Anda di halaman 1dari 11

RESUME

KEWARGANEGARAAN
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

Dosen Pengampu : Nisma, M.Kes

Disusun Oleh :

Sri Wahyuni

(821181011)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS STIKES


YARSI PONTIANAK

TAHUN 2019/2020
1. Pengertian Hak, Kewajiban dan Warga Negara
Hak adalah segala sesuatu yang pantas dan mutlak untuk didapatkan oleh individu
sebagai anggota warga negara sejak masih berada dalam kandungan . Hak pada umumnya
didapat dengan cara diperjuangkan melalui pertanggungjawaban atas kewajiban. Hak
warga negara yang tercantum dalam UUD 1945 meliputi hak hidup, hak memperoleh
pendidikan, hak untuk melanjutkan keturunan, dan masih banyak lagi.

Contoh Hak Warga Negara Indonesia ;


1. Setiap warga negara berhak mendapatkan perlindungan hukum.
2. Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak.
3. Setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama di mata hukum dan di dalam
pemerintahan.
4. Setiap warga negara bebas untuk memilih, memeluk dan menjalankan agama dan
kepercayaan masing-masing yang dipercayai.
5. Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran.
6. Setiap warga negara berhak mempertahankan wilayah negara kesatuan Indonesia atau
NKRI dari serangan musuh.
7. Setiap warga negara memiliki hak sama dalam kemerdekaan berserikat, berkumpul
mengeluarkan pendapat secara lisan dan tulisan sesuai undang-undang yang berlaku.

Kewajiban adalah segala sesuatu yang dianggap sebagai suatu keharusan untuk
dilaksanakan oleh individu sebagai anggotasd warga negara guna mendapatkan hak yang
pantas untuk didapat dengan kata lain memberikan atau melakukan apa yang harus kita
lakukan demi kemajuan bangsa ke arah yang lebih baik.
Contoh Kewajiban Warga Negara Indonesia ;
1. Setiap warga negara memiliki kewajiban untuk berperan serta dalam membela,
mempertahankan kedaulatan negara indonesia dari serangan musuh.
2. Setiap warga negara wajib membayar pajak dan retribusi yang telah ditetapkan oleh
pemerintah pusat dan pemerintah daerah (pemda).
3. Setiap warga negara wajib mentaati serta menjunjung tinggi dasar negara, hukum dan
pemerintahan tanpa terkecuali, serta dijalankan dengan sebaik-baiknya.
4. Setiap warga negara berkewajiban taat, tunduk dan patuh terhadap segala hukum
yang berlaku di wilayah negara Indonesia.
5. Setiap warga negara wajib turut serta dalam pembangunan untuk membangun bangsa
agar bangsa kita bisa berkembang dan maju ke arah yang lebih baik.

