Anda di halaman 1dari 21

5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Studi Terdahulu


Dalam melakukan penelitian ini banyak referensi yang dapat membantu
dalam pengerjaannya, mulai dalam bentuk buku, majalah maupun jurnal. Tujuan
adanya referensi berguna untuk acuan pekerjaan agar membantu penelitian dapat
berjalan dengan baik. Berikut merupakan jurnal dan skripsi terdahulu yang
menjadi referensi yang berhubungan dengan perencanaan jaringan irigasi air
tanah:
a. Hasil penelitian ini menunjukkan pola tanam yang digunakan oleh padi-
kacang-kacangan dengan kebutuhan air irigasi sebesar 0,989 liter / detik / ha
luas jaringan irigasi 30,66 ha yang terdiri dari 7 blok dari 7 outlet, dengan pipa
PVC berdiameter 4 inci, dengan pipa PVC berdiameter 4 inci sistem irigasi
menggunakan jenis pompa Submerisble. total anggaran untuk pembangunan
jaringan irigasi air tanah SDBK-602 adalah Rp 979.037.713. sistem distribusi
air yang berputar dengan pola jam 8 jam dalam 1 hari selama 1 minggu. layak
secara finansial. Diharapkan dengan adanya jaringan irigasi air tanah dapat
meningkatkan hasil panen petani. (Gumintang,2019).
b. Debit sumur yang dihasilkan oleh sumur adalah 9,66 l/dt, Pola tanam yang
digunakan adalah padi - palawija. Kebutuhan air irigasi adalah 1,23 l/dt/ha dan
luas wilayah layanan sebesar 9,6 ha. Perencanaan jaringan irigasi air tanah
digunakan system pemberian air secara rotasi dimana dibagi menjadi 3 blok.
Pompa yang digunakan berkapasitas 16,60 l/dt dan maksimum head 40 m
dengan mesin diesel 4 engine stroke. (Zulkarnaen,2017).
c. Kebutuhan air irigasi sebesar 1,792 liter/detik/ha pada bulan November periode
III. Jaringan irigasi airtanah seluas 33 ha pada daerah oncoran SDMJ 571
terdiri dari 7 blok dan 7 outlet dengan panjang pipa PVC 1370 meter,
berdiameter 6”, menggunakan pompa submersible. Dengan sistem pembagian
air diberikan secara bergilir dengan pola jam-jaman 10 jam, 15 jam dan
maksimal 18 jam dalam 1 hari. (Safitri,2014)
6

2.2. Irigasi
Irigasi adalah usaha untuk memperoleh air yang menggunakan bangunan dan
saluran buatan untuk keperluan penunjang produksi pertanian. Kata irigasi berasal
dari kata irrigate dalam Bahasa Belanda dan irrigation dalam Bahasa Inggris.
Tujua irigasi pada suatu daera adalah upaya untuk menyediakan dan engatur air
untuk menunjang pertanian, dari sumber air ke daerah yang memerlukan dan
mendistribusikan secara teknis dan sistematis. (Marwadi,2007:5).
Adapun manfaat suatu sistem irigasi adalah (Sidharta et al,1997:4):
a. Untuk membasahi tanah, yaitu membantu pembasahan tanah pada daerah
yang curah hujannya kurang atau tidak menentu
b. Untuk mengatur pembasahan tanah, yang dimaksudkan agar daerah pertanian
dapat diairi sepanjang waktu, baik pada musim kemarau maupun pada musim
penghujan
c. Untuk menyuburkan tanah, yaitu dengan mengalirkan air yang mengandung
lumpur pada daerah pertanian sehingga tanah data menerima unsur-unsur
penyubur
d. Untuk penggelontoran air di kota, yaitu dengan menggunakan air irigasi,
kotoran/sampah di kota digelontor ke tempat yang telah disediakan dan
selanjutnya dibasmi secara alamiah
e. Pada daerah dingin, dengan mengalirkan air yang suhunya lebih tinggi
daripada tanah, dimungkinkan untuk mengandalkan pertanian juga pada
musim tersebut.

2.3. Air Tanah


Air tanah adalah semua air yang terdapat pada lapisan pengandung air
(akuifer) dibawah permukaan tanah, mengisi ruang pori bantuan dan berada di
bawah muka air tanah (Rejekiningrum:2009). Akuifer merupakan suatu formasi
geologi yang jenuh air hyang mempunyai kemampuan untuk menyimpan dan
meluluskan air dalam jumlah cukup dan ekonomis, serta bentuk dan
kedalamannya terbentuk ketika terbentuknya cekungan air tanah. Air tanah
mengalir dengan kecepatan yang berbeda pada jenis tanah yang berbeda. Pada
7

