Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

GELOMBANG BERDIRI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:

Gelombang

Dosen Mata Kuliah:

Dr. H. M. Tirono, M.Si

Disusun oleh:

1. Nuril Qomariyah
2. Laila Tsalasatul Fitriah
3. Nisa Hanifah
4. Alfita Syifaul Qolbi
5. Deshinta Endah Fridayanti
6. Isya Ilyachinth
7. M. Alvin Hidayat
8. Fajrul Ihsan

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

APRIL 2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gelombang didefinisikan sebagai energi getaran yang merambat.
Dalam kehidupan sehari-hari banyak orang berfikir bahwa yang merambat
dalam gelombang adalah getarannya atau partikelnya, hal ini sedikit tidak
benar karena yang merambat dalam gelombang nadalah energi yang dipunyai
getaran tersebut. Menurut aliran air dilaut itu tidak disebabkan oleh
gelombang tetapi disebabkan oleh perbedaan suhu pada air laut. Tapi
mungkin juga akan terjadi perpindahan partikel medium, ketika gelombang
melalui medium zat gas yang ikatan antara partikelnya sangat lemah maka
sangat dimungkinkan partikel udara tersebut berpindah posisi karena terkena
energi gelombang. Walau perpindahan partikelnya tidak akan bisa jauh tetapi
sudah bisa dikatakan bahwa medium ikut berpindah.
Gelombang stasioner disebut juga sebagai gelombang berdiri, hal
tersebut terjadi karena gelombang datang dan gelombang pantul saling
berinteraksi dan berlawanan arah, sehingga terbentuk gelombang stasioner.
Gelombang stasioner adalah gelombang hasil superposisi dua gelombang
berjalan yang amplitudonya sama, frekuensinya, sama dan arah berlawanan.
Gelombang stasioner dapat dibentuk dari pemantulan suatu gelombang,
contohnya pada gelombang berdiri. Gelombang datang akan berinteraksi
dengan gelombang pantulan yang berlawanan arah membentuk sebuah
gelombang berdiri.
Berdasarkan hal tersebut maka kami membuat makalah ini untuk
membahas dan mempelajari lebih lanjut mengenai gelombang berdiri atau
gelombang stasioner.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana gelombang berdiri pada senar/dawai?
b. Bagaimana gelombang berdiri sebagai superposisi dua gelombang
berjalan?
c. Bagaimana energi pada gelombang berdiri?
d. Bagaimana gelombang berdiri sebagai mode normal dari sebuah
pergetaran senar?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut:
a. Untuk menjelaskan gelombang berdiri pada senar/dawai
b. Untuk menjelaskan gelombang berdiri sebagai superposisi dua gelombang
berjalan.
c. Untuk menjelaskan energi pada gelombang berdiri.
d. Untuk menjelaskan gelombang berdiri sebagai mode normal dari sebuah
pergetaran senar

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 GELOMBANG BERDIRI PADA DAWAI/SENAR


Memetik senar gitar adalah salah satu contoh penerapan dari
gelombang berdiri. Selain itu, alat-alat musik yang lain juga menghasilkan
gelombang berdiri. Senar/dawai pada alat dipetik untuk menghasilkan
gelombang berdiri. Timpani didengungkan untuk membentuk gelombang
berdiri pada bagian permukaannya. Alat-alat musik mengubah getaran dari
gelombang berdiri ke gelombang suara yang kemudian disebarkan melalui
udara. Kita akan menemukan bahwa sebuah gelombang berdiri dapat
dianggap sebagai superposisi dari dua gelombang berjalan yang mempunyai
frekuensi yang sama dan amplitudo berjalan pada arah yang berlawanan. Kita
juga akan melihat bahwa gelombang berdiri adalah mode yang normal dari
sistem yang bergetar dan gerakan umum dari sistem adalah superposisi dari
mode-mode yang normal. Ini akan memberikan kepada kita energi dari senar
yang bergitar. Ini juga akan mengenalkan kita kepada teknik analisis Fourier.
Kita akan menjelaskan karakteristik fisik gelombang berdiri oleh
gelombang yang berjalan pada sebuah lintasan dawai yang tegang. Dawai
diregangkan di antara dua titik tetap, dimana masing-masing kita mengambil
pada x =0 dan x = L. Pergerakan gelombang yang berjalan pada dawai pada
arah sumbu y.
Salah satu contoh gelombang berdiri ini diilustrasikan pada Gambar
2.1. Gambar dari dawai yang berurutan dari waktu dapat ditunjukkan pada
Gambar 2.1(a)-(e) dan pada Gambar 2.1(f) menunjukkan kumpulan gambar
itu pada satu sumbu. Pergerakan garis y selalu nol pada x =0 dan x = L karena
dawai digenggam tetap pada titik tersebut. Bagaimanapun, pada pertengahan
di antara titik terakhir dapat dilihat bahwa perpindahan pada dawai juga 0.
Titik ini dapat disebut simpul. Di pertengahan antara simpul dan di setiap
titik maksimum gelombang disebut antisimpul atau bisa disebut perut.

3
Gambar 2.1
Satu contoh dari satu gelombang berdiri pada satu dawai penuh. (a ) –
(e). Gambar dari dawai pada gelombang tiba-tiba berurutan dari waktu,
sementara (f) menunjukkan gambar pada setelan tunggal dari sumbu.
Perpindahan y selalu nol pada x = 0 dan x = L , karena dawai digenggam
tetap pada titik tersebut. Bagaimanapun, pada pertengahan di antara titik
terakhir dapat dilihat bahwa perpindahan pada dawai juga 0. Titik ini dapat
disebut simpul. Di pertengahan antara simpul dan di setiap titik maksimum
gelombang disebut antisimpul atau bisa disebut perut.
Posisi pada titik maksimum dan minimum yang mana tidak ada
pergerakan sepanjang sumbu x dengan waktu dan oleh karena itu dinamakan
gelombang berdiri atau gelombang stasioner. Ketika dawai bergetar,
semua partikel dari dawai bergetar pada frekuensi yang sama. Lebih dari itu
partikel-partikel juga melakukannya pada SHM (Simple Harmonic
Modulation) tentang keseimbangan posisi mereka, yang mana garis sepanjang
dawai terlewati ketika pada posisi diam. Bagaimanapun, seperti yang
diperlihatkan pada Gambar 2.1, getaran dari amplitudo partikel yang

4
membedakan sepanjang panjang dari dawai. Karakteristik perpindahan dari y
dapat direpresentasikan dengan
y(x, t) = f (x) cos(ωt + φ). (2.1)
fungsi f (x) menjelaskan variasi dari amplitudo getaran sepanjang sumbu x.
Pada fungsi cos(ωt + φ) menjelaskan SHM pada setiap partikel yang
melewati dawai. Jika kita memilih pergeseran maksimum dari partikel yang
terjadi pada saat t=0, maka sudut fase adalah nol dan
y(x, t) = f (x)cos ωt. (2.2)
Pada kondisi φ =0 adalah sama pada keadaan awal saat t=0, kecepatan
dawai adalah 0, i.e dari Persamaan (2.1)
𝜕𝑦
( )t=0 = -ωf(x)sin φ = 0 (2.3)
𝜕𝑡

dimaksudkan φ =0]. Penting untuk diketahui bahwa, kita akan menulis


pergeseran y seperti pada hasil dua fungsi pada Persamaan (2.2): fungsi
pertama hanya bergantung pada x dan fungsi kedua bergantung pada t. Kita
sekarang mensubstitusikan penyelesaian ini ke dalam persamaan gelombang
satu dimensi
𝜕2𝑦 ∂2y
= υ2 . (5.23)
𝜕𝑡2 ∂x2

Diturunkan Persamaan (2.2) dua kali terhadap t dan x, maka


didapatkan
𝜕2𝑦 𝜕2𝑦 𝜕2𝑓(𝑥)
= -ω2 f(x)cos ωt, = cos ωt,
𝜕𝑡2 𝜕𝑥 2 𝜕𝑥 2

Kemudian mensubtitusikan persamaan tersebut ke persamaan


gelombang satu dimensi dan mendapatkan
𝜕2𝑓(𝑥) 𝜔2
= f(x). (2.4)
𝜕𝑥 2 υ2

Kita dapat membandingkan hasil terebut dengan persamaan SHM:


𝑑2𝑦
= -ω2x(1.6)
𝑑𝑡2

yang mana mempunyai solusi umum


x = A cos ωt + B sin ωt.cf. (1.15)
Persamaan (2.4) dan (1.6) mempunyai bentuk yang sama kecuali
variabel t pada Persamaan (1.6) yang diganti dengan variabel x pada

5
Persamaan (2.4) dan x telah diganti menjadi f(x). Ini adalah kelanjutan solusi
umum pada Persamaan (2.4) adalah
𝜔 𝜔
F(x) = Asin( x) + Bcos( x), (2.5)
υ υ
dimana A dan B adalah konstanta yang ditentukan oleh batas. Dalam
kasus ini, batas yang ditentukan adalah f(x) = 0 pada x = 0 dan x = L. Kondisi
pertama diberikan nilai B = 0. Kondisi yang kedua adalah
𝜔𝐿
Asin( ) = 0. (2.6)
υ
yang dapat diubah jika
𝜔𝐿
= 𝑛𝜋, (2.7)
υ
dimana n = 1,2,3, … [karena kita tidak menarik penyelesaian yang
gampang f (x) = 0, kita keluarkan nilai n = 0]. Oleh karena itu, 𝜔 dapat
ditentukan dari Persamaan (2.7), maka diperoleh
𝑛𝜋υ
𝜔n = , (2.8)
𝐿
dimana untuk setiap nilai dari n kita mempunyai hubungan dengan
𝜔n.Mensubtitusikan untuk 𝜔 = 𝜔npada Persamaan (2.5) dan mengingat
kembali bahwa B = 0, kita memperoleh
𝑛𝜋
fn (x) = Ansin ( 𝑥). (2.9)
𝐿

pada setiap nilai dari n kita mempunyai hubungan fungsi fn(x) yaitu
bentuk sinusoida dengan kaitan amplitudo An. Mensubtitusikan solusi
Persamaan (2.9) untuk f(x) dan Persamaan (2.8) untuk 𝜔 = 𝜔n pada
Persamaan (2.2) kita akhirnya memperoleh
𝑛𝜋
yn (x,t) = Ansin( 𝑥)cos 𝜔nt. (2.10)
𝐿

Persamaan ini menjelaskan gelombang berdiri pada dawai, dimana


setiap nilai dari n dapat disamakan pada sebuah perbedaan pola gelombang
berdiri. Pola gelombang berdiri sering disebut mode dari getaran dawai.
Seperti yang kita lihat pada Bagian 2.4 itu adalah mode normal dari getaran
dawai.
Fungsifn(x) = Ansin(nπx/L) untuk n=1 hingga 4 berturut-turut
diplot pada Gambar 2.2(a)-(d). Untuk tujuan gambar ini amplitudo dari
keempat gelombang yang berdiri diambil sama. Untuk n = 1 kita punya

6
𝜋
f1 (x) = A1sin( 𝑥),
𝐿

yang mana variasi amplitudo yang ditunjukkan pada Gambar 2.2(a).


Ini adalah mode dasar atau armonic pertama pada dawai; n = 2 dapat
disamakan pada armonic kedua, dsb.. Kita lihat bahwa angka
antisimpul/perut pada ke-n armonic adalah sama dengan n. Persamaan
frekuensi sudut pada gelombang berdiri diberikan oleh Persamaan (2.8) dan
secara berturut-turut diberikan πυ/L, 2πυ/L, 3πυ/L,4πυ/L, dst. Waktu periode
T untuk pola gelombang berdiri kecuali untuk membuat bentuknya, diperoleh
2𝜋 2𝐿
T= = (2.11)
𝜔𝑛 𝑛υ

Gambar 2.2
Keempat harmonik pertama untuk gelombang berdiri pada dawai yang
tegang. Harmonik pertama dapat juga disebut dasar. Gelombang berdiri ini
dijelaskan oleh fungsi fn(x) = An sin(nπx/L) dengan n = 1 - 4. Jumlah titik
perut di setiap gelombang berdiri sama dengan nilai masing-masing n.
Kami menentukan λ panjang gelombang dari gelombang berdiri
sebagai jarak dari pola gelombang. Karena υ = v λ dan ω = 2πv, kita dapat
mensubtitusikan υ dan ω dalam Persamaan (2.11) untuk mendapatkan
2𝐿
λn= (2.12)
𝑛

7
dimana λn adalah panjang gelombang ke-n dari gelombang berdiri.
Jika kita menulis persamaan ini sebagai
𝑛 λ𝑛
= 𝐿(2.13)
2
Kita dapat melihat bahwa kita akan memperoleh gelombang berdiri
jika sebuah integral setengah panjang dari panjang gelombang pantas di
antara dawai, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.2. Setiap gelombang
berdiri dengan panjang gelombang λnmempunyai nomor gelombang kn,
dimana dari Persamaan (5.13) diperoleh
2𝜋
kn = .
λ𝑛

karena λn = 2L/n, Persamaan (6.13), kita juga memperoleh


𝑛𝜋
kn = . (2.14)
𝐿
Dengan menggunakan Persamaan (2.14), kita dapat menulis
Persamaan (2.10) sebagai
Yn (x,t) = Ansin knx cos 𝜔nt.(2.15)
yang menunjukkan ekspresi alternatif untuk gelombang berdiri .
Frekuensi sudut dari fundamental, dengan n = 1 , adalah
𝜋𝜐
ω1 = . (2.16)
𝐿
dan frekuensi, v1 = ω1/2π, adalah
𝜐
v1 = . (2.17)
2𝐿
Karena kecepatan dari gelombang pada dawai yang tegang diperoleh
𝑇
υ= . (5.32)
𝜇

Persamaan (2.17) diperoleh


1 𝑇
v1 = 2𝐿 . (2.18)
𝜇

Persamaan ini menunjukkan bagaimana frekuensi fundamental string


tegang tergantung pada panjang L, ketegangan T dalam dawai dan massa per
satuan panjang μ . Kita bisa dengan mudah menghubungkan hasil ini untuk
instrumen senar. Misalnya, gitar memiliki enam senar panjang yang sama dan
ini mempunyai ketegangan yang sama pula. Namun, dawai-dawai memiliki

8
nilai yang berbeda untuk massa per satuan panjang dan begitu juga frekuensi
yang berbeda: semakin besar massa per satuan panjang maka semakin lebih
rendah nada yang diperoleh. Setiap dawai disetel dengan sedikit
memvariasikan ketegangan dalam dawai. Para musisi kemudian memainkan
nada yang berbeda dengan menekan senar terhadap frets pada fingerboard
untuk merubah panjang dari senar yang bergetar. Tentunya ukuran alat musik
mempengaruhi frekuensi atau posisi nada suara yang dihasilkannya. Kita
dapat melihat dari keluarga biola: biola, viola, cello dan double bass. Alat-
alat ini terus bertambah besar dan menghasilkan posisi nada yang semakin
rendah. Dalam cara analog, pipa dari organ terus bertambah besar untuk
menghasilkan nada frekuensi yang lebih rendah.
Seperti yang kita lihat dari Persamaan (2.8), frekuensi dari semua
harmonik dari dawai yang tegang merupakan kelipatan yang tepat dari
frekuensi dasar dan membentuk deret-deret harmonik. Untuk kebanyakan
system yang bergetar ini bukan keadaan yang sebenarnya. Ini juga akan
bergetar pada serangkaian frekuensi yang lebih tinggi di samping frekuensi
dasar. Frekuensi yang lebih tinggi disebut overtones. Namun, secara umum,
frekuensi overtones tersebut tidak akan tepat dari beberapa fundamental:
mereka tidak harmonis. Lonceng, misalnya, akan memiliki overtones yang
memiliki frekuensi tidak kelipatan tepat dari fundamental. Ketika bel dipukul,
frekuensi nada akan terdengar terhadap fundamental. Keterampilan pembuat
lonceng adalah untuk memastikan bahwa kombinasi fundamental dan
overtones menghasilkan suara yang tidak sumbang di telinga. (Tentu saja,
syarat overtones dapat diterapkan pada senar yang tegang tetapi dalam kasus
ini overtonesnya harmonis).
Kami telah menggunakan contoh dawai yang kencang untuk
mengeksplorasi karakteristik fisik gelombang berdiri. Namun, gelombang
berdiri terjadi dalam berbagai situasi fisik yang berbeda dan ide-ide yang
telah kita bahas penting bagi berbagai fenomena fisik. Di dalam
microwave/oven, gelombang elektromagnetik memantulkan dari dinding
oven untuk membentuk pola gelombang berdiri padas seluruh ruangan oven.
Ini berarti bahwa pasti akan ada tempat di dalam oven dimana intensitas dari

9
radiasi gelombang mikro berkurang dan makanan tidak akan dimasak dengan
baik. Untuk mengurangi dampak dari ' titik-titik dingin ' makanan
ditempatkan pada meja putar berputar . Pada sebuah laser, cahaya membentuk
gelombang berdiri di antara dua cermin yang ditempatkan di ujung dari
tabung laser. Dengan cara ini panjang gelombang sinar laser didefinisikan
dengan baik, yaitu monokromatik . Dalam contoh yang sangat berbeda, di
ranah mekanika kuantum, tingkat energi diskrit atom dapat dianggap sebagai
solusi gelombang berdiri dari persamaan schrodinger.
2.1.1. Latihan Soal
1. Pirastro Eudoxa sebuah senar dari sebuah cello mempunyai masa jenis
μ= 1.7 g/m dan panjang L=0,70 m. tekanan pada senar ditentukan
sehingga frekuensi dasar adalah 220 Hz. (i) Berapa tekanan/tegangan dari
senar? (ii) Sebuah massa digantung pada senar. Berapa massa yang
menghasilkan tegangan yang sama? (iii) Berapa panjang gelombang
suara yang dihasilkan oleh senar? (Kecepatan udara adalah 340 m/s dan
percepatan gravitasi adalah 9,81 m/s2)
Solusi:
 𝜆v = υ dan λ/2 = L untuk frekuensidasar, diberikan υ = 2Lv.
1,70 2 x 0,70 x 220 2
𝑇 = 𝜇 υ2 = μ(2Lv)2 = = 161 N
1000

 m = T/g = 16.4 kg. hasil ini menggambarkan fakta bahwa


instrumen senar adalah subjek untuk gaya yang besar.
 Frekuensi dari gelombang suara sama dengan frekuensi dari
getaran senar. Karenanya, panjang gelombang dari gelombang
suara sama dengan 340/220 = 1,54 m. Ini berbeda dengan panjang
gelombang dari senar ( = 2L = 1,40 m) karena perbedaan
kecepatan gelombang di senar dan di udara.
2. Sebuah laser tabung neon mempunyai panjang 0,40 m dan beroperasi
pada panjang gelombang 633 nm. Berapa perbedaan frekuensi antara
gelombang berdiri yang berbatasan di dalam tabung?
Solusi:
Cahaya pada tabung laser membentuk sebuah gelombang berdiri
antara 2 cermin yang diletakkan pada salah satu ujung tabung. Hal ini

10
berlaku sebagai rongga resonansi. Kemudian n𝜆/2 = L, dimana n
adalah nomor ganjil dari gelombang berdiri (mode), 𝜆 adalah panjang
gelombang dan L adalah panjang tabung. Karena 𝜆 ≪ 𝐿, n akan
menjadi sangat besar ~~ 1 x 106, dengan menggunakan 𝜆v = c,
𝑛𝑐 𝑛 +1 𝑐
vn = 2𝐿 dan vn+1 =
2𝐿
maka
𝑐 3 x 108
vn+1 - vn = = =3,75 x 108 Hz.
2𝐿 0,80

2.2 Gelombang Berdiri sebagai Superposisi dari Dua Gelombang Berjalan

Jika ada dua gelombang yang merambat pada medium yang sama,
gelombang-gelombang tersebut akan datang di suatu titik pada saat yang
sama sehingga terjadilah superposisi gelombang. Artinya, simpangan
gelombang – gelombang tersebut di setiap titik dapat dijumlahkan sehingga
menghasilkan sebuah gelombang baru.

Pada persamaan 5.3 kita dapat melihat persamaan umum gelombang


berjalan sebagai berikut :

Contoh spesifiknya adalah

atau, dalam bilangan gelombang k = 2π / λ dan sudut frekuensi ω = kv,

pada persamaan di atas persamaan gelombangnya dapat di gambarkan dengan


gelombang sinusoida dengan besar Amplitudo A/2 yang ke kanan
mempunyai arah positif, dan yang ke kiri akan mempunyai arah negatif. Dan
keduanya mempunyai frekuensi sudut yang sama. Dan kita gunakan rumus
identitas untuk gelombang tersebut :

11
Kita dapatkan

Sisi kanan Persamaan (6.22) memiliki bentuk yang identik dengan


Persamaan (6.15), yang kami dapatkan untuk gelombang berdiri dengan tali
tegang. Oleh karena itu, kita memiliki hasil penting bahwa gelombang berdiri
adalah superposisi dari dua gelombang perjalanan dari frekuensi dan
amplitudo yang sama dengan arah berlawanan. Ini adalah diilustrasikan pada
Gambar 6.3, yang menunjukkan dua gelombang perjalanan pada instan
berturut-turut. Waktu yang dipisahkan oleh T / 8 dimana T adalah periode
gelombang. Gelombang berjalan ke arah kanan diwakili oleh kurva kontinu
yang tipis dan gelombang yang melaju ke arah kiri diwakili oleh kurva
bertitik. Anak panah yang melekat pada kurva menunjukkan arah perjalanan.
Kurva kontinu yang tebal adalah jumlah superposisi dari dua gelombang
berjalan, yaitu gelombang berdiri resultan. Bentuk keseluruhannya sama
seperti gambar:

