik yang presisi/tepat menggunakan rangkaian
Jembatan Wheatstone dan melakukan perbandingan antara besar hambatan yang
telah diketahui dengan besar hambatan yang belum diketahui yang tentunya dalam
keadaan Jembatan disebut seimbang yaitu Galvanometer menunjukkan pada
angka nol. Rangkaian Jembatan Wheatstone tersebut memiliki susunan dari 4
buah hambatan yang mana 2 dari hambatan tersebut adalah hambatan variable dan
hambatan yang belum diketahui besarnya yang disusun secara seri satu sama lain
dan pada 2 titik diagonalnya dipasang sebuah Galvanometer dan pada 2 titik
diagonal lainnya diberikan sumber tegangan. Galvanometer adalah alat yang
digunakan untuk mendeteksi dan pengukuran arus. Kebanyakan alat ini kerjanya
tergantung pada momen yang berlaku pada kumparan di dalam magnet.

R1, R2, dan R3 merupakan hambatan yang sudah diketahui, sedangkan R4


adalah hambatan yang akan dicari besarnya. Dengan mengatur sedemikian rupa
besar hambatan variable sehingga arus yang mengalir pada Galvanometer sama
dengan nol, dalam keadaan ini jembatan tersebut disebut seimbang sehingga
sesuai dengan hukum Ohm. Rangkaian Jembatan Wheatstone juga dapat
disederhanakan dengan menggunakan kawat geser apabila besarnya hambatan
bergantung pada panjang penghantar.

Hasil kali antara hambatan hambatan berhadapan yang satu akan sama
dengan hasil kai hambatan hambatan berhadapan lainnya jika beda potensial
antara c dan d bernilai nol. Persamaan R1 . R3 = R2 . R4 dapat diturunkan dengan
menerapkan Hukum Kirchoff dalam rangkaian tersebut. Hambatan listrik suatu
penghantar merupakan karakteristik dari suatu bahan penghantar tersebut yang
mana adalah kemampuan dari penghantar itu untuk mengalirkan arus listrik, yang
secara matematis dapat dituliskan:

R = p. (L/A)

Dimana:
R : Hambatan listrik suatu penghantar (Ω)
ρ : Resitivitas atau hambatan jenis (Ω. m)
L : Panjang penghantar (m)
A : Luas penghantar ( m²)

1.4. Aplikasi

Salah satunya adalah dalam percobaan mengukur regangan pada benda uji
berupa beton atau baja. Dalam percobaan kita gunakan strain gauge, yaitu
semacam pita yang terdiri dari rangkaian listrik untuk mengukur dilatasi benda uji
berdasarkan perubahan hambatan penghantar di dalam strain gauge. Strain gauge
ini direkatkan kuat pada benda uji sehingga deformasi pada benda uji akan sama
dengan deformasi pada strain gauge. Seperti kita ketahui, jika suatu material
ditarik atau ditekan, maka terjadi perubahan dimensi dari material tersebut sesuai
dengan sifat2 elastisitas benda. Perubahan dimensi pada penghantar akan
menyebabkan perubahan hambatan listrik, ingat persamaan R = ρ.L/A. Perubahan
hambatan ini sedemikian kecilnya, sehingga untuk mendapatkan hasil eksaknya
harus dimasukkan kedalam rangkaian jembatan Wheatstone. Rangkaian listrik
beserta jembatan Wheatstonenya sudah ada di dalam strain gauge.

1.5. Manfaat

Perancangan dan pembuatan perhitungan ikan secara otomatis diciptakan


alat-alat yang bertujuan untuk mempermudah tugas manusia dalam pekerjaan
sehari-hari. Dalam bidang perikanan perlu diciptakan suatu alat yang dapat
menmggantikan tugas manusia untuk menghitung jumlah ikan-ikan saat beri
makan ikan-ikan, akan menjaga jumlah ikan-ikan dalam jumlah banyak sehingga
tugas manusia dapat digantikan oleh alat ini juga dapat mempercepat proses
perhitungan ikan otomatis ini dapat dihitung jumlah ikan dalam jumlah banyak,
dalam waktu yang relatif cepat.