tanah berpasir air tanah bergerak lebih cepat dibandingkan pada tanah liat. Air
tanah dapat dibedakan atas air tanah yang dangkal dan air tanah dalam.
Air tanah dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
a. Air tanah dangkal umumnya berada pada kedalaman kurang dari 40 m dari
permukaan tanah. Akuifer air tanah ini bersifat tidak tertekan, sangat mudah
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan setempat. Hal ini disebabkan karena
antara air tanah pada akuifer dan air yang ada di permukaan tanah tidak
dipisahkan oleh lapisan bantuan yang kedap. Jika terjadi hujan, air yang
meresap kedalam yanah akan langsung menambah air tanah ini.
b. Air tanah dalam, keberadaannya cukum dalam sehingga untuk
medapatkannya harus menggunakan alat bor besar. Air tanah ini berada pada
akuifer kedalaman antara 40-150 m dan dibawah 1500 m. akuifer ini sangat
bersifat tertekan dan tidak dipengaruji oleh kondisi air permukaan setempat
karena antara air tanah pada akuifer dan air yang ada di permukaan tanah
dipisahkan oleh lapisan batuan yang kedap. Air tanah ini mengalir dari daerah
resapannya di daerah yang bertopografi tinggi (Rejekiningrum,2009).

2.4. Igiasi Sistem Pompa


Irigasi pemompaan adalah sistem irigasi dengan menggunakan pompa air
yang pendistribusiannya melalui saluran terbuka maupun saluran tertutup
(pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Perpompaan,2018). Sistem irigasi pompa
menurut Sidharta et al (1997) bisa dipertimbangkan apabila pengambilan secara
gravitatif ternyata tidak layak dari segi ekonomi maupun teknik. Cara ini
membutuhkan modal kecil, namun memerlukan biaya eksploitasi yang besar.
Terdapat dua hal yang mengharuskan sistem irigasi menggunakan pompa,
yaitu apabila sumber air irigasi berasal dari air tanah atau sumber air irigasi berada
lebih rendah dibandingkan dengan laha pertanian dan sumber air irigasi yang
lokasinya jauh dari lahan pertanian. Sistem irigasi air tanah merupakan suatu
sistem irigasi yang memanfaatkan air tanah dengan cara mengangkat air melalui
pemompaan untuk digunakan sebagai input bagi produksi pertanian.
8

2.5. Pola Tata Tanam


Untuk merencanakan sistem jaringan irigasi, maka diperlukan suatu pola tata
tanam dan jadwal penanaman pada daerah yang akan dibuat jaringan irigasi. Hal
utama yang dilakukan adalah merencanakan jenis tanaman dan pola tata tanam
pada suatu areal sumur bor yang telah dikonstruksi. Pola tanam adalah pengaturan
penamaan satu atau beberapa jenis tanaman dalam satu areal layanan irigasi dalam
kurun waktu tertentu untuk tujuan agar kebutuhan air untuk tanaman dapat
dilayani dan dapat dilakukan penghematan. Pola tanam dengan jadwal tertentu
disebut sebagai pola tata tanam (cropping pattern). Pola tata tanam dapat dibuat
untuk jangka satu tahun ataupun lebih dari satu tahun (Departemen Pekerjaan
Umum, 2009:V-15).
Dua hal pokok yang mendasari diperlukannya pola tata tanam, yaitu:
a. Persediaan air irigasi dari sumur pompa di musim kemarau terbatas
b. Air yanh terbatas harus dimanfaatkan sebaik-baiknya sehingga setiap petak
mendapatkan air sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan.
Perencanaan pola tata tanam disesuaikan dengan ketersediaan air, kebutuhan
air bagi tanaman, dan penggunaan air secara efisien. Pola tata tanam yang
berlaku pada setiap daerah akan berbeda dengan daerah lain, karena
karekteristik setiap daerah juga berbeda (Departemen Pekerjaan Umum
Direktorat Jendral Pengairan, 2013). Beberapa alternative pola tanam untuk
mendapatkan hasil pola tanam yang optimum, seperti pada sawah tadah
hujan:
Sebelum ada pompa : padi-palawija-bero
Setelah ada pompa : padi-padi-palawija
padi-palawija-palawija

2.6. Kebutuhan Air Irigasi


Kebutuhan air irigasi adalah jumlah volume air yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan evaporasi, kehilangan air, kebutuhan air untuk tanaman
dengan memperhatikan jumlah air yang diberikan oleh alam melalui hujan dan
koontribusi air tanah (Sosrodarsono dan Takeda, 2003).
9

