Anda di halaman 1dari 19

PSIKOLOGI INDUSTRI

(MANAJEMEN STRES DI TEMPAT KERJA)

OLEH:

KELOMPOK VI

HUSNUL KHATIMAH (70200117056)

SURAHMA (70200117001)

RISKA SYAM (70200117)

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim
Assalamualaykum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
“Manajemen stress di tempat kerja” tepat pada waktunya.
Penyusunan Makalah ini semaksimal mungkin penulis upayakan dan
didukung bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam
penyusunannya. Untuk itu tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam merampungkan laporan ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa
masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya.
Oleh karena itu, dengan lapangdada penulis membuka selebar-lebarnya pintu bagi
para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki
Makalah ini.
Akhirnya penulis sangat mengharapkan semoga dari makalah ini dapat
diambil manfaatnya dan besar keinginan penulis dapat menginspirasi para
pembaca dan menambah ilmu atau pengetahuan pembaca.

Gowa, 15 Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen Stres

B. Teori Manajemen Stres

C. Strategi mengelola Stres di tempat kerja

D. Tahapan penerapan Stres di tempat kerja

E. Penerapan konsep islami dalam peanganan Stres di tempat kerja

F. kasus terkait Manajemen Stres di tempat kerja

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stres di tempat kerja merupakan hal yang hampir di alami oleh semua
pekerja di kota besar, masyarakat pekerja di kota-kota besar seperti Jakarta
sebagian besar merupakan urbanis dan industrialis yang selalu di sibukkan
dengan deadline penyelesaian tugas, tuntutan peran di tempat kerja yang
semakin beragam dan kadang bertentangan satu dengan yang lain, masalah
keluarga, beban kerja yang berlebihan, dan masih banyak tantangan lainnya
yang membuat stress menjadi suatu faktor yang tiidak mungkin untuk di hindari.
Stress di tempat kerja menjadi suatu persoalan serius bagi perusahaan karena
dapat menurunkan kinerja karyawan dan perusahaan.
Sebuah lembaga penelitian terhadap stress di Amerika memperkirakan
bahwa stress di tempat kerja menyebabkan para pengusaha di Amerika terpaksa
merugi sekitar 300 juta dollar Amerika setiap tahunnya akibat menurunnya
produktivitas, serta meningkatnya ketidakhadiran, turnover, konsumsi minuman
keras dan biaya pengobatan karyawan.
Stres dapat memberikan pengaruh negatif maupun positif bagi pekerja.
Dengan kata lain pada taraf tertentu stres kerja dapat meningkatkan
produktivitas pekerja,namun apabila stres kerja ini tidak dilakukan pengendalian
yang tepat dan menyebabkan tingginya tingkatan stres kerja maka akan
mengakibatkan menurunnya produktivitas pekerja.
Menurut data yang dihimpun oleh World Health Organization pada tahun
2014 dijelaskan bahwa sebesar 8% dari penyakit akibat kerja merupakan stres
kerja atau depresi pada pekerja. Sedangkan menurut hasil survei yang dilakukan
oleh Labour Force Survey pada tahun 2014 diperoleh data sebanyak 440.000
kasus stres kerja di Inggris dengan rata-rata kejadian 1.380 kasus dari setiap
100.000.(MB. Ulum, 2018)
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah
karyawan di Indonesia selama 3 tahun terakhir mengalami peningkatan yang
signifikan. Di tahun 2012 per Agustus terdapat 118,05 juta orang pekerja, lalu di
tahun 2013 mengalami kenaikan menjadi 120,17 juta orang dan di tahun 2014
mengalami kenaikan lagi menjadi 121,87 juta orang pekerja memiliki potensi
merugikan sebagai dampak mengalami stres kerja. (Daru lestantyo, 2018)
Namun tak dapat di pungkiri bahwa stress dalam bekerja pasti akan terjadi
pada setiap karyawan/pekerja.mereka mengalami stress karena pengaruh dari
lingkungan itu sendiri maupun lingkungan tempat kerja. Seseorang yang
mengalami stress dalam bekerja tidak akan mampu menyelesaikan pekerjaannya
dengan baik. Di sinilah muncul peran dari perusahaan untuk memperhatikan
