Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Anestesi Perioperatif

[JAP. 2015;3(3): 165–72]


 ARTIKEL PENELITIAN

Perbandingan Efek Pencegahan Magnesium Sulfat dengan Petidin Intravena


terhadap Kejadian Menggigil Selama Operasi Reseksi Prostat Transuretra
dengan Anestesi Spinal
Mariko Gunadi,1 Iwan Fuadi,2 Tatang Bisri2
Rumah Sakit Santo Yusup Bandung,2Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif
1

Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung

Abstrak

Gangguan termoregulasi berupa menggigil sering terjadi selama operasi dengan anestesi spinal. Tujuan
penelitian ini membandingkan efek pencegahan kejadian menggigil selama operasi reseksi prostat
transuretra dalam anestesi spinal antara MgSO4 dan petidin. Penelitian ini merupakan uji klinis acak
terkontrol tersamar ganda pada 42 pasien dengan status fisik American Society of Anesthesiologist (ASA)
II atau III, usia 60−70 tahun yang menjalani operasi reseksi prostat transuretra di kamar operasi bedah
sentral Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung pada bulan Maret–September 2014. Pasien dibagi dalam
kelompok MgSO4 dan kelompok petidin. Data karakteristik, kejadian menggigil, suhu tubuh inti, monitoring
tanda vital, dan efek samping dicatat. Hasil penelitian menunjukkan efek pencegahan kejadian menggigil
kelompok MgSO4 lebih baik dibanding dengan kelompok petidin dan kejadian menggigil di kamar operasi
4/21 vs 9/21, sedangkan di ruang pemulihan kejadian menggigil sama pada kedua kelompok (1/21).
Simpulan penelitian ini menunjukkan pemberian MgSO4 intravena sebelum anestesi spinal secara klinis
mengurangi kejadian menggigil selama operasi dan memiliki efek pencegahan menggigil yang lebih baik
dibanding dengan petidin.

Kata kunci: Anestesi spinal, menggigil, MgSO4, petidin

Comparison of Anti-Shivering Effect of Intravenous Magnesium Sulfate with


Pethidine during Transurethral Resection of the Prostate under Spinal
Anesthesia
Abstract

Shivering, as a result of impaired thermoregulatory, is frequent during surgery under spinal anesthesia. The
purpose of this study was to compare the anti-shivering effect between intravenous MgSO4 and pethidine
during transurethral resection of the prostate under spinal anesthesia.This study was a randomized double-
blind controlled trial in 42 patients with American Society of Anesthesiologist (ASA) physical status II or III,
aged 60−70 years who underwent transurethral resection of the prostate at the central operating theater of
Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung within March–September 2014. The patients were divided into
MgSO4 group and pethidine group. Characteristics of data, the incidence of shivering, body core temperature,
vital signs monitoring, and adverse events were recorded. Antishivering effect of MgSO4 was better
compared to pethidine, with the incidence of shivering in operating theatre was 4/21 vs 9/21. However, in
the recovery room, the incidence of shivering was the same for both groups (1/21). It is concluded that the
administration of intravenous MgSO4 before spinal anesthesia clinically reduces the incidence of shivering
during surgery and has a better anti-shivering effect compared to intravenous pethidine.

Key words: MgSO4, pethidine, shivering, spinal anesthesia

Korespondensi: Mariko Gunadi, dr., SpAn, Rumah Sakit Santo Yusuf, Jl. Cikutra No. 7 Bandung, Tlp 022-7208172, Faks
022-7202419, Mobile 08122019162, Email mariko_doc@yahoo.com