Kebutuhan air sawah untuk padi ditentukan oleh faktor-faktor berikut


(Sidharta et al, 1997:20):
a. Penyiapan lahan
b. Penggunaan konsumtif
c. Perkolasi
d. Pergantian lapisan air
e. Curah hujan efektif.
Kebutuhan air irigasi merupakan faktor yang hars diperhatikan dalam
pengembangan suatu daerah irigasi. Air irigasi berguna untuk enjaga
keseimbangan jumlah air di lahan pertanian. Dalam menghitung kebutuhan air
irigasi dengan pola tata tanam yang telah ditetapkan harus dilakukan perhitungan
terlebih dahulu terhadap besarnya evapotranspirasi yang terjadi, besarnya curah
hujan efektif, dan besarnya kebutuhan air per luas di sawah.
Kebutuhan air irigasi pada tanah pertanian untuk satu unit luasan dinyatakan
persamaan berikut ini (Triatmodjo, 2016:320):
(𝐸𝑡𝑐+𝐼𝑅+𝑊𝐿𝑅+𝑃−𝑅𝑒)
𝑁𝐹𝑅 = 𝑥𝐴………………………………………(2-1)
𝐼𝐸

Dimana:
NFR : kebutuhan air irigasi (liter/det)
Etc : kebutuhan air konsumtif (mm/hari)
IR : kebutuhan air irigasi di tinglat persawahan (mm/hari)
WLR : kebutuhan air untuk mengganti lapisan air (mm/hari)
P : perkolasi (mm/hari)
Re : curah hujan efektif (mm/hari)
IE : efisiensi irigasi (%)
A : luas areal irigasi (ha)
Selain persamaan 2-1, perencanaan kebutuhan air irigasi dapat juga
menggunakan metode standar perencanaan irigasi KP-01, yakni:
𝑁𝐹𝑅 = 𝐸𝑡𝑐 + 𝑃 + 𝑃𝑑 + 𝑊𝐿𝑅 − 𝑅𝑒………………………………(2-2)
Dimana:
NFR : kebutuhan air irigasi (liter/det)
Etc : kebutuhan air konsumtif (mm/hari)
P : kehilangan air akibat perkolasi (mm/hari)
10

Pd : kebutuhan air untuk penyiapan lahan (termasuk pembibitan) (mm/hari)


WLR : penggantian lapisan genangan air (mm/hari)
Re : cura hujan efektif (mm/hari)

2.6.1. Kebutuhan Air Konsumtif


Kebutuhan air konsumtif untuk tanaman di lahan diartikan sebagai kebutuhan
air konsumtif dengan memasukkan faktor koefisien tanaman (kc). Persamaan
umum yang digunakan adalah (Triadmojo,2016:320):
𝐸𝑡𝑐 = 𝐸𝑡𝑜 𝑥 𝑘𝑐………………………………..…………………(2-3)
Dimana:
Etc : kebutuhan air konsmtif (mm/hari)
Eto : evapotranspirasi (mm/hari)
kc : koefisien tanaman, tabel 2.1
Tabel 2.1 Koefisien (kc) tanaman padi
Nedeco/Prosida FAO
Bulan Varietas Varietas
Varietas Biasa Varietas Biasa
Unggul Unggul
0,5 1,20 1,20 1,10 1,10
1 1,20 1,27 1,10 1,10
1,5 1,32 1,33 1,10 1,05
2 1,40 1,30 1,10 1,05
2,5 1,35 1,30 1,10 0,95
3 1,24 0 1,05 0
3,5 1,12 0,95
4 0 0
Sumber: Dirjen Pengairan, Bina Program PSA.010,1985

2.6.2. Evapotranspirasi
Evapotranspirasi adalah kejadian ketika air yang ada di laut, di daratan, di
sungai, di tanaman, yang kemudian air tersebut akan menguap ke angkasa
(atmosfer) dan akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh, uap air (awan) akan
menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun dalam bentuk hujan, salju
(haryono et al,2009:III-3). Analisis mengenai evaporasi diperlukan untuk
menentukan besarnya evapotranspirasi tanaman yang akan digunakan untuk
menghitung kevuruhan air irigasi.
11

Data-data iklum yang diperlukan untuk perhitungan ini adalah yang


berkenaan dengan:
- Temperatur : harian maksimum, minimum dan rata-rata
- Kelembaban relative
- Sinar matahari : lamanya dalam sehari
- Angin : kecepatan dan arah
Data-data klimatologi di atas adalah standar bagi stasiun-stasiun
agrometerologi. Jangka waktu pencatatan untuk keperluan analisis yang cukup
tepat dan andal adalah sekitar sepuluh tahun (Standar Perencanaan Irigasi KP-
01,2017:78). Metode yang dapat digunakan untuk meperkirakan besarnya
evapotranspirasi salah satunya adalah metode Blaney Criddle
Data utama yang diperlukan dalam metode ini adalah suhu udara. Persamaan
umum yang digunakan:
𝐸𝑡𝑜 = 𝐾. 𝑝(0.457𝑡 + 813……………………..…………………(2-4)
Dimana:
Eto : Evapotranspirasi Potensial Bulanan (mm/hari)
p : perbandingan jam-jam hari terang bulanan dalam setahun
K : koefisien penyesuaian
: Kt+Kc
Kc : Koefisien tanaman bulanan
Kt : 0.0311t + 0.240
t : suhu udara rata-rata bulanan (C)

