Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

GAWAT DARURAT MATERNAL DAN NEONATAL


PERDARAHAN PASCA SALIN

Di susun oleh kelompok 5:

1. Ananda Virginia D. I : P07220118032


2. Fadilla Gina : P07220118012
3. Indah Andriani : P07220118042
4. Indah Puspita Sari : P07220118043
5. Indah Suhartini : P07220118015
6. Nurul Hasanah Hafit : P07220118054
7. Robiyatul Adawiyah : P07220118025

KEMENTERIAN KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan Makalah
tugas mata kuliah Gawat Darurat Maternal dan Neonatal yang berjudul
“Perdarahan Pasca Salin” tepat waktu. Makalah ini tidak akan selesai tepat
waktu tanpa bantuan dari berbagai pihak.
Kami menyadari dalam pembuatan tugas ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
kami harapkan. Sehingga tugas yang sederhana ini dapat menjadi bahan bacaan
yang bermanfaat demi peningkatan mutu pendidikan. Dan tak lupa kami
ucapkan terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada kami. Akhir kata
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan
dan semua pihak yang membacanya.

Samarinda, 15 Januari 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................................................ 1

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ................................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................. 4

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................ 4

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 5

1.3 Tujuan ........................................................................................................................................ 5

BAB II Tinjau Pustaka ............................................................................................................. 6

2.1 Definisi ....................................................................................................................................... 6

2.2 Tanda dan Gejala ..................................................................................................................... 7

2.3 Data Subyektif dan Obyektif Pasca Salin........................................................................ 8

2.4 Penatalaksanaan Perdarahan Pasca Salin ..................................................................... 9

BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 13

3.1 Kesimpulan .............................................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 14

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perdarahan yang terjadi segera setelah melahirkan dapat disebabkan
oleh banyak penyebab. Sekitar separuh dari kematian ibu hamil akibat
perdarahan disebabkan oleh kausa pascapartum dini ini. Jika dijumpai
perdarahan yang berlebihan, etiologi spesifiknya perlu dicari. Atonia
uterus, retensi plasenta termasuk plasenta akreta dan variannya, serta
laserasi saluran genital merupakan penyebab tersering perdarahan dini.
Perdarahan intrapartum atau pascapartum dini yang parah
kadang-kadang diikuti oleh kegagalan hipofisis (sindrom sheehan) yang
ditandai oleh kegagalan laktasi, amenore, atrofi payudara, rontoknya
rambut pubis dan aksila, hipotiroidisme, dan insufisiensi korteks adrenal.
Insidensi sindrom sheehan semula diperkirakan adalah 1 per 10.000
persalinan.
Di Amerika Serikat, sindrom ini tampaknya sudah semakin jarang
dijumpai. Perdarahan obstetri sering disebabkan oleh kegagalan uterus
untuk berkontraksi secara memadai setelah pelahiran. Pada banyak
kasus, perdarahan postpartum dapat diperkirakan jauh sebelum
pelahiran.
Perdarahan post partum atau perdarahan pasca persalinan adalah
salah satu penyebab kematian ibu melahirkan. Tiga faktor utama
penyebab kematian ibu melahirkan adalah perdarahan post
partum atau perdarahan pasca persalinan, hipertensi saat hamil atau pre
eklamasi dan infeksi. Perdarahan menempati prosentase tertinggi
penyebab kematian ibu (28%). Di berbagai negara paling sedikit
seperempat dari seluruh kematian ibu disebabkan oleh perdarahan,
proporsinya berkisar antara kurang dari 10-60 %. Walaupun seorang

4
perempuan bertahan hidup setelah mengalami pendarahan
pasca persalinan, namun selanjutnya akan mengalami kekurangan darah
yang berat (anemia berat) dan akan mengalami masalah kesehatan yang
berkepanjangan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang di maksud dengan Perdarahan Post Partum ?
2. Apa saja tanda dan gejala dari Perdarahan Pasca Salin ?
3. Apa saja data subyektif dan obyektif dari Perdarahan Pasca Salin ?
4. Bagaimana penatalaksanaan Perdarahan Pasca Salin ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Perdarahan Pasca Salin
2. Mengetahui tanda dan gejala dari Perdarahan Pasca Salin
3. Mengetahui data subyektif dan obyektif dari Perdarahan Pasca Salin
4. Mengetahui cara penatalaksanaan Perdarahan Pasca Salin

