Anda di halaman 1dari 6

Audit dan Manajemen Energi

Audit Energi merupakan kegiatan penelitian pemaanfaatan energi untuk


mengetahui keseimbangan dan mengidentifikasi peluang-peluang penghematan energi.
Melalui audit energi, kita dapat mengetahui pola distribusi energi, sehingga bagian yang
mengkonsumsi energi terbesar dapat diketahui. Dari hasil audit energi juga dapat
diketahui besarnya peluang potensi penghematan apabila dilakukan peningkatan efisiensi.

Manajemen Energi ini merupakan suatu kegiatan terpadu yang dilakukan untuk
mengendalikan konsumsi energi agar tercapai pemanfaaatan energi yang efektif dan
efisien untuk menghasilkan suatu hasil yang maksimal melalui tindakan teknis secara
terstruktur dan ekonomis untuk meminimalisasikan pemanfaatan energi, termasuk energi
untuk proses produksi dan juga untuk meminimalisasikan konsumsi bahan baku dan
bahan pendukung lainnya.

Tujuan Audit Energi :

 Untuk mengetahui nilai Intensitas Konsumsi Energi dan profil pemakaian energi
eksisting operasional fasilitas suatu industri pada periode tertentu.
 Untuk mengidentifikasi jenis alternatif konservasi energi, maupun penghematan
energi sebagai bagian dari manajemen energi sebuah industri.
 Memilih suatu keputusan alternatif jenis konservasi energi yang terbaik sebagai
rekomendasi perencanaan manajemen energi industri.

Aspek Pencapaian yang diharapkan dari Proses Audit Energi, yaitu :

 Saving in money : adanya manajemen energi, dapat mengurangi biaya operasional.


Dengan demikian keuntungan yang diperoleh perusahaan akan meningkat.
 Environmental Protection : adanya penggunaan energi yang efisien maka akan
memberikan kontribusi bagi dunia dalam hal membantu pelestarian alam dengan
menjaga dan mempertahankan cadangan minyak bumi dunia agar tidak segera
habis.
 Sustainable Development : adanya penggunaan energi yang efisien maka akan
memberikan kontribusi bagi perusahaan di bidang pertumbuhan yang
berkelanjutan baik di sisi finansial maupun penggunaan peralatan industri yang
memiliki lifetime maksimum/optimum.
Jenis Audit Energi :

a. Walk-Through Audit (Pengamatan Singkat)


Merupakan Audit Energi dengan tingkat kegiatan paling rendah, yaitu level 1
(satu). Aktivitasnya adalah :
 Mengumpulkan data (bersifat umum), pengamatan singkat secara virtual
dan wawancara.
 Analisis dan evaluasi data (sangat dasar) sistem pemanfaat energi,
intensitas pemakaian energi dan kecenderungannya, serta benchmark
(teknik pengetesan dengan menggunakan suatu nilai standar) intensitas
energi rata-rata terhadap perusahaan sejenis dan menggunakan peralatan
atau teknologi serupa.
Audit ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran umum pengelolaan
energi
b. Audit Energi Awal (Preliminary Audit)
Audit Energi Awal (AEA) merupakan level kedua dari tingkat kegiatan audit
energi. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui besarnya potensi penghematan
energi. Kegiatan ini sedikit lebih lengkap dari audit level satu, data dan informasi
yang digunakan sudah didasarkan dengan hasil pengukuran/sesaat.
AEA terdiri dari dua bagian, yaitu:
 Survei manajemen energi
Surveyor atau auditor energi mencoba untuk memahammi kegiatan
manajemen yang sedang berlangsung dan kriteria putusan investasi yang
mempengaruhi proyek konservasi.
 Survei energi (teknis)
Bagian teknis AEA mengulas kondisi dan operasi peralatan dari
pemakai energi yang penting (misalnya sistem uap) serta instrumentasi
yang berkaitan dengan efisiensi energi. AEA akan dilakukan dengan
menggunakan sesedikit mungkin instrumentasi portable. Auditor energi
akan bertumpu pada pengalamannya dalam mengumpulkan data yang
televan dan mengadakan observasi yang tepat, memberikan diagnosa
situasi energi pabrik secara cepat.
AEA sangat berguna untuk mengenali sumber-sumber pemborosan energi dan
tindakan-tindakan sederhana yang dapat diambil untuk meningkatkan efisiensi
energi dalam jangka pendek.

