Anda di halaman 1dari 11

sLAPORAN PENDAHULUAN

PLASENTA PREVIA

A. Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus
sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.
Menurut Prawiroharjo, plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan lahir (prae
= di depan ; vias = jalan). Jadi yang dimaksud plasenta previa ialah plasenta yang implantasinya
tidak normal, rendah sekali hingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum.
Menurut Cunningham, plasenta previa merupakan implantasi plasenta di bagian bawah
sehingga menutupi ostium uteri internum, serta menimbulkan perdarahan saat pembentukan
segmen bawah rahim.
B. Klasifikasi
Klasifikasi plasenta previa berdasarkan terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan
jalan lahir pada waktu atau derajat abnormalitas tertentu :
1. Placenta previa totalis
Bila plasenta menutupi ostium internum servisis seluruh pembukaan jalan lahir. Pada
posisi ini, jelas tidak mungkin bayi dilahirkan per-vaginam (normal/spontan/biasa),
karena risiko perdarahan sangat hebat.
2. Placenta previa partialis
Bila hanya sebagian/separuh plasenta yang menutupi ostium internum pembukaan
jalan lahir. Pada posisi inipun risiko perdarahan masih besar, dan biasanya tetap tidak
dilahirkan melalui per-vaginam.
3. Placenta previa marginalis
Bila hanya bagian tepi plasenta yang menutupi jalan lahir. Bisa dilahirkan per-
vaginam tetapi risiko perdarahan tetap besar.
4. Low-lying placenta
(Plasenta letak rendah, lateralis placenta atau kadang disebut juga dangerous
placenta). Yaitu posisi plasenta beberapa mm atau cm dari tepi jalan lahir sehingga
tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir. Risiko perdarahan tetap ada, namun
bisa dibilang kecil, dan bisa dilahirkan per-vaginam dengan aman, asal hati-hati.

Derajat plasenta previa akan tergantung kepada luasnya ukuran dilatasi serviks saat
dilakukan pemeriksaan. Perlu ditegaskan bahwa palpasi digital untuk mencoba memastikan
hubungan yang selalu berubah antara tepi plasenta dan ostium internum ketika serviks berdilatasi,
dapat memicu terjadinya perdarahan hebat.

C. Etiologi
Plasenta bertumbuh pada segmen bawah uterus tidak selalu jelas dapat diterangkan .
bahwasanya vaskularisasi yang berkurang atau perubahan atropi pada desidua akibat persalinan
yang lampau dapat menyebabkan plasenta previa , tidaklah selalu benar . Memang dapat
dimengerti bahwa apabila aliran darah ke plasenta tidak cukup seperti pada kehamilan kembar
maka plasenta yang letaknya normal sekalipun akan memperluaskan permukaannya sehingga
mendekati atau menutupi sama sekali pembukaan jalan lahir .Frekuensi plasenta previa pada
primigravida yang berumur lebih 35 tahun kira-kira 10 kali lebih sering dibandingkan dengan
primigravida yang berumur kurang dari 25 tahun . Pada grandemultipara yang berumur lebih dari
30 tahun kira-kira 4 kali lebih sering dari grandemultipara yang berumur kurang dari 25 tahun.

D. Patofisiologi
Perdarahan anter partum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu saat
sekmen uterus telah terbentuk dan mulai melebar dan menipis. Umumnya terjadi pada trimester
ke tiga karena segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan. Pelebaran sekmen
bawah uterus dan pembukaan servik menyababkan sinus uterus robek karena lepasnya
plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahan tak
dapat dihindarkankarena adanya ketidakmampuan selaput otot segmen bawah uterus
untuk berkontraksi seperti pada plasenta letak normal.
E. Pathway