2.6.3. Kebutuhan Air untuk Mengganti Lapisan Air (WLR)


Penggantian lapisan air dilakukan setelah pemupukan. Penggatian lapisan air
dilakukan menurut kebutuhan. Jika tidak ada penjadwalan semacam itu,
enggantian air dapat dilakukan sebanyak dua kali, masing-masing 50 mm ( atau
3.333 mm/hari selama ½ bulan) pada satu bulan dan dua bulans etelah
transplantasi (Shidarta et al,1997:31).
12

2.6.4. Kebutuhan Air untuk Penyiapan Lahan


Waktu yang dibutuhkan untuk penyiapan dan pembibitan (Pd) adalah 25
sampai dengan 45 hari sebelum masa tanam padi. Dalam hal ini diambil 30 hari
untuk penyiapan lahan sebelum masa tanam padi. Perhitungan kebutuhan air
selama penyiapan lahan, digunakan metode yang dikembangkan oleh Van de
Goor dan Zijlstra, yaitu persamaan sebagai berikut:
𝑒𝑘
𝑃𝑑 = 𝑀( )………………………………..…………………(2-5)
𝑒 𝑘 −1

Dengan:
Pd : kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan (mm/hari)
M : kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan
perkolasi di sawah yang telah dijenuhkan
:1,1 Eto + P (mm/hari)
e :2,718
𝑀.𝑇
k : 𝑆

T : waktu penyiapan lahan, 25 s/d 45 hari


S : air untuk penjenuhan (mm)
: 250 mm jika tidak ada bero, 300 mm jika ada bero
P : perkolasi, tabel 2.2
Dalam KP-01, kebutuhan air yang diperlukan untuk pengolahan tanah
bertekstur berat (lempung) adalah 200 mm, setelah selesai lapisan genangan air di
sawah fitambah 50 mm. Hal ini dilakukan sebagai cadangan air yang akan dipakai
akibat kehilangan air karena perkolasi dan evaporasi. (Departemen Pekerjaan
Umum Direktorat Jendral Pengairan, 2013).

2.6.5. Perkolasi
Perkolasi adalah gerakan air dalam tanah dengan arah vertical ke bawah.
Perkolasi juga merupakan kehilangan air di dalam tanah dimana air meresap ke
dalam tanah sampai melalui batas lapisan tanah jenuh air. Menurut Standar
Perencanaan Irigasi KP-01 (2010:62) laju perkolasi sangat tergantung pada sifat-
sifat tanah. Data-data mengenai perkolasi akan diperoleh dari penelitian
kemampuan tanah. Tes kelulusan tanah menjadi bagian dari penyelidikan ini.
Apabila padi sudah di tanam di daerah proyek, maka pengukuran laju perkolasi
13

dapat dilakukan langsung di sawah. Laju perkolasi normal pada tanah lempung
sesudah dilakukan penggenangan berkisar antara 1 sampai 3 mm/hr. Didaerah
miring, perembesan dari sawah ke sawah dapat mengakibatkan banyak kehilangan
air. Besaran nilaiperkolasi berdasarkan jenis tanah dapat dilihat pada tabel 2.2
Tabel 2.2 Nilai Koefisien Perkolasi
Macam tanah Perkolasi (mm/hari)
Sandy Loam 3-8
Loam 2-3
Clay Loam 1-2
Sumber: Standar Perencanaan Irigasi KP-01,2010

2.6.6. Curah Hujan Efektif


Curah hujan merupakan jumlah air yang jatuh dipermukaan bumi selama satu
periode tertentu yang dapat diukur dalam satuam mm. Analisis curah hujan
dilakukan dengan maksud untuk menentukan curah hujan efektif untuk
menghitung kebutuhan irigasi. Curah hujan efektif atau andalan adalah bagian dari
keseluruhan curah hujan yang secara efektif tesedia untuk kevutuhan air tanaman.
Data curah hujan harian akan dianalisis untuk mendapatkan tingkat ketelitian yang
dapat diterima. Data curah hujan harian yang meliputi periode sedikitnya 10 tahun
akan diperlukan pada analisis ini (Standar Perencanaan Irigasi KP-01 01).
Penentuan curah hujan efektif didasarkan atas curah hujan bulanan, yaitu
menggunakan metode PU dengan peluang 80% atau R80. R80 didapat dari urutan
data dengan persamaan Harza:
𝑚
𝑃 = 𝑛+1 𝑥100………………………………..…………………(2-6)

Dengan:
m : rangking dari urutan terkecil
n : jumlah tahun pengamatan
Setelah nilai R80 didapatkan, perhitungan dilanjutkan dengan metode basic year
dengan rumus sebagai berikut:
𝑅𝑒 = (0,70 𝑥 𝑅80 ) untuk padi ……………………..…………………(2-7)
𝑅𝑒 = (0,50 𝑥 𝑅80 ) untuk palawija ……………………………………(2-8)
Dengan :
Re : Curah hujan efektif (mm/hari)
14

2.6.7. Efisiensi
Irigasi air tanah dengan sistem perpipaan disyaratkan kehilangan air di
saluran sama dengan 0% dan kehilangan air dilahan pertanian diperkirakan 15%.
Hal ini akan diasumsika karena petani harus membayar biaya operasi maka petani
akan lebih hemat air (Haryono et al,2009:V-18). Maka dalam perencanaan ini
efisiensi yang digunakan sebesar 100% karena menggunakan saluran perpipaan
sehingga diasumsikan tidak kehilangan air.

