GELOMBANG BERDIRI
Gelombang
Disusun oleh:
1. Nuril Qomariyah
2. Laila Tsalasatul Fitriah
3. Nisa Hanifah
4. Alfita Syifaul Qolbi
5. Deshinta Endah Fridayanti
6. Isya Ilyachinth
7. M. Alvin Hidayat
8. Fajrul Ihsan
JURUSAN FISIKA
APRIL 2019
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana gelombang berdiri pada senar/dawai?
b. Bagaimana gelombang berdiri sebagai superposisi dua gelombang
berjalan?
c. Bagaimana energi pada gelombang berdiri?
d. Bagaimana gelombang berdiri sebagai mode normal dari sebuah
pergetaran senar?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut:
a. Untuk menjelaskan gelombang berdiri pada senar/dawai
b. Untuk menjelaskan gelombang berdiri sebagai superposisi dua gelombang
berjalan.
c. Untuk menjelaskan energi pada gelombang berdiri.
d. Untuk menjelaskan gelombang berdiri sebagai mode normal dari sebuah
pergetaran senar
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Gambar 2.1
Satu contoh dari satu gelombang berdiri pada satu dawai penuh. (a ) –
(e). Gambar dari dawai pada gelombang tiba-tiba berurutan dari waktu,
sementara (f) menunjukkan gambar pada setelan tunggal dari sumbu.
Perpindahan y selalu nol pada x = 0 dan x = L , karena dawai digenggam
tetap pada titik tersebut. Bagaimanapun, pada pertengahan di antara titik
terakhir dapat dilihat bahwa perpindahan pada dawai juga 0. Titik ini dapat
disebut simpul. Di pertengahan antara simpul dan di setiap titik maksimum
gelombang disebut antisimpul atau bisa disebut perut.
Posisi pada titik maksimum dan minimum yang mana tidak ada
pergerakan sepanjang sumbu x dengan waktu dan oleh karena itu dinamakan
gelombang berdiri atau gelombang stasioner. Ketika dawai bergetar,
semua partikel dari dawai bergetar pada frekuensi yang sama. Lebih dari itu
partikel-partikel juga melakukannya pada SHM (Simple Harmonic
Modulation) tentang keseimbangan posisi mereka, yang mana garis sepanjang
dawai terlewati ketika pada posisi diam. Bagaimanapun, seperti yang
diperlihatkan pada Gambar 2.1, getaran dari amplitudo partikel yang
4
membedakan sepanjang panjang dari dawai. Karakteristik perpindahan dari y
dapat direpresentasikan dengan
y(x, t) = f (x) cos(ωt + φ). (2.1)
fungsi f (x) menjelaskan variasi dari amplitudo getaran sepanjang sumbu x.
Pada fungsi cos(ωt + φ) menjelaskan SHM pada setiap partikel yang
melewati dawai. Jika kita memilih pergeseran maksimum dari partikel yang
terjadi pada saat t=0, maka sudut fase adalah nol dan
y(x, t) = f (x)cos ωt. (2.2)
Pada kondisi φ =0 adalah sama pada keadaan awal saat t=0, kecepatan
dawai adalah 0, i.e dari Persamaan (2.1)
𝜕𝑦
( )t=0 = -ωf(x)sin φ = 0 (2.3)
𝜕𝑡
5
Persamaan (2.4) dan x telah diganti menjadi f(x). Ini adalah kelanjutan solusi
umum pada Persamaan (2.4) adalah
𝜔 𝜔
F(x) = Asin( x) + Bcos( x), (2.5)
υ υ
dimana A dan B adalah konstanta yang ditentukan oleh batas. Dalam
kasus ini, batas yang ditentukan adalah f(x) = 0 pada x = 0 dan x = L. Kondisi
pertama diberikan nilai B = 0. Kondisi yang kedua adalah
𝜔𝐿
Asin( ) = 0. (2.6)
υ
yang dapat diubah jika
𝜔𝐿
= 𝑛𝜋, (2.7)
υ
dimana n = 1,2,3, … [karena kita tidak menarik penyelesaian yang
gampang f (x) = 0, kita keluarkan nilai n = 0]. Oleh karena itu, 𝜔 dapat
ditentukan dari Persamaan (2.7), maka diperoleh
