Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Mendukung
Menentukan Menyiapkan Membentuk
Presentasi 'Para
Tujuan Belajar Panduan Studi Tim Siswa
Ahli'
b. Inquiry
Konstruktivisme meyakini bahwa pengetahuan baru dapat dibangun
berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Mengkonstruksi
pengetahuan dapat dilakukan dalam konteks sosial, siswa berinteraksi dalam
upaya membangun konsep baru. Discovery dengan inquiry merupakan
kegiatan pembelajaran yang melatih siswa untuk berpikir logis, kritis, analitis
menuju suatu kesimpulan yang meyakinkan.
Sund (Hidayati dkk. 2008: 6.3) menyatakan bahwa discovery adalah
proses mental dimana siswa mengasimilasikan suatu konsep atau suatu
prinsip. Proses mental tersebut, misalnya, mengamati, mengklasifikasi,
membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, dan membuat kesimpulan.
Sedangkan inkuiri dibentuk meliputi discovery, dengan perkataan lain inkuiri
adalah perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam. Artinya
proses inkuiri mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi
tingkatannya. Misalnya merumuskan masalah, merancang eksperimen,
melakukan eksperimen, mengumpulkan dan mengalisis data, dan menarik
kesimpulan.
Menurut Joyce dan Weil (Hidayati dkk. 2008: 6.10) inkuiri memiliki
5 tahap:
Tabel 2.2 Sintaksis Pembelajaran Inkuiri
Fase Tujuan
Fase 1: memberikan masalah dan - menghadapkan pada
menjelaskan prosedur inkuiri permasalahan
- menjelaskan prosedur inkuiri
- menyampaikan permasalahan
yang kontradiksi
Fase 2: verifikasi - pengumpulan data dan verifikasi
- memverifikasi benda, keadaan,
sifat, dan peristiwa
Fase 3: eksperimen - pengumpulan data eksperimentasi
- mengisolasi variable yang relevan
- menyusun dan menguji hipotesis
- menyusun hubungan sebab akibat
Fase 4: mengorganisir data - mengorganisir, formulasi, dan
penjelasan
- menyusun deskripsi atau
penjelasan
Fase 5: menganalisis proses - menganalisis strategi inkuiri dan
inkuiri mengembangkan proses inkuiri
agar lebih efektif
3. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
Kata kontekstual berasal dari bahasa Inggris, yakni contextual yang
memiliki arti sesuai dengan konteks atau dalam konteks. Pendekatan kontekstual
merupakan pendekatan pembelajaran yang mendorong siswa untuk
menghubungan materi dengan realitas kehidupan nyata. Pembelajaran tersebut
akan bermakna dikarenakan materi yang dipelajari di sekolah berkaitan dengan
kehidupan siswa serta mendorong siswa untuk menerapkan pengetahuan dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, kelebihan utama kontekstual adalah:
a. menghubungkan materi terhadap dunia nyata, dan
b. mengaplikasikan materi dalam kehidupan siswa (aplikatif).
CTL Konvensional
Siswa sebagai subjek pembelajar. Siswa sebagai objek. Siswa
Artinya siswa terlibat aktif dalam menerima informasi atau materi
pembelajaran (student centered). yang disampaikan oleh guru (teacher
centered).
Siswa belajar dalam kelompok kecil. Belajar secara klasikal.
Pembelajaran mengaitkan materi Pembelajaran cenderung teoritis.
dengan kehidupan nyata dan
pengalaman.
Didasari pengalaman siswa. Tidak berdasarkan pengalaman
siswa.
Penilaian berorientasi pada proses. Penilaian berorientasi pada hasil.
Lingkungan sebagai sumber belajar Guru sebagai sumber utama
yang utama. pembelajaran.
Adanya upaya pemecahan masalah Tidak ada upaya pemecahan
dan aplikatif. masalah.
Sumber
Belajar
Sumber
Bahan Cetak Lingkungan
Elektronik
Lingkungan Lingkungan
Narasumber
Alam Buatan
1. Bahan Cetak
Buku sumber yang antara lain adalah buku teks pelajaran telah menjadi
sumber utama dalam pembelajaran. Bahan cetak lainnya seperti koran, majalah
dan poster. Keterampilan dasar yang perlu dikuasai siswa berkaitan dengan
penggunaan buku sebagai sumber belajar adalah keterampilan membaca.
Melalui kegiatan membaca, siswa memberdayakan dirinya dalam mendapatkan
dan mengolah informasi. Garvey dan Krug (Mulyani dkk, 2009: 62)
menjelaskan lima jenis keterampilan yang terkait dengan pemerolehan informasi
dari buku teks.
a. Keterampilan merujuk (reference skill). Keterampilan ini berkaitan
menemukan informasi melalui daftar isi, bab, indeks dan lainnya.
b. Keterampilan memahami (comprehension skill). Keterampilan dalam
hubungan antargagasan dan membaca diagram.
c. Keterampilan menganalisis dan mengkritisi (analytical and critical skill).