2.7. Daerah Oncoran


Daerah oncoran adalah luas lahan yang dapat diairi oleh satu unut sistem
irigasi sumur pompa. Penentuan luas oncoran tergantung pada kapasitas sumur
pompa (debit air pompa, jenis tanah, jenis tanaman dan kondisi topografi). Daerah
Oncoran JIAT mempunyai batasan yaitu (Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber
Daya Air dan Konstruksi, 2017:28):
a. Harus mencakup tanah pertanian, tidak merupakan daerah perumahan,
industri, bantarai sungai, pengunungan ataupun perbukitan
b. Daerah oncoran satu sumur pompa seluruhnya berlokasi dalam satu desa
c. Luasnya harus disesuaikan dengan potensi sumur produksi yang ada dan
kebutuhan air untuk tanaman.
Luasan daerah oncoran adalah kesatuan wilayah yang mendapatkan air dari
suatu jaringan irigasi air tanah. Perencanaan luas areal irigasi sumur pompa
didasarkan kepada (Haryono et al,2009):
1. Kebutuhan air irigasi
2. Efisiensi irigasi
3. Debit sumur dan pompa
Untuk mengetahui luas daerah oncoran menggunakan persamaan dibawah ini
(Pabundu, 1990:41):
𝑑𝑒𝑏𝑖𝑡 𝑥 𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑜𝑛𝑐𝑜𝑟𝑎𝑛 = untuk padi ……………(2-9)
𝑁𝐹𝑅

Dengan:
Debit : debit pompa produksi (liter/detik)
Efisiensi : efisiensi saluran pepipaan
NFR : kebutuhan air irigasi (liter/detik/ha)
15

2.8. Perencanaan Jaringan Irigasi Air Tanah


Adapun perencanaan jaringan irigasi air tanah, terdiri dari sistem perpipaan
dan sistem pemompaan.

2.8.1. Sistem Perpipaan


Sistem perpipaan diharapkan dapat menghasilkan tekanan atau garis energy
yang serendah mungkin. Keuntungan JIAT sistem perpipaan adalah cepat dan
mudah dalam pemasangan, tidak terdapat bocoran dan tahanan dalam pipa PVC
yang besar. Sistem jalur perpipaan diendam dalam kedalam 1 m dibawah muka air
tanah.
a. Layout Saluran Perpipaan
Perencanaan jaringan (lay out) perpipaan diharapkan menghasilkan tekanan
atau garis energy yang serendah mungkin, sehingga dapat mengurangi
spesifikasi mesin pompa (Haryono et al,2009). Sebagai bahan pertimbangan
pembuatan layout sebagai berikut:
1) Bahan dan dimensi saluran yang akan dipakai
2) Pembagian blok dan elevasinya
3) Bangunan pengeluaran/outlet yang akan dipakai
Ada 3 macam sistem saluran perpipaan:
1) Saluran tunggal atau menerus, diterapkan pada areal yang cenderung
menurun agak terjal dan saluran punggung, seperti pada Gambar 2.1

Gambar 2.1 Layout Saluran Tunggal


Sumber: Haryono et al,2009
16

2) Saluran bercabang terbuka, diterapkan pada medan yang melebar dan


menurun, seperti pada Gambar 2.2

Gambar 2.2 Layout Saluran Terbuka


Sumber: Haryono et al, 2009
3) Saluran bercabang tertutup/melingkar, diterapkan pada medan yang
melebar cenderung nak atau bergelombang. Saluran tertutup
dimaksudkan untuk mengurangi tekanan pada pipa sehingga head pompa
berkurang, seperti pada Gambar 2.3