2. Rangkaian Potensiometer
2.1. Pengertian

Potensiometer (POT) adalah salah satu jenis Resistor yang Nilai


Resistansinya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan Rangkaian Elektronika
ataupun kebutuhan pemakainya. Potensiometer merupakan Keluarga Resistor
yang tergolong dalam Kategori Variable Resistor. Secara struktur, Potensiometer
terdiri dari 3 kaki Terminal dengan sebuah shaft atau tuas yang berfungsi sebagai
pengaturnya. Gambar dibawah ini menunjukan Struktur Internal Potensiometer
beserta bentuk dan Simbolnya.
2.2. Jenis

Berdasarkan bentuknya, Potensiometer dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu :

 Potensiometer Slider, yaitu Potensiometer yang nilai resistansinya dapat


diatur dengan cara menggeserkan Wiper-nya dari kiri ke kanan atau dari
bawah ke atas sesuai dengan pemasangannya. Biasanya menggunakan Ibu
Jari untuk menggeser wiper-nya.
 Potensiometer Rotary, yaitu Potensiometer yang nilai resistansinya dapat
diatur dengan cara memutarkan Wiper-nya sepanjang lintasan yang
melingkar. Biasanya menggunakan Ibu Jari untuk memutar wiper tersebut.
Oleh karena itu, Potensiometer Rotary sering disebut juga dengan
Thumbwheel Potentiometer.
 Potensiometer Trimmer, yaitu Potensiometer yang bentuknya kecil dan
harus menggunakan alat khusus seperti Obeng (screwdriver) untuk
memutarnya. Potensiometer Trimmer ini biasanya dipasangkan di PCB dan
jarang dilakukan pengaturannya.

Berdasarkan Track (jalur) elemen resistif-nya, Potensiometer dapat digolongkan


menjadi 2 jenis yaitu Potensiometer Linear (Linear Potentiometer) dan
Potensiometer Logaritmik (Logarithmic Potentiometer).

2.3. Cara Kerja

Sebuah Potensiometer (POT) terdiri dari sebuah elemen resistif yang


membentuk jalur (track) dengan terminal di kedua ujungnya. Sedangkan terminal
lainnya (biasanya berada di tengah) adalah Penyapu (Wiper) yang dipergunakan
untuk menentukan pergerakan pada jalur elemen resistif (Resistive). Pergerakan
Penyapu (Wiper) pada Jalur Elemen Resistif inilah yang mengatur naik-turunnya
Nilai Resistansi sebuah Potensiometer.

Elemen Resistif pada Potensiometer umumnya terbuat dari bahan campuran


Metal (logam) dan Keramik ataupun Bahan Karbon (Carbon).

2.4. Aplikasi

Dengan kemampuan yang dapat mengubah resistansi atau hambatan,


Potensiometer sering digunakan dalam rangkaian atau peralatan Elektronika
dengan fungsi-fungsi sebagai berikut :

 Sebagai pengatur Volume pada berbagai peralatan Audio/Video seperti


Amplifier, Tape Mobil, DVD Player.
 Sebagai Pengatur Tegangan pada Rangkaian Power Supply
 Sebagai Pembagi Tegangan
 Aplikasi Switch TRIAC
 Digunakan sebagai Joystick pada Tranduser
 Sebagai Pengendali Level Sinyal
Referensi :

Dedy, 2012.Jembatan Wheatstone.Di download pada 27 Maret 2016:


www.dedy4brother.blogspot.com/2012/05/jembatan-wheatstone.html

Nurhidayat, Sulistyo.2014.Dasar Teori: Jembatan Wheatstone. Di download pada


27 Maret 2016:http://sulistiyonurhidayat.blogspot.com/2014/03/dasar-
teori-jembatan-wheatstone.html

Suprianto, 2015. Pengertian, Fungsi dan Prinsip Kerja Potensiometer.


Didownload pada 27 Maret 2016
:www.blog.unnes.ac.id/antosupri/pengertian-fungsi-dan-prinsip-kerja
-potensiometer/

Anda mungkin juga menyukai