setiap kondisi kejiwaan(stress) yang di alami oleh pekerjannya. Dalam hal ini
perusahaan dapat menentukan penaganan yang terbaik bagi pekerja tersebut
serta tidak mengurangi kinerja karyawan tersebut.
Melihat kejadian stress yang sering terjadi pada pekerja di tempat kerja
serta bagaimana penanganannya yang baik, maka dalam makalah ini kami akan
membahas mengenai strategi mengelolah stress terutama dalam bekerja, Dan
tahapannya serta penerapannya dalam konsep islami.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Manajemen Stres?
2. Apa saja Teori Manajemen Stres?
3. Bagaimana Strategi mengelola Stres di tempat kerja?
4. Bagaimana Tahapan penerapan mengelola Stres di tempat kerja?
5. Bagaimana Penerapan konsep islami dalam peanganan Stres di tempat
kerja?
6. Contoh kasus terkait Manajemen Stres di tempat kerja?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Apa Pengertian Manajemen Stres
2. Untuk mengetahui Apa saja Teori Manajemen Stres
3. Untuk mengetahui Bagaimana Strategi mengelola Stres di tempat kerja
4. Untuk mengetahui Bagaimana Tahapan penerapan Stres di tempat
kerja
5. Untuk mengetahui Bagaimana Penerapan konsep islami dalam
peanganan Stres di tempat kerja
6. Untuk mengetahui Contoh kasus terkait Manajemen Stres di tempat
kerja
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen Stres
Istilah manajemen stres berdasarkan pada identifikasi dan analisis terhadap
permasalahan yang terkait dengan stres dan aplikasi berbagai alat teraupetik
untuk mengubah sumber stres atau pengalaman stres. Berbeda dengan Cotton,
Smith (2003) mendefinisikan manajemen stres sebagai suatu keterampilan
yang memungkinkan seseorang untuk mengantisipasi, mencegah, mengelola
dan memulihkan diri dari stress yang dirasakan karena adanya ancaman dan
ketidakmampuan dalam coping yang dilakukan. Hal senada juga diungkapkan
oleh Margiati (2009) bahwa manajemen stres adalah membuat perubahan
dalam cara anda berpikir dan merasa, dalam cara anda berperilaku, dan sangat
mungkin dalam lingkungan anda.
Menurut Greenberg (2002) Manajemen stress adalah suatu tindakan yang
dilakukan seseorang untuk mengontrol sumber stress yang dialaminya agar
tidak menimbulkan efek negatif kedepannya. Manajemen stress adalah dimana
individu melakukan pengontrolan atau pengaturan stress yang bertujuan untuk
mengenal penyebab stress dan mengetahui teknik-teknik mengelola stress,
sehingga orang lebih baik dalam menguasai stress dalam kehidupan.
Menurut Robbins dan judge (2011) manajemen stress kerja sebagai suatu
program penggunaan sumber daya manusia untuk melakukan pengontrolan
atau pengaturan stress dimana bertujuan untuk mengenal penyebab stress dan
mengetahui teknik-teknik mengelola stress melalui pendekatan individual dan
organisasional.
Munandar (2008) mendefinisikan manajemen stres sebagai usaha untuk
mencegah timbulnya stres, meningkatkan ambang stres dari individu dan
menampung akibat fisiologikal dari stress. Menurut Greenberg (2011)
Manajemen stress adalah suatu tindakan yang dilakukan seseorang untuk
mengontrol sumber stress yang di alaminya agar tidak menimbulkan efek
negatife kedepannya. Manajemen stress adalah dimana individu melakukan
pengontrolan atau pengaturan stress yang bertujuan untuk mengenal penyebab
stress dan mengetahui teknik-teknik mengelola stress, sehingga orang lebih
baik dalam menguasai stress dalam kehidupan. Manajemen stress lebih
daripada sekedar mengatasinya, yakni belajar menanggulanginya secara
adaptif dan efektif. Manajemen stres berarti membuat perubahan dalam cara
berfikir dan merasa, dalam cara berperilaku dan sangat mungkin dalam
lingkungan individu masing-masing.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas tentang manajemen stress maka
kami menyimpulkan bahwa manajemen stress adalah suatu cara yang
dilakukan seseorang untuk mengelola atau mengontrol tingkat stress yang
dialami dalam suatu lingkungan kerja dan pada saat bekerja guna untuk
meningkatkan produktifitas pekerja itu sendiri.