Gambar 6.3

Dua gelombang berjalan dengan frekuensi dan amplitudo yang sama


berjalan secara berlawanan. arah, pada instan waktu berturut-turut.
Gelombang yang melaju ke arah kanan diwakili dengan kurva kontinu yang
tipis dan gelombang yang melaju ke arah kiri ditunjukkan oleh kurva

12
terputus. Kurva tebal yang tebal sesuai dengan hasil penjumlahan keduanya
gelombang perjalanan bersama, yaitu gelombang berdiri resultan. Bentuk
keseluruhan dari kurva ini adalah Seperti gelombang berdiri yang sesuai
dengan harmonik keempat yang ditunjukkan pada Gambar 6.2. Seiring
bertambahnya waktu, gelombang berdiri resultan berkembang seperti yang
ditunjukkan.pada Gambar 6.3. Titik pada gelombang berdiri digambarkan
oleh Persamaan (6.22), yaitu: y = Asin kx cos ωt. Perpindahan transversal
setiap titik pada gelombang berdiri bervariasi, dengan SHM Sebagai cos ωt
dan amplitudo gerak ini bervariasi seperti A sin kx, yaitu simpul dan anti
nodes terjadi pada titik-titik tetap pada sumbu x. kedua gelombang sinusoidal
tersebut mempunyai jarak jauh di kedua arah (pada prinsipnya x = ± ∞).
Terbentuknya gelombang berdiri pada tali yang diregangkan di antara dua
dinding yang kaku. Itu terpisah oleh T / 8, di mana T adalah periode
gelombang. kurva kontinu yang tipis merupakan gelombang yang melaju ke
arah kanan dan kurva bertitik merupakan arah gelombang berjalan ke arah
kiri. (Gelombang saling berhadapan satu sama lain). Gelombang ini tercermin
di masing-masing dinding.

Gambar 6.4

13
Gambar 6.4 Pembentukan gelombang berdiri pada tali yang
diregangkan di antara dua dinding yang kaku, Pada instan waktu berturut-
turut. Kurva kontinu yang tipis merupakan gelombang yang melaju menuju
kanan dan kurva bertitik merupakan gelombang yang melaju ke arah kiri.
Gelombang ini tercermin pada masing-masing dinding yang kaku. Kurva
kontinu tebal merupakan hasil dari menambahkan dua kurva perjalanan
bersama, yaitu superposisi dari dua gelombang dan resultan bentuk string.
Dibahas di Bagian 5.7 [di bawah Persamaan (5.53)]: gelombang
tercermin pada bentuk yang kaku batas memiliki amplitudo yang sama
dengan gelombang kejadian namun mengalami pergeseran fase dari π setelah
refleksi. Kurva kontinu tebal pada gambar 6.4 adalah superposisi dari dua
gelombang dan bentuk resultan dari senar. Pembentukan gelombang berdiri
dan evolusinya dengan waktu jelas. Memang gelombang berjalan dan bentuk
resultan dari string yang ditunjukkan pada gambar 6.4 identik dalam bentuk
ke gelombang yang ditunjukkan dalam satu panjang gelombang di sisi kiri
gambar 6.3. Kami melihat dari gambar 6.4 bahwa perpindahan senar selalu
nol pada dua dinding, Sebagaimana mestinya. Tentu saja, gelombang panjang
gelombang apa pun akan tercermin di dinding. Namun, kita dapat melihat
dari gambar 6.3 dan 6.4 bahwa, untuk gelombang berdiri , panjang senar
harus merupakan kelipatan integral dari setengah panjang gelombang: N (λ /
2) = L. Ini hanya kondisi sebelumnya, Persamaan (6.13). Jika panjang
gelombangnya tidak memenuhi persyaratan ini dua gelombang perjalanan
akan mengganggu secara destruktif dan gelombang berdiri tidak akan
berakibat.
2.3 Energi Pada Gelombang Berdiri
Bab sebelumnya telah mempelajari energi dari gelombang berjalan
dan menemukan bahwa energi tersebut dilakukan bersama gelombang
kecepatan gelombang.Situasi untuk gelombang berdiri memang ada yang
berbeda. Seperti kita lihat, gelombang berdiri adalah superposisi dari
frekuensi yang sama dan amplitudo yang berlawanan dari dua gelombang.
Energi dari dua gelombang tersebut diangkut ke arah yang berlawanan dan
jadi di sini tidak terjadi transfer energi. Namun, terdapat energi pada

14
gelombang berdiri: getaran sebuah tali adalah gerakan yang sangat cepat dan
ini mencakup pada gerakan menjauh dari titik kesetimbangan. karena tali
mempunyai energi kinetik dan energi potensial. Dalam Bagian 5.5 kita
memperoleh ekspresi umum untuk total energi E yang terkandung dalam
porsi a ≤ x ≤ b dari tali yang membawa gelombang transversal:

1 𝑏 𝜕𝑦 2 𝜕𝑦 2
𝐸= 𝜇 𝑎
𝑑𝑥 + 𝑣2 (5.37)
2 𝜕𝑡 𝜕𝑥

dimana μ adalah massa per satuan panjang dari tali dan v adalah
kecepatan gelombang. Turunan pertama pada integral berkaitan dengan
energi kinetik dari tali dan turunan kedua untuk energi potensial. Kita dapat
menggunakan persamaan ini untuk menemukan energi total terkait dengan
gelombang berdiri, yaitu energi dari tali dengan panjang L bergetar dalam
mode single. Solusi gelombang berdiri untuk kasus ini dapat dicari dengan:

𝑛𝜋
𝑦𝑛 𝑥, 𝑡 = 𝐴𝑛 sin 𝑥 cos 𝜔𝑛 𝑡, (2.10)
𝐿

dimana 𝜔𝑛 = 𝑣 𝑛𝜋 𝐿 , persamaan (2.8). Persamaan tersebut


diturunkan diferensial terhadap t dan x akan memberikan

𝜕𝑦𝑛 𝑛𝜋
= −𝐴𝑛 𝜔𝑛 sin 𝑥 sin 𝜔𝑛 𝑡
𝜕𝑡 𝐿

𝜕𝑦𝑛 𝑛𝜋 𝑛𝜋
= 𝐴𝑛 cos 𝑥 cos 𝜔𝑛 𝑡.
𝜕𝑥 𝐿 𝐿

Persamaan 2.23

Substitusikan persamaan ini ke dalam Persamaan (5.37), kita


memperoleh untuk energi 𝐸𝑛 tali, dengan panjang L, pada getaran gelombang
ke-n:

𝐿 𝐿
1 𝑛𝜋 𝑛𝜋 2 𝑛𝜋
𝐸𝑛 = 𝜇𝐴2𝑛 𝜔2 𝑠𝑖𝑛2 𝜔𝑛 𝑡 𝑑𝑥 𝑠𝑖𝑛2 𝑥 +𝑣 2 𝑐𝑜𝑠 2 𝜔𝑛 𝑡 𝑑𝑥 𝑐𝑜𝑠 2 𝑥 .
2 0 𝐿 𝐿 0 𝐿