F. Gejala Klinis
Perdarahan adalah gejala primer dari placenta previa dan terjadi pada mayoritas (70%-
80%) dari wanita-wanita dengan kondisi ini. Perdarahan vagina setelah minggu ke 20 kehamilan
adalah karakteristik dari placenta previa. Biasanya perdarahan tidak menyakitkan, namun ia dapat
dihubungkan dengan kontraksi-kontraksi kandungan dan nyeri perut. Perdarahan mungkin
mencakup dalam keparahan dari ringan sampai parah.
Pemeriksaan ultrasound digunakan untuk menegakan diagnosis dari placenta previa.
Evaluasi ultrasound transabdominal (menggunakan probe pada dinding perut) atau transvaginal
(dengan probe yang dimasukan kedalam vagina namun jauh dari mulut serviks) mungkin
dilakukan, tergantung pada lokasi dari placenta. Adakalanya kedua tipe-tipe dari pemeriksaan
ultrasound adalah perlu. Adalah penting bahwa pemeriksaan ultrasound dilakukan sebelum
pemeriksaan fisik dari pelvis pada wanita-wanita dengan placenta previa yang dicurigai, karena
pemeriksaan fisik pelvic mungkin menjurus pada perdarahan yang lebih jauh.
Gejala paling khas dari plasenta previa adalah perdarahan pervaginam (yang keluar
melalui vagina) tanpa nyeri yang pada umumnya terjadi pada akhir triwulan kedua. Ibu dengan
plasenta previa pada umumnya asimptomatik (tidak memiliki gejala) sampai terjadi perdarahan
pervaginam. Biasanya perdarahan tersebut tidak terlalu banyak dan berwarna merah segar. Pada
umumnya perdarahan pertama terjadi tanpa faktor pencetus, meskipun latihan fisik dan hubungan
seksual dapat menjadi faktor pencetus. Perdarahan terjadi karena pembesaran dari rahim sehingga
menyebabkan robeknya perlekatan dari plasenta dengan dinding rahim. Koagulapati jarang
terjadi pada plasenta previa. Jika didapatkan kecurigaan terjadinya plasenta previa pada ibu
hamil, maka pemeriksaan Vaginal Tousche (pemeriksaaan dalam vagina) oleh dokter tidak boleh
dilakukan kecuali di meja operasi mengingat risiko perdarahan hebat yang mungkin terjadi.

E. Komplikasi
1. Plasenta abruptio. Pemisahan plasenta dari dinding rahim
2. Perdarahan sebelum atau selama melahirkan yang dapat menyebabkan histerektomi
(operasi pengangkatan rahim).
3. Plasenta akreta, plasenta inkreta, plasenta perkreta
4. Prematur atau kelahiran bayi sebelum waktunya (< 37 minggu)
5. Kecacatan pada bayi