Gambar 2.3 Layout Saluran Melingkar


Sumber: Haryono et al, 2009
17

b. Kehilangan Tinggi Tekan


Kehilangan tinggi tekan sedri diakibatkan oleh beberapa faktor yang secara
umum dibagi atas kehilangan energy karenana tahanan oleh permukaan pipa (hf)
dank arena tahanan oleh bentuk pipa (hm), sehingga total hl adalah
(Klaas,2009:15).
ℎ𝑙 = ℎ𝑓 + ℎ𝑚 …………………………………………………(2-10)
Dimana:
Hl : kehilangan tinggi total (m)
Hf : kehilangan energy karena tahanan oleh permukaan pipa (mayor losses)
Hm : kehilangan energy karenan tahanan oleh bentuk pipa (minor losses)
Mayor losses diakibatkan oleh gesekan yang ditmbkan oleh gerakan air.
Sedangkan minor losses diakibatkan oleh gangguan-gangguan seperti (Klaas,
2009:15):
- Lubang masuk dan keluar pipa
- Perubahan bentuk penampang secara tiba-tiba
- Belokan pipa
- Halangan (tirai, pintu air)
- Perlengkapan pipa (sambungan, katup, percabangan dan lain lain)
a. Kehilangan Mayor
Adapun cara yang digunakan untuk menghitung kehilangan tekanan yaitu:
a) Hazen William
Secara umum persamaan Hazen William adalah sebagai berikut:
𝑄
ℎ𝑙 = (0,2785.𝐶.𝑑2,63 )1,83 …………………………….……………(2-11)

𝑉 = 0,849. 𝐴. 𝑅 0,63 . 𝑆 0,54 …………………………….…………(2-12)


Dengan mensubtitusi A = 0,25 π D2 , jadi:
𝑄 = 0,27853. 𝐶. 𝐷2,63 . 𝑆 0,54 ……………………….……………(2-13)
Dimana:
HL : kehilangan tinggi tekanan (m)
Q : debit aliran (m.dt)
L : panjang pipa (m)
CH : koefisien Hazen-William tabel 2.3
D : diameter pipa (m)
18

S : slope, kemiringan garis energy


A : luasan penampang aliran (m2)
Tabel 2.3 Koefisien Hazen-William
Jenis Pipa Koefisien Kehalusan (C)
Pipa besi cor baru 130
Pipa besi cor tua 100
Pipa baja baru 120-130
Pipa baja tua 80-100
Pipa dengan lapisan semen 130-140
Pipa dengan lapisan asphalt 130-140
Pipa PVC 140-150
Pipa besi galvanis 110-120
Pipa beton baru 120-130
Pipa beton lama 105-110
Alumunium 135-140
Pipa bambu 70-90

b) Darcy Weisbach
Persamaan Darcy-Weisbach berlaku untuk aliran laminar dan
turbulen. Faktor gesekan untuk laminar dapat dihitung secara analisis,
sedangkan untuk aliran turbulen halrus ditentukan secara empiris.
𝑓.𝐿.𝑣 2
ℎ𝑓 = ……………………….……………….……………(2-14)
𝐷.2.𝑔

Dimana:
Hf : kerugian head karena gesekan (m)
f : faktor gesekan (diperoleh dari diagram moody)
D : diameter pipa (m)
L : panjang pipa (m)
V : kecepatan aliran fluida dalam pipa (m/det)
g : percepatan gravitasi = 9.81 m/det2
19

Gambar 2.4 Diagram Moody


Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Moody_chart

c) De Chezy Manning
Persamaan ini umumnya dipakai pada saluran terbuka, tetapi dapat
pula dipakai di saluran perpipaan, dengan persamaan:
𝑓.𝐿.𝑣 2
ℎ𝑓 = 2 𝑅 4/3 ………………………………….……………(2-15)
𝐾𝑆𝑇 ℎ

1
𝑘𝑠𝑡 = 𝑛 ……………………….……………….……………(2-16)
𝐻𝑙
𝑆= ……………………….…………..……….………(2-17)
𝐿
𝐴
𝑅 = 𝑃 ………………………..….……………….………(2-18)

Dimana:
v : kecepatan aliran (m/det)
n : koefisien manning
R : jari-jari hidrolis (m)
S : slope
HL : headloss (m)
L : panjang saluran (m)
A : luas penampang basah saluran (m2)
P : keliling penampang basah saluran (m)
20