165
166 Jurnal Anestesi Perioperatif

Pendahuluan memuaskan karena efek samping petidin yang


merugikan sehingga diperlukan obat alternatif
Menggigil sering kali terjadi pada pasien yang lain yang mempunyai efektivitas lebih besar
dilakukan anestesia. Efek samping menggigil daripada petidin dalam mencegah kejadian
selama operasi pada anestesia regional terjadi menggigil.1,3,7
pada sekitar 56,7% pasien. Menggigil adalah Magnesium sulfat (MgSO4) merupakan suatu
aktivitas otot yang involunter serta berulang antagonis nonkompetitif reseptor N-methyl-D-
yang dapat mengakibatkan produksi panas aspartate (NMDA) dan suatu antagonis kanal
metabolik meningkat sampai 500−600% dari kalsium yang diketahui efektif dalam mencegah
nilai basal. Kejadian tersebut merupakan salah kejadian menggigil.1,2,8,9 Mekanisme kerjanya
satu komplikasi dari hipotermia yang terjadi adalah melalui blokade pada reseptor NMDA
perioperatif.1 sehingga mengurangi norepinefrin dan juga 5-
Konsumsi oksigen dan juga produksi karbon hydroxytryptamine (5-HT), keduanya memiliki
dioksida dapat meningkat sebanyak 2–3 kali peranan dalam kontrol termoregulasi. Suatu
lipat dan dapat terjadi asidosis laktat selama antagonis reseptor NMDA akan memodulasi
pasien menggigil. Hal tersebut akan menjadi termoregulasi pada area preoptik hipotalamus
masalah pada pasien dengan cadangan fungsi anterior dan juga locus coeruleus. Mekanisme
kardiopulmonal yang sangat terbatas. Proses lain adalah dengan modulasi reseptor NMDA
monitoring elektrokardiogram (EKG), tekanan pada tanduk dorsal dari medula spinalis yang
darah, serta saturasi oksigen selama operasi memengaruhi transmisi nosiseptif asenden.1,2
dapat juga terganggu akibat menggigil.1,2 Obat ini tidak hanya memiliki efek sentral,
Menggigil pada pembedahan transurethral tetapi juga memiliki efek relaksasi otot ringan
resection of the prostate (TURP) terjadi karena sehingga secara simultan akan mengurangi
hipotermia akibat cairan irigasi atau karena beratnya menggigil.2
efek anestesia spinal yang merupakan teknik Pemberian MgSO4 berhubungan dengan
anestesia terpilih untuk operasi ini. Anestesia efek samping minor berupa perasaan hangat
regional memengaruhi fungsi sistem saraf dan kemerahan, mual dan muntah, kelemahan
autonom yang memegang peranan penting otot, pusing, serta iritasi tempat penyuntikan.
dalam termoregulasi dan juga memengaruhi Efek samping mayor yang dapat terjadi adalah
vasokonstriksi perifer di bawah level blokade depresi napas, hilangnya refleks tendon dalam,
simpatis. dan blokade jantung.2,9
Selama anestesia spinal berlangsung akan Pada suatu penelitian mengenai efek bolus
terjadi redistribusi dari suhu tubuh inti yang MgSO4 50 mg/kgBB intravena (i.v.) dilanjutkan
terbatas pada tungkai bawah. Vasokonstriksi dosis rumatan 15 mg/kgBB/jam i.v. terhadap
serta menggigil di bawah level anestesia spinal kebutuhan analgesia pascaoperasi, didapatkan
dihambat melalui blokade pada saraf simpatis bahwa tidak terjadi menggigil pasca-anestesi
serta somatis. Sebaliknya, vasokonstriksi dan terhadap kelompok pasien yang mendapatkan
menggigil terbatas pada tubuh bagian atas MgSO4. Penelitian lain memakai dosis MgSO4
selama anestesia spinal.1,2 yang sama menunjukkan hasil bahwa kejadian
Petidin sampai saat ini masih merupakan menggigil pasca-anestesia yang lebih rendah
obat pilihan untuk mengatasi menggigil dan pada kelompok MgSO4, yaitu 4% dibanding
sering digunakan sebagai standar pembanding dengan 36% pada kelompok plasebo. Dosis
dengan obat lainnya. Petidin merupakan obat bolus yang dipergunakan di dalam penelitian
yang paling sering direkomendasikan dengan ini adalah 75% dari dosis MgSO4 yang biasa
efek antimenggigil yang diduga terjadi melalui dipergunakan untuk terapi pasien preeklamsi,
reseptor κ.1−5 Efek samping pemberian petidin sedangkan dosis rumatan yang dipergunakan
adalah alergi, mual-muntah, dan juga depresi merupakan 25% dosis rumatan MgSO4 pada
napas.3,6 Meskipun petidin mampu mencegah pasien yang sama. Pada dosis ini, kemungkinan
kejadian menggigil, tetapi masih terasa kurang untuk terjadinya toksisitas magnesium dapat