F. Pemeriksaan diagnostik
a) Pemeriksaan darah : hemoglobin, hematokrit
b) Pemeriksaan ultra sonografi, dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan plasenta atau jarak
tepi plasenta terhadap ostium
c) Pemeriksaan inspekkulo secara hati-hati dan benar, dapat menentukansumberperdarahan
dari karnalis servisis atau sumber lain (servisitis, polip,keganasan, laserasi/troma)
G. Penatalaksanaan
 Penatalaksanaan Medis
Episode pendarahan significan yang pertama biasanya terjadi di rumah pasien, dan
biasanya tidak berat. Pasien harus dirawat dirumah sakit dan tidak dilakukan pemeriksaan
vagina, karena akan mencetuskan perdarahan yang sangat berat. Dirumah sakit TTV pasien
diperiksa, dinilai jumlah darah yang keluar, dandilakukan close match. Kehilangan darah
yang banyak memerlukan transfusi.Dilakukan palpasi abdomen untuk menentukan umur
kehamilan janin, presentasi,dan posisinya.
Pemeriksaan Ultrasonografi dilakukan segara setelah masuk, untuk mengkonfirmasi
diagnosis Penatalaksanaan selajutnya tergantung pada perdarahan dan umur kehamilan janin.
Dalam kasus perdarahan hebat, diperlukan tindakan darurat untuk melahirkan bayi (dan plasenta)
tanpa memperhitungkan umur kehamilan janin. Jika perdarahan tidak hebat, perawatan
kehamilan dapat dibenarkan jika umur kehamilan janin kurang dari 36 minggu. Karena
perdarahan ini cenderung berulang,ibu harus tetap dirawat di RS. Episode perdarahan berat
mungkin mengharuskan pengeluaran janin darurat, namum pada kebanyakan kasus kehamilan
dapat dilanjutkan hingga 36 minggu ; kemudian pilihan melahirkan bergantung padaapakah
derajat plasenta previanya minor atau mayor. Wanita yag memiliki derajat plasenta previa minor
dapat memilih menunggu kelahiran sampai term atau denganinduksi persalinan, asalkan
kondisinya sesuai. Plasenta previa derajat mayor ditangani dengan seksio seksarae pada waktu
yang ditentukan oleh pasien ataudokter, meskipun biasanya dilakukan sebelum tanggal yang
disepakati, karena perdarahan berat dapat terjadi setiap saat
 Penatalaksanaan keperawatan
Sebelum dirujuk anjurkan pasien untuk tirah baring total dengan menghadap ke kiri,
tidak melakukan senggama, menghidari peningkatan tekanan rongga perut (misal batuk,
mengedan karena sulit buang air besar). Pasang infus NaCl fisiologis. Bila tidak memungkinkan,
beri cairal peroral, pantau tekanan darah dan frekuensi nadi pasien secara teratur tiap 15 manit
untuk mendeteksi adanya hipotensi atau syok akibat perdarahan. Pantau pula BJJ
dan pergerakan janin.Bila terjadi renjatan, segera lakukan resusitasi cairan dan transfusi
darah bila tidakteratasi, upaya penyelamatan optimal, bila teratasi, perhatikan usia
kehamilan.Penanganan di RS dilakukan berdasarkan usia kehamilan. Bila
terdapatrenjatan, usia gestasi kurang dari 37 minggu, taksiran Berat Janin kurang dari 2500g,
maka :
 Bila perdarahan sedikit, rawat sampai sia kehamilan 3 7 m i n g g u , lalulakukan
mobilisasi bertahap, beri kortikosteroid 12 mg IV/hari selama 3hari.
 Bila perdarahan berulang, lakukan PDMO kolaborasi (Pemeriksaan Dalam Di
atas Meja Operasi), bila ada kontraksi tangani seperti kehamilan preterm. Bila tidak ada
renjatan usia gestaji 37 minggu atau lebih, taksiran berat janin 2500g atau lebih
lakukan PDMO, bila ternyata plasenta previa lakukan persalinan perabdominam, bila
bukan usahakan partus pervaginam.

H. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1) Anamnesa
a) Identitas klien: Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat,
medicalrecord dll.
b) Keluhan utama : Gejala pertama; perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu/trimester
III.
 Sifat perdarahan; tanpa sebab, tanpa nyeri, berulang
 Sebab perdarahan; placenta dan pembuluh darah yang robek; terbentuknya SBR,
terbukanya osteum/ manspulasi intravaginal/rectal.
 Sedikit banyaknya perdarahan; tergantung besar atau kecilnya robekan pembuluh darah
dan placenta.
c) Inspeksi
o Dapat dilihat perdarahan pervaginam banyak atau sedikit.
o Jika perdarahan lebih banyak; ibu tampak anemia.
d) Palpasi abdomen
 Janin sering belum cukup bulan; TFU masih rendah.
 Sering dijumpai kesalahan letak
 Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala biasanya
kepala masih goyang/floating
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Obstetri
Memberikan imformasi yang penting mengenai kehamilan sebelumnya agar perawat
dapat menentukan kemungkinan masalah pada kehamilansekarang. Riwayat obstetri meliputi:
Gravida, para abortus, dan anak hidup (GPAH)
 Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi
 Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan, dan penolong persalinan
 Jenis anetesi dan kesulitan persalinan
 Komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi, infeksi, dan perdarahan.
 Komplikasi pada bayi
 Rencana menyusui bayi
b) Riwayat mensturasi
Riwayat yang lengkap di perlukan untuk menetukan taksiran persalinan(TP). TP
ditentukan berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT). Untuk menentukan TP
berdasarkan HPHt dapat digunakan rumus naegle, yaitu hari ditambah tujuh, bulan
dikurangi tiga, tahun disesuaikan.
c) Riwayat Kontrasepsi
Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada janin,
ibu, a t a u keduanya. Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus didapatkan pada saat
kunjungan pertama. Penggunaan kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan berlanjut
pada kehamilan yang tidak diketahui dapat berakibat buruk pada pembentukan organ seksual
pada janin.
d) Riwayat penyakit dan operasi:
Kondisi kronis seperti dibetes melitus, hipertensi, dan penyakit ginjal
bisa berefek buruk pada kehamilan. Oleh karena itu, adanya riwayat infeksi, prosedur operasi,
dan trauma pada persalinan sebelumnya harus di dokumentasikan
3) Pemeriksaan fisik
a) Umum
Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil:
(1) Rambut dan kulit
Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan linea nigra.
Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan paha.
Laju pertumbuhan rambut berkurang.Wajah
(2) Mata : pucat, anemis
(3) Hidung
(4) Gigi dan mulut
(5) Leher
(6) Buah dada / payudara
 Peningkatan pigmentasi areola putting susu
 Bertambahnya ukuran dan noduler
(7) Jantung dan paru
o Volume darah meningkat
o Peningkatan frekuensi nadi
o Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan pembulu darah pulmonal.
o Terjadi hiperventilasi selama kehamilan.
o Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan nafas.
o Diafragma meninggi.
o Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada.
(8) Abdomen
 Menentukan letak janin
 Menentukan tinggi fundus uteri
(9) Vagina
 Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan ( tanda Chandwick)
 Hipertropi epithelium
(10) System musculoskeletal
o Persendian tulang pinggul yang mengendur
o Gaya berjalan yang canggung
o Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan dengan diastasis rectal
b) Khusus
(1) Tinggi fundus uteri
(2) Posisi dan persentasi janin
(3) Panggul dan janin lahir
(4) Denyut jantung janin
I. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d syok hipovolemik
3. Resti fetal distress b.d terlepasnya placenta

J. Intervensi keperawatan
1. Nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan
Tujuan : Rasa nyeri pasien berkurang atau hilang
Kriteria Hasil : Klien tidak gelisah, skala nyeri 1 – 2, tanda vital normal.
Intervensi :
a. Kaji karakristik, skala, lokasi, intensitas, dan frekuensi nyeri.
b. Monitor tanda vital pasien.
c. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi.
d. Anjurkan tirah baring dengan posisi datar berbaring.
e. Lakukan latihan nafas dalam
f. Ciptakan lingkungan yang nyaman.
g. Kolaborasi dengan dokter pemberian analgesic

2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d syok hipovolemik


Tujuan : Membaiknya keseimbangan cairan dan elektrolit.
Kriteria Hasil : Cairan dan elektrolit seimbang
Intervensi :
a. Monitor tanda vital.
b. Monitor urin meliputi warna hemates sesuai indikasi.
c. Pertahankan pencatatan komulatif jumlah dan tipe pemasukan cairan.
d. Monitor berat badan tiap hari.
e. Awasi pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht, dan natrium urin).
f. Kolaborasi pemberian diuretik.

3. Resti fetal distress b.d terlepasnya placenta


Tujuan : Tidak terjadi distress janin
Intervensi :
a. Kaji DJJ, perhatikan frekuensi dan regularitas. Biarkan pasien memantau gerakan janin.
b. Kaji adanya kontraksi uterus preterm, yang mungkin ataupun tidak disertai dengan dilatasi
cervik
c. Pantau kemajuan persalinan dan kecepatan turunnya janin
d. Siapkan klien atau tinjau ulang seri tes USG
e. Siapkan dan bantu dengan terminasi kehamilan dengan pervaginam atau SC sesuai dengan
indikasi.
DAFTAR PUSTAKA

 Smeltzer, Suzanne. C, Bare, Brenda. G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah


Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC
 Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Editor : Abdul Bari
Saifudin, George Adriaansz, Gulardi Hanifa Wiknjosastro, Djoko Waspodo. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. 2000
 Doenges. 2001. Rencana Perawatan Maternal / Bayi : Pedoman Untuk Perencanaan dan
Dokumentasi Perawatan Pasien. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai