Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

PERKEMBANGAN REGULASI DAN STANDAR TERKAIT AKUNTANSI SEKTOR


PUBLIK

DISUSUN OLEH :

1. Achmad Kurniawan (F3419001)


2. Holly Agnesia Eliabeth Djioen (F3419031)
3. Safa Khoirunnisa (F3419054)

PROGRAM DIPLOMA III PERPAJAKAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2019
Kata Pengantar
Perkembangan akuntansi sektor publik di Indonesia sebelum era reformasi dapat dinilai kurang
pesat. Pada waktu itu akutansi sector publik kurang mendapat perhatian yang serius. Orientasi
pembangunan lebih banyak diarahkan pada pembangunan sector industry (bisnis) dan cenderung
mengabaikan pembangunan sector public. Sebagai akibatnya, sector public kurang efisien dan
tertinggal dengan sector swasta. Dengan adanya era reformasi terdapat tuntutan untuk
meningkatkan kerja organisasi sector public agar lebih berorientasi pada terciptanya good public
and corporate governance tersebut. Akutansi sector public memiliki peran strategis dan sentral.
Dalam mewujudkan good public and corporate governance
Mengamati perkembangan akutansi sector public di negara-negara maju dan
membandingkannnya dengan praktik yang ada di Indonesia, penulis termotivasi untuk dapat
memberikan sumbangan pemikiran melalui buku kecil ini sebagai usaha memajukan akutansi
sector public di Indonesia. Buku ini diharapkan dapat menambahkan wacana dan referensi di
bidang akutansi sektor publik yang saat ini masih sangat terbatas jumlahnya. Buku ini sangat
perlu dibaca oleh mahasiswa akutansi dan juga praktisi mengembangkan profesi di sector public
dan melakukan pengembangan sektor publik.

Surakarta, Februari 2020

Penulis

i
Daftar Isi
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Bab 1. Pendahuluan
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 1
Tujuan 1
Bab 2. Pembahasan
Definisi Regulasi Publik 3
Teknik Penyusunan Regulasi Publik 3
Penyusunan Regulasi Publik 4
Dasar Hukum Keuangan Sektor Publik 4
Regulasi Terkait dengan Akuntansi Sektor Publik 6
Regulasi dalam Siklus Akuntansi Sektor Publik 10
Permasalahan Regulasi Keuangan Sektor Publik di Indonesia 10
Definisi Standar Akuntansi 11
Bab 3. Penutup
Kesimpulan 15
Saran 15
Daftar Pustaka 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Regulasi merupakan suatu cara yang digunakan untuk mengendalikan masyarakat dalam
aturan tertentu. Regulasi banyak digunakan untuk menggambarkan peraturan yang terjadi dalam
kehidupan masyarakat. Istilah regulasi memiliki artian yang cukup luas. Regulasi banyak
diterapkan pada peraturan hukum negara, perusahaan dan organisasi.
Organisasi sektor publik merupakan organisasi yang mengelola dana masyarakat,
organisasisektor publik harus mampu memberikan pertanggungjawaban publik melalui laporan
keuangannya. Maka dari itu dibutuhkan standar akuntansi yang dibutuhkan sebagai pedoman
dalam organisasi sektor publik.
Ketika kita memahami apa maksud dari regulasi serta keuangan publik maka kita mungkin
akan langsung mengarahkan pandangan kita pada peraturan-peraturan yang mengatur regulasi
tersebut. Namun, untuk membuat peraturan tersebut harus ada dasar hukum, dan harus memahami
lebih dalam bagaimana cara penyusunannya, apa saja yang terkait, serta memahami etika
pengelolaan keuangan publik.
Selama ini kita melihat beberapa regulasi keuangan sector publik memiliki permasalahan
contohnya alokasi anggaran pelayanan publik, jumlah pencairan dana tidak sesuai dengan
anggaran. Berdasarkan contoh tersebut, maka diperlukan kedudukan dan peran oleh pihak
pemerintah dalam memperbaiki kualitas pelayanan publik. Jika peran tersebut berjalan dengan
baik maka akan menghasilkan kualitas publik yang baik terutama di Indonesia

