Anda di halaman 1dari 7

GURU

Oleh Robby Alpiandi

Ya hanya 4 huruf yang tertulis, namun jasamu tak pernah hilang dikekang masa
Dirimu yang mengajarkan banyak hal kepadaku
Dirimu tak kenal kata lelah, demi cerdasnya anak bangsa

Gajimu tak sebanding dengan kinerjamu


Engkau dibayar murah dituntut untuk membentuk putra putri bangsa yang lahir dengan
kecerdasan
Tak elok rasanya dibanding mereka dibayar mahal untuk merusak moral anak bangsa

GURU
Keluh kesah mu tak terpancar oleh parasmu
Engkau mengajar kami dengan ikhlas, walau kami senantiasa membuatmu marah

Ternyata kalimat "Setiap ada pertemuan, disitulah adanya perpisahan". Kini waktunya telah tiba,
waktu dimana ku tak mau ingin berjumpa dengannya.

Terimakasih kuucapkan atas jasamu selama ini


Kini ku akan berjalan maju untuk terus menuntut ilmu

MEMILIH BERHENTI
Oleh Robby Alpiandi

Langkah kita ternyata lemah


Dari perjalanan tak mampu dilanjutkan
Seakan lupa ketika kata saat hendak berangkat
Kita tetap kuat bahkan saat angin menerpa hebat
Kita terus berjalan walau rintangan menghadang

Sayangnya janji itu tak sesuai kenyataan


Kamu, hah, kamu malah memilih untuk berhenti
Setelah terhempas angin yang dahsyat yang bernama penghianatan
Lekaslah pergi teman barumu menunggumu diluar sana
Dan aku pamit memilih jalan yang tanpa kau temani
KEKASIH MASA LALU
Oleh Robby Alpiandi

Aku ingat saat pertama kali mengenalmu


Kau datang seenaknya tanpa ada kata permisi
Kau pun menghantui pikiranku

Aku tak tau kau milik siapa?


Hatiku tetap saja keras kepala
Kau bayangan gelap yang menjelajahi mimpiku lalu singgah di ujung hatiku
Aku memang tak mahir untuk mengejar tapi aku tau cara menunggumu
Aku ingin hatiku dan hatimu tetap bersama tanpa ada kata henti seperti

Bumi yang tak pernah meninggalkan matahari dan laut yang tak pernah meninggalkan pantai,
dan kita tak pernah saling meninggalkan sampai kita tua sampai jadi debu

Pelan - Pelan Saja


Oleh Robby Alpiandi

Hey?
Beristirahatlah dulu.
Kamu bukan robot.
Berhentilah sebentar. Duduk dan tenangkan dulu tubuhmu yang masih gemetar. Carilah kopi,
milk tea atau apapun yang kamu sukai.
Tidak usah terlalu terburu-buru. Nantinya juga kamu akan berhasil ke tempat itu.
Garis finish tidak akan berjalan menjauh selama kamu sudah menetapkan arah mana yang harus
kamu tempuh.

Pelan-pelan saja.
Kamu akan sampai di sana pada akhirnya. Semua akan baik-baik saja saat kamu mampu
menenangkan kepala.
Nikmati lika-liku perjalanan yang ada, dapatkan pelajaran dari setiap getirnya. Sehingga nanti
ketika kamu berhasil mendapatkan piala, kamu juga berhasil mendapatkan apa yang selama ini
ingin kamu punya:
Duka
Oleh Robby Alpiandi

Saat aku memilih utara,


Kau malah berjalan ke arah selatan.
Jauh, jauh, makin jauh.
Kau terus berjalan tanpa keluh.

Aku mengikuti dengan berjalan,


Kau semakin lari dari pandangan.
Kini semua ingin dan angan,
Jadi harapan yang ketinggian.

Segala laku dalam lelakon,


Meninggalkan luka yang kau anggap lelucon.
Dan kini kau tertawa bahagia,
sanggup menyuarakan hatimu yang berbunga
saat aku tengah berduka mengetahui hatimu ada padanya.

Cintai Ku
Oleh Robby Alpiandi

Aku tetap menahanmu, kau harus disini bersamaku.


Aku sudah terbiasa denganmu. Namun juga jika kau ingin pergi, bagaimana bisa kau sampai
hati?

Jangan dulu.
Ya. Aku tahu, aku masih terjebak oleh masa lalu.
Seringkali terselip euforia bersamanya dalam pikiranku.
Jika kau benar-benar cinta denganku, bisakah kau
bantu menyingkirkan itu?

