Tutorial Penyusunan LED IAPS 4.0 (v1.1)
Tutorial Penyusunan LED IAPS 4.0 (v1.1)
Saat ini BAN-PT, LLDikti, asosiasi keilmuan, dan juga banyak perguruan tinggi sudah berinisiatif
menyelenggarakan sosialisasi dan pelatihan penyusunan LED, tetapi sepanjang pengamatan penulis,
sosialisasi dan pelatihan ini belum efektif karena belum disertai dengan hands-on yang ‘memaksa’ peserta
untuk benar-benar merasakan perubahan paradigma penyusunan LED dalam instrumen baru. Saat tulisan
ini dibuat, memang belum ada contoh-contoh kasus yang bisa diangkat untuk pembelajaran. Kondisi ‘buta
situasi’ ini yang menyebabkan banyak pengelola prodi gamang dalam menyusun LEDnya. Kondisi ini
pulalah yang menjadi alasan penulis memberanikan diri membuat tulisan tutorial tentang penyusunan
LED instrumen baru.
Penulis bukan anggota tim penyusun instrumen baru, dan sama seperti yang lain, penulis juga belum
memiliki pengalaman nyata menyusun LED. Modal yang dimiliki hanyalah pemahaman yang diperoleh dari
pelatihan IAPS 4.0 dan pengalaman sebagai penyusun borang (lama), asesor, dan pejabat struktural di
jurusan dan fakultas. Dengan demikian tidak ada jaminan bahwa isi dari tutorial ini memiliki kebenaran
yang mutlak, kemungkinan terjadi kesalahan masih cukup besar, tetapi tutorial ini diharapkan menjadi
sebuah “live document” yang selalu akan diperbarui, direvisi, dan dilengkapi seiring dengan
bertambahnya pengetahuan dan pengalaman tentang instrumen baru.
Berbeda dengan sosialisasi instrumen baru pada umumnya, tulisan ini mencoba membangun paradigma
instrumen baru berdasarkan paradigma lama (yang sudah dikuasai oleh prodi) dan disertai dengan
penjelasan tambahan dan contoh. Tentu saja semua ini versi penulis, yang seperti sudah disampaikan
sebelumnya, bisa benar tapi bisa juga kurang tepat.
Tutorial ini disusun dalam 2 track yang ditunjukkan dengan dua kolom. Kolom kiri menunjukkan track
pedoman penyusunan LED. Isinya berasal dari materi-materi sosialisasi tentang IAPS 4.0, dan terutama
dari Lampiran 3 Peraturan BAN-PT no 5/2019 (Panduan Penyusunan Laporan Evaluasi Diri IAPS) yang
dilengkapi dengan penjelasan seperlunya (versi penulis) di bagian-bagian tertentu. Kolom kanan berisi tips
dan contoh, yang sedapat mungkin disajikan dari perspektif instrumen akreditasi lama. Kolom kanan ini
berfungsi sebagai “jembatan” yang menghubungkan paradigma instrumen lama ke paradigma insrumen
baru. Dengan dua track ini, diharapkan pembaca dapat memahami apa yang diminta dalam instrumen
baru berdasarkan pemahaman terhadap instrumen lama.
Sebelum mulai membaca dan memanfaatkan tutorial ini, mohon memahami dulu disclaimer berikut ini.
Disclaimer
Apapun yang tertulis dalam naskah ini murni adalah pendapat penulis dan tidak mencerminkan
pernyataan dari BAN-PT kecuali bila disebutkan secara eksplisit. Penulis tidak bertanggung jawab atas
dampak apapun yang muncul sebagai akibat dari diterapkannya sebagian atau seluruh isi tulisan ini.
Koreksi, saran, dan usulan perbaikan bisa disampaikan via email: lukito@ugm.ac.id.
BAB I Pendahuluan
I.2 Evaluasi diri dan pengembangan prodi Beberapa atribut evaluasi diri yang
Laporan evaluasi diri prodi bukanlah sekedar dokumen yang baik:
bercerita tentang prodi. Ia tidak sekedar memaparkan “prodi
• Jujur dan apa adanya. ED adalah
saya sekarang memiliki ini, telah mencapai itu” (dan biasanya
potret diri yang seharusnya
tidak banyak membicarakan tentang kekurangan atau
kelemahan). Lebih jauh lagi, LED memotret keadaan prodi menggambarkan profil diri dengan
secara kritis. “Secara kritis” artinya ada insight (tinjauan yang benar. Profil yang benar ini hanya
mendalam) tentang kondisi-kondisi spesifik yang dialaminya. bisa dibangun di atas dasar kejujuran
Jadi jika prodi memiliki kelebihan atau kekuatan, LED juga untuk mengemukakan kelebihan,
kekurangan, potensi, peluang,
menceritakan faktor-faktor pendukung yang membangun
maupun ancaman yang dimiliki atau
kekuatan tersebut. Jika prodi memiliki kelemahan, LED dihadapi.
bercerita tentang faktor-faktor penyebabnya. Semuanya • Akurat. Akurasi menentukan
disampaikan secara mendalam, artinya tinjauannya kadang kejelasan potret diri. Potret yang
perlu sampai melihat akar-akar permasalahan yang tidak buram akan menyulitkan
terlihat dengan pengamatan sepintas. Cross-reference dan penyusunan strategi pengembangan
relasi antar-komponen menjadi penting dalam analisis kritis prodil
seperti ini. • Spesifik. ED yang spesifik dapat
menonjolkan hal-hal yang perlu
LED disusun untuk tujuan-tujuan sebagai berikut: diperhatikan dalam pengembangan
prodi. Biasanya diperlukan untuk
menentukan arah dan fokus
• Untuk mengetahui capaian prodi
pengembangan.
• Sebagai alat manajerial untuk menjaga kinerja prodi • Analitis. Tidak semua komponen
• Sebagai landasan untuk perencanaan pengembangan profil bisa dilihat dengan mudah.
prodi di masa depan Akar-akar permasalahan biasanya
tersembunyi di balik gejala yang
Ketiga tujuan di atas menunjukkan peran LED yang strategis: tidak akan menyelesaikan masalah
sebagai landasan bagi pengembangan prodi di masa depan. meskipun sudah diobat. Analisis
Untuk dapat mengembangkan prodi, harus diketahui adalah cara untuk menemukan hal-
kondisinya saat ini, apa tujuan dan cita-citanya, dan hal yang tidak bisa dilihat dengan
mudah ini.
bagaimana strategi pencapaian tujuannya. Hal-hal inilah yang
secara sistematis dan terstruktur digali dan disajikan dalam Beberapa tips dalam melakukan
LED instrumen baru. analisis ED:
Konsep evaluasi diri dalam instrumen baru ditunjukkan • Data pendukung harus disiapkan
melalui Gambar 1. Tiga kotak berurutan pada Gambar 1 dengan baik dan lengkap.
menunjukkan proses pengembangan prodi secara umum. • Gunakan cara pandang helicopter
Diawali dengan potret kondisi saat ini, yang seharusnya sudah view (perspektif yang luas), melihat
memenuhi persyaratan kebutuhan minimum dari aspek- ke komponen-komponen prodi
aspek penting penyelenggaraan pendidikan tinggi, berbagai secara bersama-sama (holistik)
program dan kegiatan dijalankan sebagai proses untuk • Identifikasi relasi-relasi antar
komponen.
mencapai kondisi masa depan yang diinginkan yang
• Pelajari relasi-relasi yang muncul
ditunjukkan melalui indikator-indikator luaran dan capaian.
untuk mendapatkan fakta baru yang
muncul.
Contoh analogi sederhananya bagini. Saya seorang fresh Evaluasi diri yang baik tidak hanya
sekedar menunjukkan bahwa prodi
graduate yang baru lulus S1. Saya punya cita-cita ingin punya
memiliki problem dengan rasio dosen-
perusahaan startup yang kelak bisa sukses jadi perusahaan mahasiswa, tetapi juga bisa merunut
unicorn. Dalam mewujudkan mimpi itu, tentu saya harus hubungan sebab-akibat yang terkait
melihat ke diri saya sendiri dulu. Hari ini saya punya apa, saya dengannya. Inilah pentingnya analisis
bisa apa. Lalu saya cari tahu, untuk bisa membuat startup, secara kritis, jujur, dan akurat dalam
apa saja yang saya perlukan (pengetahuan, pengalaman, evaluasi diri.
modal, teknologi, dukungan regulasi, dan sebagainya). Lalu
saya menganalisis gap yang masih ada antara apa yang saya
miliki saat ini dengan apa yang seharusnya saya miliki agar
tujuan saya tercapai. Proses reflektif inilah yang menjadi
evaluasi diri saya, dan berdasarkan evaluasi diri inilah saya
akan bisa menentukan apa yang seharusnya saya lakukan.
I.3 Pengukuran kualitas melalui indikator kinerja Pengukuran kualitas melalui indikator
Tujuan dasar akreditasi adalah peningkatan kualitas kinerja adalah salah satu tantangan
penyelenggaraan layanan pendidikan secara berkelanjutan. besar dalam penyusunan LED versi
baru, karena hal ini tidak diminta dalam
Dalam LED, kualitas perlu diperlihatkan dengan cara yang
sistem akreditasi lama. Tantangan ini
tepat. Kualitas dapat digambarkan melalui beberapa atribut muncul ketika penyusun LED harus bisa
seperti: memetakan atribut-atribut kualitas ke
dalam indikator yang sesuai, kemudian
• Efisiensi, menunjukkan kesesuaian antara input dan menjelaskannya secara kontekstual
proses yang dilaksanakan. Efisiensi dapat ditunjukkan pada area yang menjadi fokus. Untuk
melalui peran dan kinerja manajemen sumberdaya itu beberapa tips berikut bisa
dalam pelaksanaan proses tersebut. bermanfaat:
• Produktivitas, menunjukkan kesesuaian antara proses
• Penyusun LED harus memahami area
dengan luaran yang dihasilkan. Tingkat produktivitas
yang akan dideskripsikan
umumnya diperlihatkan dengan perbandingan jumlah
kualitasnya.
luaran yang dihasilkan dari suatu proses yang • Definisikan bagaimana kualitas akan
memanfaatkan sumberdaya dengan standar tertentu. dijelaskan (atribut apa yang akan
• Efektivitas, menunjukkan kesesuaian antara tujuan atau digunakan untuk menjelaskan).
sasaran dengan luaran yang dihasilkan. Tingkat • Lakukan pemetaan antara atribut
efektivitas dapat diperlihatkan dengan membandingkan yang digunakan dengan indikator-
tujuan dengan hasil dari proses (termasuk dampak yang indikator kinerja yang sesuai. Perlu
dihasilkan). disadari bahwa tidak semua
• Akuntabilitas, tingkat pertanggungjawaban yang pemetaan bisa dilakukan secara
langsung (direct). Untuk atribut yang
menyangkut bagaimana sumberdaya perguruan tinggi
bersifat abstrak atau kualitatif,
dimanfaatkan dalam upaya dan kegiatan untuk
lakukan proses kuantifikasi dengan
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. membawa makna kualitatif dari
• Kemampuan inovasi, dimaknai sebagai kemampuan atribut ke bentuk representasi yang
UPPS dalam menghasilkan nilai tambah pada luaran bersifat kuantitatif.
program studi yang diakreditasi. • Siapkan data pendukung yang sesuai
dengan indikator kinerja yang
• Suasana akademik, diartikan sebagai tingkat kepuasan
digunakan.