II. Rumusan Masalah


1) Apa pengertian regulasi
2) Dasar hokum regulasi
3) Manfaat standart akutansi sector public
III. Tujuan
1) Mengetahui apa Definisi Regulasi Publik
2) Memahami bagaimana Teknik Penyusunan Regulasi Publik
3) Mengetahui bagaimana Penyusunan Regulasi Publik
4) Mengetahui apa saja Dasar Hukum Keuangan Sektor Publik

1
5) Mengetahui bagaimana Etika Pengelolaan Keuangan Publik
6) Mengetahui apa saja Permasalahan Regulasi Keuangan Sektor Publik di
Indonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. DEFINISI REGULASI PUBLIK


Regulasi berasal dari bahasa Inggis, yakni regulation atau peraturan. Dalam kamus bahasa
Indonesia (Reality publisher, 2008), kata “peraturan” mengandung arti kaidah yang dibuat untuk
mengatur, petunjuk yang dipakai untuk menata sesuatu dengan aturan, dan ketentuan yang harus
dijalankan serta dipatuhi. Jadi, regulasi publik adalah ketentuan yang harus dijalankan dan dipatuhi
dalam proses pengelolaan organisasi publik, baik pada organisasi pemerintahan pusat,
pemerintahan daerah, partai politik, yayasan, LSM, organisasi keagamaan/tempat peribadatan,
maupun organisasi sosial masyarakat lainnya.

2. TEKNIK PENYUSUNAN REGULASI PUBLIK


Teknik penyusunan regulasi publik berupa rangkaian alur tahapan, sehingga regulasi publik
tersebut siap disusun dan kemudian ditetapkan serta diterapkan.
 Pendahuluan
Perencanaan regulasi publik harus mampu mendeskribsikan latar belakang perlunya disusun
regulasi publik.
 Alasan penyusunan regulasi publik
Sebuah regulasi publik disusun karena adanya berbagai isu terkait, yang membutuhkan tindakan
khusus dari organisasi publik.
 Permasalahan dan misi
Sebuah regulasi publik disusun dan ditetapkan jika solusi alternatif atau suatu permasalahan telah
dapat dirumuskan. Selain itu, penyusunan dan penetapan regulasi publik juga dilakukan dengan
misi tertentu sebagai wujud komitmen serta langkah organisasi publik menghadapi rumusan solusi
permasalahan yang ada.
 Dengan apa diatur
Di setiap jenjang struktur pemerintahan dikenal regulasi tersendiri, seperti peraturan daerah atau
keputusan keputusan kepala daerah sebagai aturan di daerah, bentuk aturan lainnya adalah
Undang-Undang Dasar, Undang-Undang, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang,
Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden.

3
 Bagaimana mengaturnya
Subtansi regulasi publik yang disusun harus bisa menjawab pertanyaan berbagai solusi atas
permasalahan yang ada.
 Diskusi/musyawarah
Materi regulasi publik harus disusun dan dibicarakan melalui mekanisme forum diskusi atau
pertemuan khusus publik yang membahas regulasi publik.
 Catatan
Catatan yang dimaksud adalah hasil dari proses diskusi yang dilakukan sebelumnya.

3. PENYUSUNAN REGULASI PUBLIK


 Perumusan Masalah
Penyusunan regulasi publik diawali dengan merumuskan masalah yang akan diatur. Perumusan
masalah publik meliputi hal-hal berikut:
a. Apa masalah publik yang ada?
b. Siapa masyarakat yang perilakunya bermasalah?
c. Siapa aparat pelaksana yang perilakunya bermasalah?
d. Analisis keuntungan dan kerugian atas penerapan regulasi publik?
e. Tindakan apa yang diperlukan untuk mengatasi masalah public?