JAP, Volume 3 Nomor 3, Desember 2015


Perbandingan Efek Pencegahan Magnesium Sulfat dengan Petidin Intravena terhadap Kejadian Menggigil 167
Selama Operasi Reseksi Prostat Transuretra dengan Anestesi Spinal

diabaikan.10,11 rumus uji hipotesis terhadap dua proporsi,


Penelitian lain mengenai pemberian bolus dengan kekuatan uji 80% untuk menemukan
MgSO4 dosis 80 mg/kgBB i.v. dilanjutkan dosis perbedaan antara dua kelompok dan taraf
rumatan 2 g/jam untuk mencegah menggigil kepercayaan adalah 95%. Berdasarkan rumus
pada pasien yang menjalani operasi TURP tersebut, didapatkan besar sampel 21 pasien
dengan anestesia spinal menunjukkan bahwa untuk setiap kelompok. Pengumpulan data
kejadian menggigil selama pembedahan yang dilakukan secara consecutive sampling. Empat
lebih sedikit, sebesar 6,7% pasien dibanding puluh dua pasien yang telah memenuhi
dengan kelompok kontrol, yaitu pada 66,7% kriteria inklusi dan tidak termasuk eksklusi
pasien. Penelitian lain yang membandingkan dilakukan randomisasi sederhana menjadi
pemberian bolus MgSO4 dosis 50 mg/kgBB i.v. dua kelompok, yaitu kelompok MgSO4 dan
dilanjutkan dosis rumatan 0,5 mg/kgBB/menit kelompok petidin.
i.v. dengan bolus petidin 0,5 mg/kgBB i.v. pada Premedikasi tidak diberikan pada
pasien yang menjalani knee arthroscopy dalam kedua kelompok. Data-data hemodinamik
anestesia spinal menunjukkan angka kejadian praoperasi, yaitu tekanan arteri rata-rata
menggigil selama operasi yang lebih sedikit, (mean arterial pressure; MAP) dan laju nadi
yaitu 28% pada kelompok MgSO4 dibanding (heart rate; HR), laju napas (respiratory rate;
dengan 68% pada kelompok petidin.1,2 RR), serta suhu tubuh inti (temperature; T)
Tujuan penelitian ini ialah membandingkan dicatat. Oksigen diberikan melalui kanul nasal
efek pencegahan kejadian menggigil selama sebanyak 3 L/menit.
prosedur reseksi prostat transuretra (TURP) Cairan Ringer laktat (RL) 10 mL/kgBB yang
dalam anestesia spinal antara pemberian disimpan pada suhu ruangan diberikan dalam
MgSO4 dan petidin intravena. 20 menit sebelum dilakukan anestesia spinal.
Selanjutnya, cairan infus yang diberikan adalah
Subjek dan Metode cairan yang telah disimpan pada suhu ruangan.
Pada kelompok MgSO4, sebelum dilakukan
Penelitian ini adalah uji klinis acak terkontrol anestesi spinal, diberikan bolus MgSO4 50 mg/
tersamar ganda yang dilakukan bulan Maret kgBB intravena (i.v.) dalam waktu 10 menit
hingga September 2014 setelah mendapatkan dan dilanjutkan dengan dosis rumatan 15 mg/
persetujuan Komite Etik Penelitian Kesehatan kgBB i.v. yang diberikan dengan kecepatan 50
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/ mL/jam sampai akhir operasi. Pada kelompok
Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung. Semua petidin diberikan bolus petidin 0,35 mg/kgBB
pasien yang berpartisipasi dalam penelitian ini i.v. dalam waktu 10 menit serta dilanjutkan
menandatangani surat persetujuan/Informed dengan pemberian NaCl 0,9% 50 mL/jam
consent terlebih dahulu. Kriteria inklusi adalah sampai akhir operasi.
pasien dengan status fisik American Society of Anestesia spinal dilakukan di celah antara
Anesthesiologist (ASA) II atau III, usia 60−70 vertebra L3−L4 atau L4−L5 dengan memakai
tahun yang dilakukan operasi TURP dengan 12,5 mg bupivakain hiperbarik 0,5%. Selama
anestesi spinal. Kriteria eksklusi adalah pasien operasi diberikan rumatan cairan memakai
dengan riwayat alergi terhadap obat-obatan RL sebanyak 2 mL/kgBB/jam. Suhu ruangan
yang akan digunakan dalam penelitian, suhu dipertahankan antara 23oC dan 25oC selama
tubuh praoperasi kurang dari 36,5oC atau lebih operasi dan pemulihan. Setiap 5 menit selama
dari 37,5oC, terapi obat golongan penghambat operasi berlangsung dilakukan pencatatan
kanal kalsium, terapi ketamin, gangguan fungsi kejadian menggigil dan juga derajat menggigil,
ginjal, dan gangguan elektrolit Mg praoperasi. MAP, HR, RR, serta T. Jika derajat menggigil
Kriteria pengeluaran adalah apabila operasi adalah 3 atau lebih maka perlakuan dianggap
berlangsung lebih dari 90 menit atau anestesia tidak efektif dan pasien diberikan petidin 25
spinal yang dilakukan gagal. mg intravena.
Besarnya sampel ditentukan berdasarkan Pada saat akhir operasi, larutan rumatan