𝑛𝜋υ
𝜔n = , (2.8)
𝐿
dimana untuk setiap nilai dari n kita mempunyai hubungan dengan
𝜔n.Mensubtitusikan untuk 𝜔 = 𝜔npada Persamaan (2.5) dan mengingat
kembali bahwa B = 0, kita memperoleh
𝑛𝜋
fn (x) = Ansin ( 𝑥). (2.9)
𝐿
pada setiap nilai dari n kita mempunyai hubungan fungsi fn(x) yaitu
bentuk sinusoida dengan kaitan amplitudo An. Mensubtitusikan solusi
Persamaan (2.9) untuk f(x) dan Persamaan (2.8) untuk 𝜔 = 𝜔n pada
Persamaan (2.2) kita akhirnya memperoleh
𝑛𝜋
yn (x,t) = Ansin( 𝑥)cos 𝜔nt. (2.10)
𝐿
6
𝜋
f1 (x) = A1sin( 𝑥),
𝐿
Gambar 2.2
Keempat harmonik pertama untuk gelombang berdiri pada dawai yang
tegang. Harmonik pertama dapat juga disebut dasar. Gelombang berdiri ini
dijelaskan oleh fungsi fn(x) = An sin(nπx/L) dengan n = 1 - 4. Jumlah titik
perut di setiap gelombang berdiri sama dengan nilai masing-masing n.
Kami menentukan λ panjang gelombang dari gelombang berdiri
sebagai jarak dari pola gelombang. Karena υ = v λ dan ω = 2πv, kita dapat
mensubtitusikan υ dan ω dalam Persamaan (2.11) untuk mendapatkan
2𝐿
λn= (2.12)
𝑛
7
dimana λn adalah panjang gelombang ke-n dari gelombang berdiri.
Jika kita menulis persamaan ini sebagai
𝑛 λ𝑛
= 𝐿(2.13)
2
Kita dapat melihat bahwa kita akan memperoleh gelombang berdiri
jika sebuah integral setengah panjang dari panjang gelombang pantas di
antara dawai, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.2. Setiap gelombang
berdiri dengan panjang gelombang λnmempunyai nomor gelombang kn,
dimana dari Persamaan (5.13) diperoleh
2𝜋
kn = .
λ𝑛
8
nilai yang berbeda untuk massa per satuan panjang dan begitu juga frekuensi
yang berbeda: semakin besar massa per satuan panjang maka semakin lebih
rendah nada yang diperoleh. Setiap dawai disetel dengan sedikit
memvariasikan ketegangan dalam dawai. Para musisi kemudian memainkan
nada yang berbeda dengan menekan senar terhadap frets pada fingerboard
untuk merubah panjang dari senar yang bergetar. Tentunya ukuran alat musik
mempengaruhi frekuensi atau posisi nada suara yang dihasilkannya. Kita
dapat melihat dari keluarga biola: biola, viola, cello dan double bass. Alat-
alat ini terus bertambah besar dan menghasilkan posisi nada yang semakin
rendah. Dalam cara analog, pipa dari organ terus bertambah besar untuk
menghasilkan nada frekuensi yang lebih rendah.
Seperti yang kita lihat dari Persamaan (2.8), frekuensi dari semua
harmonik dari dawai yang tegang merupakan kelipatan yang tepat dari
frekuensi dasar dan membentuk deret-deret harmonik. Untuk kebanyakan
system yang bergetar ini bukan keadaan yang sebenarnya. Ini juga akan
bergetar pada serangkaian frekuensi yang lebih tinggi di samping frekuensi
dasar. Frekuensi yang lebih tinggi disebut overtones. Namun, secara umum,
frekuensi overtones tersebut tidak akan tepat dari beberapa fundamental:
mereka tidak harmonis. Lonceng, misalnya, akan memiliki overtones yang
memiliki frekuensi tidak kelipatan tepat dari fundamental. Ketika bel dipukul,
frekuensi nada akan terdengar terhadap fundamental. Keterampilan pembuat
lonceng adalah untuk memastikan bahwa kombinasi fundamental dan
overtones menghasilkan suara yang tidak sumbang di telinga. (Tentu saja,
syarat overtones dapat diterapkan pada senar yang tegang tetapi dalam kasus
ini overtonesnya harmonis).