4. DASAR HUKUM KEUANGAN SEKTOR PUBLIK


4.1 Dasar Hukum Keuangan Negara
Wujud pelaksanaan keuangan negara tersebut dapat diidentifikasikan sebagai segala bentuk
kekayaan, hak, dan kewajiban negara yang tercantum dalam APBN dan laporan pelaksanaannya.
Pelaksanaan kewajiban atau tugas-tugas pemerintah tersebut dapat berupa pengeluaran dan diakui
sebagai belanja negara. Dalam UUD 1945 Amandemen IV, secara khusus diatur mengenai
Keuangan Negara, yaitu pada BAB VIII pasal 23 yang berbunyi sebagai berikut :
1. Anggaran pendapatan dan belanja ditetapkan setiap tahun dengan Undang-Undang. Apabila
Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui anggaran yang diusulkan Pemerintah, maka
Pemerintah menjalankan anggaran tahun lalu.
2. Segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan Undang-Undang
3. Jenis dan harga mata uang ditetapkan dengan Undang-Undang

4
4. Hal keuangan negara selanjutnya diatur dengan Undang-undang
5. Untuk memeriksa tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan suatu Badan
Pemeriksa Keuangan, yang peraturannya ditetapkan dengan Undang-Undang. Hasil pemeriksaan
itu diberitahukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Berdasarkan ketentuan tersebut, ditetapkan Undang-undang tentang APBN untuk tahun anggaran
bersangkutan. Penyusunan APBN bukan hanya untuk memenuhi ketentuan konstitusional yang
dimaksud pada pasal 23 ayat (1) UUD 1945, tetapi juga sebagai dasar rencana kerja yang
dilaksanakan oleh pemerintah dalam tahun anggaran yang bersangkutan. Oleh karena itu,
penyusunannya didasarkan atas Rencana Strategi dalam UU Propenas, dan pelaksanaannya
dituangkan dalam UU yang harus dijalankan oleh Presiden/Wakil Presiden dan Menteri-menteri
serta pimpinan Lembaga Tinggi Negara Lainnya.

4.2 Dasar Hukum Keuangan Daerah


Berdasarkan pasal 18 UUD 1945, tujuan pembentukan daerah otonom adalah meningkatkan daya
guna penyelenggaraan pemerintah untuk melayani masyarakat dan melaksanakan program
pembangunan. Dalam rangka penyelenggaraan daerah otonom, menurut penjelasan pasal 64
Undang-undang No. 5 tanhun 1974, fungsi penyusunan APBD adalah untuk:
1. Menentukan jumlah pajak yang dibebankan kepada Rakyat Daerah yang bersangkutan
2. Mewujudkan otonomi yang nyata dan bertanggung jawab
3. Memberi isi dan arti kepada tanggung jawab pemerintah daerah umumnya dan kepala daerah
khususnya, karena anggaran pendapatan dan belanja daerah itu menggambarkan seluruh
kebijaksanaan pemerintah daerah
4. Melaksanakan pengawasan terhadap pemerintahan daerah dengan cara yang lebih mudah
dan berhasil guna.
5. Merupakan suatu pemberian kuasa kepada kepala daerah untuk melaksanakan
penyelenggaraan Keuangan Daerah didalam batas-batas tertentu

4.3 Dasar Hukum Keuangan Organisasi Lainnya


Di Indonesia, beberapa upaya untuk membuat standar yang relevan dengan praktek-praktek
akuntansi di organisasi sektor publik telah dilakukan baik oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI)
maupun oleh pemerintah sendiri. Untuk organisasi nirlaba, IAI menerbitkan pernyataan Standar

5
Akuntansi Keuangan Nomor 45 (PSAK No.45) tentang organisasi nirlaba. PSAK ini berisi akidah-
akidah atau prinsip-prinsip yang harus diikuti oleh organisasi nirlaba dalam membuat laporan
keuangan. Selain itu, juga lahir Undang-undang no.16 tahun 2001 tentang yayasan yang mengatur
masalah organisasi publik yang berbentuk yayasan. Juga ada regulasi publik terkait dengan partai
politik seperti Undang-undang no.2 tahun 2008 tentang bantuan keuangan kepada partai politik.