JAP, Volume 3 Nomor 3, Desember 2015


168 Jurnal Anestesi Perioperatif

Tabel 1 Karakteristik Umum Subjek Penelitian


MgSO4 Petidin
Karakteristik Nilai p
Mean (SB) Mean (SB)
Usia (tahun) 65,57 (2,54) 65,38 (2,87) 0,84**
Berat badan (kg) 55,33 (5,72) 60,81 (11,02) 0,20**
Tinggi badan (cm) 161,90 (7,02) 161,90 (8,15) 1,00*
Lama operasi (menit) 59,52 (13,31) 47,14 (20,22) 0,05**
Suhu kamar operasi ( C)o
23,35 (0,29) 23,36 (0,37) 0,88**
Suhu ruang pemulihan ( C) o
24,47 (0,31) 24,51 (0,40) 0,58**
Jumlah cairan IV (mL) 944,05 (269,71) 797,62 (106,63) 0,08**
Jumlah cairan irigasi (mL) 10904,76 (3562,37) 8142,86 (3021,35) 0,02**
Keterangan: nilai p dihitung berdasarkan uji-t* dan Mann-Whitney **, p<0,05 = bermakna

penelitian dihentikan. Pascaoperasi pasien untuk membandingkan antara kedua kelompok


dipindahkan ke dalam ruang pemulihan dan menggunakan uji-t tidak berpasangan apabila
diberikan O2 melalui kanul nasal 3 L/menit. data berdistribusi normal dengan alternatif Uji
Setiap 10 menit di ruang pemulihan dilakukan Mann-Whitney apabila data tidak berdistribusi
pencatatan kejadian dan derajat menggigil, normal. Untuk data kategorik disajikan dalam
MAP, HR, RR, serta T. Jika derajat menggigil proporsi dan perbandingan proporsi antara
adalah 3 atau lebih maka perlakuan dianggap kedua kelompok menggunakan uji chi-kuadrat
tidak efektif dan pasien diberikan petidin 25 dengan alternatif Uji Eksak Fisher bila asumsi
mg intravena. uji chi-kuadrat tidak terpenuhi. Nilai p<0,05
Efek samping seperti hipotensi, bradikardia, dianggap signifikan atau bermakna secara
mual dan muntah, alergi, serta sedasi dicatat. statistik.
Hipotensi atau penurunan tekanan arteri rata-
rata lebih dari 20% nilai awal diterapi dengan Hasil
memberikan 5–10 mg efedrin intravena. Jika
terjadi bradikardia atau HR kurang dari 50 Karakteristik kedua kelompok tidak berbeda
x/menit, diberikan atropin 0,5 mg intravena. bermakna secara statistika dalam usia, berat
Jika terjadi mual dan muntah maka diberikan badan, tinggi badan, lama operasi, suhu kamar
metoklopramid 10 mg intravena. operasi, suhu ruang pemulihan, dan jumlah
Data yang terkumpul diolah dan dianalisis cairan intravena yang diberikan (p>0,05). Pada
secara statistika memakai program statistical kelompok petidin, jumlah cairan irigasi lebih
product and service solution (SPSS) 20.0 for sedikit dibanding dengan kelompok MgSO4
windows. Untuk data numerik disajikan dalam dengan perbedaan yang bermakna (p<0,05;
rata-rata ± simpang baku dan uji statistika Tabel 1).

Tabel 2 Kejadian Menggigil pada Kelompok MgSO4 dan Petidin


Ruang Menggigil MgSO4 (n=21) Petidin (n=21) Nilai p
- 17 12
0,10
Operasi + 4 9
- 20 20
Pemulihan 1,00
+ 1 1
Keterangan: nilai p dihitung berdasarkan Uji Eksak Fisher, p<0,05=bermakna

JAP, Volume 3 Nomor 3, Desember 2015


Perbandingan Efek Pencegahan Magnesium Sulfat dengan Petidin Intravena terhadap Kejadian Menggigil 169
Selama Operasi Reseksi Prostat Transuretra dengan Anestesi Spinal

Tabel 3 Derajat Menggigil di Kamar Operasi Tabel 4 Derajat Menggigil di Ruang


pada Kelompok MgSO4 dan Petidin Pemulihan pada Kelompok MgSO4
Derajat MgSO4 Petidin
dan Petidin
Nilai p
Menggigil (n=21) (n=21) Derajat MgSO4 Petidin Nilai p
0 17 12 Menggigil (n=21) (n=21)