Kami telah menggunakan contoh dawai yang kencang untuk
mengeksplorasi karakteristik fisik gelombang berdiri. Namun, gelombang
berdiri terjadi dalam berbagai situasi fisik yang berbeda dan ide-ide yang
telah kita bahas penting bagi berbagai fenomena fisik. Di dalam
microwave/oven, gelombang elektromagnetik memantulkan dari dinding
oven untuk membentuk pola gelombang berdiri padas seluruh ruangan oven.
Ini berarti bahwa pasti akan ada tempat di dalam oven dimana intensitas dari
9
radiasi gelombang mikro berkurang dan makanan tidak akan dimasak dengan
baik. Untuk mengurangi dampak dari ' titik-titik dingin ' makanan
ditempatkan pada meja putar berputar . Pada sebuah laser, cahaya membentuk
gelombang berdiri di antara dua cermin yang ditempatkan di ujung dari
tabung laser. Dengan cara ini panjang gelombang sinar laser didefinisikan
dengan baik, yaitu monokromatik . Dalam contoh yang sangat berbeda, di
ranah mekanika kuantum, tingkat energi diskrit atom dapat dianggap sebagai
solusi gelombang berdiri dari persamaan schrodinger.
2.1.1. Latihan Soal
1. Pirastro Eudoxa sebuah senar dari sebuah cello mempunyai masa jenis
μ= 1.7 g/m dan panjang L=0,70 m. tekanan pada senar ditentukan
sehingga frekuensi dasar adalah 220 Hz. (i) Berapa tekanan/tegangan dari
senar? (ii) Sebuah massa digantung pada senar. Berapa massa yang
menghasilkan tegangan yang sama? (iii) Berapa panjang gelombang
suara yang dihasilkan oleh senar? (Kecepatan udara adalah 340 m/s dan
percepatan gravitasi adalah 9,81 m/s2)
Solusi:
𝜆v = υ dan λ/2 = L untuk frekuensidasar, diberikan υ = 2Lv.
1,70 2 x 0,70 x 220 2
𝑇 = 𝜇 υ2 = μ(2Lv)2 = = 161 N
1000
10
berlaku sebagai rongga resonansi. Kemudian n𝜆/2 = L, dimana n
adalah nomor ganjil dari gelombang berdiri (mode), 𝜆 adalah panjang
gelombang dan L adalah panjang tabung. Karena 𝜆 ≪ 𝐿, n akan
menjadi sangat besar ~~ 1 x 106, dengan menggunakan 𝜆v = c,
𝑛𝑐 𝑛 +1 𝑐
vn = 2𝐿 dan vn+1 =
2𝐿
maka
𝑐 3 x 108
vn+1 - vn = = =3,75 x 108 Hz.
2𝐿 0,80
Jika ada dua gelombang yang merambat pada medium yang sama,
gelombang-gelombang tersebut akan datang di suatu titik pada saat yang
sama sehingga terjadilah superposisi gelombang. Artinya, simpangan
gelombang – gelombang tersebut di setiap titik dapat dijumlahkan sehingga
menghasilkan sebuah gelombang baru.