Hadirmu bagiku, sebuah hal candu. Hatiku ingin


memutar waktu ke arah yang sudah lalu, namun ragaku ingin tetap bersamamu. Aku tak ingin
kehilangan
dua-duanya. Egois, bukan?
Bukan Tambatan Hati
Oleh Robby Alpiandi

Sepertinya memang diriku lah yang sukar mengerti,


Bahwa ;
sejatinya dirimu tidak pernah menjadikanku tambatan hati.

Kukira kita punya kesempatan untuk saling menautkan perhatian.


Ternyata ;
Kau lebih ingin diperhatikan oleh ia yang lebih menawan.

Maaf bila selama ini aku terlalu gegabah dalam membuat kesimpulan dari semua sikap yang kau
berikan,
Karena aku ;
masih amatir dalam percintaan.
Aku hanya gadis kecil yang belum mahir membedakan mana yang benar-benar punya perasaan,
mana yang datang hanya saat bosan.

Maaf juga kalau aku sering menggaduh, merusuh, atau membuat hidupmu tak tenang,
Sekali lagi, maaf ;
kalau perasaanku ini menyusahkan.

Pergilah, aku tak akan menahan.


Tapi, tidak apa kan kalau namamu
kusimpan dalam daftar orang yang tak terlupakan
Tak kan berhenti
Oleh Robby Alpiandi

Aku tidak akan berhenti,


Tidak sampai kau pun jatuh hati,
Tidak sampai bulan berhenti berotasi.
Tidak,
Tidak akan.

Kalau aku sudah tak mencari


atau berlagak tak ingin peduli
Mungkin aku sedang memasuki fase konjungsi
Seperti bulan yang tidak tampak dari bumi.
Astronomi menyebutnya bulan mati,
Tapi,
hey,
Sayang,
Ia tidak pernah benar-benar mati.
Sama,
Seperti perasaan ini.
Sayang,
Tenang,
Tenang saja,
Tunggu.
Hingga tiba fase oposisi.

Ia akan kembali dengan utuh,


Dan kau, seutuhnya dibuat runtuh.

Terimakasih karna kamu pernah mewarnai duniaku,


Tanpa sadar,
Waktu demi waktu,
Aku kembali pada yang dulu,
Yang pernah melukaiku,
Lalu datang kepadamu,
Bukan aku menjadikan mu hanya sebagai pelarian,
Hanya saja,
Aku tidak ingin, kamu menyukai orang yang salah,
Sepertiku,
Buktinya aku pergi,
Suatu saat aku akan melihat,
Kamu bersama orang yang sangat mencintaimu lebih dariku,
Begitu pun dengan ku,
Luka
Oleh Roby Alpiandi

Menegak habis segunung sesal


Harap cemas seluruhnya terbuang bagai ampas
Namun siksa nestapa menusuk hingga tulang rusuk
Dan jantung remuk redam di antara genggam
Kini aku terjebak, maksud semesta tak mampu kutebak
Rasanya hilang sudah akal sehat kerna tak henti merutuki pikir sendiri

Lambat laun, segalanya ‘kan habis menggerogoti


Caranya liar dan tidak pakai hati
Menguburnya tiada guna
Meredamnya tak berarti ia punah

Lantas adakah cara untuk menghapus luka?


Agak tak lagi mencipta duka
Adakah cara untuk mengikhlaskan maaf?
Agar tak lagi terpikir perihal khilaf

Aku ingin kembali pada masa lalu


Di mana frasa baik-baik saja adalah kita
Namun apa daya, akulah ia pemutar pisau yang menancap di ragamu
Yang berakhir menyiksa jiwa di tiap mimpi buruk malamku sendiri
Tak Terlihat
Oleh Roby Alpiandi

Peranku tak terlihat


Bukan berarti tak kasat
Namun aku si penguat
Yang tak pernah tersebut!

Ketika mereka mencapai puncaknya


Maka mereka berbangga
Merayakan Pesta pora
Tanpa aku ada di sana

Aku seperti si kereta kencana


Tak penting perannya
Tapi bila aku tak ada
Akankah Cinderella tiba di istana?

Aku seperti seutas tali


Membantu mu naik ke atas
Lalu kau putus setelah tiba
Tanpa sadar peranku disana

Akulah yang tak penting.


Saat mereka sedang genting
Di situ aku di cari
Sebagai penanggung jawabnya

Anda mungkin juga menyukai