Persamaan 2.24

15
Atau

𝐿 𝐿
1 𝑛𝜋 𝑛𝜋 2 𝑛𝜋
𝐸𝑛 = 𝜇𝐴𝑛 2 𝜔𝑛 2 𝑠𝑖𝑛2 𝜔𝑛 𝑡 𝑠𝑖𝑛2 𝑥 + 𝑣2 𝑐𝑜𝑠 2 𝜔𝑛 𝑡 𝑐𝑜𝑠 2
2 0 𝐿 𝐿 0 𝐿
Kedua integral memiliki nilai yang sama L / 2:
𝐿 𝑛𝜋 𝐿 𝑛𝜋 𝐿
0
𝑑𝑥 𝑠𝑖𝑛2 𝑥 = 0
𝑑𝑥 𝑐𝑜𝑠 2 𝑥 =2 (2.25)
𝐿 𝐿

Untuk membuktikannya kita gunakan identitas trigonometri


1
𝑠𝑖𝑛2 𝛼 = 2 1 − cos 2𝛼 (2.26)

Yang mana kita dapatkan bahwa:

𝐿 𝑛𝜋 1 2𝑛𝜋 1 𝐿 2𝑛𝜋 𝐿
0
𝑑𝑥 𝑠𝑖𝑛2 𝑥 = 1 − cos 𝑥 = 2 𝑥 − 2𝑛𝜇 sin =2
𝐿 2 𝐿 𝐿

Dan
𝐿 𝑛𝜋 𝐿1 2𝑛𝜋 𝐿 𝐿
0
𝑑𝑥 𝑐𝑜𝑠 2 𝑥 = 0 2
1 − sin2 𝑥 𝑑𝑥 = 𝐿 − 2 = 2
𝐿 𝐿

Mensubstitusikan nilai L / 2 untuk dua integral dalam Persamaan


(2.24) dan menulis v (nπ / L) = ωn, kita memperoleh ekspresi akhir kita untuk
energi En dari bergetar yang string dalam modus n:
1 1
𝐸𝑛 = 𝜇𝐿𝐴𝑛 2 𝜔𝑛 2 𝑠𝑖𝑛2 𝜔𝑛 𝑡 + 𝑐𝑜𝑠 2 𝜔𝑛 𝑡 = 4 𝜇𝐿𝐴𝑛 2 𝜔𝑛 2 (2.27)
4

Istilah pertama dalam kurung dalam Persamaan (2.27) hasil dari


energi kinetik tali sedangkan hasil jangka kedua dari energi potensialnya.
Persamaan ini menunjukkan bahwa energi dari sistem mengalir terus menerus
antara kinetik dan potensial energi meskipun energi total tetap konstan. Ini
adalah karakteristik Fitur dari berosilasi sistem, seperti yang kita sama
ditemukan osilator harmonik sederhana, Persamaan (1.23). Ketika tali adalah
pada perpindahan maksimum, tali adalah seketika saat istirahat dan semua
energi dalam bentuk energi potensial. Ketika tali melewati posisi
kesetimbangan, semua energi dalam bentuk energi kinetik. Persamaan (2.27)

16
juga menunjukkan bahwa total energi yang terkandung dalam gelombang
berdiri adalah sebanding dengan kuadrat dari frekuensi getaran dan kuadrat
amplitudo getaran.

2.4 GELOMBANG BERDIRI SEBAGAI MODEL NORMAL DARI


SEBUAH PENGGETARAN SENAR

Mode normal dari osilator yang digabungkan. Karakteristik yang


mencolok dari mode normal adalah bahwa semua massa bergerak dalam
SHM pada frekuensi yang samaini mendefinisikan mode normal. Kami juga
melihat bahwa mode normal ini benar-benar independen satu sama lain dan
gerak umum sistem adalah superposisi dari mode normal. Semua properti ini
dibagi oleh gelombang berdiri pada tali yang bergetar, semua partikel dari tali
melakukan SHM dengan frekuensi yang sama. Gelombang berdiri adalah
mode normal dari tali bergetar dan mulai sekarang kita akan menyebut
mereka sebagai mode normal. Sejauh ini kami hanya mempertimbangkan
kasus di mana satu mode normal taliterengah. Dalam bagian 2.4.2 kita akan
membahas kasus di mana beberapa mode normal dibangkitkan secara
bersamaan. Kita akan membahas superposisi dan kemandirian mereka, sekali
lagi kita akan melihat banyak kesamaan dengan diskusi kita tentang mode
normal dalam Bagian 4.3. Metode dan hasil yang akan kami tunjukkan untuk
tali bergetar mengakui generalisasi ke sejumlah besar fisika misalnya untuk
mekanika kuantum dan oleh karena itu sangat penting. Kami akan mulai
dengan menggambarkan prinsip superposisi.

2.4.1 Prinsip Superposisi


Prinsip superposisi menyatakan bahwa, jika y1 (x, t) dan y2 (x, t)
adalah dua solusi dari persamaan gelombang (5.23), maka kombinasi
linier persamaan tersebut adalah:

Y(x, t) = A1 y1 (x, t) + A2 y2 (x, t) (2.28)

dimana A1 dan A2 adalah konstanta sembarang. Hasil ini mengikuti


sekaligus dari linearitas persamaan gelombang (5.23), yaitu setiap
istilah dalam persamaan gelombang sebanding dengan y atau salah satu

17
turunannya itu tidak mengandung istilah kuadratik atau daya tinggi atau
istilah produk seperti y ( 𝜕y / 𝜕x). (Persamaan jenis ini dikenal sebagai
persamaan linear.) Kita dapat melihat ini sebagai berikut dengan
mengalikan persamaan pertama berikut:

𝜕 2 𝑦1 𝜕 2 𝑦1 𝜕 2 𝑦2 𝜕 2 𝑦2
= v2 , = v2
𝜕𝑡 2 𝜕𝑥 2 𝜕𝑡 2 𝜕𝑥 2

Dengan A1 dan yang kedua oleh A2, dan menambahkan


persamaan yang dihasilkan yaitu :

𝜕2𝑦 𝜕 2 𝑦2 𝜕2𝑦 𝜕 2 𝑦2
A1 𝜕𝑡 21 + A2 = v2 ( 𝜕𝑥 21 + )
𝜕𝑡 2 𝜕𝑥 2

Karena

𝜕2𝑦 𝜕 2 𝑦2 𝜕2
A1 𝜕𝑡 21 + A2 = 𝜕𝑡 2 (A1 y1 + A2 y2 ), dan
𝜕𝑡 2

𝜕2𝑦 𝜕 2 𝑦2 𝜕2
v2 [A1 𝜕𝑥 21 + A2 ] = v2 𝜕𝑥 2 (A1 y1 + A2 y2 ),
𝜕𝑥 2

Itu berarti bahwa superposisi linear y (x, t), persamaan (2.28),


juga merupakan solusi dari persamaan gelombang (5.23). Hasil ini jelas
umum ke superposisi dari sejumlah solusi dari persamaan gelombang.
Ini bisa menjadi solusi apa saja, namun tidak harus mode
normal.Namun, untuk alasan yang akan menjadi lebih jelas dalam
diskusi berikut ini kita sekarang memilih superposisi umum dari mode
normal.