B. Teori Manajemen Stres

Stress merupakan fenomena psikofisik yang manusiawi. Artinya, stress itu


bersifat inheren pada diri setiap orang dalam menjalani kehidupan sehari-sehari.
Stress dialami oleh setiap orang dengan tidak mengenal jenis kelamin, usia,
kedudukan, jabatan, atau status sosial-ekonomi. Stress bisa dialami oleh bayi,
anak-anak, remaja, dewasa, pejabat atau warga masyarakat biasa, pengusaha atau
karyawan serta pria maupun wanita. Selye (2010) mencatat adanya tiga bentuk
stress:

a. Eustress, Adalah bahan penting dalam memotivasi kita untuk melakukan


pekerjaan istimewa. Hal itu adalah stress positif yang memberi energy
kepada kita dan meningkatkan focus dari kemotivasian kita. Stress itu
ditimbulkan oleh situasi yang akan tingkat emosinya dapat kita
kendalikan, seperti presentasi makalah dan pertunjukkan music. Bila
dikondisikan, stress itu cenderung meningkatkan kreativitas dan
produktivitas kita.
b. Distress, Adalah trespon stress yang destruktif dan negative. Distress
ditimbulkan oleh respons kita terhadap situasi yang tampaknya di luar
kendali dan pengaruh kita. Ketika kita merasakan takut, butuh melepas zat
yang memicu urutan kejadian yang meningkatkan denyut nadi kita, yang
oleh beberapa orang dinamakan fenomena “melawan atau kabur.
c. Hyperstess, Adalah keadaan distress terus menerus yang mengakibatkan
dampak negative terhadap hubungan, kesehatan dan kinerja. Hyperstress
menyebabkan kelelahan, sakit lambung, serangan jantung dan gangguan
psikologis.

Stress dapat memberikan pengaruh positif dan negative terhadap individu.


Pengaruh positif dari stress adalah mendorong individu untuk melakukan sesuatu,
membangkitkan kesadaran, dan menghasilkan pengalaman baru. Sedangkan
pengaruh negatifnya adalah menimbulkan perasaan-perasaan tidak percaya diri,
penolakan, marah, atau depresi, yang kemudian memicu munculnya penyakit
seperti sakit kepala, sakit perut, insomnia, tekanan darah tinggi, atau stroke. Teori
dasar tentang stress dapat disimpulkan ke dalam tiga variabel pokok, yaitu :

a. Variabel stimulus
Variabel ini dikenal pula dengan engineering approach (pendekatan
rekayasa), yang mengonsepsikan stress sebagai uatu stimulus atau tuntutan
yang mengancam (berbahaya), yaitu tekanan dari luar terhadap individu
yang dapat menyebabkan sakit (mengganggu kesehatan). Dalam model ini,
stress dapat juga disebabkan oleh stimulasi eksternal, baik sedikit maupun
banyak.
b. Variabel respons
Variabel inidisebut pula dengan physiological approach (pendekatan
fisiologis) yang didasarkan pada model triphase dari Hans Selye. Ia
mengembangkan konsep yang lebih spesifik tentang reaksi manusia
terhadap stressor, yang ia namakan GAS (general adaption syndrome),
yaitu mekanisme respons tipikal tubuh dalam merespons rasa sakit,
ancaman, atau stressor lainnya.
GAS terdiri atas tiga tahap. Pertama, reaksi alarm, yang terjadi ketika
organisme merasakan adanya ancaman, yang kemudian meresponsnya
dengan fight atau flight. Kedua, resistance, yang terjadi apabila stress itu
berkelanjutan. Di sini, terjadi perubahan fisiologis yang melakukan
keseimbangan sebagai upaya mengatasi ancaman. Ketiga, exhaustion,
yang terjadi apabila stress terus berkelanjutan di atas periode waktu
tertentu, sehingga organisme mengalami sakit Selye (2010) organisme
memiliki keterbatasan untuk melawan stress.
Selye (2010) mendefinisikan stress sebagai the state which manifests itself
by the GAS, atau the nonspecific response of the body to any demand made upon
it. Selanjutnya, ia mengemukakan bahwa stress merupakan hal yang esensial bagi
kehidupan. Tanpa stress tidak ada kehidupan, namun kegagalan dalam mereaksi
stressor merupakan pertanda kematian.
c. Variabel interaktif
Variabel ini meliputi dua teori, yaitu :
a. Teori interaksional, Teori ini memfokuskan pembahasannya kepada
aspek-aspek keterkaitan antara individu dengan lingkungannya, dan
hakikat hubungan antara tuntutan pekerjaan dengsn kebebasan
mengambil keputusan.
b. Teori transaksional, Teori ini memfokuskan pembahasannya kepada
aspek-aspek kognitif dan afektif individu dalam berinteraksi dengan
lingkungannya, serta gaya-gaya “coping” yang dilakukannya.

