Bab Ii Tinjauan Pustaka
Bab Ii Tinjauan Pustaka
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Irigasi
Irigasi adalah usaha untuk memperoleh air yang menggunakan bangunan dan
saluran buatan untuk keperluan penunjang produksi pertanian. Kata irigasi berasal
dari kata irrigate dalam Bahasa Belanda dan irrigation dalam Bahasa Inggris.
Tujua irigasi pada suatu daera adalah upaya untuk menyediakan dan engatur air
untuk menunjang pertanian, dari sumber air ke daerah yang memerlukan dan
mendistribusikan secara teknis dan sistematis. (Marwadi,2007:5).
Adapun manfaat suatu sistem irigasi adalah (Sidharta et al,1997:4):
a. Untuk membasahi tanah, yaitu membantu pembasahan tanah pada daerah
yang curah hujannya kurang atau tidak menentu
b. Untuk mengatur pembasahan tanah, yang dimaksudkan agar daerah pertanian
dapat diairi sepanjang waktu, baik pada musim kemarau maupun pada musim
penghujan
c. Untuk menyuburkan tanah, yaitu dengan mengalirkan air yang mengandung
lumpur pada daerah pertanian sehingga tanah data menerima unsur-unsur
penyubur
d. Untuk penggelontoran air di kota, yaitu dengan menggunakan air irigasi,
kotoran/sampah di kota digelontor ke tempat yang telah disediakan dan
selanjutnya dibasmi secara alamiah
e. Pada daerah dingin, dengan mengalirkan air yang suhunya lebih tinggi
daripada tanah, dimungkinkan untuk mengandalkan pertanian juga pada
musim tersebut.
tanah berpasir air tanah bergerak lebih cepat dibandingkan pada tanah liat. Air
tanah dapat dibedakan atas air tanah yang dangkal dan air tanah dalam.
Air tanah dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
a. Air tanah dangkal umumnya berada pada kedalaman kurang dari 40 m dari
permukaan tanah. Akuifer air tanah ini bersifat tidak tertekan, sangat mudah
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan setempat. Hal ini disebabkan karena
antara air tanah pada akuifer dan air yang ada di permukaan tanah tidak
dipisahkan oleh lapisan bantuan yang kedap. Jika terjadi hujan, air yang
meresap kedalam yanah akan langsung menambah air tanah ini.
b. Air tanah dalam, keberadaannya cukum dalam sehingga untuk
medapatkannya harus menggunakan alat bor besar. Air tanah ini berada pada
akuifer kedalaman antara 40-150 m dan dibawah 1500 m. akuifer ini sangat
bersifat tertekan dan tidak dipengaruji oleh kondisi air permukaan setempat
karena antara air tanah pada akuifer dan air yang ada di permukaan tanah
dipisahkan oleh lapisan batuan yang kedap. Air tanah ini mengalir dari daerah
resapannya di daerah yang bertopografi tinggi (Rejekiningrum,2009).
Dimana:
NFR : kebutuhan air irigasi (liter/det)
Etc : kebutuhan air konsumtif (mm/hari)
IR : kebutuhan air irigasi di tinglat persawahan (mm/hari)
WLR : kebutuhan air untuk mengganti lapisan air (mm/hari)
P : perkolasi (mm/hari)
Re : curah hujan efektif (mm/hari)
IE : efisiensi irigasi (%)
A : luas areal irigasi (ha)
Selain persamaan 2-1, perencanaan kebutuhan air irigasi dapat juga
menggunakan metode standar perencanaan irigasi KP-01, yakni:
𝑁𝐹𝑅 = 𝐸𝑡𝑐 + 𝑃 + 𝑃𝑑 + 𝑊𝐿𝑅 − 𝑅𝑒………………………………(2-2)
Dimana:
NFR : kebutuhan air irigasi (liter/det)
Etc : kebutuhan air konsumtif (mm/hari)
P : kehilangan air akibat perkolasi (mm/hari)
10
2.6.2. Evapotranspirasi
Evapotranspirasi adalah kejadian ketika air yang ada di laut, di daratan, di
sungai, di tanaman, yang kemudian air tersebut akan menguap ke angkasa
(atmosfer) dan akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh, uap air (awan) akan
menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun dalam bentuk hujan, salju
(haryono et al,2009:III-3). Analisis mengenai evaporasi diperlukan untuk
menentukan besarnya evapotranspirasi tanaman yang akan digunakan untuk
menghitung kevuruhan air irigasi.
11
Dengan:
Pd : kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan (mm/hari)
M : kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan
perkolasi di sawah yang telah dijenuhkan
:1,1 Eto + P (mm/hari)
e :2,718
𝑀.𝑇
k : 𝑆
2.6.5. Perkolasi
Perkolasi adalah gerakan air dalam tanah dengan arah vertical ke bawah.