1 3 5 0 20 20
2 1 2 0,30 1 1 0

3 0 2 2 0 0
0,37
4 0 0 3 0 1
4 0 0
Keterangan: nilai p dihitung berdasarkan uji chi-kuadrat,
p<0,05=bermakna Keterangan: nilai p dihitung berdasarkan uji chi-kuadrat,
p<0,05=bermakna

Empat pasien pada kelompok MgSO4 serta


9 pasien pada kelompok petidin mengalami petidin ditemukan kejadian menggigil derajat
menggigil di kamar operasi dan 1 pasien pada 3 sebanyak 1 dari 21 pasien, sedangkan pada
kelompok MgSO4 dan juga petidin mengalami kelompok MgSO4 tidak ditemukan kejadian
menggigil di dalam ruang pemulihan. Kejadian menggigil baik derajat menggigil 2 maupun 3
menggigil pada kedua kelompok perlakuan (Tabel 4).
baik saat di kamar operasi maupun di ruang Hipotermia terjadi pada semua pasien baik
pemulihan tidaklah berbeda bermakna secara kelompok MgSO4 maupun kelompok petidin.
statistika (p>0,05; Tabel 2). Penurunan suhu tubuh inti pada kelompok
Derajat menggigil yang terjadi di kamar MgSO4 dibanding dengan kelompok petidin
operasi pada kelompok MgSO4 dan kelompok berdasarkan uji-t tidak berpasangan dan Uji
petidin tidak berbeda bermakna berdasarkan Mann-Whitney lebih besar secara bermakna
uji statistika (p>0,05). Pada kelompok petidin (p<0,05; Gambar 1).
ditemukan derajat menggigil 3 sebanyak 2 dari
21 pasien, sedangkan pada kelompok MgSO4 Pembahasan
tidak ditemukan kejadian menggigil dengan
derajat menggigil 3 (Tabel 3). Kedua kelompok penelitian ini tidak berbeda
Derajat menggigil yang terjadi saat pasien baik dalam hal usia, berat badan, tinggi badan,
di ruang pemulihan pada kelompok MgSO4 dan lama operasi, suhu kamar operasi, suhu ruang
kelompok petidin tidaklah berbeda bermakna pemulihan, maupun jumlah cairan intravena.
secara statistika (p>0,05). Pada kelompok Kedua kelompok homogen dan juga layak

37,00
36,50
36,00
MgSO4 50
35,50 mg/kgBB i.v.
35,00 petidin 0,35
mg/kgBB i.v.
34,50
34,00
33,50
Sebelum 5 15 25 35 45 55 65 75 10 30 50

Gambar 1 Perubahan Suhu Tubuh Inti Rata-rata Selama Operasi dan di Ruang Pemulihan