11
Kita dapatkan
Gambar 6.3
12
terputus. Kurva tebal yang tebal sesuai dengan hasil penjumlahan keduanya
gelombang perjalanan bersama, yaitu gelombang berdiri resultan. Bentuk
keseluruhan dari kurva ini adalah Seperti gelombang berdiri yang sesuai
dengan harmonik keempat yang ditunjukkan pada Gambar 6.2. Seiring
bertambahnya waktu, gelombang berdiri resultan berkembang seperti yang
ditunjukkan.pada Gambar 6.3. Titik pada gelombang berdiri digambarkan
oleh Persamaan (6.22), yaitu: y = Asin kx cos ωt. Perpindahan transversal
setiap titik pada gelombang berdiri bervariasi, dengan SHM Sebagai cos ωt
dan amplitudo gerak ini bervariasi seperti A sin kx, yaitu simpul dan anti
nodes terjadi pada titik-titik tetap pada sumbu x. kedua gelombang sinusoidal
tersebut mempunyai jarak jauh di kedua arah (pada prinsipnya x = ± ∞).
Terbentuknya gelombang berdiri pada tali yang diregangkan di antara dua
dinding yang kaku. Itu terpisah oleh T / 8, di mana T adalah periode
gelombang. kurva kontinu yang tipis merupakan gelombang yang melaju ke
arah kanan dan kurva bertitik merupakan arah gelombang berjalan ke arah
kiri. (Gelombang saling berhadapan satu sama lain). Gelombang ini tercermin
di masing-masing dinding.
Gambar 6.4
13
Gambar 6.4 Pembentukan gelombang berdiri pada tali yang
diregangkan di antara dua dinding yang kaku, Pada instan waktu berturut-
turut. Kurva kontinu yang tipis merupakan gelombang yang melaju menuju
kanan dan kurva bertitik merupakan gelombang yang melaju ke arah kiri.
Gelombang ini tercermin pada masing-masing dinding yang kaku. Kurva
kontinu tebal merupakan hasil dari menambahkan dua kurva perjalanan
bersama, yaitu superposisi dari dua gelombang dan resultan bentuk string.
Dibahas di Bagian 5.7 [di bawah Persamaan (5.53)]: gelombang
tercermin pada bentuk yang kaku batas memiliki amplitudo yang sama
dengan gelombang kejadian namun mengalami pergeseran fase dari π setelah
refleksi. Kurva kontinu tebal pada gambar 6.4 adalah superposisi dari dua
gelombang dan bentuk resultan dari senar. Pembentukan gelombang berdiri
dan evolusinya dengan waktu jelas. Memang gelombang berjalan dan bentuk
resultan dari string yang ditunjukkan pada gambar 6.4 identik dalam bentuk
ke gelombang yang ditunjukkan dalam satu panjang gelombang di sisi kiri
gambar 6.3. Kami melihat dari gambar 6.4 bahwa perpindahan senar selalu
nol pada dua dinding, Sebagaimana mestinya. Tentu saja, gelombang panjang
gelombang apa pun akan tercermin di dinding. Namun, kita dapat melihat
dari gambar 6.3 dan 6.4 bahwa, untuk gelombang berdiri , panjang senar
harus merupakan kelipatan integral dari setengah panjang gelombang: N (λ /
2) = L. Ini hanya kondisi sebelumnya, Persamaan (6.13). Jika panjang
gelombangnya tidak memenuhi persyaratan ini dua gelombang perjalanan
akan mengganggu secara destruktif dan gelombang berdiri tidak akan
berakibat.
2.3 Energi Pada Gelombang Berdiri
Bab sebelumnya telah mempelajari energi dari gelombang berjalan
dan menemukan bahwa energi tersebut dilakukan bersama gelombang
kecepatan gelombang.Situasi untuk gelombang berdiri memang ada yang
berbeda. Seperti kita lihat, gelombang berdiri adalah superposisi dari
frekuensi yang sama dan amplitudo yang berlawanan dari dua gelombang.