2.8.2. Sistem Pemompaan


Pompa merupakan suatu alat yang digunakan untuk menaikkan atau
menindahkan zat cair dari permukaan yang rendah ke permukaan yang lebih
tinggi. Sedangkan pemompaan adalah penambahan energy untuk memindahkan
zat cair dari permukaan yang rendah ke permukaan yang lebih tinggi. Pada
pemompaan, energy berubah dari energy mekanik menjadi energy hidraulik.
Pompa beroprasi dengan prinsip membuat perbedaan tekanan antara bagian masuk
(suction) dengan bagian masuk (discharge). Dengan kata lain pompa berfungi
mengubah tenaga mekanis dari suatu sumber tenaga (penggerak) menjadi tenaga
kinetis (kecepatan), dimana tenaga ini berguna untuk mengalirkan cairan dan
mengatasi hambatan yang ada sepanjang pengaliran (http://mechanic-
mechanicalengineering.blogspot.com/2011/03/pompa-pump.html)
Dalam operasinya, pompa harus memenuhi head yang dipelukan oleh sistem
pipa. Kurva head kapasitas dari pompa menyatakan kemampuan pompa untuk
menentukan head yang esarnya tergantung kapasitas. Besarnya head sistem, yaitu
head yang diperlukan untuk mengalirkan zat cair melalui sistem sama dengan
head untuk mengatasi kehilangan gesek ditambah head statis sistem. Head statis
ini adalah head potensial dari beda ketinggian permukaan dan beda tekanan statis
pada kedua permukaan zat cair pada tadah isap dan tadah keluar. Head total
pompa atau head total dinamik yang diperlukan utnuk mengankat air dari sumur
menuju reservoir secara vertical adalah (Ubaedillah, 2016):
a. Pressure Head: Merupakan energy yang terdapat pada fuilda akibat
perbedaan tekanan antara suction reservoir dengan discharge reservoir.
b. Elevation Head: merupakan head yang disebabkan oleh adanya
perbedaaan ketinggian dari permukaan fluida di suction resercor dengan
permukaan fluida di discharge reservoir dengan sumbu pompa sevagai
acuannya.
Ada 2 macam installasi pada pipa suction, yaitu: suction head dan
discharge head. Selisihnya merupakan hasil dari head total pompa.
Besaran elevation head adalah:
𝐻𝑎 = 𝐻𝑝 − 𝐻𝑠 …………….……………….……………(2-19)
21

Dimana:
H : head total pompa (m)
Hp : head discharge (m)
Hs : head suction (m)

Ketika air didalam sumur dipompa, maka akan terjadi penurunan


muka air (drawdown). Head isap merupakan perbedaan elevasi antara tinggi
muka air dan pusat pompa yang dapat dgunakan dengan persamaan:
𝑞
𝐻𝑠 = 𝑃𝑊𝐿 = 𝑆𝑊𝐿 + 𝑞𝑠…….……………….……………(2-20)

Dimana:
PWL : muka air tanah pemompaan (m)
SWL : kedalaman muka air tanah = pumping test level (m)
Q : debit optimum yang akan di pompa (m3/detik)
qs : debit jenis (m2/det)
(q/qs) : penurunan mukai air (slope)(m)

Gambar 2.5 Total Head Pompa


Sumber: Ubaedillah, 2016

2.9. Sistem Pembagian Air Irigasi


Setelah jaringan irigasi selesai direncanakan, maka perlu adanya pola operasi
sistem irigasi air tanah. Dalam hal ini pengaturan pembagian air agar semua
22

daerah irigasi air tanah dapat terlayani. Pengaturan pembagian air irigasi terbagi
atas beberapa sistem yaitu (Pabundu, 1990:50):
1. Pemberian air secara mengalir dan menggenang (stagnant)
Penggenangan air irigasi yang dilakukan terus-menerus dengan ketinggian
yang sama sepanjang perttumbuhan pemberian tanaman. Hal ini dapat
dilakukan apabila jumlah air yang tesedia dalam kondisi cukup. Dengan
tinggi genangan <5 cm, maka diperoleh porduksi yang tinggi dan air lebih
efisien (hemat).
2. Penggenangan air secara terus menerus (continuous flooding)
Pengaliran air irigasi yang dilakukan terus menerus bila ketersediaan air
dalam jumlah yang melimpah. Air dialirkan dari petak sawah ke petak
lainnya melalui batang bambu atau lubang di pematang sepanjang asa
pertumbuhan tanaman. Cara ini dinilai voros air serta pemakaian pupu
maupun pestisida tidak efisien.
3. Pemberian air secara terputus (intermittent)
Pemberian air secara terputus yaitu memberikan air dengna penggenangan
yang diselingi dengan pengeringan (pengatusan) pada jangka waktu tertentu,
yaitu saat pemupukan dan penyiangan. Cara ini disarankan karena dapat
meningkatkan produksi dan penghematan pengguna air.
4. Sistem giliran (rotasi)
Pemberian air sistem bergilir adalah pemberian air secara bergantian menurut
blok persawahan tertentu pada jadwal waktu yang telah di tentukan sesuai
dengan giliran. Penggunaan sistem bergilir karena keterbatasan debit air dan
kapasitas pompa.
Pada perencanaan jaringan irigasi air tanah sistem perpipaan ini
menggunakan sistem bergilir (rotasi) karena keterbatasannya debit air maupun
kapasitas pompa. Peberian sistem ini bertujuan untuk menghemat air dari
pemompaan agar dapat dibagi rata ke seluruh daerah oncoran. Air irigasi yang
dialiri melalui pipa pada suatu blok sawah tertentu dalam suatu periode waktu
tertentu akan dihentikan dan selanjutnya dialirkan ke blok lain dalam suatu daerah
oncoran sampai akhirnya kembali ke blok semula. Guna memudahkan pengaturan
air irigasi, di daerah oncoran dengan luas 40-90 ha, sebaiknya dibagi menjadi 5-7
23