JAP, Volume 3 Nomor 3, Desember 2015


170 Jurnal Anestesi Perioperatif

diperbandingkan. pada pasien, hal ini dilakukan karena yang


Hasil penelitian ini menunjukkan kejadian diteliti adalah efek pencegahan obat tersebut.
menggigil yang tidak berbeda bermakna Dosis MgSO4 yang diberikan pada penelitian
secara statistika (p>0,05) antara kelompok sebelumnya lebih besar, yaitu 80 mg/kgBB i.v.
MgSO4 dan kelompok petidin, baik di kamar dilanjutkan dosis rumatan 2 g/jam intravena
operasi maupun di ruang pemulihan. Derajat (i.v.).2 Penelitian lain dengan memakai dosis
menggigil antara kedua kelompok perlakuan rumatan MgSO4 yang lebih besar yaitu 0,5 mg/
juga tidak menunjukkan ada perbedaan yang kgBB/menit intravena (i.v.).1 Dosis MgSO4 50
bermakna secara statistika, tetapi secara klinis mg/kgBB dilanjutkan dosis rumatan 15 mg/
derajat menggigil pada kelompok MgSO4 lebih kgBB/jam i.v. sudah efektif untuk mencegah
redah dibanding dengan kelompok petidin. kejadian menggigil.10,11 Dosis petidin yang
Pada kelompok petidin masih ditemukan diberikan pada penelitian sebelumnya juga
kejadian menggigil di kamar operasi dengan lebih besar, yaitu 0,5 mg/kgBB i.v.1 Berdasarkan
derajat 3, sedangkan pada kelompok MgSO4 penelitian lain, petidin 0,35 mg/kgBB sudah
ditemukan kejadian menggigil dengan derajat efektif untuk mengatasi kejadian menggigil.7
tertinggi 2. Kejadian menggigil di ruang Baik dosis magnesium sulfat maupun petidin
pemulihan pada kelompok petidin ditemukan yang diberikan dalam penelitian ini terbukti
tertinggi dengan derajat 3, sedangkan pada efektif untuk menurunkan kejadian menggigil
kelompok MgSO4 tertinggi dengan derajat 1. dengan kejadian menggigil pada anestesia
Hasil penelitian ini ternyata berbeda dengan regional sekitar 56,7%.1,2 Pada penelitian ini
hasil penelitian lainnya. Pada penelitian yang kejadian menggigil adalah kurang dari 57%.
membandingkan pemberian antara MgSO4 Kriteria usia pada penelitian ini adalah
dan petidin untuk mencegah menggigil pada 60−70 tahun (kelompok usia geriatrik). Pada
anestesia spinal didapatkan bahwa kejadian kelompok usia tersebut telah terjadi perubahan
menggigil pada kelompok MgSO4 lebih rendah fisiologis yang diperkirakan terjadi penurunan
(7/25 vs 17/25) dengan perbedaan yang fungsi sebesar 1 persen/tahun dimulai sejak
bermakna (p<0,05).1 Penelitian lainnya yang usia di atas 30 tahun. Fungsi termoregulasi
membandingkan pemberian antara MgSO4 dan termasuk yang mengalami penurunan fungsi.
plasebo/NaCl 0,9% untuk mencegah kejadian Pada kelompok usia tersebut aktivitas sudah
menggigil pada anestesia spinal didapatkan berkurang hampir 50% dan juga massa otot
kejadian menggigil yang lebih rendah pada berkurang hampir 30%. Reseptor di kulit yang
kelompok MgSO4 (2/30 vs 20/30) dengan sensitif terhadap perubahan suhu juga sudah
perbedaan yang bermakna (p<0,05).2 berkurang jumlah atau sensitivitasnya. Kulit
Pada penelitian sebelumnya obat perlakuan yang lebih tipis serta lemak subkutan yang
diberikan pada pasien setelah dilakukannya berkurang mengakibatkan pertahanan tubuh
anestesia spinal, sedangkan pada penelitian ini terhadap dingin berkurang. Selain itu, kontrol
dilakukan sebelum dilakukan anestesia spinal. pusat termoregulasi tubuh akan menjadi lebih
Seperti diketahui bahwa salah satu faktor yang lambat ataupun tidak efektif ketika berespons
mengakibatkan menggigil adalah hipotermia terhadap perubahan suhu tubuh inti. Pada
sebagai akibat dari redistribusi suhu tubuh akhirnya, kejadian menggigil pada kelompok
inti ke perifer. Redistribusi suhu tubuh inti ini usia ini menjadi jarang terlihat atau dengan
diakibatkan oleh vasodilatasi di bawah level intensitas yang lebih rendah.
blokade oleh anestesia spinal.2 Apabila bolus Walaupun perbedaan kejadian menggigil
obat perlakuan diberikan setelah anestesia antara kedua kelompok perlakuan ini tidak
spinal, kemungkinan sudah terjadi menggigil bermakna secara statistika, berdasarkan klinis
pada pasien karena bolus obat diberikan dalam didapatkan kejadian menggigil pada pemberian
waktu 10 menit. Obat perlakuan diberikan MgSO4 yang lebih rendah dibanding dengan
sebelum anestesia spinal saat belum terdapat pemberian petidin. Efek pencegahan kejadian
faktor yang dapat mengakibatkan menggigil menggigil pada pemberian MgSO4 lebih besar

JAP, Volume 3 Nomor 3, Desember 2015


Perbandingan Efek Pencegahan Magnesium Sulfat dengan Petidin Intravena terhadap Kejadian Menggigil 171
Selama Operasi Reseksi Prostat Transuretra dengan Anestesi Spinal