Energi dari dua gelombang tersebut diangkut ke arah yang berlawanan dan
jadi di sini tidak terjadi transfer energi. Namun, terdapat energi pada
14
gelombang berdiri: getaran sebuah tali adalah gerakan yang sangat cepat dan
ini mencakup pada gerakan menjauh dari titik kesetimbangan. karena tali
mempunyai energi kinetik dan energi potensial. Dalam Bagian 5.5 kita
memperoleh ekspresi umum untuk total energi E yang terkandung dalam
porsi a ≤ x ≤ b dari tali yang membawa gelombang transversal:
1 𝑏 𝜕𝑦 2 𝜕𝑦 2
𝐸= 𝜇 𝑎
𝑑𝑥 + 𝑣2 (5.37)
2 𝜕𝑡 𝜕𝑥
dimana μ adalah massa per satuan panjang dari tali dan v adalah
kecepatan gelombang. Turunan pertama pada integral berkaitan dengan
energi kinetik dari tali dan turunan kedua untuk energi potensial. Kita dapat
menggunakan persamaan ini untuk menemukan energi total terkait dengan
gelombang berdiri, yaitu energi dari tali dengan panjang L bergetar dalam
mode single. Solusi gelombang berdiri untuk kasus ini dapat dicari dengan:
𝑛𝜋
𝑦𝑛 𝑥, 𝑡 = 𝐴𝑛 sin 𝑥 cos 𝜔𝑛 𝑡, (2.10)
𝐿
𝜕𝑦𝑛 𝑛𝜋
= −𝐴𝑛 𝜔𝑛 sin 𝑥 sin 𝜔𝑛 𝑡
𝜕𝑡 𝐿
𝜕𝑦𝑛 𝑛𝜋 𝑛𝜋
= 𝐴𝑛 cos 𝑥 cos 𝜔𝑛 𝑡.
𝜕𝑥 𝐿 𝐿
Persamaan 2.23
𝐿 𝐿
1 𝑛𝜋 𝑛𝜋 2 𝑛𝜋
𝐸𝑛 = 𝜇𝐴2𝑛 𝜔2 𝑠𝑖𝑛2 𝜔𝑛 𝑡 𝑑𝑥 𝑠𝑖𝑛2 𝑥 +𝑣 2 𝑐𝑜𝑠 2 𝜔𝑛 𝑡 𝑑𝑥 𝑐𝑜𝑠 2 𝑥 .
2 0 𝐿 𝐿 0 𝐿
Persamaan 2.24
15
Atau
𝐿 𝐿
1 𝑛𝜋 𝑛𝜋 2 𝑛𝜋
𝐸𝑛 = 𝜇𝐴𝑛 2 𝜔𝑛 2 𝑠𝑖𝑛2 𝜔𝑛 𝑡 𝑠𝑖𝑛2 𝑥 + 𝑣2 𝑐𝑜𝑠 2 𝜔𝑛 𝑡 𝑐𝑜𝑠 2
2 0 𝐿 𝐿 0 𝐿
Kedua integral memiliki nilai yang sama L / 2:
𝐿 𝑛𝜋 𝐿 𝑛𝜋 𝐿
0
𝑑𝑥 𝑠𝑖𝑛2 𝑥 = 0
𝑑𝑥 𝑐𝑜𝑠 2 𝑥 =2 (2.25)
𝐿 𝐿
𝐿 𝑛𝜋 1 2𝑛𝜋 1 𝐿 2𝑛𝜋 𝐿
0
𝑑𝑥 𝑠𝑖𝑛2 𝑥 = 1 − cos 𝑥 = 2 𝑥 − 2𝑛𝜇 sin =2
𝐿 2 𝐿 𝐿
Dan
𝐿 𝑛𝜋 𝐿1 2𝑛𝜋 𝐿 𝐿
0
𝑑𝑥 𝑐𝑜𝑠 2 𝑥 = 0 2
1 − sin2 𝑥 𝑑𝑥 = 𝐿 − 2 = 2
𝐿 𝐿
16
juga menunjukkan bahwa total energi yang terkandung dalam gelombang
berdiri adalah sebanding dengan kuadrat dari frekuensi getaran dan kuadrat
amplitudo getaran.