5. REGULASI YANG TERKAIT DENGAN AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK


5.1 Regulasi Akuntansi Sektor Publik di Era Pra Reformasi
Perjalanan akuntansi sektor publik di era pra reformasi didasari pada UU Nomor 5 Tahun 1974
tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah. Pengertian daerah dalam era pra reformasi adalah
daerah tingkat I yang meliputi propinsi dan daerah tingkat II yang meliputi kotamadya atau
kabupaten. Disamping itu,ada beberapa peraturan pelaksanaan yang diturunkan dari perundang-
undangan,antara lain:
1. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1975 tentang Pengurusan, Pertanggungjawaban, dan
Pengawasan Keuangan Daerah
2. Pemerintah Pemerintah Nomor 6 Tahun 1975 tentang Penyusunan APBD, Pelaksanaan Tata
Usaha Keuangan Daerah, dan Penyusunan Perhitungan APBD
3. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 900-099 Tahun 1980 tentang Manual Administrasi
Keuangan Daerah
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 2 Tahun 1994 tentang Pelaksanaan APBD
5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang pajak Daerah dan Retribusi Daerah
6. Keputusan Mendagri Nomor 3 Tahun 1999 tentang Bentuk dan Susunan Perhitungan APBD

5.2 Regulasi Akuntansi Sektor Publik di Era Reformasi


Reformasi politik di Indonesia telah mengubah sistem kehidupan negara. Tuntutangood
governance diterjemahkan sebagai terbebas dari tindakan KKN. Pemisahan kekuasaan
antareksekutif, yudikatif, dan legislatif dilaksanakan. Selain itu, partisipasi masyarakat akan
mendorong praktik demokrasi dalam pelaksanaan akuntabilitas publik yang sesuai dengan jiwa
otonomi daerah.
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang
Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah adalah dua undang-

6
undang yang berupaya mewujudkan etonomi daerah yang lebih luas. Sebagai penjabaran otonomi
daerah tersebut di bidang administrasi keuangan daerah,berbagai peraturan perundangan yang
lebih operasional dalam era reformasipun telah dikeluarkan. Beberapa regulasi yang relevan antara
lain :
Undang-Undang Nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bebas Dari
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851)
2. Peraturan pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah Dan
Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952)
3. Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan
4. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 202, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4022)
5. Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2000 tentang Pinjaman Daerah
6. Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pertanggungjawaban
Kepala Daerah

5.3 Paradigma Baru Akuntansi Sektor Publik di Era Reformasi


Paradigma baru dalam “Reformasi Manajemen Sektor Publik” adalah penerapan akuntansi dalam
praktik pemerintah guna mewujudkan good governance. Landasan hukum pelaksanaan reformasi
tersebut telah disiapkan oleh Pemerintah dalam suatu Paket UU Bidang Keuangan Negara yang
terdiri dari UU Keuangan Negara, UU Perbendaharaan Negara, dan UU Pemeriksaan Tanggung
Jawab Keuangan Negara yang pada saat ini telah disahkan oleh DPR.
Terdapat empat prinsip dasar pengelolaan keuangan negara yang telah dirumuskan dalam 3 Paket
UU Bidang Keuangan Negara tersebut, yaitu :
1. Akuntabilitas berdasarkan hasil atau kinerja
2. Keterbukaan dalam setiap prinsip transaksi
3. Pemberdayaan manajer professional
4. Adanya lembaga pemeriksa internal yang kuat, profesional, dan mendiri serta dihindarinya
duplikasi dalam pelaksanaan pemerintahan.

