SISTEM AGB Kel 4
SISTEM AGB Kel 4
PENDAHULUAN
Laporan keuangan digunakan sebagai alat pencatat atas keuangan yang terjadi dalam
sebuah perusahaan. Laporan keuangan dari semua agribisnis menyajikan banyak informasi
yang dibutuhkan oleh internal maupun eksternal perusahaan. Laporan keuangan dibutuhkan
bagi para manajer, pemilik, lembaga pemberi pinjaman dan pemerintah. Para pihak internal
memerlukan informasi keuangan dalam hal :
Komponen lengkap dalam laporan keuangan yakni, neraca, laporan laba rugi, laporan
perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan
untuk perusahaan terdiri dari laporan-laporan yang melaporkan posisi keuangan perusahaan
pada suatu waktu tertentu, yang dilaporkan dalam neraca dan perhitungan laba-rugi serta
laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas, dimana neraca menunjukkan jumlah aset,
kewajiban dan ekuitas perusahaan. Laporan laba-rugi menunjukkan hasil operasi perusahaan
selama periode tertentu. Sedangkan laporan perubahan ekuitas menunjukkan sumber dan
penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan ekuitas perusahaan.
Bisnis yang berkembang harus memiliki manajer keuangan yang dapat menggunakan
perangkat analisis keuangan untuk memeriksa fungsi dan kesehatan keuangan yang vital bagi
perusahaan dan kemudian membuat perubahan yang diperlukan untuk membuat bisnis lebih
baik di masa mendatang.
1. Informasi posisi laporan keuangan yang dihasilkan dari kinerja dan aset
perusahaan sangat dibutuhkan oleh para pemakai laporan keuangan, sebagai bahan
evaluasi dan perbandingan untuk melihat dampak keuangan yang timbul dari
keputusan ekonomis yang diambilnya.
2. Informasi keuangan perusahaan diperlukan juga untuk menilai dan meramalkan
apakah perusahaan di masa sekarang dan di masa yang akan datang sehingga akan
menghasilkan keuntungan yang sama atau lebih menguntungkan.
3. Informasi perubahan posisi keuangan perusahaan bermanfaat untuk menilai
aktivitas investasi, pendanaan dan operasi perusahaan selama periode tertentu.
Selain untuk menilai kemampuan perusahaan, laporan keuangan juga bertujuan
sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi
BAB II
PEMBAHASAN
Pembahasan dalam makalah ini mencakup Laporan keuangan sistem agribisnis.
Langkah awal yang harus dilakukan: Menetapkan patokan/titik rujukan (point of reference).
Banyak informasi dapat diselesaikan dengan prosedur yang sangat sederhana. Salah satu cara
termudah untuk menentukan kecenderungan dan mengenali masalah atau peluang adalah
dengan membandingkan periode yang sedang berjalan saat ini dengan periode yang sudah
lewat. Misalnya David Hill, akuntan kepala sebuah perusahaan pengalengan, paramount
canning company mencatat bahwa piutang usaha untuk bulan desember 1984 adalah sebesar
$358.000 dan dibandingkan dengan tahun 1983 sebesar $260.000. Ada 2 hal kemungkinan
yang menyebabkan kenaikan piutang usaha yaitu harga produk yang telah meningkat 25%
atau kenaikan jumlah seluruh penjualan sebesar 25%. Bisa dilihat seperti tabel di bawah ini:
Dalam analisa laporan keuangan, ada beberapa teknik yang dilakukan saat
melakukan analisa laporan keuangan suatu perusahaan. Salah satu tekniknya
membandingkan dengan analisis rasio. Alasan menggunakan analisis ratio adalah :
1. Mudah dihitung : Kebanyakan rasio membandingkan dua angka statistik yang
biasanya disajikan dalam perhitungan rugi-laba atau neraca. Karena data ini bisa
disediakan dengan biaya yang kurang lebih sama jumlahnya, maka tidak perlu banyak
waktu atau beban untuk menghitung suatu ratio
2. Mudah dibandingkan : rasio memungkinkan perbandingan prestasi masa lalu dengan
masa sekarang
3. Mudah dimengerti : Dengan analisa rasio memungkinkan pengkajian informasi secara
mudah dan jelas bagi semua manajemen
4. Dapat mengkomunikasikan posisi keuangan perusahaan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan selain manajemen : misalnya pihak yang berwenang dalam bidang
keuangan dan pemegang saham, anggota koperasi, penanam modal/investor untuk
menentukan kelayakan kredit dan keberhasilan perusahaan dalam menggunakan
sumber daya. Contoh rasio adalah rasio profitabilitas, rasio likuiditas, rasio solvensi,
dan rasio efisiensi operasional.
a. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas menunjukkan hubungan kas dan aktiva lancar lainnya dengan
kewajiban lancar. Posisi likuiditas perusahaan akan sangat berhubungan dengan
kemampuan perusahaan melunasi kewajiban jangka pendeknya.
Misalnya PT Japurut memiliki rasio lancar 2.5 kali, dimana rasio lancar rata-
rata perusahaan dalam industri di mana PT Japurut itu berada adalah 3.6 kali.
Hal ini berarti bahwa rasio lancar PT Japurut lebih rendah daripada rasio
lancar rata-rata perusahaan dalam industri. Bila rasio lancar suatu perusahaan
jauh dari rata-rata industri, maka manajemen perusahaan harus menganalisa
lebih lanjut mengapa hal ini terjadi.
Misalnya rasio cepat PT Japurut adalah 1.5 kali dan rasio cepat rata-rata
perusahaan dalam industri adalah 3 kali, maka berarti rasio cepat PT Japurut
jauh lebih rendah daripada rasio cepat rata-rata perusahaan dalam industri.
Jika PT Japurut mampu menagih piutang usahanya, maka PT Japurut dapat
melunasi kewajiban lancarnya tanpa melikiuidasi persediaan.
b. Rasio Pengelolaan Aktiva
Rasio ini digunakan untuk menaksir berapa lama jangka waktu yang dibutuhkan
perusahaan untuk merealisasikan penerimaan kas atas penjualan yang telah
dilakukan.
Misalnya DSO PT Japurut adalah 40 hari dimana DSO rata-rata perusahaan dalam
industri adalah 30 hari. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan PT Japurut untuk
menagih piutangnya kepada pembeli lebih rendah dari pada kemampuan
perusahaan lain dalam industri.
Misalkan rasio perputaran aktiva tetap PT Japurut adalah 4 kali dimana rasio
perputaran aktiva tetap rata-rata perusahaan dalam industri adalah 4kali. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam penggunaan aktiva tetapnya PT Japurut memiliki
tingkat efektifitas yang sama jika dibandingkan dengan perusahaan lain dalam
industri.
Rasio perputaran total aktiva ini berfungsi untuk mengukur perputaran semua
aktiva perusahaan.
Misalkan rasio perputaran total aktiva PT Japurut adalah 1.8 kali dimana rasio
perputaran total aktiva rata-rata perusahaan dalam industri adalah 2.5 kali. Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan tidak mampu menghasilkan tingkat penjualan
yang cukup jika dibandingkan dengan investasi dalam total aktivanya.
Rasio ini berfungsi untuk mengukur persentasi dana pembiayaan perusahaan yang
disediakan oleh kreditur.
Misalnya rasio utang PT Japurut adalah 60.2% dimana rata-rata rasio utang
perusahaan lain dalam industri adalah 48.5%. Hal ini menunjukkan bahwa
kreditor telah memberikan lebih dari setengah pembiayaan perusahaan. Hal ini
juga berdampak, jika perusahaan mengalami kesulitan keuangan, maka
perusahaan akan kesulitan mencari tambahan dana dari para kreditur atau calon
kreditur. Lebih lanjut, resiko kebangkrutan PT Japurut untuk beberapa waktu ke
depan akan jauh lebih besar daripada resiko kebangkrutan perusahaan-perusahaan
lain dalam industri.
Rasio TIE ini mengukur seberapa besar laba operasi dapat menurun sampai
perusahaan tidak dapat memenuhi beban bunga tahunan. Kegagalan memenuhi
kewajiban ini akan mengakibatkan adanya tindakan hukum dari pemberi
pinjaman. Lebih jauh, kegagalan memenuhi kewajiban tersebut juga mungkin
menyebabkan kebangkrutan.