Berdasarkan teori yang telah di kemukakan oleh beberapa ahli di atas maka
kami menarik kesimpulan bahwa teori manajemen stress adalah suatu upaya atau
usaha yang dilakukan oleh seseorang ketika seseorang tersebut mengalami
tekanan ataupun guncangan jiwa yang bisa membuat seseorang tersebut
mengalami suatu masalah seperti stess di tempat kerja.

C. Strategi mengelola Stres di tempat kerja


Dari sudut pandang organisasi, manajemen mungkin tidak khawatir jika
karyawannya mengalami stres yang ringan. Karena pada tingkat stres tertentu
akan memberikan akibat positif, hal ini akan mendesak mereka untuk
melakukan tugas lebih baik. Tetapi pada tingkat stres yang tinggi atau ringan
yang berkepanjangan akan membuat menurunnya kinerja karyawan.
Stres ringan mungkin akan memberikan keuntungan bagi organisasi, tetapi
dari sudut pandang individu hal tersebut bukan merupakan hal yang
diinginkan. Maka manajemen mungkin akan berpikir untuk memberikan tugas
yang menyertakan stres ringan bagi karyawan untuk memberikan dorongan
bagi karyawan, namun sebaliknya itu akan dirasakan sebagai tekanan oleh
karyawan. Maka diperlukan pendekatan yang tepat dalam mengelola stres, ada
dua pendekatan yaitu pendekatan individu dan pendekatan organisasi.
Dalam pendekatan individual seorang karyawan dapat berusaha sendiri
untuk mengurangi level stresnya. Strategi yang bersifat individual yang cukup
efektif yaitu pengelolaan waktu, latihan fisik, latihan relaksasi dan dukungan
sosial. Dengan pengelolaan waktu yang baik maka seorang karyawan dapat
menyelesaikan tugas dengan baik, tanpa adanya tuntutan kerja yang tergesa-
gesa. Dengan latihan fisik dapat meningkatkan kondisi tubuh agar lebih prima
sehingga mampu menghadapi tuntutan tugas yang berat. Selain itu untuk
mengurangi stres yang dihadapi pekerja perlu dilakukan kegiatan-kegiatan
santai. Dan sebagai strategi terakhir untuk mengurangi stres adalah dengan
mengumpulkan sahabat, kolega, keluarga yang akan dapat memberikan
dukungan dan saran-saran bagi dirinya.
Dari pendekatan organisasional dapat dilihat bahwa beberapa penyebab
stres adalah tuntutan dari tugas dan peran serta struktur organisasi yang
semuanya dikendalikan oleh manajemen, sehingga faktor-faktor itu dapat
diubah. Oleh karena itu strategi-strategi yang mungkin digunakan oleh
manajemen untuk mengatasi stres karyawannya adalah melalui seleksi dan
penempatan, penetapan tujuan, redesain pekerjaan, pengambilan keputusan
partisipatif, komunikasi organisasional dan program kesejahteraan. Melalui
strategi tersebut akan menyebabkan karyawan memperoleh pekerjaan sesuai
dengan kemampuannya dan mereka bekerja untuk tujuan yang mereka
inginkan serta adanya hbungan interpersonal yang sehat serta perawatan
terhadap kondisi fisik dan mental. Dalam melakukan manajemen stres terdapat
beberapa cara yang digunakan untuk dapat mengelola stres. Berikut ini adalah
beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengelola stress di tempat kerja
(Mega, 2014) yaitu:
a. Strategi Fisik
Cara yang paling cepat untuk mengatasi tekanan fisiologis dari stres
adalah dengan menenangkan diri dan mengurangi rangsangan fisik tubuh
melalui meditasi atau relaksasi. Relaksasi progresif adalah belajar untuk
secara bergantian menekan dan membuat otot-otot menjadi santai, juga
menurunkan tekanan darah dan hormon stres
b. Strategi Emosional
Merupakan suatu strategi yang berfokus pada emosi yang muncul
akibat masalah yang dihadapi, baik marah, cemas, atau duka cita. Beberapa
waktu setelah bencana atau tragedi adalah hal yang wajar bagi individu yang