7
Prinsip-prinsip tersebut sejalan dengan prinsip-prinsip desentralisasi dan otonomi daerah yang
telah ditetapkan dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan
Undang-Undang No. 25 Tahun Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Dengan demikian, pelaksanaan tiga UU Bidang Keuangan Negara tersebut nantinya, selain
menjadi acuan dalam pelaksanaan reformasi manajemen pemerintah, diharapkan akan
memperkokoh landasan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah di NKRI.
5.4. Perkembangan Regulasi Terkait Organisasi Nirlaba
A. Regulasi Tentang Yayasan
Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk
mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan yang tidak mempunyai
anggota.
Regulasi yang terkait dengan yayasan adalah Undang-Undang RI No. 16 Tahun 2001 tentang
Yayasan. Undang-undang ini dimaksudkan untuk menjamin kepastian dan ketertiban hukum agar
yayasan dapat berfungsi sesuai dengan maksud dan tujuannya berdasarkan prinsip keterbukaan
dan akuntabilitas kepada masyarakat.
Undang-undang ini diperbaharui dalam beberapa aspek dengan Undang-undang No. 28 Tahun
2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.
B. Regulasi Tentang Partai Politik
Regulasi tentang partai politik telah dikembangkan sejak lama, tetapi berkembang dengan pesat
sejak era reformasi dengan system multipartainya. Undang-undang yang pertama ada setelah era
reformasi adalah Undang-undang No. 2 tahun 1999 tentang Partai Politik. Seiring dengan
perkembangan masyarakat dan perubahan system ketatanegaraan yang dinamis diawal-awal era
reformasi, Undang-undang ini diperbaharui dengan keluarnya Undang-undang No. 31 tahun 2002
tentang partai politik.
Undang-undang No.31/2002 kembali diperbaharui pada tahun 2008 melalui Undang-undang
No.02/2008 tentang Partai Politik. Secara umum, Undang-undang No. 2 tahun 2008 ini bersifat
melengkapi dan menyerpunakan Undang-undang No.31 tahun 2002, misalnya memberi pengertian
partai politik yang lebih lengkap. Menurut Undang-undang No.2 tahun 2008, partai politik adalah
organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok WNI secara sukarela atas dasar
kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik

8
anggota, masyarakat, bangsa, dan Negara, serta memelihara keutuhan NKRI berdasarkan pancasila
dan UUD 1945.
C. Regulasi tentang Badan Hukum Milik Negara dan Badan Hukum Pendidikan
Badan Hukum Milik Negara (BHMN) adalah salah satu bentuk Badan Hukum di Indonesia yang
awalnya dibentuk untuk mengakomodasi kebutuhan khusus dalam rangka “privatisasi” Lembaga
Pendidikan yang memiliki karakteristik tersendiri, khususnya sifat non profit meski berstatus
sebagai Badan Usaha.
Universitas yang berstatus BHMN memliki beberapa cirri yang membedakannya dengan status
Universitas lain. Cirri-ciri BHMN adalah sebagai berikut :
1) Memiliki Majelis Wali Amanat
2) Memiliki Senat Akademik (SA)
3) Memiliki Otonomi Manajemen Dana dan Akademik
Pada akhir tahun 2008, terdapat perkembangan baru pada dunia Pendidikan Tinggi di Indonesia
dengan disahkannya UU tentang Badan Hukum Pendidikan (BHP). BHP adalah Badan Hukum
penyelenggaraan pendidikan formal dengan berprinsip nirlaba yang memiliki kemandirian dalam
pengelolaannya dengan tujuan memajukan satuan pendidikan.
Dalam pengelolaannya, BHP mendasarkan pada 10 prinsip berikut :
1) Nirlaba
2) Otonom
3) Akuntabel
4) Transparan
5) Penjaminan mutu
6) Layanan prima
7) Akses yang berkeadilan
8) Keberagaman
9) Keberlanjutan
10) Partisipasi atas tanggungjawab Negara
D. Regulasi tentang Badan Layanan Umum
Badan Layanan umum atau BLU adalah instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang atau jasa yang dijual tanpa