dan motivasi sivitas akademika dalam menyelesaikan
• Lakukan analisis terhadap data
tugasnya untuk mencapai tujuan program studi. indikator kinerja, lalu berikan
penjelasan kontekstual tentang
Tidak semua atribut harus ditunjukkan secara bersamaan. capaian kinerjanya
Beberapa aspek penyelenggaraan prodi biasanya memiliki
kekhasan penonjolan tertentu, sehingga atribut-atribut yang Sebagai contoh, LED ingin
relevan dengan kekhasan itu saja yang perlu dimunculkan. menunjukkan kualitas suasana
Sebagai contoh, penggunaan sumber daya (SDM, kelas, akademik di prodi. Suasana akademik
laboratorium, dana) biasanya dikaitkan dengan efisiensi. Tata yang baik dapat representasikan oleh
pamong dan tata kelola dicirikan dengan akuntabilitas. Proses hubungan yang harmonis antara dosen
dengan mahasiswa (ditunjukkan
pembelajaran yang berorientasi pada pembentukan
misalnya dengan jumlah mahasiswa
kompetensi akan cocok bila diukur suasana akademik dan yang terlibat dalam kegiatan penelitian
efektivitasnya, sementara urusan penelitian, PkM, dan dan PkM dosen), serta prestasi-prestasi
kerjasama biasanya akan dilihat produktivitasnya. dosen dan mahasiswa.
Seperti ditunjukkan pada Gambar 1, akreditasi melibatkan Hal seperti ini yang jarang ditemui
pengukuran untuk mengetahui kondisi masa kini dan kondisi dalam LED versi lama. Data yang ada
yang menjadi tujuan, sehingga atribut-atribut di atas juga kurang dimanfaatkan untuk “bercerita”
perlu diukur. Untuk itu diperlukan indikator-indikator kinerja tentang kondisi prodi yang sebenarnya.
yang merepresentasikan atribut-atribut tersebut. Pada instrumen baru, justru LED harus
banyak mengungkap hal-hal seperti ini.
Cerita tentang diri prodi dan UPPS
Ada atribut yang “mudah diukur”, dalam arti pengukurannya dibangun berdasarkan data yang
bisa dilakukan secara langsung. Contohnya, untuk alasan disusun dalam LKPS, sehingga LKPS
efisiensi, sebuah laboratorium bisa digunakan oleh lebih dari tidak lagi menjadi dokumen yang
satu prodi. Dengan menunjukkan tingkat utilitas yang tinggi “bisu”; ia memberikan bahan bagi
dan penjadwalan yang jelas, efisiensi penggunaan evaluasi diri prodi dan UPPS.
laboratorium tersebut dapat ditunjukkan dengan cepat.
Penjaminan Mutu
Latar belakang
Kebijakan
Gambar 4. Pengembangan institusi dalam kerangka elemen- Sebagai ilustrasi, Prodi GK memiliki
elemen deskriptifnya visi sebagai trendsetter nasional.
Untuk mencapainya, Prodi GK
Tabel berikut ini menjelaskan hal yang sama dengan yang memandang unsur SDM dosen
dijelaskan pada Gambar 4, hanya caranya melalui pertanyaan- adalah komponen yang sangat
pertanyaan substansi yang perlu dijelaskan dalam elemen- penting. Untuk itu Prodi GK merasa
elemen deskriptif pada tiap kriteria. Perhatikan bahwa secara perlu untuk menetapkan standar-
keseluruhan jawaban atas semua pertanyaan tersebut akan standar terkait dosen, misalnya
membentuk sebuah “cerita” yang koheren tentang bagaimana standar untuk kualifikasi akademik,
sertifikasi keahlian, dan paten/HaKI di
kriteria tersebut disiapkan untuk mendukung tercapainya visi
bidang game komputer. Dari uraian
dan tujuan. ini, substansi tiap elemen deskriptif
pada kriteria SDM secara garis besar
Elemen Pertanyaan Substansi adalah sebagai berikut:
Deskriptif
Latar UPPS dan prodi menyiapkan standar terkait kriteria, Elemen Substansi deskripsi
belakang dalam upaya pencapaian visi/tujuan. Mengapa Deskriptif
standar tersebut penting? Apa tujuan penetapan Latar Penjelasan tentang
standar tersebut, dikaitkan dengan pencapaian visi? belakang pentingnya kualifikasi
Kebijakan Kebijakan apa yang ditetapkan untuk mendukung akademik, sertifikasi
terwujudnya standar yang telah ditetapkan? keahlian, dan paten.