2.4.2 Superposisi Mode Normal


Perpaduan dua puncak gelombang atau perpaduan dua lembah
gelombang atau perpaduan satu puncak dan satu lembah gelombang
yang sama dengan penjumlahan aljabar dari amplitudo masing-masing
puncak gelombang atau lembah gelombang secara terpisah (puncak
gelombang dianggap positif sedangkan lembah gelombang dianggap
negatif) hal inilah yang disebut prinsip superposisi.
Persamaan gelombang berdiri pada tali dimana untuk mode
normal ke-n dari panjang tali bergetar L:

18
𝑛𝜋
yn (x,t) = An Sin 𝑥 Cos ωnt (2.10)
𝐿

Secara umum, gerakan tali akan menjadi superposisi dari mode


normal yang diberikan oleh :

𝑛𝜋
yn(x,t) = 𝑛 𝑦𝑛 𝑥, 𝑡 = 𝑛 An Sin 𝑥 Cos 𝜔𝑛𝑡 (2.29)
𝐿

nπv
dimana ωn = .Contoh ini disajikan pada Gambar 6.5, yang
L

menunjukkan superposisi dari mode normal ketiga dengan amplitudo


relatif 1,0 dan mode normal ketiga belas dengan amplitudo relatif 0,5.
(Memilih mode normal tinggi untuk menunjukkan superposisi dari
gelombang lebih jelas). Untuk mode normal ketiga adalah

3𝜋
y3 (x,t) = 1.0 Sin 𝑥 Cos ω3t (2.30)
𝐿

Gambar 2.5
(a) Snapshot dari harmonik ketiga y3 (x, 0) dari string tegang pada t = 0. (B)
Snapshot dari y13 harmonik ketiga belas (x, 0) dari string tegang pada t = 0 di mana
amplitudo gelombang adalah sama dengan satu setengah dari (a). (C) Superposisi dari
dua harmonik untuk memberikan bentuk resultan dari string pada t = 0.

19
dan untuk mode normal ketiga belas adalah
13𝜋
y13(x,t) = 0.5 Sin 𝑥 Cos ω13t (2.31)
𝐿

Gambar dari dua mode normal ini pada t = 0, yaitu y3 (x, 0) dan y13
(x, 0), ditunjukkan pada Gambar 2.5 (a) dan (b), masing-masing.
Superposisi dari dua mode normal diberikan oleh
3𝜋 13𝜋
y (x,t) = 1.0 Sin 𝑥 Cos ω3t +0.5 Sin 𝑥 Cos ω13t (2.32)
𝐿 𝐿

dan menggambarkan gerakan tali yang bergetar. Diilustrasikan


pada Gambar 2.5 (c) yang sekali lagi adalah gambar dari string pada t =
0. Seiring waktu meningkatkan bentuk tali berkembang sesuai dengan
Persamaan (2.32). Secara khusus akan membutuhkan 13 periode
lengkap dari frekuensi yang lebih tinggi ω13 sebelum bentuk yang tepat
ditunjukkan pada Gambar 2.5 (c) diulangi.
Untuk membangkitkan dua mode normal dengan cara ini, entah
bagaimana harus membatasi bentuk tali seperti pada Gambar 2.5 (c) dan
kemudian dilepaskan pada waktu t = 0. Tentu saja, tidak praktis untuk
melakukan ini dan dalam praktiknya kita memetik tali untuk
membuatnya bergetar. Tindakan mencabut tali diilustrasikan pada
Gambar 2.6 (a). Dalam contoh ini tali dipindahkan jarak d pada
seperempat panjangnya. Awalnya, tali memiliki bentuk segitiga dan
bentuk ini jelas tidak cocok dengan salah satu bentuk mode normal
yang ditunjukkan pada Gambar 2.2. Untuk satu hal, segitiga memiliki
sudut tajam sementara bentuk sinusoidal dari mode normal bervariasi
dengan lancar.

Gambar 6.6

20
(a) Tindakan pemetikan tali diilustrasikan di mana tali dipindahkan
jarak d pada seperempat panjangnya. (b) Tiga mode normal pertama
dari tali. Amplitudo dari mode normal ini diberikan dalam teks. (c)
Superposisi dari tiga mode normal pertama memberikan reproduksi
yang baik dari bentuk segitiga awal dari string kecuali untuk sudut
tajam. Untuk semua kasus di atas, t = 0.
Yang luar biasa adalah, bagaimana mungkin untuk mereproduksi
bentuk segitiga ini dengan menambahkan bersama mode normal tali
dengan amplitudo yang sesuai. Ini diilustrasikan oleh Gambar 2.6. Pada
Gambar 2.6 (b) tiga mode normal pertama y1 (x, 0), y2 (x, 0) dan y3 (x,
0) ditampilkan. [Ini diberikan oleh Persamaan (6.10) dengan t = 0.]
Amplitudo mereka adalah A, A / 2√2 danA / 9, masing-masing, di mana
A = 32d / 3π2. (Prosedur umum untuk menemukan nilai-nilai amplitudo
ini dikembangkan dalam Bagian 2.4.3). Gambar 2.6 (c) menunjukkan
superposisi dari tiga mode normal ini, yaitu
y (x,0) = y1 (x,0) + y2 (x,0) + y3 (x,0)
dan memungkinkan perbandingan dengan bentuk awal tali. Bahkan
dengan hanya menggunakan tiga mode normal pertama, kita
mendapatkan keistimewaan yang baik hingga bentuk segitiga. Dengan
menambahkan lebih banyak mode normal, kita akan mencapai
kesepakatan yang lebih baik, terutama sehubungan dengan sudut tajam.
nπv
Frekuensi yang sesuai dari mode normal diberikan oleh ωn = ,
L

Persamaan (2.8). Jadi ketika kita memetik tali, kita membangkitkan


banyak mode normal dan gerakan selanjutnya dari tali diberikan oleh
superposisi dari mode normal ini sesuai dengan Persamaan (2.29). Cara
yang jelas untuk merepresentasikan komposisi mode normal adalah
dengan membuat plot amplitudonya terhadap frekuensi mereka yang
memberikan spektrum frekuensi. Spektrum frekuensi untuk contoh
Gambar 2.6 ditunjukkan pada Gambar 2.7.