mengalaminya untuk merasakan emosi-emosi tersebut. Pada tahap ini, orang
sering kali butuh untuk membicarakan kejadian tersebut secara terus-menerus
agar dapat menerima, memahami, dan memutuskan akan melakukan hal apa
setelah kejadian tersebut selesai. Emotion focused coping adalah sebuah
strategi koping stres yang lebih menekankan pada usaha untuk menurunkan
emosi negatif yang dirasakan ketika menghadapi masalah atau tekanan,
mengalihkan perhatian dari masalah
c. Strategi Kognitif
Dalam strategi kognitif yang dapat dilakukan adalah menilai kembali
suatu masalah dengan positif (positive reappraisal problem). Strategi positive
reappraisal yaitu merupakan usaha kognitif untuk menganalisa dan
merestrukturisasi masalah dalam sebuah cara yang positif sambil terus
melakukan penerimaan terhadap realitas situasi.
Menurut Lazarus dan Folkman (1984) mengatakan bahwa appraisal
merupakan reaksi terhadap stres sangat tergantung pada bagaimana individu
itu menafsirkan atau menilai (secara sadar atau tidak sadar) arti dari peristiwa
yang mengancam atau menantang dirinya. Masalah dapat diubah menjadi
tantangan dan kehilangan dapat diubah menjadi keuntungan yang tidak
terduga. Selain itu teknik lain yang dapat digunakan untuk mengubah kognitif
adalah dnegan affirmasi positif. Afirmasi adalah cara yang paling mudah dan
sederhana untuk mempengaruhi pikiran bawah sadar. Afirmasi adalah
sejumlah kalimat yang positif disusun baik itu hanya sebatas pikiran, atau
dituangkan kedalam tulisan, diucapkan dengan cara berulang-ulang. Afirmasi
ini berupa pernyataan pendek dan sederhana yang disampaikan terus menerus
dan berulang-ulang kepada diri sendiri. Pada saat melakukan afirmasi,
sesungguhnya seseorang sedang mempengaruhi keadaan pikiran bawah sadar.
Afirmasi harus bersifat positif dan diwujudkan dengan kata-kata yang singkat.
d. Strategi Sosial
Dalam strategi sosial seorang individu untuk menurunkan stres dapat
melakukan hal seperti mencari kelompok dukungan. Kelompok dukugan
(support group) terutama sangat membantu, karena semua orang dalam
kelompok pernah mengalami hal yang sama dan memahami apa yang
dirasakan. Kelompok dukungan dapat memperlihatkan kepedulian dan kasih
sayang. Mereka dapat membantu seseorang menilai suatu masalah dan
merencanakan hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasinya. Mereka
merupakan sumber kelekatan dan hubungan yang dibutuhkan oleh setiap
orang sepanjang hidup.
Menurut Mangkunegara (2012), ada strategi terhadap stres kerja yaitu:
a. Pendekatan melalui meditasi, Pendekatan ini perlu dilakukan karyawan
dengan cara berkonsentrasi ke alam pikiran, mengendorkan kerja otot,
dan menenangkan emosi. Meditasi ini dapat dilakukan selama 15-20
menit. Meditasi biasa dilakukan di ruangan khusus. Karyawan yang
beragama islam biasa melakukannya setelah shalat Dzuhur melalui doa
dan zikir kepada Allah SWT.
b. Pendekatan dukungan sosial, Pendekatan ini dilakukan melalui
aktivitas yang bertujuan memberikan kepuasan sosial kepada
karyawan. Misalnya bermain game dan bergurau.
c. Pendekatan melalui biofeedback, Pendekatan ini dilakukan melalui
bimbingan medis. Melalui bimbingan dokter, psikiater, dan psikolo,
sehingga diharapkan karyawamn dapat menghilangkan stres yang
dialaminya.
d. PendekatanPendekatan kesehatan pribadi, Pendekatan ini merupakan
pendekatan preventif sebelum terjadinya stres. Dalam hal ini
karyawan secara periode waktu yang kontinyu memeiksa kesehatan,
melakukan relaksasi otot, pengaturan gizi, dan olahraga secara teratur.