Keterampilan ini berkaitan dengan keterampilan bertanya.
d. Keterampilan mengembangkan imajinasi (imaginative skill). Melalui buku
teks, siswa dapat berimajinasi seperti dalam kaitannya dengan peristiwa
sejarah, peristiwa dalam kehidupan sehari-hari, serta masalah sosial.
e. Keterampilan membuat catatan. Kerampilan ini bukan hanya berkaitan
dengan merangkum, akan tetapi siswa didorong melakukan interpretasi
mengenai teks yang dibaca.
2. Sumber Elektronik
Sumber belajar lain yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPS adalah
sumber elektronik. Pemanfaatan media elektronik seperti radio, TV, dan internet
digunakan untuk mempelajari materi yang relevan. Dengan menggunakan
sumber belajar tersebut siswa dapat mengetahui mengenai kejadian dalam bidang
ekonomi, geografi, politik, dan sosial budaya di lingkungan setempat, nasional
dan internasional. Melalui media elektronik siswa dilatih untuk mencari
informasi, khususnya dengan internet siswa mendapatkan informasi yang tidak
terbatas jumlahnya. Kelebihan dari sumber elektronik adalah dalam
aktualisasinya, peristiwa terbaru secara mudah dapat ditemukan.
3. Lingkungan
Lingkungan masyarakat merupakan sumber utama dalam pembelajaran
IPS, dikarenakan IPS bertitik tolak dari masyarakat dan berorientasi kepada
masyarakat. Melalui sumber lingkungan, pembelajaran konvensional yang
menekankan pada transfer pengetahuan akan beralih pada pembelajaran
konstruktivisme dan kontekstual.
Berikut merupakan beberapa contoh lingkungan masyarakat sebagai
sumber belajar dalam IPS:
a. Narasumber. Penggunaan narasumber dalam pembelajaran IPS sangat tepat.
Beberapa materi IPS berkaitan dengan pekerjaan, guru dapat mengundang
narasumber seperti dokter, petani serta Kepala Desa. Pemanfaatan
narasumber dapat memperluas wawasan siswa serta menumbuhkan motivasi
pada diri siswa.
b. Lingkungan alam. Salah satu materi IPS bersumber dari geografi. Guru dapat
memanfaatkan lingkungan alam sebagai sumber belajar, seperti perkebunan
dan danau.
c. Lingkungan buatan atau sosial. Lingkup materi IPS adalah manusia dalam
konteks sosialnya. Lingkungan yang dapat dijadikan sumber belajar seperti
pasar, pabrik dan kantor Kepala Desa.
2. Konsep
Konsep mencerminkan level yang lebih tinggi dari pengetahuan. Konsep
merupakan kata atau frasa yang digunakan untuk menamai sekelompok orang
yang sama, benda, peristiwa, atau pun ide. Konsep merupakan istilah yang
digunakan untuk mengklasifikasikan suatu kelompok yang sama. Ketika proses
mengklasifikasi, kemampuan yang perlu dikuasai adalah mengenal karakteristik
umum. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa konseptualisasi merupakan
proses kategorisasi kelompok yang mempunyai ciri yang sama tersebut memiliki
nama. Dengan kata lain konseptualisasi merupkan proses pemberian nama
(naming).
Konsep lebih tinggi dari fakta karena menggambarkan hal yang spesifik
dari kelompok yang sama (group of similar) tidak secara identik, tetapi
mempunyai karakteristik yang sama. Seperti yang telah disebutkan di atas
bahwa konsep berkaitan dengan orang, benda, peristiwa, atau ide yang sama.
Untuk lebih memahami mengenai konsep, berikut merupakan contoh konsep:
a. Konsep yang berkaitan dengan orang adalah presiden;
b. Konsep yang berkaitan dengan benda adalah danau, tanjung, dan teluk;
c. Konsep peristiwa seperti kemerdekaan dan;
d. Konsep yang berupa ide seperti toleransi, demokrasi dan globalisasi.
Dari beberapa contoh yang telah diberikan, terdapat dua ciri khusus.
Beberapa contoh konsep merupakan hal yang dapat terlihat dan beberapa yang
lain merupakan konsep yang tidak dapat terlihat secara langsung melainkan
dapat dirasakan manifestasi dari konsep tersebut. Oleh karena itu, kita dapat
mengatakan bahwa konsep ada yang bersifat konkret seperti danau dan tanjung,
adapun toleransi, demokrasi dan globalisasi merupakan konsep yang bersifat
abstrak. Dalam memilih konsep yang akan diajarkan kepada siswa, Banks
(Ischak dkk, 2005) menegaskan bahwa pertama-tama perlu mengaitkan dengan
pengalaman siswa (entry behavior) kemudian mengembangkannya dan
memperluasnya supaya semakin memperkaya wawasan dan dapat menentukan
keputusan dengan lebih baik. Selanjutnya Taba (Banks, 1985; Ischak dkk, 2005)
menyebutkan kriteria pemilihan konsep sebagai berikut:
1. Validity : konsep yang mewakili secara tepat ilmu yang terkait.
2. Significance : konsep yang bermakna.
3. Appropriateness : konsep yang memiliki kelayakan atau kepantasan.
4. Durability : tahan lama.
5. Balance : memberikan keseimbangan dalam scope dan
kedalamannya.
