Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan Makalah
tugas mata kuliah Gawat Darurat Maternal dan Neonatal yang berjudul
“Perdarahan Pasca Salin” tepat waktu. Makalah ini tidak akan selesai tepat
waktu tanpa bantuan dari berbagai pihak.
Kami menyadari dalam pembuatan tugas ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
kami harapkan. Sehingga tugas yang sederhana ini dapat menjadi bahan bacaan
yang bermanfaat demi peningkatan mutu pendidikan. Dan tak lupa kami
ucapkan terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada kami. Akhir kata
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan
dan semua pihak yang membacanya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
JUDUL ............................................................................................................................................ 1
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
perempuan bertahan hidup setelah mengalami pendarahan
pasca persalinan, namun selanjutnya akan mengalami kekurangan darah
yang berat (anemia berat) dan akan mengalami masalah kesehatan yang
berkepanjangan.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Perdarahan pascapartum dapat dikategorikan sebagai primer
(sejak kkelahiran sampai 24 jam pascapartum) atau sekunder (24 jam
sampai 6 minggu pascapartum). Pada perdarahan pascapartus primer
kehilangan darah dan angka morbiditas lebih besar serta lebih sering
terjadi. Bab ini menyajikan perdarahan pascapartum yang terjadi segera
setelah pelahiran plasenta.
Definisi perdarahan adalah kehilangan darah secara abnormal.
Rata-rata kehilangan darah selama pelahiran pervagina yang ditolong
dokter obstetrik tanpa komplikasi lebih dari 500mL; kehilangan darah
rata-rata selama sectio sesaria sekitar 100mL. Kehilangan darah rata-rata
pelahiran pervagina yang ditolong bidan diobservasi kurang dari 500mL,
tapi belum dipelajari dan diuji. Alasan yang mungkin untuk perbedaan ini
adalah kenyataan bahwa bidan tidak secara rutin melakukan episotomi
dan telah menguasai seni pelahiran pervagina yang ditolong oleh dokter
obstetrik tanpa komplikasi merefleksikan kehilangan darah akibat
insiden episotomi dan laserasi yang lebih tinggi.
Definisi sebelumnya dan digunakan secara luas untuk perdarahan
pascapartum dalam obstetri adalah kehilangan 500 mililiter darah atau
lebih. Catat bahwa jumlah kehilangan darah yang yang dispesifikkan
dalam definisi perdarahan ini adalah sama dengan rata-rata kehilangan
darah pada pelahiran pervagina oleh dokter obstetrik; hal ini dikaitkan
dengan kenyatan bahwa perkiraan klinis kehilangan darah ditetapkan
lebih rendah sebanyak 30-50%. Oleh karena itu definisi "klasik"
perdarahan pascapartum didasarkan pada kecendrungan sistematik
terhadap perkiran kehilangan darah yang terukur.
6
Akan tetapi, kita tidak menungu sampai ada kehilangan darah 500
mililiter (aktual atau diperkirakan) sebelum memutuskan bahwa wanita
pada kenyatanya mengalami perdarahan dan mengalami perdarahan dan
mengambil tindakan yang tepat. Tindakan awal ketika terjadi perdarahan
berlebihan dapat mencegah perdarahan aktual dan tentunya perdarahan
sekuela (lanjutan) yang mengancam jiwa, yang mula-mula
dimanifestasikan dalam bentuk tanda dan gejala syok.
7
Sub-involusi uterus
Perdarahan
b. Penyulit :
Uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang
4. Gangguan pembekuan darah
a. Ditandai :
Uterus berkontraksi dan lembek.
Plasenta lahir lengkap
Perdarahan
Riwayat perdarahan lama
b. Penyulit :
Pucat dan limbung
Anemia
Demam
8
2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan fisik:
Pucat, dapat disertai tanda-tanda syok, tekanan darah rendah,
denyut nadi cepat, kecil, ekstremitas dingin serta tampak darah
keluar melalui vagina terus menerus
b. Pemeriksaan obstetri:
Mungkin kontraksi usus lembek, bila kontraksi baik, perdarahan
mungkin karena luka jalan lahir
c. Pemeriksaan ginekologi:
Setelah kondisi stabil untuk mengecek kontraksi uterus/luka
jalan lahir/retensi sisa plasenta
d. Pemeriksaan laboratorium Kadar hemoglobin di bawah 10 g/dl
e. Perlu dilakukan pemeriksaan faktor koagulasi seperti waktu
perdarahan
9
d. Transfusi Darah diberikan bila perdarahan masih terus berlanjut
melebihi 2.000 mL atau pasien menunjukkan tanda-tanda syok
walaupun telah dilakukan resusitasi cepat.Tujuan transfusi
memasukkan 2-4 unit PRC untuk menggantikan pembawa oksigen
yang hilang dan untuk mengembalikan volume sirkulasi
e. PRC bersifat sangat kental yang dapat menurunkan jumlah tetesan
infus, diatasi dengan menambahkan 100 mL NS pada masing-
masing unit. Jangan menggunakan cairan Ringer Laktat untuk
tujuan ini karena kalsium yang dikandungnya dapat menyebabkan
penjendalan
f. Pengangkatan kaki dapat meningkatkan aliran darah balik vena
sehingga dapat memberi waktu untuk menegakkan diagnosis dan
menangani penyebab perdarahan.