9
mengutamakan keuntungan. Dalam melakukan kegiatannya, BLU didasarkan pada prinsip
efisiensi dan produktivitas.
BLU dibentuk untuk mempromosikan peningkatan pelayanan public melalui fleksibilitas
pengelolaan keuangan BLU yang dikelola secara professional dengan menonjolkan produktivitas,
efisiensi, dan efektivitas.

6. REGULASI DALAM SIKLUS AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK


Hasil regulasi dari siklus Akuntansi sektor publik

Regulasi Tahapan Dalam Siklus


Akuntansi Sektor Publik Contoh Hasil Regulasi Publik
Perturan Pemerintah No.7/2005 Mengenai Rencana
Regulasi Perencanaan Publik Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun
2006 Tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara
Regulasi Anggaran Publik Tahun Anggaran 2007.
- Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 93
Tahun 2006 Tentang Rincian Anggaran Belanja
Pemerintahan Pusat Tahun Anggaran 2007
Regulasi Tentang Pelaksanaan - Otorisasi Kepala Daerah Dokumen Pelaksanaan
Realisasi Anggaran Publik Anggaran (DPA)
Regulasi Pengadaan Barang Dan SK Gubernur Tentang Pemenang Dalam Pengadaan
Jasa Barang Dan Jasa.
Regulasi Laporan Peraturan Daerah Tentang Penerimaan Laporan
Pertanggugjawaban Publik Pertanggungjawaban Gubernur/Bupati/Walikota

7. PERMASALAHAN REGULASI KEUANGAN SEKTOR PUBLIK DI INDONESIA


a. Regulasi yang Berfokus Pada Manajemen
Regulasi yang berfokus pada pengaturan wilayah manajemen organisasi publik sering kali
mengaburkan proses pencapaian kesejahteraan masyarakat. Jadi, regulasi publik harus fokus pada
tujuan pencapaian organisasi publik yaitu kesejahteraan publik. Dengan demikian, manajemen

10
akan menata dirinya dalam segala situasi dan kondisi mengikuti regulasi yang berfokus pada tujuan
kesejahteraan publik tersebut.
b. Regulasi Belum Bersifat Teknik
Banyak regulasi publik di Indonesia yang tersusun dengan sangat baik untuk tujuan kesejahteraan
publik. Namun, banyak diantara tidak dapat diaplikasikan dalam masyarakat. Hal ini terjadi karena
regulasi tersebut tidak menjelaskan atau tidak disertai dengan regulasi lain yang membahas secara
lebih teknis bagaimana mengimplementasikan regulasi tersebut.
c. Perbedaan Interpretasi antara Undang-Undang dan Regulasi di Bawahnya
Dalam banyak kajian, beberapa ayat atau pasal dari undang-undang atau regulasi terkait sering
menimbulkan berbagai interpretasi yang berbeda dalam pelaksanaannya. Di tingkat daerah,
substansi dari isi undang-undang terkait tidak dapat diturunkan dalam peraturan daerah. Kondisi
ini membuat tujuan peraturan pemerintah tidak dapat tercapai sesuai konsep awalnya.
d. Pelaksanaan Regulasi Yang Bersifat Transisi Berdampak Pemborosan Anggaran
Saat ini, banyak regulasi yang bersifat transisi telah dilaksanakan secara bertahap dan
membutuhkan kapasitas tertentu untuk melaksanakannya. Hal ini akan mempengaruhi anggaran
yang senantiasa meningkat dan cenderung boros. Pemborosan anggaran akan menurunkan
kapasitas organisasi dalam menjalankan roda organisasi sehingga pencapaian tujuan organisasi
semakin menurun.
e. Pelaksanaan Regulasi Tanpa Sanksi
Sanksi yang dimaksud adalah hukuman jika organisasi publik tidak melaksanakan regulasi
tersebut. Dengan tidak adanya sanksi, organisasi akan seenaknya melaksakan dan tidak
melaksanakan regulasi tersebut.
https://dianskmasoara.blogspot.com/2018/12/makalah-regulasi-keuangan-sektor-publik.html