blok dimana luas masing-masing blok berkisar antara urutan blok yang
dikehendaki dalam satu daerah oncoran (Pabundu, 1990:52).
Sesuai dengan kemampuan pompa maka pada waktu musim kemarau
pengoperasannya memerlukan waktu 7-18 jam selama 1 hari. Sedangkan pada
musim hujan hanya diperasikan ketika diperlukan pada saat tanaman memang
memerlukan air atau untuk pemanasan mesin. Agar pembagian air dapat lebih
merata dan adil makan jam pengoperasiannya perlu diatur sesau dengan luas
masing-masing blok (Pabundu, 1990:55).
Jatah waktu pengaliran per blok:
𝑛
𝐵𝑙𝑜𝑘 1 = 𝑎 𝑥 ∑𝑛…….…………..………….……………(2-21)

Dimana:
a : jadwal waktu pengairan (jam)
n : banyaknya air yang dibutuhkan per blok
: luas blok/jumlah air tersedia
∑n: banyaknya air yang dibutuhkan per blok
Dalam perhitungan perhitungan pembagian air, kebutuhan air irigasi yang
dihasilkan utnuk pola tata tanam akhir yang dipakai akan dibandingkan dengan
debit air tersedia untuk jaringan yang sedang direncanakan. Apabila debit
melimpah, maka luas daerah irigasi akan terpenuji kebutuhannyaterhadapa air,
bila debit tidak melimpah da kadang-kadang terjadi kekurangan debit, maka ada 3
pilihan yang bisa dipertimbangkan, yaitu (Standar Perencanaan Irigasi KP-01:63):
1. Luas daerah irigasi dikurangi
Bagian-bagian tertentu dari daerah yang bisa diairi (luas maksimum daerah
layanan) tidak akan diairi
2. Melakukan modifikasi dalam pola tanam
Dapat diadakan perubaha dalam pemilihan tanaman atau tanggal tanam utnuk
mengurangi kebutuhan air irigasi di sawah (l/dt/ha) agar ada kemungkinan
untuk mengairi areal yang lebih luas dengan debit yang tersedia
3. Rotasi teknis
Untuk mengurangi kebuuhan puncak air irigasi. Rotasi teknis atau golongan
mengakibatkan eksploitasi yang lebih kompleks dan dianjurkan hanya untuk
proyek irigasi yang luasnya sekitar 10.000 ha atau lebih.
24

2.10. Perencanaan Rencana Anggaran Biaya (RAB)


Dalam merencanakan anggaran biaya ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan antara lain:

2.10.1. Macam-macam Penaksiran Biaya


Penaksiran biaya biasanya dihitung berdasarkan gambar-gambar dan
spesifikasi-spesifikasi yang bersangkutan (Soedradjat, 2011:2).
a. Penaksiran terperinci
Dilaksanakan dengna cara menghitung volume dan harga-harga dari seluruh
pekerjaan yang harus dilaksanakan, agar pekerjaan dapat diselesaikan secara
memuaskan. Cara ini adalah cara yang terbaik dan dapat dipercaya. Ada 2
macam cara yaitu:
1. Cara harga satuan
Dengan semua harga satuan, dan volume tiap-tiap jenis pekerjaan
dihitung. Misalnya: 1 m3 beton bertulang harganya Rp. 205.000,- volume
pekerjaan 100 m3 , maka biaya seluruhnya adalah 100 x 205.000 = Rp.
20.500.000.
2. Cara harga seluruhnya
Dengan dihitung volume dari bahan-bahan yang dipakai dan juga buruh
yang dikaryakan. Kemudian dikali dengan harga-harganya masing-
masing, dan kemudian dijumlahkan seluruhnya.

2.10.2. Hal yang Pokok Dalam Menghitung Biaya


Perhitungan anggaran biaya biasanya terdiri dari 5 hal yang pokok, yaitu
(soedradjat, 1984:4):
a. Bahan : menghitung banyaknya bahan yang dipakai dan harganya.
b. Buruh : menghitung jam kerja yang diperlukan dan jumlah biayanya.
c. Peralatan : menghitung jenis dan banyaknya peralatan yang dipakai.
d. Overhead : menghitung biaya tidak terduga yang perlu
e. Profit : menghitung prosentase keuntungan waktu,tempat dan pekerjaan.
25

2.10.3. Perhitungan Rencana Anggaran Biaya


Pada dasarnya perhitungan RAB merupaka perhitungan biaya total yang
diperlukan untu material/bahan, upah tenaga kerja berdasarkan analisis tertentu
dan biaya-biaya lain yang berhubungan dengan dilaksanakannya suatu pekerjaan.
Rencana anggaran biaya merupakan jumlah dari masing-masing hasil perkalian
volume dengan harga satuan pekerjaan
𝑅𝐴𝐵 = ∑(𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑥 ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛……..…(2-22)

Anda mungkin juga menyukai