Perkolasi juga merupakan kehilangan air di dalam tanah dimana air meresap ke
dalam tanah sampai melalui batas lapisan tanah jenuh air. Menurut Standar
Perencanaan Irigasi KP-01 (2010:62) laju perkolasi sangat tergantung pada sifat-
sifat tanah. Data-data mengenai perkolasi akan diperoleh dari penelitian
kemampuan tanah. Tes kelulusan tanah menjadi bagian dari penyelidikan ini.
Apabila padi sudah di tanam di daerah proyek, maka pengukuran laju perkolasi
13
dapat dilakukan langsung di sawah. Laju perkolasi normal pada tanah lempung
sesudah dilakukan penggenangan berkisar antara 1 sampai 3 mm/hr. Didaerah
miring, perembesan dari sawah ke sawah dapat mengakibatkan banyak kehilangan
air. Besaran nilaiperkolasi berdasarkan jenis tanah dapat dilihat pada tabel 2.2
Tabel 2.2 Nilai Koefisien Perkolasi
Macam tanah Perkolasi (mm/hari)
Sandy Loam 3-8
Loam 2-3
Clay Loam 1-2
Sumber: Standar Perencanaan Irigasi KP-01,2010
Dengan:
m : rangking dari urutan terkecil
n : jumlah tahun pengamatan
Setelah nilai R80 didapatkan, perhitungan dilanjutkan dengan metode basic year
dengan rumus sebagai berikut:
𝑅𝑒 = (0,70 𝑥 𝑅80 ) untuk padi ……………………..…………………(2-7)
𝑅𝑒 = (0,50 𝑥 𝑅80 ) untuk palawija ……………………………………(2-8)
Dengan :
Re : Curah hujan efektif (mm/hari)
14
2.6.7. Efisiensi
Irigasi air tanah dengan sistem perpipaan disyaratkan kehilangan air di
saluran sama dengan 0% dan kehilangan air dilahan pertanian diperkirakan 15%.
Hal ini akan diasumsika karena petani harus membayar biaya operasi maka petani
akan lebih hemat air (Haryono et al,2009:V-18). Maka dalam perencanaan ini
efisiensi yang digunakan sebesar 100% karena menggunakan saluran perpipaan
sehingga diasumsikan tidak kehilangan air.
Dengan:
Debit : debit pompa produksi (liter/detik)
Efisiensi : efisiensi saluran pepipaan
NFR : kebutuhan air irigasi (liter/detik/ha)
15
b) Darcy Weisbach
Persamaan Darcy-Weisbach berlaku untuk aliran laminar dan
turbulen. Faktor gesekan untuk laminar dapat dihitung secara analisis,
sedangkan untuk aliran turbulen halrus ditentukan secara empiris.
𝑓.𝐿.𝑣 2
ℎ𝑓 = ……………………….……………….……………(2-14)
𝐷.2.𝑔
Dimana:
Hf : kerugian head karena gesekan (m)
f : faktor gesekan (diperoleh dari diagram moody)
D : diameter pipa (m)
L : panjang pipa (m)
V : kecepatan aliran fluida dalam pipa (m/det)
g : percepatan gravitasi = 9.81 m/det2
19
c) De Chezy Manning
Persamaan ini umumnya dipakai pada saluran terbuka, tetapi dapat
pula dipakai di saluran perpipaan, dengan persamaan:
𝑓.𝐿.𝑣 2
ℎ𝑓 = 2 𝑅 4/3 ………………………………….……………(2-15)
𝐾𝑆𝑇 ℎ
1
𝑘𝑠𝑡 = 𝑛 ……………………….……………….……………(2-16)
𝐻𝑙
𝑆= ……………………….…………..……….………(2-17)
𝐿
𝐴
𝑅 = 𝑃 ………………………..….……………….………(2-18)
Dimana:
v : kecepatan aliran (m/det)
n : koefisien manning
R : jari-jari hidrolis (m)
S : slope
HL : headloss (m)
L : panjang saluran (m)
A : luas penampang basah saluran (m2)
P : keliling penampang basah saluran (m)
20
Dimana:
H : head total pompa (m)
Hp : head discharge (m)
Hs : head suction (m)
Dimana:
PWL : muka air tanah pemompaan (m)
SWL : kedalaman muka air tanah = pumping test level (m)
Q : debit optimum yang akan di pompa (m3/detik)
qs : debit jenis (m2/det)
(q/qs) : penurunan mukai air (slope)(m)
daerah irigasi air tanah dapat terlayani. Pengaturan pembagian air irigasi terbagi
atas beberapa sistem yaitu (Pabundu, 1990:50):
1. Pemberian air secara mengalir dan menggenang (stagnant)
Penggenangan air irigasi yang dilakukan terus-menerus dengan ketinggian
yang sama sepanjang perttumbuhan pemberian tanaman. Hal ini dapat
dilakukan apabila jumlah air yang tesedia dalam kondisi cukup. Dengan
tinggi genangan <5 cm, maka diperoleh porduksi yang tinggi dan air lebih
efisien (hemat).