21
Gambar 6.7

Spektrum frekuensi yang menunjukkan empat harmonik pertama


dari string yang dipetik ditunjukkan pada Gambar 2.6, di mana
amplitudo dari mode normal diplot terhadap nomor mode. Amplitudo
dari n = 4 mode normal adalah nol.
Bahkan sebelum kita melihat bagaimana mengevaluasi amplitudo
dari mode normal (Bagian 2.4.3), kita dapat mengatakan sesuatu
tentang eksitasi dari mode normal keempat dalam contoh di atas. Mode
normal ini memiliki node pada seperempat panjang tali. Oleh karena
itu, memetik dawai/tali pada titik itu tidak akan membangkitkan mode,
oleh karenanya hilang dari superposisi sebagaimana konsisten dengan
spektrum frekuensi pada Gambar 2.7.
Contoh superposisi mode normal berasal dari suara yang dihasilkan
oleh alat musik. Nada A yang dimainkan pada oboe terdengar sangat
berbeda dengan nada yang sama dimainkan pada flute, meskipun
keduanya adalah alat musik tiup. Dalam setiap kasus, frekuensi
fundamental atau nada dari catatan adalah sama. Namun, jumlah relatif
dari mode normal yang berbeda (harmonik) yang dihasilkan oleh dua
instrumen berbeda. Komposisi harmonik inilah yang memengaruhi
kualitas musik atau timbre nada. Klarinet kaya harmonik sementara
flute memiliki konten yang jauh kurang harmonis. Bahkan instrumen
yang berbeda dari jenis yang sama dapat menunjukkan konten
harmonik yang berbeda dan terdengar agak berbeda. Misalnya, konten
harmonik yang dihasilkan oleh biola Stradivarius adalah salah satu
faktor yang menjadikannya instrumen yang sangat diinginkan. Kita
dapat mengubah situasi ini dan mensintesis instrumen musik. Untuk ini

22
kami menggunakan satu set osilator untuk menghasilkan gelombang
sinusoidal dengan frekuensi semua harmonik yang ingin kami sertakan.
Kemudian kami menambahkan ini bersama dengan amplitudo relatif
yang tepat untuk mensintesis instrumen musik pilihan.

2.4.3 Amplitudo dari mode normal dan analisis Fourier


Dalam Bagian 2.2.4.2 kita melihat bahwa gerakan umum string
bergetar adalah superposisi dari mode normal, Persamaan (2.10). Secara
khusus, bentuk awal dari string f (x), yaitu pada t = 0, berasal dari
Persamaan (2.29) yang diberikan oleh

(2,31)

Kami sekarang menyatakan hasil yang luar biasa: bentuk apapun f (x)
dari string dengan ujung tetap poin [f (0) = f (L) = 0] dapat ditulis sebagai
superposisi dari fungsi-fungsi sinus ini dengan nilai yang sesuai untuk
koefisien A1, A2,. . . , yaitu di

(2.32)

Hasil ini Fourier karena. Ekspansi (2.32) dikenal sebagai deret


Fourier dan amplitudo A1, A2,. . . sebagai koefisien Fourier. Gagasan
bahwa pada dasarnya fungsi arbitrase f (x) dapat diperluas dalam deret
Fourier dapat digeneralisasikan dan sangat penting dalam fisika dan
teknologi teoritis.
Teorema ekspansi Fourier, Persamaan (2.32), melibatkan beberapa
matematika yang sulit dan kami hanya akan menganggap validitasnya.
Sebaliknya, penerapannya dalam praktik cukup mudah. Diberikan f (x),
yaitu bentuk string, amplitudo An (n = 1, 2, ...) mudah ditemukan. Inilah
yang membuat analisis Fourier sedemikian kuat. Alat Penentuan
amplitudo tergantung pada dua integral yang melibatkan
(2.33)

(2.34)

23
di mana m dan n adalah bilangan bulat di seluruh. Yang pertama dari hasil
ini kami peroleh sebelumnya, Persamaan (2.25). Untuk kedua, dari yang
mengikuti itu:

(2.35)

untuk m ≠ n karena sin Nπ = 0 untuk N = ± 1, ± 2,. . . .

Mengalikan Persamaan (2.32) dengan dosa (mπx / L) dan


mengintegrasikan hasilnya persamaan terhadap x di atas rentang x = 0
hingga x = L

(2.36)

Ini mengikuti dari Persamaan (2.34) itu, dari ketentuan dalam seri di
tangan kanan sisi Persamaan (2.36), hanya istilah dengan m = n berbeda
dari nol, dan seterusnya akun Persamaan (2.33) memiliki nilai L / 2.
Dengan cara ini kita memperoleh hasil akhir untuk amplitudo Fourier

(2.37)

Persamaan (2.32) dan (2.37) adalah hasil akhir kami: pernyataan


teorema Fourier.
Untuk fungsi spesifik f (x), yaitu bentuk string pada t = 0, Persamaan
(2.37) memberi kita amplitudo Fourier A1, A2,. . . . Mengganti amplitudo
ini ke dalam Persamaan (2.32) memberi kita bentuk awal string,
dinyatakan dalam Fourier-nya komponen dan, dari Persamaan (2.29),
bentuk string pada waktu berikutnya. Situasi yang kami jelaskan di sini
pada dasarnya adalah mekanika klasik.
Untuk menyelesaikan persamaan gerak Newton untuk sistem
partikel, kita harus menentukan posisi awal dan kecepatannya. Untuk

24
string kita memiliki rangkaian partikel, dan kondisi awal menjadi posisi
awal dan kecepatan awal masing-masing arahkan pada string. Kami telah
menangani kasus string tertentu yang awalnya ada di istirahat, [∂y (x, t) /
∂t] t=0 = 0, lihat persamaan (2.3), dan dengan bentuk awal y(x,0) = f
(x).Kondisi awal lainnya mungkin mengarah ke berbagai bentuk deret
Fourier.

2.4.3.1 Contoh Soal


1.Sebuah string dengan panjang L dipindahkan pada titik tengahnya
dengan jarak d dan dilepaskan di t = 0. Temukan tiga mode normal
pertama yang bersemangat dan amplitudonya dalam hal perpindahan
awal d.
Jawab:
Situasi diilustrasikan pada Gambar 2.8. Kami mewakili bentuk string
pada waktu t = 0 oleh fungsi y = f (x). Pemeriksaan Gambar 6.8
menunjukkan hal itu

Gambar 2.8 Sebuah string yang dipetik, di mana titik tengahnya


digantikan oleh jarak d.
Untuk mengatasi 'ketegaran' dalam f (x) pada x = L / 2, kita membagi
integral(2.37) ke dalam dua bagian, jadi itu :

Substitusi untuk f (x) di atas rentang x yang sesuai, sisi kanan dari
persamaan ini menjadi

25
Kami meninggalkan evaluasi integral ini dan merapikan hasil ekspresi untuk
pembaca. Hasil akhirnya adalah

(2.38)

Oleh karena itu ketika kita memetik string pada titik tengahnya, kita banyak
membangkitkan banyak hal normal mode (pada prinsipnya nomor tak terbatas).
Dari Persamaan (2.38), kami memiliki An = 0 bahkan untuk nilai n: kita hanya
menggairahkan mode yang memiliki nilai ganjil n, karena mode dengan n
memiliki simpul pada titik tengah string dan sebagainya. Persamaan (2.38)
memberikan amplitudo An dalam mode normal :

(2.39)

dan mode normal yang sesuai yn (x, t) diberikan oleh Persamaan (2.10) dengan
nilai-nilai ini amplitudo dan frekuensi yang diberikan oleh ωn = (nπ / L) (√T / μ)
[lihat persamaan (2.8) dan (5.32)]. Perhatikan bahwa kombinasi mode normal
yang bersemangat dalam contoh ini berbeda dengan kasus pemetikan string
seperempat dari jalan sepanjang panjangnya, lihat Bagian (2.4.2). Ini mempunyai
konsekuensinya, saat mencabut senar biola (memainkan 'pizzicato'), the timbre
suara tergantung di mana sepanjang string itu dipetik.