Misalkan rasio kelipatan pembayaran bunga (TIE) PT Japurut adalah sebesar 3.2
kali, dimana rasio kelipatan pembayaran bunga industri adalah 6 kali. Hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan PT Japurut untuk menutupi beban bunganya
hanya 3.2 kali dan ini jauh daripada kemampuan rata-rata perusahaan-perusahaan
lain dalam industri.
Misalkan rasio cakupan beban tetap PT Japurut adalah 3 kali dimana rasio
rata-rata industri adalah 5.4 kali. Hal ini menunjukkan bahwa PT Japurut lebih
lemah dibanding rata-rata perusahaan dalam industri.
d. Rasio Profitabilitas
Profitabilitas atau laba adalah hasil dari serangkaian kebijakan dan keputusan.
Hasil dari penerapan strategi perusahaan dalam mencapai tujuannya. Rasio
profitabilitas ini menunjukkan pengaruh gabungan dari likuiditas, manajemen aktiva,
dan utang terhadap hasil operasi.
Misalkan marjin laba PT Japurut adalah 4% dan marjin laba rata-rata perusahaan
dalam industri adalah 5,5%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan
menghasilkan laba dalam setiap rupiah penjualannya lebih rendah daripada rata-
rata kemampuan perusahaanperusahaan lain dalam industri. Rendahnya marjin
laba PT Japurut ini bisa disebabkan akibat banyaknya penggunaan utang untuk
pembiayaan PT Japurut. Ingat bahwa laba bersih adalah pendapatan setelah pajak
dan bunga. Sehingga semakin besar utang perusahaan, semakin tinggi beban
bunga yang harus dibayarkan, dan semakin rendah laba bersih yang dihasilkan
Misalkan Rasio BEP PT Japurut adalah 15,3% dan rasio rata-rata perusahaan
dalam industri adalah 18,3%. Hal ini menjukkan kemampuan PT Japurut untuk
menghasilkan laba dari aktiva perusahaan sebelum dikenakan pajak adalah lebih
rendah dari kemampuan rata-rata perusahaan dalam industri.
Misalkan ROA PT Japurut adalah 4.8% dimana rasio rata-rata perusahaan dalam
industri adalah 10%, hal ini menujukkan bahwa tingkat pengembalian atas
penggunaan aktiva PT Japurut jauh dibawah tingkat pengembalian rata-rata
perusahaan dalam industri. Hal ini mungkin saja disebabkan oleh; 1)Rendahnya
BEP (Basic Earning Power) perusahaan, 2) tingkat bunga yang tinggi akibat
pengunaan kewajiban yang demikian besarnya.
Misalkan rasio ROE PT Japurut adalah 13,3% dan rasio ROE rata-rata perusahaan
dalam industri adalah 15.5%. Dari sini dapat kita lihat bahwa ROE PT Japurut
masih tetap di bawah rasio rata-rata perusahaan dalam industri.
Rasio ini menunjukkan jumlah rupiah yang akan dibayarkan kepada investor
untuk setiap rupiah yang dia tanamkan pada perusahaan.
Misalkah rasio harga-laba PT Japurut adalah sebesar 9.5 kali dimana rasio harga-
laba rata-rata perusahaan dalam industri adalah 12 kali, maka resiko yang akan
didapati oleh investor jika menanamkan modalnya pada PT Japurut akan lebih
tinggi dibanding jika investor tersebut menanamkan modalnya pada perusahaan
lain sejenis.
Rasio nilai pasar buku ini memberikan indikasi bagi manajemen perusahaan
mengenai bagaimana pandangan investor terhadap perusahaan. Perusahaan yang
tingkat ekuitasnya tinggi pada umumnya akan menjual sahamnya lebih tinggi
beberapa kali dari nilai bukunya.
Misalkan rasio nilai pasar/buku PT Japurut adalah sebesar 1.5 kali dimana rasio
rata-rata perusahaan dalam industri adalah sebesar 2 kali, maka ini berarti bahwa
investor akan bersedia membayar lebih kecil untuk setiap rupiah dari nilai buku
perusahaan dibanding yang investor bersedia bayarkan kepada perusahaan lain
dalam industri.