3. Generalisasi
Generalisasi merupakan level yang lebih tinggi dari konsep. Generalisasi
merupakan pernyataan dari hubungan antara dua atau lebih konsep. Pernyataan
tersebut bersifat umum serta tidak terkait pada situasi yang khusus. Berikut
merupakan contoh dari generalisasi IPS:
a. Kebudayaan bersifat universal dikarenakan setiap masyarakat
memilikinya (Antropologi).
b. Kebutuhan manusia tidak terbatas, sedangkan alat pemuas kebutuhannya
terbatas (Ekonomi).
c. Setiap individu memiliki beberapa status dan peran yang berbeda dalam
kehidupannya (Sosiologi).
d. Manusia memiliki ketergantungan terhadap alam dan manusia sendiri
dapat memodifikasi lingkungan untuk pemenuhan kebutuhannya
(Geografi).
Konsep
Konsep yang dapat dipelajari antara lain adalah kebutuhan primer, sekunder,
tersier, barang subtitusi, barang komplementer, barang ekonomi, barang bebas
dan lain-lain.
Generalisasi
Generalisasi yang dapat terbentuk diantaranya:
1. Kebutuhan tersier dapat terpenuhi setelah kebutuhan primer dan
sekunder terpenuhi.
2. Kebutuhan manusia tidak terbatas, akan tetapi alat pemuas kebutuhannya
terbatas.
Keterkaitan fakta, konsep, dan generalisasi dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Generalisasi
Konsep
Fakta
1. Pendekatan Pembelajaran
http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-
MODES/PENDIDIKAN_IPS_DI_SD/BBM_2.pdf
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/1961101419860
11-NANA_SUPRIATNA/CTL-MC-IPS-UIN-6-08-NANA.pdf
2. Sumber Belajar
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._KURIKULUM_DAN_TEK._PENDIDI
KAN/194601291981012-PERMASIH/Konsep_Dasar_Sumber_Belajar.pdf
Bapak Andi merupakan guru di Sekolah Dasar. Pada suatu hari, beliau mengajarkan
materi Sumber Daya Alam. Pembelajarannya dimulai dengan guru menjelaskan bahwa
“eksploitasi berlebihan itu bertentangan dengan pelestarian Sumber Daya Alam”,
kemudian guru meminta siswa merangkum materi pelajaran dan memberikan latihan
soal.
Tugas
1. Menurut pendapat anda, apa yang keliru dari kegiatan pembelajaran tersebut
dan jelaskan apakah guru telah menerapkan pendekatan konstruktivisme?
2. Buatlah langkah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
konstruktivisme mengenai materi SDA!
3. Menurut anda, apa sumber belajar yang tepat bagi guru dalam mengajarkan
materi SDA!
4. Susunlah fakta konsep dan generalisasi dari materi SDA!
Rubrik Penilaian:
Aspek Bobot
Analisis pembelajaran 25%
Menyusun langkah pembelajaran 30%
Sumber belajar 20%
Fakta, Konsep dan Generalisasi 25%
TES FORMATIF
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memilih satu jawaban yang paling
tepat!
Dye, T.R. (1990) Power & Society: An introduction to the social sciences.
California: Cole Publishing Company.
Hunkins, A.M. dkk (1982) Social Stuides in Elementary School. Colllllmbus. Bell
and howell co.
National Council for the Social Studies (1971) Curricilum Standard for Social
Studies. Washington DC.
social studies. Social Education.
Sapriya dkk (2007) Pengembangan pendidikan IPS di SD. Bandung. UPI Press
Soelaeman, M.M. (2001) Ilmu Sosial Dasar: Teori dan Konsep Ilmu Sosial.
Bandung: PT. Refika Aditama.
Syahrin, Alvi. (2011). Kearifan Lokal Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup Pada
Kerangka Hukum Nasional. Makalah. Surakarta: USU.
Taneo, S. P. Dkk. (2009) Kajian IPS SD. Jakarta. Depdiknas, Dirjen Dikti
Welton, D.A.& Mallan, J.T (1988) Children and Their World. Boston. Houghton
Miffin Company.
Winataputra US, dkk. (2007). Materi dan Pembelajaran IPS SD. Jakarta:
Universitas Tebuka.
Woolever, R. Dan K.P., Scott. (1988). Active Learning In Social Studies
Promoting Cognitive and Social Growth. Glenview, Illinois Scott, Foresman
And Company.
http://tech21stworld.blogspot.co.id/2014/08/science-technology-and-society.html
https://kbbi.web.id/