6.4.4 Energi Getaran sebuah Tali


Sebuah tali bergetar di satu mode normal, diberikan oleh
𝑛𝜋
𝑦𝑛 (x,t) =𝐴𝑛 sin( 𝐿 𝑥)cos𝜔𝑛 t (2.10)

Dan kita memperolehi energi 𝐸𝑛 string menggetarkan dalam mode ini:


1
𝐸𝑛 = 4μL𝐴𝑛 2 𝜔𝑛 ²( sin² ω𝑛 t + cos² ω𝑛 t )

1
= 4μL𝐴𝑛 ²ω𝑛 ² (2.27)
Sekarang kita ingin mendapatkan energi E -menggetarkan tali, ada
beberapa mode (Superposition umum dari mode normal adalah diberikan
oleh
Y(x, t) = n y𝑛 (x, t)

26

= n 𝐴𝑛 sin( L x)cos ω𝑛 𝑡, (2.29)

Kita harus menggunakan persamaan ini, Persamaan (2.10), untuk


menghitung E persamaan dari (5.37):
1 𝑏 𝜕𝑦 𝜕𝑦
E = 2𝜇 𝑎
𝑑𝑥 ² + 𝑣² ². (5.37)
𝜕𝑡 𝜕𝑥

Ungkapan-ungkapan untuk ∂y/∂t dan ∂y/∂x diperlukan persamaan


dalam (5.37) sekarang tidak terdiri dari persamaan tunggal sebagai
persamaan dalam (2.23) untuk mode tunggal, tetapi jumlah persamaan di
atas n mode:
𝜕𝑦 nπ
=− n 𝐴𝑛 ω𝑛 sin x sin ω𝑛 𝑡 ,
𝜕𝑡 L

Dengan jumlah yang sama atas mode ∂y/∂x. Persegi ini terjadi dalam
persamaan (5.37), dan menguat sedikit, seperti dalam

𝜕𝑦 mπ nπ
²= − m A𝑛 ω𝑚 sin x cos ω𝑚 𝑡 − n A𝑛 ω𝑛 sin x cos ω𝑛 𝑡 ,
𝜕𝑡 L L

Akan berpengaruh untuk 'ketentuan persamaan' yang berisi elemen

𝑚𝜋 𝑛𝜋 𝑚𝜋 𝑛𝜋
sin 𝑥 sin 𝑥 , cos 𝑥 cos 𝑥 , (2.40)
𝐿 𝐿 𝐿 𝐿

Dengan m≠n. [persamaan ketentuan yang berisi produk dari


kosinus berasal dari (∂y/∂x)².] Sebagai konsekuensi, energi E akan berisi
integral atas ketentuan produk ini, Rumus (2.40), di samping quadratic
istilah yang terjadi dalam persamaan (2.24) untuk kasus mode tunggal.
Namun, integral melibatkan ketentuan nilai 0, untuk M ≠n

𝐿 𝑚𝜋 𝑛𝜋 𝐿 𝑚𝜋 𝑛𝜋
0
𝑑𝑥 sin 𝐿 𝑥 sin 𝑥 = 0
𝑑𝑥 cos 𝐿 𝑥 cos 𝑥 =0 (2.41)
𝐿 𝐿

Yang pertama dari hasil-hasil yang diperoleh dalam persamaan


(2.34), dan yang kedua adalah diperolehi dengan cara yang tepat sama
dengan menggunakan Persamaan trigonometri
1
Cos α cos β = 2 [cos(𝛼 − 𝛽) + cos(𝛼 + 𝛽)] (2.42)

27
Dalam (Persamaan 2.35). Dengan m≠n. Hilang dari integrasi dan
total energi E diberikan oleh sejumlah Rumus (2.27):
1
E =4 𝜇𝐿 𝑛 𝐴𝑛 ²𝜔𝑛 ²(sin2 𝜔𝑛 𝑡 + cos2 𝜔𝑛 𝑡

1
=4 𝜇𝐿 𝑛 𝐴𝑛 ² 𝜔𝑛 ² (2.43)

Fitur yang paling menarik dari hasil ini adalah bahwa setiap mode
normal Energi Norwegia memberikan kontribusi
1
𝐸𝑛 = 4 𝜇 𝐿 𝐴𝑛 ² 𝜔𝑛 ² (2.44)

𝑛𝜋 𝜏
𝜔𝑛 = 𝐿 𝜇

Sehingga diperoleh:
𝜋² 𝐴𝑛 ²𝜏
E= 𝑛²
4 𝐿

Ini sangat tipikal normal Mode. Persamaannya saling lepas dan


tidak ada sambungan di antara keduanya. Menyebabkan energinya adalah
zat tambahan. [Secara matematis, hasil persamaan dari (2.41) yang
memastikan bahwa tidak ada persamaan yang melibatkan dari getaran dan
ketentuan amplitudo adalah tidak sama, dengan m≠n .]
Sebuah hasil analog tidak didapati dalam bagian 4.3 untuk energi
dua pendulum sederhana dipasangkan dengan tali. Dalam ketentuan posisi
mereka koordinat x, dan xb, gerakan mereka adalah sama, tetapi dalam hal
koordinat normal q1 dan q2 mereka melakukan former dari satu sama lain.

28
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan terkait Gelombang Berdiri di atas dapat
disimpulkan bahwa:
1. Gelombang berdiri adalah gelombang yang memiliki amplitudo yang
berubah-ubah antara nol sampai nilai maksimum tertentu. Gelombang ini
dapat membentuk superposisi dari dua gelombang berjalan. Dan energi
dari tiap gelombang ini ditentukan dari panjang dawai. Gelombang
stasioner dapat dibentuk dari pemantulan suatu gelombang.
2. Superposisi gelombang adalah Jika ada dua gelombang yang merambat
pada medium yang sama, gelombang-gelombang tersebut akan datang di
suatu titik pada saat yang sama. Gelombang berdiri adalah superposisi dari
frekuensi yang sama dan amplitudo yang berlawanan dari dua gelombang.
3. Seperti kita lihat, gelombang berdiri adalah superposisi dari frekuensi yang
sama dan amplitudo yang berlawanan dari dua gelombang. Energi dari dua
gelombang tersebut diangkut ke arah yang berlawanan dan jadi di sini
tidak terjadi transfer energi. Namun, terdapat energi pada gelombang
berdiri: getaran sebuah tali adalah gerakan yang sangat cepat dan ini
mencakup pada gerakan menjauh dari titik kesetimbangan. karena tali
mempunyai energi kinetik dan energi potensial.
4. Pada senar atau dawai pada gitar kedua ujungnya terikat dan jika
digetarkan akan membentuk suatu gelombang stasioner. Getaran ini akan
menghasilkan bunyi dengan nada tertentu, tergantung pada jumlah
gelombang yang terbentuk pada dawai tersebut. Pergerakan gelombang
yang berjalan pada dawai pada arah sumbu y.

3.2 Saran

Masih banyak kekurangan dalam makalah ini yang membuatnya


masih kurang baik. Tetapi kekurangan ini bisa diatasi dengan lebih
mendalami materi yang dibahas. Semoga di masa mendatang bisa membuat
makalah yang lebih layak untuk dibaca.

29
DAFTAR PUSTAKA

King, George C. 2009. Vibrations and Waves. Manchester: School of Physics and
Astronomy

30

Anda mungkin juga menyukai