Warga Negara adalah penduduk yang sepenuhnya dapat diatur oleh Pemerintah
Negara tersebut dan mengakui Pemerintahnya sendiri. Adapun pengertian penduduk menurut
Kansil adalah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditetapkan oleh
peraturan negara yang bersangkutan, diperkenankan mempunyai tempat tinggal pokok
(domisili) dalam wilayah negara itu. Pengertian warga negara menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2002) adalah sebuah penduduk sebuah negara atau bangsa berdasarkan keturunan,
tempat kelahiran, dan sebagainya, yang mempunyai kewajiban dan hak penuh sebagai
seorang warga dari negara itu. Sedangkan menurut Dr. A.S. Hikam (2000), adalah anggota
dari sebuah komunitas yang membentuk itu sendiri.
Beberapa pengertian tentang warganegara juga diatur oleh UUD 1945, pasal 26
menyatakan : “ warga negara adalah bangsa Indonesia asli dan bangsa lain yang disahkan
undang-undang sebagai warga negara”.
1. Pasal 1 UU No. 22/1958, dan UU Np. 12/2006 tentang Kewarganegaraan Republik
Indonesia, menekankan kepada peraturan yang menyatakan bahwa warga negara RI adalah
orang yang berdasarkan perundang-undangan dan atau perjanjian-perjanjian dan atau
peraturan yang berlaku sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 sudah menjadi warga negara RI.
Warga negara dari suatu negara merupakan pendukung dan penanggung jawab kemajuan dan
kemunduran suatu negara. Oleh karena itu, seseorang yang menjadi anggota atau warga suatu
negara haruslah ditentukan oleh UU yang dibuat oleh negara tersebut. Sebelum negara
menentukan siapa yang menjadi warga negara, maka negara harus mengakui bahwa setiap
orang berhak memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan
meninggalkannya serta berhak kembali sebagaimana diatur pasal 28 E ayat (1) UUD 1945.
Pernyataan ini berarti bahwa orang-orang yang tinggal dalam wilayah negara dapat
diklasifikasikian menjadi :
1. Warga negara Indonesia, adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang
bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.
2. Penduduk, yaitu orang-orang asing yang tinggal dalam negara bersifat sementara sesuai
dengan visa (surat ijin untuk memasuki suatu negara dan tinggal sementara yang
diberikan oleh pejabat suatu negara yang dituju) yang diberikan negara melalui kantor
imigrasi.
Adapun untuk menentukan siapa-siapa yang menjadi warga negara, digunakan 2
kriterium.
1. Kriterium kelahiran
Berdasarkan kriterium ini, masih dibedakan lagi menjadi 2, yaitu:

a. Kriterium kelahiran menurut asas keibubapaan atau disebut pula Ius Sanguinis. Di
dalam asas ini, seseorang memperoleh kewarganegaraan suatu negara berdasarkan
asas kewarganegaraan orang tuanya, di manapun ia dilahirkan.
b. Kriterium kelahiran menurut asas tempat kelahiran atau Ius Soli. Di dalam asas ini,
seseorang memperoleh kewarganeraannya berdasarkan negara tempat di mana dia
dilahirkan, meskipun orang tuanya bukan warga negara dari negara tersebut.

2. Naturalisasi atau pewarganegaraan, adalah suatu proses hukum yang menyebabkan


seseorang dengan syarat-syarat tertentu mempunyai hak kewarganeraan negara lain

Pengertian hak dan kewajiban warga negara


Hak warga negara adalah suatu kewenangan yang dimiliki oleh warga negara
guna melakukan sesuatu sesuai peraturan perundangundangan. Dengan kata lain hak
warga negara merupakan suatu keistimewaan yan menghendaki agar warga negara
diperlakukan sesuai keistimewaan tersebut. Sedangkan Kewajiban warga negara adalah
suatu keharusan yang tidak boleh ditinggalkan oleh warga negara dalam kehidupan
bermasyarkat berbangsa dan bernegara. Kewajiban warga negara dapat pula diartikan
sebagai suatu sikap atau tindakan yang harus diperbuat oleh seseorang warga negara
sesuai keistimewaan yang ada pada warga lainnya.
Erat kaitannya dengan kedua istilah ini ada beberapa istilah lain yang
memerlukan penjelasan yaitu : tanggung jawab dan peran warga negara. Tanggunjawab
warga negara merupakan suatu kondisi yang mewajibkan seorang warga negara untuk
melakukan tugas tertentu. Tanggung jawab itu timbul akibat telah menerima suatu
wewenang. Sementara yang dimaksud dengan peran warga negara adalah aspek dinamis
dari kedudukan warga negara. Apabila seorang warga negara melaksanakan hak dan
kewajiban sesuai kedudukannya maka warga tersebut menjalankan suatu peranan. Istilah
peranan itu lebih banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu
proses.
Istilah peranan mencakup 3 hal 5 yaitu :
a. Peranan meliputi norma yang dihubungkn dengn posisi seseorang dalam
masyarakat. Dalam konteks ini peranan merupakan rangkaian peraturan yang
membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan
b. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu
dalam masyarakat sebagai organisasi.
c. Peranan dapat juga dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi
struktur sosial masyarakat.
Dari pengertian di atas tersirat suatu makna bahwa hak dan kewajiban warga
negara itu timbul atau bersumber dari negara. Maksudnya negaralah yang memberikan
ataupun membebankan hak dan kewajiban itu kepada warganya. Pemberian/pembebanan
dimaksud dituangkan dalam peraturan perundang-undangan sehingga warga negara
maupun penyelenggara negara memiliki peranan yang jelas dalam pengaplikasian dan
penegakkan hak serta kewajiban tersebut.
2. Konsep hak dan kewajiban warga Negara dalam UUD 1945