Contoh tindakan yang dapat diidentifikasi dengan mudah ialah hilang atau
cacatnya insulasi, kebocoran uap dan udara tekan, peralatan yang tidak dapat
digunakan, kurangnya kontrol yang tepat terhadap perbandingan udara dan bahan
bakar di dalam peralatan pembakar. AEA seharusnya juga mengungkapkan
kurang sempurnanya pengumpulan dan penyimpanan analisa data, dan area
dimana pengawasan manajemen perlu diperketat. Hasil yang khas dari AEA
ialah seperangkat rekomendasi tentang tindakan berbiaya rendah yang segera
dapat dilaksanakan dan rekomendasi audit yang lebih ekstensif untuk menguji
dengan lebih teliti area pabrik terpilih.

c. Audit Energi Terinci


Audit Energi Terinci(AET) merupakan level ke-tiga dan tertinggi dalam kegiatan
audit energi. Audit ini lebih mendalam dengan lingkup yang lebih luas,
rekomendasi didasarkan atas kajian teknis dengan urutas prioritas yang jelas.
Hasil dari audit terinci adalah uraian lengkap tetang jenis dan sumber energi,
ruhgi-rugi energi, faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi energi, karakteristik
operasi peralatan/sistem energi, potensi penghematan energi berdasarkan
analisis data secara lengkap dan rekomendasi.AET biasanya akan membutuhkan
beberapa minggu tergantung pada sifat dan kompleksitas pabrik. Selain
mengumpulkan data pabrik dari catatan yang ada instrumentasi portable
digunakan untuk mengukur parameter operasi yang penting yang dapat membantu
tim mengaudit energi dalam neraca material dan panas pada peralatan proses. Uji
sebenarnya yang dijalankan serta instrumen yang diperlukan bergantung pada
jenis fasilitan yang sedang dipelajari, serta tujuan, luas dan tingkat pembiayaan
program manajemen energi.

Langkah-langkah Audit Energi :

1) Audit Awal dan Audit Rinci untuk mengetahui dimana penggunaan energi
terbesar.
2) Mengekur Energi Terbuang.
3) Menganalisis Data
4) Menetapkan Strategi untuk memperoleh peluang hemat energi.
5) Menganalisis peluang hemat energi.
6) Rekomendasi untuk menerapkan strategi untuk hasil audit.

Kebijakan dan Regulasi Konservasi Energi. :

1. Undang-Undang No. 30 / 2007 Tentang Energi


 Pasal 19 : 1 Setiap Warga Negara Berhak Memperoleh Energi
 Pasal 20 : 1 Pemerintah dan / atau Pemerintah Daerah berkewajiban
menyediakan energi melalui diversivikasi, konservasi, dan intensifikasi
sumber energi dan energi.
 Pasal 25 : 1 Konservasi Energi Nasional menjadi tanggung jawab
Pemerintah, Pemerintah daerah, Penguasa dan Masyarakat.
2. Peraturan Pemerintah No. 70 / 2009 tentang Konservasi Energi
3. Peraturan Presiden No. 5 / 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional
4. Instruksi Presiden No. 13 / 2011 tentang Penghematan Energi dan Air
5. Peraturan Menteri ESDM No. 13 / 2012 tentang Penghematan Pemakaian Energi
Listrik
6. Peraturan Menteri ESDM No. 14 / 2012 tentang Managemen Energi
7. Peraturan Menteri ESDM No. 01 / 2013 tentang Pengendalian Penggunaan Bahan
Bakar Minyak
8. Peraturan Menteri ESDM No. 06 / 2011 tentang Pembubuhan Label Tanda Hemat
Energi Untuk Lampu Swabalat
9. Keputusan Menteri ESDM No. 4051K/07/MEM/2013 tentang Catur Dharma
Energi
10. Peraturan Menteri ESDM No. 13 dan No. 14 tahun 2010 tentang Standar
Kompetensi Manajer Energi
11. Keputusan Menteri Nakertrans No. 321 dan 323/MEN/XII/2011 tentang Standar
Kompetensi Kerja Indonesia untuk Manager Energi (SKKNI Manager Energi)
12. Keputusan Menteri Nakertrans No. 614/MEN/IX/2012 tentang Standar
Kompetensi Kerja Indonesia untuk Auditor Energi (SKKNI Auditor Energi)
13. Peraturan Presiden No. 61 tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan
Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK)

Anda mungkin juga menyukai