A. Analisis Du Pont
Analisis Du Pont adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengontrol perubahan
dalam rasio aktivitas dan net profit margin dan seberapa besar pengaruhnya terhadap
ROA. Analisis Du Pont penting bagi manajer untuk mengetahui faktor mana yang paling
kuat pengaruhnya antara profit margin dan total asset turnover terhadap ROA. Disamping
itu dengan menggunakan analisis ini, pengendalian beban dapat diukur dan efisiensi
perputaran aset sebagai akibat turun naiknya penjualan dapat diukur.
B. Contoh
Pembahasan:
Dari hasil laporan keuangan yang telah dilakukan, berikut adalah kesimpulan dari
analisa yang menggunakan Current Ratio, Retrun on Assets dan Debt to Equity Ratio. PT.
Indomobil Sukses Internasional Tbk memiliki nilai rasio yang baik. Dengan Current
Rationya sebesar 1,23 yang artinya, setiap Rp.1 hutang lancar yang segera jatuh tempo,
dijamin oleh 1,23 Rupiah aset lancar. Retrun on Assets sebesar 5% yang artinya,
perusahaan berada pada zona aman. Karena, menurut surat ketetapan BI
No.23/67/KEP/DIR nilai batas minimal ROA adalah 1%. Jika nilai ROA berada dibawah
1% maka perusahaan berada di zona tidak aman. Dan yang terakhir Debt to Equity Ratio
sebesar 2,08 atau 208% yang artinya, meski DER-nya cukup besar yaitu dengan total
utang jangka pendek sebesar 7.963.486.975.807, namun total utang jangka panjang hanya
sebesar 3.905.731.976.049 sehingga utang-utang tersebut masih dalam ketegori tidak
berbahaya.
C. Kesimpulan
Analisa laporan keuangan merupakan proses yang penuh pertimbangan guna
membantu tahap evalusi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa
sekarang dan masa lalu, dengan tujuan untuk menentukan estimasi dan prediksi yang
paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang.
Analisis rasio keuangan sangat berguna bagi pemilik perusahaan, pemerintah,
investor dan manajemen sendiri sebagai dasar mengambil keputusan. Tujuan analisis
laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi
sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan yang
bersangkutan.
Diskusi Pertanyaan :
A. Rasio Profitabilitas :
a. Pendapatan : Penjualan = Rasio Pendapatan Terhadap Penjualan
b. Laba Bersih : Penjualan = Rasio Laba Terhadap Penjualan
B. Rasio Umum
a. Laba Bersih : Kekayaan Bersih = Rasio Laba Terhadap Modal Ekuitas
C. Rasio Margin Kotor
a. (Penjualan - Harga Pokok Penjualan) : Penjualan = Rasio Margin Kotor
D. Rasio Likuiditas
a. Jumlah Aktiva Lancar : Jumlah Kewajiban (Hutang) Lancar = Rasio Lancar
E. Rasio Cepat (Acid Rasio)
a. (Kas + Surat Berharga Secara Dapat Dijual + Piutang Usaha) : Jumlah Kewajiban
Lancar = Rasio Cepat
F. Rasio Solvensi
a. Jumlah Kewajiban : Kekayaan Bersih = Rasio Solvensi
b. Kekayaan Bersih : (Jumlah Aktiva Bersih)2 = Solvensi
c. Hutang Jangka Panjang : Kekayaan Bersih = Solvensi
G. Rasio Perputaran (Turn Over Ratio)
a. Jumlah Penjualan : Jumlah Aktiva = Perputaran
b. Penjualan : Persediaan Akhir = Tingkat Perputaran
H. Rasio Piutang Usaha
a. (Piutang Usaha : Penjualan) X 360 Hari = Jumlah Penjualan Beberapa Hari Yang
Ada Dalam Bentuk Piutang Usaha/Beberapa Hari Perlu Untuk Menagih Piutang
Usaha
I. Rasio Efisiensi Upah
a. Biaya Tenaga Kerja : Jumlah Penjualan = Persentase Biaya
DAFTAR PUSTAKA
Downey dan Ericson. 1987. Manajemen Agribisnis. Edisi kedua. Jakarta : Penerbit Erlangga