D. Tahapan penerapan mengelola Stres di tempat kerja


Pendekatan individu penting dilakukan karena stres dapat memengaruhi
kehidupan, kesehatan, produktivitas, dan penghasilan. Pendekatan organisasi
karena alasan kemanusiaan dan juga pengaruhnya terhadap prestasi semua
aspek dari organisasi dan efektivitas organisasi secara keseluruhan.
Menurut Robbins (2008) dari sudut pandang perusahaan, manajemen mungkin
tidak peduli ketika karyawan mengalami tingkat stres rendah hingga
menengah, karena kedua tingkat stres ini mungkin bermanfaat dan
membuahkan kinerja karyawan yang lebih tinggi atau meski rendah tetapi
berlangsung terus menerus dalam periode yang lama dapat menurunkan
kinerja karyawan. Dengan demikian, membutuhkan tindakan dari pihak
manajemen. Ada dua pendekatan dalam mengelola stress kerja yaitu:
a. Pendekatan organisasional
Beberapa faktor yang menyebabkan stress terutama tuntunan tugas dan
tuntunan peran di kendalikan oleh manajemen. Dengan sendirinya
faktor-faktor tersebut dapat di modifikasi atau diubah. Strategi yang
bisa manajemen pertimbangkan meliputi seleksi personil dan
penempatan kerja yang lebih baik, pelatihan, penetapan tujuan yang
realistis, pendesainan ulang pekerjaan, peningkatan keterlibatan
karyawan, perbaikan dalam komunikasi perusahaan, penawaran cuti
panjang atau masa sabatikal (biasanya untuk penelitian, kuliah atau
bepergian). Kepada karyawan dan penyelenggara program-program
kesejahteraan perusahaan.
b. Pendekatan individual
Strategi individual yang telah terbukti efektif meliputi penerapan
manajemen waktu, penambahan wakru olahraga, pelaatihan relaksasi
dan dan perluasan jaringan dukungan sosial. Karyawan yang teratur,
sering dapat merampungkan pekerjaan dua kali lebih banyak daripada
karyawan yang tidak teratur. Karena itu pemahaman dan pemanfaatan
prinsip-prinsip dasar manajemen waktu dapat membantu individu
mengatasi ketegangan akibat tuntunan kerja secara lebih baik.
Beberapa prinsif manajemen waktu yang dapat di praktekkan yaitu:
1. Membuat daftar kegiatan harian yang harus dirampungkan
2. Memprioritaskan kegiatan berdasarkan tingkat kepentingan dan
urgensinya.
3. Menjadwalkan menurut prioritas yang telah disusun serta,
4. Memahami siklus harian dan menangani pekerjaan yang paling
banyak menuntut dalam sikap kerja tertinggi ketika anda dalam
keadaan paling siap dan produktif.
Sedangkan menurut Yusuf (2014) pengelolaan stres disebut juga
dengan istilah coping. Coping adalah proses mengelola tuntutan (internal atau
eksternal) yang ditaksir sebagai beban karena diluar kemampuan diri individu.
Coping terdiri atas upaya-upaya yang berorientasi kegiatan dan intrapsikis
untuk mengelola tuntutan internal atau eksternal dan konflik. Faktor-faktor
yang mempengaruhi coping sebagai upaya mereduksi atau mengatasi stres
adalah dukungan sosial dan kepribadian. Karena dukungan sosial dapat
diartikan sebagai pemberian bantuan atau pertolongan terhadap seseorang
yang mengalami stres dari orang lain yang memiliki hubungan dekat.
Sedangkan kepribadian seseorang tersebut juga sangat berpengaruh dalam
upaya coping ini. Karena setiap individu mempunyai tipe dan karakteristik
berbeda-beda.
E. Penerapan konsep islami dalam penanganan Stres di tempat kerja