dibanding dengan pemberian petidin. Hal ini banyak dibanding dengan kelompok petidin.
berhubungan dengan mekanisme kerja yang Menggigil merupakan respons kompensasi
berbeda antara kedua obat. tubuh terhadap kejadian hipotermia, sehingga
Petidin adalah suatu sintetik agonis opioid suhu tubuh sebaiknya dipertahankan pada
turunan dari phenylpiperidine. Hampir semua rentang 36,5−37,5oC. Meskipun demikian, tidak
jenis opioid diperkirakan dapat memengaruhi selalu memungkinkan untuk mengendalikan
fungsi termoregulasi. Petidin merupakan obat suhu tubuh dalam batas normal pada pasien
unik yang dapat menghentikan menggigil pada dalam anestesia regional.13 Pada penelitian
10−80% pasien. Hal tersebut berhubungan ini, meskipun terjadi penurunan suhu tubuh
dengan cara kerja petidin pada reseptor non µ inti lebih besar pada kelompok MgSO4, tetapi
opioid yang bekerja dengan cara menurunkan kejadian menggigil lebih sedikit bila dibanding
ambang menggigil dan juga vasokonstriksi, dengan kelompok petidin. Hal ini dikarenakan
dengan ambang menggigil dan vasokonstriksi MgSO4 bekerja secara sentral melalui blokade
menurun hingga dua kali lipat, namun pasien reseptor NMDA dan juga perifer, yaitu blokade
cenderung hipotermia.12 kanal kalsium.
Magnesium sulfat (MgSO4) adalah antagonis Efek sentral dari MgSO4 adalah menurunnya
nonkompetitif dari reseptor NMDA dan juga ambang batas vasokonstriksi serta menggigil
merupakan antagonis kalsium. Telah diketahui yang akan mengurangi kejadian menggigil.
bahwa MgSO4 sangat efektif dalam mencegah Efek perifer pemberian MgSO4 adalah terjadi
kejadian menggigil. Mekanisme pasti MgSO4 vasodilasi pembuluh darah perifer. Menggigil
mencegah menggigil masih belum diketahui. akan terjadi setelah ambang untuk terjadinya
Kemungkinan dikarenakan blokade reseptor vasokonstriksi dan juga ambang menggigil
NMDA yang dapat mengakibatkan penurunan terlampaui. Efek vasodilatasi dari pemberian
kadar norepinefrin dan 5-HT yang keduanya MgSO4 akan mencegah proses vasokonstriksi
memiliki peranan penting dalam pengendalian yang mendahului terjadinya proses menggigil
termoregulasi. Mekanisme lain adalah melalui sehingga dapat mencegah kejadian menggigil.
modulasi reseptor NMDA pada tanduk dorsal Selain itu, terjadinya vasodilatasi pembuluh
medula spinalis yang akan memengaruhi perifer akan memperbaiki sirkulasi di daerah
transmisi jalur asenden nosiseptif.1 Pemberian kulit sehingga membantu untuk mengurangi
MgSO4 i.v. diduga akan mengurangi ambang kejadian menggigil.2
menggigil, di samping itu MgSO4 memiliki efek Beberapa faktor lainnya yang memengaruhi
pelemas otot ringan sehingga secara simultan kejadian menggigil adalah suhu ruangan, baik
akan mengurangi terjadi menggigil. Selain itu, di kamar operasi maupun ruang pemulihan,
magnesium menyebabkan vasodilatasi perifer lama operasi, jumlah serta suhu cairan yang
yang memperbaiki sirkulasi kulit dan akhirnya diberikan baik cairan intraven atau cairan
mengurangi kejadian menggigil. irigasi. Variabel-variabel pengganggu tersebut
Salah satu faktor yang dapat memengaruhi pada penelitian ini sudah homogen kecuali
kejadian menggigil adalah suhu tubuh inti untuk jumlah cairan irigasi. Pemberian cairan
pasien. Penurunan suhu tubuh inti kelompok irigasi dalam jumlah yang banyak pada suhu
petidin ternyata lebih kecil dibanding dengan ruangan merupakan sumber kehilangan panas
penurunan suhu tubuh inti pada kelompok dari tubuh pasien yang akan mengakibatkan
MgSO4. Temuan ini serupa dengan penelitian hipotermia dan menggigil. Meskipun jumlah
lain bahwa pemberian MgSO4 mengakibatkan cairan irigasi pada kelompok MgSO4 lebih
penurunan suhu tubuh inti yang lebih besar banyak dibanding dengan kelompok petidin,
apabila dibanding dengan kelompok kontrol.1,2 namun kejadian menggigil lebih rendah. Pada
Penurunan suhu tubuh inti yang lebih besar hasil penelitian sebelumnya didapatkan bahwa
pada kelompok MgSO4 tersebut berhubungan jumlah cairan irigasi rata-rata lebih banyak
dengan waktu operasi yang lebih lama serta pada kelompok MgSO4 bila dibanding dengan
penggunaan jumlah cairan irigasi yang lebih plasebo/NaCl 0,9% (63.000 vs 44.000 mL)