Hak dan kewajiban negara adalah menggambarkan apa yang seharusnya diterima
dan dilakukan oleh negara atau pemerintah dalam melindungi dan menjamin
kelangsungan kehidupan negara serta terwujudnya cita-cita dan tujuan nasional
sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Hak dan kewajiban manusia
sebagai warga negara tercantum dalam Undang-Undang dasar 1945 mulai dari pasal 27
sampai dengan pasal 34 sebagai berikut :
Hak warga negara Indonesia

1. Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan (pasal 27 ayat 2).
2. Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dalam
kehidupannya (pasal 28A).
3. Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah (pasal 28B ayat 1).
4. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak
atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (pasal 28B ayat 2).
5. Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya,
berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi
kesejahteraan umat manusia (pasal 28C ayat 1).
6. Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dengan memperjuangkan haknya
secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya (pasal 28C ayat
2).
7. Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum
yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum (pasal 28D ayat 1).
8. Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil
dan layak dalam hubungan kerja (pasal 28D ayat 2)
9. Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan
(pasal 28D ayat 3).
10. Setiap orang berhak atas status kewarganegaraannya (pasal 28D ayat 4).
11. Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan
sikap, sesuai dengan hati nuraninya. (pasal 28E ayat 2).
12. Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan
pendapat (pasal 28E ayat 3).
13. Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi
dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia (Pasal 28F)
14. Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat,
dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan
perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang
merupakan hak asasi (Pasal 28G ayat 1).
15. Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan
derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain
(Pasal 28G ayat 2).
16. Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan (Pasal 28H ayat 1).
17. Setiap orang berhak memperoleh kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan
keadilan (Pasal 28H ayat 2).
18. Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya
secara utuh sebagai manusia yang bermartabat (Pasal 28H ayat 3).
19. Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh
diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapa pun (Pasal 28H ayat 4).
Kewajiban warga negara Indonesia

1. Segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan dan
wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya (Pasal
27 ayat 1).
2. Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Pasal 28J ayat 1).
3. Di dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata
untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain
dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-
nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis
(pasal 28J ayat 2).
4. Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara
(pasal 30 ayat 1).

3. Konsep hubungan bangsa, Negara dan Warga Negara

Membicarakan hubungan antara negara dan warga masyarakat dalam kehidupan


bernegara bangsa pada hakikatnya adalah membicarakan suatu hubungan kekuasaan, ialah
antara yang berkekuasaan (pemerintah pengemban kekuasaan negara) dan yang dikuasai
(warga masyarakat yang kini berstatus sebagai warganegara). Dalam banyak
pembicaraan, ‘negara’ -- yang terpersonifikasi dalam rupa para pejabat penyelenggara
kekuasaan negara (yang lebih populer disebut ‘pemerintah’, baik yang berkedudukan
dalam jajaran yang sipil maupun yang berstatus militer – itulah yang sering diidentifikasi
sebagai sang penguasa. Sementara itu, yang seringkali hendak diidentifikasi sebagai pihak
yang dikuasai tidaklah lain daripada si ‘masyarakat’, atau tepatnya para ‘warga
masyarakat’ (yang dalam banyak perbincangan sehari-hari disebut ‘rakyat’). Hubungan
akan disebut demokratik apabila kebebasan warga masyarakat akan lebih dominan
daripada kekuasaan para pejabat pengemban kekuasaan negara, sedangkan hubungan
akan disebut totaliter apabila kekuasaan di tangan para pejabat pengemban kekuasaan
negara tersimak lebih dominan daripada kebebasan warga masyarakat, (yang dalam
kapasitasnya sebagai aktor politik disebut ‘warga negara’)