Dalam al-Qur’an digunakan beberapa istilah yang berarti kerja : “amal
(kerja), kasb (pendapatan) sakhkhara (untuk mempekerjakan atau
mengguna). Dalam hadist banyak menyebut kata amal dengan arti
kerajinan tangan atau perbuatan jasmaniah pada umumnya. Dan dalam
ayat al-qur’an banyak penggunaan kata “iman” diikuti dengan kata “ amal
shaleh” yang berarti bahwa iman yang tertanam dalam hati hanya akan
berarti apabila membuahkan perbuatan lahirlah yang nyata sesuai dengan
tuntunan iman itu sendiri. Dalam pandangan yusuf Qardhawi (2013)
adalah usaha maksimal yang dilakukan manusia, baik dilakukan secara
perorangan ataupun secara kolektif, baik untuk pribadi maupun untuk
orang lain.
Istilah kerja dalam islam bukanlah semata-mata merujuk kepada
mencari rezeki untuk menghidupi diri dan keluarga dengan menghabiskan
waktu siang ataupun malam, dari pagi hingga sore, terus-menerus tidak
mengenal lelah, tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau
pekerjaan yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri,
keluarga dan masyarakat sekelilingnya serta negara. Dengan kata lain,
orang yang bekerja adalah mereka yang menyumbangkan jiwa dan
tenaganya untuk kebaikan diri, keluarga, masyarakat maupun negara tanpa
menyusahkan dan menjadi beban bagi orang lain.
Dalam bekerja niat seorang muslim merupakan hal yang sangat
penting, termasuk semua aktifitas yang dilakukannya. Niat merupakan
tekat hati untuk melakukan suatu perbuatan ibadah dalam rangka
mendekatkan diri semata-mata kepada Allah, sekaligus merupakan unsur
yang sangat mentukan dalam keabsahan suatu ibadah dan bagi keabsahan
beberapa jenis muamalah. Kemantapan dalam bekerja tersebut hanya dapat
dilakukan apabila seseorang dalam menunaikannya dengan rasa amanah
dan ikhlas inilah poin paling utama yang wajib menjadi ciri khas pekerja
muslim. Seorang pekerja muslim harus mendahulukan harapannya kepada
ridho Allah sebelum pada keuntungan dunia, dan demikian ia akan bekerja
dengan sebaik-baiknya di kala sempit maupun senggang. Allah berfirman
“dan diantara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya Karena
mencari keridhan Allah, dan Allah maha penyantun kepada hamba-
hamban-Nya” (Q.S Al-Baqarah (2):207).
Hubungan antar manusia sebagai pencari dan penerima rezeki yang
disediakan Allah adalah kerja yang mana setiap orang memiliki akses
terhadap sumber rezeki itu. Hanya saja yang membedakan manusia satu
dengan lainnya adalah kemampuan, keahlian, dan kemauan untuk meraih
rezeki yang telah disediakan oleh Allah. Oleh karena itu kedudukan
pekerja sangat beruntung kepada nilai kerjanya yang ditentukan oleh
penghasilan atau keuntungan dari hasil kerja. Untuk menumbuhkan
hubungan yang harmonis antara pengusaha dengan pekerja, ekonomi islam
telah menggariskan dua prinsip dasar normative yaitu para pekerja harus
setia serta melakukan pekerjaannya dengan baik dan sebaliknya para
pengusaha harus membayar penuh upah pekerja atas jasa dan
pelayannanya. Selain itu hubungan antara atasan dan karyawan sangat
penting dilingkungan tempat kerja guna terciptanya komunikasi yang baik
serta terjalinnya tali silaturahmi sehingga dapat meningkatkan
produktifitas dalam bekerja.
Selain itu didalam suatu tempat kerja atau perusahaan dapat
melakukan program spiritual (agama) bagi pengusaha yang baik akan