8. Definisi Standar Akuntansi Sektor Publik


Standar akuntansi sector public member kerangka demi berjalannya fungsi-fungsi tahapan siklus
akuntansi sector public, yaitu perencanaan, penganggaran, realisasi anggaran, pengadaan barang
dan jasa, pelaporan, audit, dan pertanggung jawaban public. Di Indonesia, standar akuntansi
yang telah digunakan yaitu Standar Akuntansi Keuangan (SAK), Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP), Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), dan Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara (SPKN). Ini merupakan panduan bagi pemakainya dalam melaksanakan

11
fungsi terkait. Standar-standar tersebut merupakan Acuan yang telah disepakati dan ditetapkan
oleh organisasi yang berkompetensi serta berwenang dalam bidang terkait.
8.1 Lingkup Standar Akuntansi Sektor Publik
Berdasarkan kebutuhan tersebut, pedoman akuntansi ini disusun dengan tujuan sebagai berikut:
1. Menyediakan organisasi sector public suatu pedoman akuntansi yang diharapkan dapat
diterapkan bagi pencatatan transaksi keuangan organisasi sector public yang berlaku
dewasa ini
2. Menyediakan organisasi sector public suatu pedoman akuntansi yang dilengkapidengan
klasifikasi rekening dan prosedur pencatatan sertajurnal standar yang telah disesuaikan
dengan siklus kegiatan organisasi sector public, yang mencangkup penganggaran,
perbendaharaan, dan pelaporannya
8.2 Ragam dan Hubungan Antarstandar Akuntansi Sektor Publik
Secara umum terdapat 4 ragam standar yang mengatur organisasi sector public yaitu:
1) Standar Nomenklatur
2) Standar Akuntansi Sektor Publik
3) Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
4) Standar Akuntansi Biaya
Standar Nomenklatur memandu proses perencanaan dan pertanggungjawaban yang terkait
dengan pengkodean aktivitas public atau transaksi publik yang terjadi, serta berbagai barang dan
jasa yang telah dihasilkan.
Sementara itu, standar akuntansi biaya merupakan dasar pengukuran besarnya investasi yang
akan dilakukan. Belanja investasi biasanya dilakukan dalam jumlah yang besar. Karena itu
proses pertanggungjawaban investasi membutuhkan dasar formulasi perhitungan yan lebih rinci
dan pasti.. Standar pada tahap pelaporandan audit mencangkup hubungan yang saling
mengaitkan satu sama lain, karena standar audit memberikan pedoman bagi pelaksanaan audit
atas pelaporan sector public dan standar akuntansi keuangan memberikan pedoman untuk
menghasilkan pelaporan yang memenuhi syarat untuk diaudit. Kedua hal itu sangat menentukan
bagi kelangsungan siklus akuntansi sector public secara keseluruhan.