Mengkonsepkan negara casu quo para pejabatnya sebagai pihak


yangberkekuasaan, dan mengkonsepkan warga masyarakat sebagai pihak yang berstatus
dikuasai, memang tak dapat disalahkan begitu saja. Berabad-abad lamanya di manapun di
seantero bumi ini kenyataan sejarah memang tersimak dan tercatat seperti itu, yang lebih
memenuhi model hubungan yang totaliter daripada model hubungan yang demokratik.
Dalam konsepnya yang klasik, para penguasa selalu mengklaim dirinya sebagai makhluk-
makhluk khusus yang memperoleh kekuasaannya dari sumbersumber kekuasaan yang
supranatural. Akan tetapi perubahan konsep yang berlangsung sepanjang sejarah
perkembangan pemikiran dan praktik politik di negerinegeri Barat (tepatnya ‘negeri-
negeri yang dulu terbilang kawasan Katolik Barat’), berhasil membalikkan konsep itu.

Sudah pada pada awal abad 19, ialah seusainya perang-perang Eropa yang
dikobarkan oleh Napoleon pada peraliahan abad, di negeri-negeri Barat – yang kemudian
disusul juga di negeri-negeri koloninya – konsep baru tentang hubungan kekuasaan antara
(para pejabat) negara dan (warga) masyarakatnya mulai dicoba dipraktikkan. Inilah
konsep baru dalam budaya politik yang dikenal – atau diperkenalkan kembali – di
Amerika dan Perancis, ialah demokrasi yang bertandem dengan konsep komplementernya
tentang eksistensi kodrati manusia sebagai penyandang hak-hak yang paling asasi. Hak-
hak asasi ini dipahamkan sebagai seperangkat hak yang melekat secara kodrati pada diri
setiap makhluk yang bersosok manusia, dan a contrario bukan sekali-kali berasal dari
pemberian para penguasa manapun.

Konsep demokrasi -- yang secara harafiah bermakna bahwa rakyat (demos) itulah
yang merupakan pemegang kekuasaan tertinggi (kratein) – berkonsekuensi logis pada
konsep bahwa sejak dalam statusnya yang di alam kodrati, sampaipun ke statusnya
sebagai warga negara, manusia-manusia itu memiliki hak-hak yang karena sifatnya yang
asasi tidak akan mungkin diambil-alih, diingkari dan/atau dilanggar (inalienable,
inderogable, inviolable) oleh sesiapapun yang tengah berkuasa. Bahkan, para penguasa
itulah yang harus dipandang sebagai pejabat-pejabat yang memperoleh kekuasaannya
yang sah karena mandat para warga negara melalui suatu kontrak publik, suatu perjanjian
luhur bangsa yang seluruh substansi kontraktualnya akan diwujudkan dalam bentuk
konstitusi.

Dalam kehidupan bernegara dan berbangsa yang modern, tak pelak lagi yang
umumnya hendak diturut di dalam ihwal hubungan kekuasaan antara negara dan
masyarakat bukan lagi model klasik-otokratik (yang nyatanya telah kian kehilangan
kepopulerannya) itu. Alih-alih, sepanjang sejarah dalam dua abad terakhir ini hubungan
itu kian digeserkan ke model yang demokratik, dengan keyakinan bahwa bukan kekuasaan
negara itu yang bersifat kodrati, melainkan hak-hak manusia individual warga negara
itulah yang asasi dan asali.. Adalah proposisi paradigmatic model demokratik ini
bahwasanya seluruh kekuasaan para pejabat negara itu adalah dan hanyalah derivat saja
dari hak-hak asasi manusia warganya, yang oleh sebab itu haruslah diterima sebagai
sesuatu yang limitatif sifatnya.
DAFTAR PUSTAKA

Bakry, Noor Ms, 2009. Pendidikan Kewarganegaraan. Pustaka Belajar : Yogyakarta.


Pasaribu, Rowland B ,2016, Pendidikkan Kewarganegaraan.

Anda mungkin juga menyukai