membantu terciptanya optimisme dalam proses perubahan organisasi.
Penanganan stress kerja secara spiritual dapat menggunakan metode
“Tazkiyyatun Nufus” yang artinya pembersihan jiwa yaitu mengambil
pelajaran dari surat al Jum’ah ayat 2: “dialah yang menghantarkan kepada
masyarakat yang ummi, seorang rasul (utusan) dari golongan sendiri yang
menyampaikan ayat-ayat kami, membersihkan mereka, mengajarkan
mereka kitab (al Qur’an) dan hikmah. Dan adalah mereka sebelumnya
dalam kesestan yang nyata. “(Q.S. Al jumu’ah:2) dari ayat tersebut, maka
penangana stress kerja; pertama dengan di pahamkan masalah “keimanan”
dan kegiatan dakwah islamiah. Keimanan adalah konsep yang paling
penting dan mendasar bagi kehidupan manusia termasuk pengusaha atau
pekerja. Kalua imannya benar, maka akan melahirkan aktivitas amal yang
benar. Penanganan yang selanjutnya dari ayat tersebut adalah harus
dipahamkan kepada anggota organisasi akan kata “ yuzakkihim” yang
artinya dipahamkan kepada karyawan tentang “ubudiah” yang benar yang
mengangkut ibadah mahdah (terkait sholat, zikir, shiam, tilawat-al Qur’an
dan sebagainya). Berkaitan ibadah yang benar adalah diperkenalkan
syariah (aturan-aturanyya) juga dipahamkan hekekatnya. Penanganan yang
ketiga dipahamkan kata “yuallimuhumul kitab” yang bermakna
diperintahkan untuk memahami akan kitab, yaitu kitab suci Al Qur’an.
Berkaitan memahami Al Qur’an yakni dengan membacanya,
mempelajarinya, dan menyebarkannya. Membaca Al Qur’an akan menjadi
seseorang atau pribadi yang berjiwa tenang (sakinah), tidak mudah stress,
hati akan teguh menjalani kehidupan.
Penanganan stres kerja secara Islam dapat menggunakan metode
“Tazkiyyatun Nufus” yang artinya pembersihan jiwa yaitu mengambil
pelajaran dari surat al Jum’ah ayat 2: “Dialah yang menghantarkan kepada
masyarakat yang ummi, seorang rasul (utusan) dari golongan sendiri yang
menyampaikan ayat-ayat kami,membersihkan mereka, mengajarkan
mereka kitab (al Qur’an) dan hikmah. Dan adalah mereka sebelumnya
dalam kesestan yang nyata.” (QS. Al Jum’ah: 2)Dari ayat tersebut, maka
penanganan terhadap stres kerja: pertama dengan dipahamkan masalah
“keimanan”dan kegiatan dakwah Islamiah. Keimanan adalah konsep yang
paling penting dan mendasar bagi kehidupan manusia termasuk pengusaha
atau pekerja. Kalau imannya benar, maka akan melahirkan aktivitas amal
yang benar. PenangananPenanganan yang selanjutnya dari ayat tersebut
adalah harus dipahamkan kepada anggota organisasi akan kata:
“yuzakkihim” yang artinya dipahamkan kepada karyawan tentang
“ubudiah” yang benar yang menyangkut ibadah mahdah (berkait sholat,
zikir, shiam, tilawat-al Qur’an dsb). Berkaitan ibadah yang benar adalah
diperkenalkan syariah (aturan-aturannya) juga dipahamkan hakekatnya.
Penanganan yang ketiga dipahamkan kata: “yu’allimuhumul kitab”yang
bermakna diperintahkan untuk memahami akan kitab, yaitu kitab suci Al
Qur’an. Berkaitan memahami Al Qur’an yakni dengan membacanya,
mempelajarinya, dan menyebarkannya. Membaca Al Qur’an akan menjadi
seseorang atau pribadi yang berjiwa tenang (sakinah), tidak mudah stres,
hati akan teguh menjalani kehidupan. (Eko sugiyanto, 2017)
F. Contoh kasus terkait Manajemen Stres di tempat kerja

Anda mungkin juga menyukai