g. Perlu pertimbangkan pemberian oksigen
10
a. Lakukan kompresi bimanual sebagai tambahan stimulasi
kontraksi uterus, yang meligasi pembuluh darah pada sisi
plasenta, kompresi bimanual memberi tekanan kontinu pada
vena uterus dan di segmen bawah uterus, yang merupakan
tempat lain perdarahan.
b. Secara simultan, programkan pemberian obat oksitosik (jika
belum diberikan) atau obat oksitosik tambahan.
c. Pastikan IV paten, atau minta perawat memulai dengan jarum
16 gauge dan dekstrosa 5% dalam larutan ringer laktat yang
ditambahkan 10 unit pitocin per 500 ml larutan. Jika wanita
terpasang IV paten, minta perawat menambahkan pitocin ke
larutan IV dalam proporsi seperti yang telah ditulis.
4. Jika perdarahan wanita masih tidak terkendali :
a. Minta staf perawat melakukan panggilan STAT ke dokter
konsulen anda.
b. Lanjutkan kompresi bimanual.
c. Dapatkan contoh darah dan lakukan uji silang, jika belum
diambil, lalu kirim ke bank darah.
d. Minta staf perawat memantau tekanan darah wanita dan nadi
untuk tanda-tanda syok.
5. Periksa plasenta untuk memastikan jika ada fragmen plasenta atau
kotiledon tertinggal dan untuk menetapkan apakah eksplorasi
uterus perlu dilakukan.
6. Jika fragmen plasenta atau kotiledon hilang, lakukan eksplorasi
uterus. Uterus harus benar-benar kosong agar dapat berkontraksi
secara efektif.
7. Jika uterus kosong dan berkontraksi dengan baik, tetapi
perdarahan berlanjut, periksa wanita untuk mendeteksi laserasi
11
serviks, vagina, dan perineum karena ini mungkin penyebab
perdarahan. Ikat sumber perdarahan dan jahit semua laserasi.
8. Jika wanita mengalami syok (penurunan tekanan darah,
peningkatan denyut nadi, pernapasan cepat dan dangkal, kulit
dingin lembab), tempatkan wanita pada posisi syok trendelenburg,
selimuti ia dengan selimut hangat, beri oksigen, dan programkan
darah ke ruangan.
9. Pada kasus ekstrem dan sangat jarang ketika perdarahan semakin
berat, nyawa wanita berada dalam bahaya, dan dokter belum
datang, kompresi aortik dapat dilakukan pada wanita yang relatif
kurus.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Definisi perdarahan adalah kehilangan darah secara abnormal. Rata-rata
kehilangan darah selama pelahiran pervagina yang ditolong dokter
obstetrik tanpa komplikasi lebih dari 500mL. Perdarahan pascapartum
dapat dikategorikan sebagai primer (sejak kkelahiran sampai 24 jam
pascapartum) atau sekunder (24 jam sampai 6 minggu pascapartum).
3. Data Subyektif dari perdarahan pasca salin yaitu Ibu post partum
dengan keluhan lemah limbung, Riwayat Kehamilan, Riwayat Persalinan,
Riwayat tindakan persalinan.
Data Obyektif dari perdarahan pasca salin yaitu, Pemeriksaan fisik,
Pemeriksaan obstetri, Pemeriksaan ginekologi, Pemeriksaan
laboratorium Kadar hemoglobin di bawah 10 g/dl, Perlu dilakukan
pemeriksaan faktor koagulasi seperti waktu perdarahan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Varney, Helen, dkk. (2003). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2. Buku
Kedokteran EGC:Jakarta.
14