17
turunannya itu tidak mengandung istilah kuadratik atau daya tinggi atau
istilah produk seperti y ( 𝜕y / 𝜕x). (Persamaan jenis ini dikenal sebagai
persamaan linear.) Kita dapat melihat ini sebagai berikut dengan
mengalikan persamaan pertama berikut:
𝜕 2 𝑦1 𝜕 2 𝑦1 𝜕 2 𝑦2 𝜕 2 𝑦2
= v2 , = v2
𝜕𝑡 2 𝜕𝑥 2 𝜕𝑡 2 𝜕𝑥 2
𝜕2𝑦 𝜕 2 𝑦2 𝜕2𝑦 𝜕 2 𝑦2
A1 𝜕𝑡 21 + A2 = v2 ( 𝜕𝑥 21 + )
𝜕𝑡 2 𝜕𝑥 2
Karena
𝜕2𝑦 𝜕 2 𝑦2 𝜕2
A1 𝜕𝑡 21 + A2 = 𝜕𝑡 2 (A1 y1 + A2 y2 ), dan
𝜕𝑡 2
𝜕2𝑦 𝜕 2 𝑦2 𝜕2
v2 [A1 𝜕𝑥 21 + A2 ] = v2 𝜕𝑥 2 (A1 y1 + A2 y2 ),
𝜕𝑥 2
18
𝑛𝜋
yn (x,t) = An Sin 𝑥 Cos ωnt (2.10)
𝐿
𝑛𝜋
yn(x,t) = 𝑛 𝑦𝑛 𝑥, 𝑡 = 𝑛 An Sin 𝑥 Cos 𝜔𝑛𝑡 (2.29)
𝐿
nπv
dimana ωn = .Contoh ini disajikan pada Gambar 6.5, yang
L
3𝜋
y3 (x,t) = 1.0 Sin 𝑥 Cos ω3t (2.30)
𝐿
Gambar 2.5
(a) Snapshot dari harmonik ketiga y3 (x, 0) dari string tegang pada t = 0. (B)
Snapshot dari y13 harmonik ketiga belas (x, 0) dari string tegang pada t = 0 di mana
amplitudo gelombang adalah sama dengan satu setengah dari (a). (C) Superposisi dari
dua harmonik untuk memberikan bentuk resultan dari string pada t = 0.
19
dan untuk mode normal ketiga belas adalah
13𝜋
y13(x,t) = 0.5 Sin 𝑥 Cos ω13t (2.31)
𝐿
Gambar dari dua mode normal ini pada t = 0, yaitu y3 (x, 0) dan y13
(x, 0), ditunjukkan pada Gambar 2.5 (a) dan (b), masing-masing.
Superposisi dari dua mode normal diberikan oleh
3𝜋 13𝜋
y (x,t) = 1.0 Sin 𝑥 Cos ω3t +0.5 Sin 𝑥 Cos ω13t (2.32)
𝐿 𝐿
Gambar 6.6
20
(a) Tindakan pemetikan tali diilustrasikan di mana tali dipindahkan
jarak d pada seperempat panjangnya. (b) Tiga mode normal pertama
dari tali. Amplitudo dari mode normal ini diberikan dalam teks. (c)
Superposisi dari tiga mode normal pertama memberikan reproduksi
yang baik dari bentuk segitiga awal dari string kecuali untuk sudut
tajam. Untuk semua kasus di atas, t = 0.
Yang luar biasa adalah, bagaimana mungkin untuk mereproduksi
bentuk segitiga ini dengan menambahkan bersama mode normal tali
dengan amplitudo yang sesuai. Ini diilustrasikan oleh Gambar 2.6. Pada
Gambar 2.6 (b) tiga mode normal pertama y1 (x, 0), y2 (x, 0) dan y3 (x,
0) ditampilkan. [Ini diberikan oleh Persamaan (6.10) dengan t = 0.]