12
8.3 Kebutuhan Standar Akuntansi Sektor Publikdi Indonesia
Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik dikembangakan sesuaidengan standar yang berlaku
di tingkat internasional, dengan harapan dapat tercapainya informasi keuangan yang konsisten
dan dapat dibandingkan bagi semua yuridiksi. Walaupun praktek dan aplikasi-aplikasi prinsip
akuntansi serta manajemen keuangan pada entitas sector public dapat terjadi baikpada entitas
dengan level yuridiksi yang sama maupun berbeda. Semuanya tergantung pada kebijakan dan
praktek yang ada.
Manfaat Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik (SAKSP) adalah:
a. Meningkatkan kualitas dan realibilitas laporan akuntansi dan keuanganorganisasi sector
publik, khususnya dalam hal ini organisasi pemerintahan.
b. Meningkatkan kinerja keuangan dan perekonomian.
c. Mengusahakan harmonisasi antara persyaratan atas laporan ekonomis dan keuangan.
d. Mengusahakan harmonisasi antar yurisdiksi dengan menggunakan dasar akuntansi yang sama.
Penerapan SAKSP akan menghasilkan system akuntansi Dan manajemen keuangan
pemerintahan yang lebih baik, sehingga laporan keuangan yang dihasilkan mempunyai informasi
yang lebih baik. Sementara itu, peramalan serta penganggaran menjadi lebih terpercaya, sama
baiknya dengan manajemen terhadap sumber daya ekonomis Dan kewajiban.

8.4 Teknik Penyusunan Standar


Untuk mancala koaitas yang Tinggi Dan anal, proses penyusunan standar akuntansi harus
dilakukan melalui tahap-tahap prosedur yang seksama dan teliti. Hal ini diperlukan mengingat
dokumen yang dihasilkan akan mempunyai status sebagai standar resmi dengan tingkat otoritas
yang tinggi. Berikut adalah tahap – tahap dalam menyusun standar akuntansi
(Suwardjono,2006:109):
1. Evaluasi masalah pada tahap awal
2. Mengadakan riset Dan analisis
3. Menyusun Dan mendistributifkan memorandum diskusi (discussion memorandum) kepada
setiap pihak yang berkepentingan
4. Mengadakan Dengar Pendapat Umum (public hearing)
5. Menganalisis Dan mempertimbangkan tanggapan publik atas memorandum diskusi
6. Menerbitkan draft awal standar yang telah diusulkan

13
7. Menganalisis Dan mempertimbangkan tanggapan tertulis
8. Memutuskan (keputusan penerbitan)
9. Menerbitkan (penerbitan pernyataan)

14
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Regulasi keuangan sektor publik merupakan ketentuan yang harus di jalankan dan di patuhi
dalam proses pengelolaan organisasi publik baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan
serta organisasi lainnya.
Proses penyelenggaraan pemerintahan ditujukan untuk mengkoordinasi pelaksanaan hak dan
kewajiban warga negara dalam suatu sistem pengelolaan keuangan negara. Pengelolaan keuangan
negara maupun keuangan daerah, sebagai mana yang dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
1945 perlu dilaksanakan secara profesional, terbuka dan bertanggungjawab untuk kemakmuran
rakyat Indonesia.
Pusat Pengembangan Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Publik mempunyai tugas
mengkaji, menyiapkan perumusan kebijakan, perencanaan kebijakan pengadaan barang/jasa
nasional, serta melaksanakan sosialisasi, pemantauan dan penilaian atas pelaksanaannya.
Peningkatan kualitas pelayanan publik dapat diperbaiki melalui perbaikan manajemen
kualitas jasa, yakni upaya meminimasi kesenjangan antara tingkat layanan dengan harapan
konsumen.

B. SARAN
Permasalahan terbesar dalam regulasi keuangan sector public di Indonesia adalah melanggar
peraturan. Beberapa pihak bahkan turut campur tangan, sehingga dapat mengakibatkan keadilan
dalam bentuk jaminan sosial serta keuangan yang tidak sesuai. Oleh karena itu, perlu adanya sanksi
yang sesuai dengan apa yang disebabkan agar regulasi public di Indonesia semakin membaik
berdasarkan dengan UU.

15
Daftar Pustaka

Prof.Dr.Mardiasmo, MBA, Ak. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: C.V Andi Offset.

http://ar-alfajri.blogspot.com/2013/10/regulasi-dan-standar-akuntansi-sektor.html
https://bhaskoroperwiro.wordpress.com/2013/10/15/standar-akuntansi-sektor-publik/

16

Anda mungkin juga menyukai