2. Penggenangan air secara terus menerus (continuous flooding)
Pengaliran air irigasi yang dilakukan terus menerus bila ketersediaan air
dalam jumlah yang melimpah. Air dialirkan dari petak sawah ke petak
lainnya melalui batang bambu atau lubang di pematang sepanjang asa
pertumbuhan tanaman. Cara ini dinilai voros air serta pemakaian pupu
maupun pestisida tidak efisien.
3. Pemberian air secara terputus (intermittent)
Pemberian air secara terputus yaitu memberikan air dengna penggenangan
yang diselingi dengan pengeringan (pengatusan) pada jangka waktu tertentu,
yaitu saat pemupukan dan penyiangan. Cara ini disarankan karena dapat
meningkatkan produksi dan penghematan pengguna air.
4. Sistem giliran (rotasi)
Pemberian air sistem bergilir adalah pemberian air secara bergantian menurut
blok persawahan tertentu pada jadwal waktu yang telah di tentukan sesuai
dengan giliran. Penggunaan sistem bergilir karena keterbatasan debit air dan
kapasitas pompa.
Pada perencanaan jaringan irigasi air tanah sistem perpipaan ini
menggunakan sistem bergilir (rotasi) karena keterbatasannya debit air maupun
kapasitas pompa. Peberian sistem ini bertujuan untuk menghemat air dari
pemompaan agar dapat dibagi rata ke seluruh daerah oncoran. Air irigasi yang
dialiri melalui pipa pada suatu blok sawah tertentu dalam suatu periode waktu
tertentu akan dihentikan dan selanjutnya dialirkan ke blok lain dalam suatu daerah
oncoran sampai akhirnya kembali ke blok semula. Guna memudahkan pengaturan
air irigasi, di daerah oncoran dengan luas 40-90 ha, sebaiknya dibagi menjadi 5-7
23
blok dimana luas masing-masing blok berkisar antara urutan blok yang
dikehendaki dalam satu daerah oncoran (Pabundu, 1990:52).
Sesuai dengan kemampuan pompa maka pada waktu musim kemarau
pengoperasannya memerlukan waktu 7-18 jam selama 1 hari. Sedangkan pada
musim hujan hanya diperasikan ketika diperlukan pada saat tanaman memang
memerlukan air atau untuk pemanasan mesin. Agar pembagian air dapat lebih
merata dan adil makan jam pengoperasiannya perlu diatur sesau dengan luas
masing-masing blok (Pabundu, 1990:55).
Jatah waktu pengaliran per blok:
𝑛
𝐵𝑙𝑜𝑘 1 = 𝑎 𝑥 ∑𝑛…….…………..………….……………(2-21)
Dimana:
a : jadwal waktu pengairan (jam)
n : banyaknya air yang dibutuhkan per blok
: luas blok/jumlah air tersedia
∑n: banyaknya air yang dibutuhkan per blok
Dalam perhitungan perhitungan pembagian air, kebutuhan air irigasi yang
dihasilkan utnuk pola tata tanam akhir yang dipakai akan dibandingkan dengan
debit air tersedia untuk jaringan yang sedang direncanakan. Apabila debit
melimpah, maka luas daerah irigasi akan terpenuji kebutuhannyaterhadapa air,
bila debit tidak melimpah da kadang-kadang terjadi kekurangan debit, maka ada 3
pilihan yang bisa dipertimbangkan, yaitu (Standar Perencanaan Irigasi KP-01:63):
1. Luas daerah irigasi dikurangi
Bagian-bagian tertentu dari daerah yang bisa diairi (luas maksimum daerah
layanan) tidak akan diairi
2. Melakukan modifikasi dalam pola tanam
Dapat diadakan perubaha dalam pemilihan tanaman atau tanggal tanam utnuk
mengurangi kebutuhan air irigasi di sawah (l/dt/ha) agar ada kemungkinan
untuk mengairi areal yang lebih luas dengan debit yang tersedia
3. Rotasi teknis
Untuk mengurangi kebuuhan puncak air irigasi. Rotasi teknis atau golongan
mengakibatkan eksploitasi yang lebih kompleks dan dianjurkan hanya untuk
proyek irigasi yang luasnya sekitar 10.000 ha atau lebih.
24