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Perdarahan pascapartum dapat dikategorikan sebagai primer
(sejak kkelahiran sampai 24 jam pascapartum) atau sekunder (24 jam
sampai 6 minggu pascapartum). Pada perdarahan pascapartus primer
kehilangan darah dan angka morbiditas lebih besar serta lebih sering
terjadi. Bab ini menyajikan perdarahan pascapartum yang terjadi segera
setelah pelahiran plasenta.
Definisi perdarahan adalah kehilangan darah secara abnormal.
Rata-rata kehilangan darah selama pelahiran pervagina yang ditolong
dokter obstetrik tanpa komplikasi lebih dari 500mL; kehilangan darah
rata-rata selama sectio sesaria sekitar 100mL. Kehilangan darah rata-rata
pelahiran pervagina yang ditolong bidan diobservasi kurang dari 500mL,
tapi belum dipelajari dan diuji. Alasan yang mungkin untuk perbedaan ini
adalah kenyataan bahwa bidan tidak secara rutin melakukan episotomi
dan telah menguasai seni pelahiran pervagina yang ditolong oleh dokter
obstetrik tanpa komplikasi merefleksikan kehilangan darah akibat
insiden episotomi dan laserasi yang lebih tinggi.
Definisi sebelumnya dan digunakan secara luas untuk perdarahan
pascapartum dalam obstetri adalah kehilangan 500 mililiter darah atau
lebih. Catat bahwa jumlah kehilangan darah yang yang dispesifikkan
dalam definisi perdarahan ini adalah sama dengan rata-rata kehilangan
darah pada pelahiran pervagina oleh dokter obstetrik; hal ini dikaitkan
dengan kenyatan bahwa perkiraan klinis kehilangan darah ditetapkan
lebih rendah sebanyak 30-50%. Oleh karena itu definisi "klasik"
perdarahan pascapartum didasarkan pada kecendrungan sistematik
terhadap perkiran kehilangan darah yang terukur.

6
Akan tetapi, kita tidak menungu sampai ada kehilangan darah 500
mililiter (aktual atau diperkirakan) sebelum memutuskan bahwa wanita
pada kenyatanya mengalami perdarahan dan mengalami perdarahan dan
mengambil tindakan yang tepat. Tindakan awal ketika terjadi perdarahan
berlebihan dapat mencegah perdarahan aktual dan tentunya perdarahan
sekuela (lanjutan) yang mengancam jiwa, yang mula-mula
dimanifestasikan dalam bentuk tanda dan gejala syok.

2.2 Tanda dan Gejala


1. Atonia uteri
a. Ditandai
 Uterus tidak berkontraksi dan lembek.
 Perdarahan segera setelah anak lahir
b. Penyulit
 Syok
 Bekuan darah pada serviks atau posisi telentang akan
menghambat aliran darah keluar
2. Luka/Robekan jalan lahir
a. Ditandai
 Darah segar mengalir segera setelah bayi lahir
 Uterus berkontraksi dan keras
 Plasenta lengkap
b. Penyulit :
 Pucat
 Lemah
 Menggigil
3. Retensi sisa plasenta
a. Ditandai :
 Plasenta atau sebagian selaput tidak lengkap

7
 Sub-involusi uterus
 Perdarahan
b. Penyulit :
 Uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang
4. Gangguan pembekuan darah
a. Ditandai :
 Uterus berkontraksi dan lembek.
 Plasenta lahir lengkap
 Perdarahan
 Riwayat perdarahan lama
b. Penyulit :
 Pucat dan limbung
 Anemia
 Demam

2.3 Data Subyektif dan Obyektif Pasca Salin


1. Data Subyektif
a. Ibu post partum dengan keluhan lemah, limbung
b. Riwayat Kehamilan
 Anak lebih dari 4
 Perdarahan saat hamil
c. Riwayat Persalinan :
 Persalianan cepat/lama
 Ditolong dengan tindakan
 Operasii
d. Riwayat tindakan persalinan :
 Pengeluaran placenta dengan dirogoh
 Perdarahan setelah melahirkan dan di infus
 Perdarahan setelah melahirkan dan dijahit

8
2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan fisik:
Pucat, dapat disertai tanda-tanda syok, tekanan darah rendah,
denyut nadi cepat, kecil, ekstremitas dingin serta tampak darah
keluar melalui vagina terus menerus
b. Pemeriksaan obstetri:
Mungkin kontraksi usus lembek, bila kontraksi baik, perdarahan
mungkin karena luka jalan lahir
c. Pemeriksaan ginekologi:
Setelah kondisi stabil untuk mengecek kontraksi uterus/luka
jalan lahir/retensi sisa plasenta
d. Pemeriksaan laboratorium Kadar hemoglobin di bawah 10 g/dl
e. Perlu dilakukan pemeriksaan faktor koagulasi seperti waktu
perdarahan

2.4 Penatalaksanaan Perdarahan Pasca Salin


1. Resusitasi cairan
a. Kehilangan 1 L darah perlu penggantian 4-5 L kristaloid, karena
sebagian besar cairan infus tidak tertahan di ruang intravasluler,
tetapi terjadi pergeseran ke ruang interstisial. Perdarahan post
partum > 1.500 mL pada wanita yang saat hamilnya normal, cukup
dengan infus kristaloid jika penyebab perdarahan dapat
tertangani.
b. Bila dibutuhkan cairan kristaloid dalam jumlah banyak (>10 L),
dapat dipertimbangkan pengunaan cairan Ringer Laktat.
c. Cairan yang mengandung Dekstrosa, seperti D 5% tidak memiliki
peran pada penanganan perdarahan post partum.

9
d. Transfusi Darah diberikan bila perdarahan masih terus berlanjut
melebihi 2.000 mL atau pasien menunjukkan tanda-tanda syok
walaupun telah dilakukan resusitasi cepat.Tujuan transfusi
memasukkan 2-4 unit PRC untuk menggantikan pembawa oksigen
yang hilang dan untuk mengembalikan volume sirkulasi
e. PRC bersifat sangat kental yang dapat menurunkan jumlah tetesan
infus, diatasi dengan menambahkan 100 mL NS pada masing-
masing unit. Jangan menggunakan cairan Ringer Laktat untuk
tujuan ini karena kalsium yang dikandungnya dapat menyebabkan
penjendalan
f. Pengangkatan kaki dapat meningkatkan aliran darah balik vena
sehingga dapat memberi waktu untuk menegakkan diagnosis dan
menangani penyebab perdarahan.
g. Perlu pertimbangkan pemberian oksigen

2. Penatalaksaaan perdarahan pasca salin


Perdarahan harus minimal jika uterus wanita berkontraksi dengan
baik setelah kelahiran plasenta. Tetapi, sebaliknya jika ada aliran
menetap (seperti aliran kecil) atau pancaran kecil darah dari vagina,
perawat harus mengambil langkah berikut untuk menangani
kedaruratan ini :
1. Periksa konsistensi uterus, yang merupakan langkah pertama,
karena 80 sampai 90 persen perdarahan pascapartum segera
berhubungan dengan atonik uterus.
2. Jika uterus bersifat atonik, masase untuk menstimulasi kontraksi
sehingga pembuluh darah yang mengalami perdarahan pada sisi
plasenta akan berligasi.
3. Jika uterus gagal berkontraksi segera setelah masase dilakukan :

10
a. Lakukan kompresi bimanual sebagai tambahan stimulasi
kontraksi uterus, yang meligasi pembuluh darah pada sisi
plasenta, kompresi bimanual memberi tekanan kontinu pada
vena uterus dan di segmen bawah uterus, yang merupakan
tempat lain perdarahan.
b. Secara simultan, programkan pemberian obat oksitosik (jika
belum diberikan) atau obat oksitosik tambahan.
c. Pastikan IV paten, atau minta perawat memulai dengan jarum
16 gauge dan dekstrosa 5% dalam larutan ringer laktat yang
ditambahkan 10 unit pitocin per 500 ml larutan. Jika wanita
terpasang IV paten, minta perawat menambahkan pitocin ke
larutan IV dalam proporsi seperti yang telah ditulis.
4. Jika perdarahan wanita masih tidak terkendali :
a. Minta staf perawat melakukan panggilan STAT ke dokter
konsulen anda.
b. Lanjutkan kompresi bimanual.
c. Dapatkan contoh darah dan lakukan uji silang, jika belum
diambil, lalu kirim ke bank darah.
d. Minta staf perawat memantau tekanan darah wanita dan nadi
untuk tanda-tanda syok.
5. Periksa plasenta untuk memastikan jika ada fragmen plasenta atau
kotiledon tertinggal dan untuk menetapkan apakah eksplorasi
uterus perlu dilakukan.
6. Jika fragmen plasenta atau kotiledon hilang, lakukan eksplorasi
uterus. Uterus harus benar-benar kosong agar dapat berkontraksi
secara efektif.
7. Jika uterus kosong dan berkontraksi dengan baik, tetapi
perdarahan berlanjut, periksa wanita untuk mendeteksi laserasi

11
serviks, vagina, dan perineum karena ini mungkin penyebab
perdarahan. Ikat sumber perdarahan dan jahit semua laserasi.
8. Jika wanita mengalami syok (penurunan tekanan darah,
peningkatan denyut nadi, pernapasan cepat dan dangkal, kulit
dingin lembab), tempatkan wanita pada posisi syok trendelenburg,
selimuti ia dengan selimut hangat, beri oksigen, dan programkan
darah ke ruangan.
9. Pada kasus ekstrem dan sangat jarang ketika perdarahan semakin
berat, nyawa wanita berada dalam bahaya, dan dokter belum
datang, kompresi aortik dapat dilakukan pada wanita yang relatif
kurus.

Pada sebagian besar situasi ketika bidan menangani perawatan


wanita dan perdarahan pascapartum primer terjadi, situasi tersebut
dengan mudah dikendalikan dengan kombinasi kompresi bimanual
dan obat-obat oksitosik. Biasanya langkah-langkah penanganan
dilakukan begitu cepat (karena kesiagaan antisipasi dan deteksi awal)
untuk menghindari perdarahan berlebihan. Kadang-kadang perawat
perlu melakukan eksplorasi intrauterus. Pada kasus yang sangat jarang
(tidak pernah dihadapi oleh kebanyakan perawat), tujuh langkah
pertama yang terdaftar disini tidak akan cukup. Pada kejadian seperti
itu, perawat mempertahankan wanita sebagaimana dijalankan pada
dua langkah tambahan terakhir sampai dokter datang.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Definisi perdarahan adalah kehilangan darah secara abnormal. Rata-rata
kehilangan darah selama pelahiran pervagina yang ditolong dokter
obstetrik tanpa komplikasi lebih dari 500mL. Perdarahan pascapartum
dapat dikategorikan sebagai primer (sejak kkelahiran sampai 24 jam
pascapartum) atau sekunder (24 jam sampai 6 minggu pascapartum).

2. Mengambil dari 4 diagnosa kerja masing-masing meiliki tanda dan gejala


yaitu Atonia uteri ditandai dengan Uterus tidak berkontraksi dan
lembek, Perdarahan segera setelah anak lahir. Luka/Robekan jalan
lahir ditandai dengan Uterus berkontraksi dan keras. Retensi sisa
plasenta ditandai dengan Plasenta atau sebagian selaput tidak lengkap.
Gangguan pembekuan darah ditandai dengan Uterus berkontraksi dan
lembek.

3. Data Subyektif dari perdarahan pasca salin yaitu Ibu post partum
dengan keluhan lemah limbung, Riwayat Kehamilan, Riwayat Persalinan,
Riwayat tindakan persalinan.
Data Obyektif dari perdarahan pasca salin yaitu, Pemeriksaan fisik,
Pemeriksaan obstetri, Pemeriksaan ginekologi, Pemeriksaan
laboratorium Kadar hemoglobin di bawah 10 g/dl, Perlu dilakukan
pemeriksaan faktor koagulasi seperti waktu perdarahan.

4. Penatalaksanaan perdarahan pasca salin ada 2 yang harus di perhatikan,


Resusitasi cairan dan Penatalaksaaan perdarahan pasca salin.

13
DAFTAR PUSTAKA

Setyarini, Didin Ika, Suprapti. (2016). Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan


Maternal Neonatal. Pusdim SDM Kesehatan:Jakarta.

Varney, Helen, dkk. (2003). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2. Buku
Kedokteran EGC:Jakarta.

14

Anda mungkin juga menyukai