Amplitudo mereka adalah A, A / 2√2 danA / 9, masing-masing, di mana
A = 32d / 3π2. (Prosedur umum untuk menemukan nilai-nilai amplitudo
ini dikembangkan dalam Bagian 2.4.3). Gambar 2.6 (c) menunjukkan
superposisi dari tiga mode normal ini, yaitu
y (x,0) = y1 (x,0) + y2 (x,0) + y3 (x,0)
dan memungkinkan perbandingan dengan bentuk awal tali. Bahkan
dengan hanya menggunakan tiga mode normal pertama, kita
mendapatkan keistimewaan yang baik hingga bentuk segitiga. Dengan
menambahkan lebih banyak mode normal, kita akan mencapai
kesepakatan yang lebih baik, terutama sehubungan dengan sudut tajam.
nπv
Frekuensi yang sesuai dari mode normal diberikan oleh ωn = ,
L
21
Gambar 6.7
22
kami menggunakan satu set osilator untuk menghasilkan gelombang
sinusoidal dengan frekuensi semua harmonik yang ingin kami sertakan.
Kemudian kami menambahkan ini bersama dengan amplitudo relatif
yang tepat untuk mensintesis instrumen musik pilihan.
(2,31)
Kami sekarang menyatakan hasil yang luar biasa: bentuk apapun f (x)
dari string dengan ujung tetap poin [f (0) = f (L) = 0] dapat ditulis sebagai
superposisi dari fungsi-fungsi sinus ini dengan nilai yang sesuai untuk
koefisien A1, A2,. . . , yaitu di
(2.32)
(2.34)
23
di mana m dan n adalah bilangan bulat di seluruh. Yang pertama dari hasil
ini kami peroleh sebelumnya, Persamaan (2.25). Untuk kedua, dari yang
mengikuti itu:
(2.35)
(2.36)
Ini mengikuti dari Persamaan (2.34) itu, dari ketentuan dalam seri di
tangan kanan sisi Persamaan (2.36), hanya istilah dengan m = n berbeda
dari nol, dan seterusnya akun Persamaan (2.33) memiliki nilai L / 2.
Dengan cara ini kita memperoleh hasil akhir untuk amplitudo Fourier
(2.37)
24
string kita memiliki rangkaian partikel, dan kondisi awal menjadi posisi
awal dan kecepatan awal masing-masing arahkan pada string. Kami telah
menangani kasus string tertentu yang awalnya ada di istirahat, [∂y (x, t) /
∂t] t=0 = 0, lihat persamaan (2.3), dan dengan bentuk awal y(x,0) = f
(x).Kondisi awal lainnya mungkin mengarah ke berbagai bentuk deret
Fourier.
Substitusi untuk f (x) di atas rentang x yang sesuai, sisi kanan dari
persamaan ini menjadi
25
Kami meninggalkan evaluasi integral ini dan merapikan hasil ekspresi untuk
pembaca. Hasil akhirnya adalah
(2.38)
Oleh karena itu ketika kita memetik string pada titik tengahnya, kita banyak
membangkitkan banyak hal normal mode (pada prinsipnya nomor tak terbatas).
Dari Persamaan (2.38), kami memiliki An = 0 bahkan untuk nilai n: kita hanya
menggairahkan mode yang memiliki nilai ganjil n, karena mode dengan n
memiliki simpul pada titik tengah string dan sebagainya. Persamaan (2.38)
memberikan amplitudo An dalam mode normal :
(2.39)
dan mode normal yang sesuai yn (x, t) diberikan oleh Persamaan (2.10) dengan
nilai-nilai ini amplitudo dan frekuensi yang diberikan oleh ωn = (nπ / L) (√T / μ)
[lihat persamaan (2.8) dan (5.32)]. Perhatikan bahwa kombinasi mode normal
yang bersemangat dalam contoh ini berbeda dengan kasus pemetikan string
seperempat dari jalan sepanjang panjangnya, lihat Bagian (2.4.2). Ini mempunyai
konsekuensinya, saat mencabut senar biola (memainkan 'pizzicato'), the timbre
suara tergantung di mana sepanjang string itu dipetik.