JAP, Volume 3 Nomor 3, Desember 2015


172 Jurnal Anestesi Perioperatif

dengan kejadian menggigil yang lebih rendah fentanyl and tramadol after general
pada kelompok MgSO4 (2 vs 20 pasien).2 Hal anesthesia. Shiraz E-Med J. 2006;7:1−6.
ini terjadi dikarenakan MgSO4 bekerja secara 6. Blunk JA, Schmelz M, Zeck S, Skov P, Likar
sentral melalui blokade reseptor NMDA dan R, Koppert W. Opioid-induced mast cell
juga blokade kanal kalsium di perifer. Ambang activation and vascular responses is not
vasokonstriksi dan menggigil yang berkurang, mediated by µ-opioid receptors: an in vivo
ditambah efek vasodilatasi yang ditimbulkan microdialysis study in human skin. Anesth
akan membantu mengurangi menggigil.2 Analg. 2004;98:364−70.
7. Shrestha AB. Comparative study on
Simpulan effectiveness of doxapram and pethidine
for postanaesthetic shivering. J Nepal Med
Kejadian menggigil antara pemberian bolus Assoc. 2009;48:116−20.
MgSO4 50 mg/kgBB yang dilanjutkan dosis 8. Stoelting RK, Hillier SC. Pharmacology and
rumatan 15 mg/kgBB/jam i.v. dan pemberian physiology in anesthetic practice. Edisi
petidin 0,35 mg/kgBB i.v. pada pasien yang ke-4. New York: Lippincott Williams and
menjalani operasi reseksi prostat transuretra Wilkins; 2006. hlm. 611−22.
dalam anestesia spinal tidak ada perbedaan. 9. Prough DS, Funston JS, Svensen CH, Wolf
Pemberian bolus MgSO4 50 mg/kgBB yang SW. Fluids, electrolytes, and acid-base
dilanjutkan dosis rumatan 15 mg/kgBB/jam physiology. Dalam: Barash PG, Cullen
i.v. secara klinis memiliki efek pencegahan BF, Stoelting RK, Cahalan MK, Stock MC,
terhadap kejadian menggigil selama operasi penyunting. Clinical anesthesia. Edisi ke-
yang lebih baik dibanding dengan petidin 0,35 6. New York: Lippincott Williams and
mg/kgBB i.v. Wilkins; 2009. hlm. 290−325.
10. Usmani H, Quadir A, Alam M, Rohtagi A,
Daftar Pustaka Ahmed G. Evaluation of perioperative
magnesium sulphate infusion on
1. Elsonbaty M, Elsonbaty A, Saad D. Is this postoperative pain and analgesic
the time for magnesium sulfate to replace requirements in patients undergoing
meperidine as an antishivering agent in upper abdominal surgery. J Anesth Clin
spinal anesthesia. Egyptian J Anaesth. Pharmacol. 2007;23:255−8.
2013;29:213−7. 11. Ryu JH, Kang MH, Park KS, Do SH.
2. Gozdemir M, Usta B, Demircioglu RI, Effects of magnesium sulphate on
Muslu B, Sert H, Karatas OF. Magnesium intraoperative anaesthetic requirements
sulfate infusion prevents shivering and postoperative analgesia in
during transurethral prostatectomy with gynaecology patients receiving total
spinal anesthesia: a randomized, double- intravenous anaesthesia. Br J Anaesth.
blinded, controlled study. J Clin Anesth. 2008;100:397−403.
2010;22(3):184−9. 12. Coda BA. Opioids. Dalam: Barash PG,
3. Dal D, Kose A, Honca M, Akinci SB, Basgul E, Cullen BF, Stoelting RK, Cahalan MK, Stock
Aypar U. Efficacy of prophylactic ketamine MC, penyunting. Clinical anesthesia. Edisi
in preventing postoperative shivering. Br J ke-6. New York: Lippincott Williams and
Anaesth. 2005;95:189−92. Wilkins; 2009. hlm. 465−97.
4. Kurz M, Belani KG, Sessler DI, Kurz A, 13. Kranke P, Eberhart LH, Roewer N,
Larson MD, Schroeder M, dkk. Naloxone, Tramer MR. Single-dose parenteral
meperidine, and shivering. Anesthesiology. pharmacological interventions for the
1993;79:1193−201. prevention of postoperative shivering:
5. Sajedi P, Nazemroaya B. Comparing the a quantitative systematic review of
effectiveness of antishivering action randomized controlled trials. Anesth
of meperidine, alfentanyl, sufentanyl, Analg. 2004;99:718−27.

JAP, Volume 3 Nomor 3, Desember 2015

Anda mungkin juga menyukai