1
= 4μL𝐴𝑛 ²ω𝑛 ² (2.27)
Sekarang kita ingin mendapatkan energi E -menggetarkan tali, ada
beberapa mode (Superposition umum dari mode normal adalah diberikan
oleh
Y(x, t) = n y𝑛 (x, t)
26
nπ
= n 𝐴𝑛 sin( L x)cos ω𝑛 𝑡, (2.29)
Dengan jumlah yang sama atas mode ∂y/∂x. Persegi ini terjadi dalam
persamaan (5.37), dan menguat sedikit, seperti dalam
𝜕𝑦 mπ nπ
²= − m A𝑛 ω𝑚 sin x cos ω𝑚 𝑡 − n A𝑛 ω𝑛 sin x cos ω𝑛 𝑡 ,
𝜕𝑡 L L
𝑚𝜋 𝑛𝜋 𝑚𝜋 𝑛𝜋
sin 𝑥 sin 𝑥 , cos 𝑥 cos 𝑥 , (2.40)
𝐿 𝐿 𝐿 𝐿
𝐿 𝑚𝜋 𝑛𝜋 𝐿 𝑚𝜋 𝑛𝜋
0
𝑑𝑥 sin 𝐿 𝑥 sin 𝑥 = 0
𝑑𝑥 cos 𝐿 𝑥 cos 𝑥 =0 (2.41)
𝐿 𝐿
27
Dalam (Persamaan 2.35). Dengan m≠n. Hilang dari integrasi dan
total energi E diberikan oleh sejumlah Rumus (2.27):
1
E =4 𝜇𝐿 𝑛 𝐴𝑛 ²𝜔𝑛 ²(sin2 𝜔𝑛 𝑡 + cos2 𝜔𝑛 𝑡
1
=4 𝜇𝐿 𝑛 𝐴𝑛 ² 𝜔𝑛 ² (2.43)
Fitur yang paling menarik dari hasil ini adalah bahwa setiap mode
normal Energi Norwegia memberikan kontribusi
1
𝐸𝑛 = 4 𝜇 𝐿 𝐴𝑛 ² 𝜔𝑛 ² (2.44)
𝑛𝜋 𝜏
𝜔𝑛 = 𝐿 𝜇
Sehingga diperoleh:
𝜋² 𝐴𝑛 ²𝜏
E= 𝑛²
4 𝐿
28
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan terkait Gelombang Berdiri di atas dapat
disimpulkan bahwa:
1. Gelombang berdiri adalah gelombang yang memiliki amplitudo yang
berubah-ubah antara nol sampai nilai maksimum tertentu. Gelombang ini
dapat membentuk superposisi dari dua gelombang berjalan. Dan energi
dari tiap gelombang ini ditentukan dari panjang dawai. Gelombang
stasioner dapat dibentuk dari pemantulan suatu gelombang.
2. Superposisi gelombang adalah Jika ada dua gelombang yang merambat
pada medium yang sama, gelombang-gelombang tersebut akan datang di
suatu titik pada saat yang sama. Gelombang berdiri adalah superposisi dari
frekuensi yang sama dan amplitudo yang berlawanan dari dua gelombang.
3. Seperti kita lihat, gelombang berdiri adalah superposisi dari frekuensi yang
sama dan amplitudo yang berlawanan dari dua gelombang. Energi dari dua
gelombang tersebut diangkut ke arah yang berlawanan dan jadi di sini
tidak terjadi transfer energi. Namun, terdapat energi pada gelombang
berdiri: getaran sebuah tali adalah gerakan yang sangat cepat dan ini
mencakup pada gerakan menjauh dari titik kesetimbangan. karena tali
mempunyai energi kinetik dan energi potensial.
4. Pada senar atau dawai pada gitar kedua ujungnya terikat dan jika
digetarkan akan membentuk suatu gelombang stasioner. Getaran ini akan
menghasilkan bunyi dengan nada tertentu, tergantung pada jumlah
gelombang yang terbentuk pada dawai tersebut. Pergerakan gelombang
yang berjalan pada dawai pada arah sumbu y.
3.2 Saran
29
DAFTAR PUSTAKA
King, George C. 2009. Vibrations and Waves. Manchester: School of Physics and
Astronomy
30