Kebijakan Contoh kebijakan:
Strategi Strategi apa yang perlu ditetapkan agar kebijakan di
Tiap dosen harus
pencapaian atas bisa dijalankan? memiliki keahlian
IKU IKU apa yang digunakan untuk mengukur spesifik dalam bidang
ketercapaian tujuan (keterwujudan standar)? GK yang didukung oleh
IKT IKT apa yang digunakan untuk mengukur keilmuan yang matang.
ketercapaian tujuan (keterwujudan standar)? Strategi Contoh strategi
Evaluasi Dalam konteks IKU dan IKT, bagaimana capaian pencapaian pencapaian:
kinerja kinerjanya? Adakah keberhasilan-keberhasilan dan 1) Pengiriman studi
lanjut secara terencana,
kegagalan-kegagalan? Apa faktor-faktor pendukung
2) Program sertifikasi
dan penghambatnya? keahlian bidang GK,
Penjaminan Mekanisme penjaminan mutu (siklus PPEPP) seperti 3) Insentif untuk karya
mutu apa yang diperlukan agar standar dapat yang mendapatkan
diwujudkan/tercapai? paten atau HaKI.
Kepuasan Dengan kinerja yang diperoleh, seberapa tingkat IKU Kualifikasi akademik
pengguna kepuasan pengguna? (sesuai IKU yang
ditetapkan BAN-PT)
IKT 1) Sertifikasi keahlian
Gambar 5. Checklist untuk koherensi deskripsi sebuah kriteria 2) Paten/HaKI
Evaluasi Analisis ketercapaian
kinerja kinerja sesuai dengan
Sebagai sebuah “cerita”, sel-sel dalam sebuah baris pada IKU dan IKT, termasuk
matriks di Gambar 3 harus konsisten dan saling mendukung. identifikasi faktor-
Penjelasan pada tiap elemen deskriptif harus gayut satu sama faktor pendukung dan
lain. Jika ada fakta yang menunjukkan inkonsistensi deskripsi, penghambat.
harus ada bahasan dan analisis yang menjelaskan rasionalnya. Penjaminan Siklus PPEPP untuk
mutu pengembangan dosen
Sebagai contoh, kolom-kolom (4), (5), dan (8) semestinya harus (studi lanjut, sertifikasi
selaras dengan kolom (2) dan (3). Jika ada deskripsi dalam (4), kompetensi, dan
(5), atau (8) yang tidak selaras, berarti ada masalah. Masalah ini penciptaan karya-karya
harus diidentifikasi dan dianalisis dalam (6) dengan berpotensi paten/HaKI).
Kepuasan Kepuasan dosen
memperhatikan deskripsi dalam (7).
pengguna terhadap upaya
pengembangan
berbasis standar yang
ditetapkan.
Bagian Mekanisme Kerja berisi uraian tentang tata dan Penjelasan dapat disampaikan secara
mekanisme kerja penyusunan dokumen LED, mencakup ringkas menggunakan diagram proses
penggalian data, verifikasi dan validasi data, analisis data, yang menunjukkan aktivitas, aktor,
identifikasi permasalahan, dan penyusunan rencana dan aliran aktivitas.
pengembangan.
Bagian utama LED diawali dengan penjelasan tentang kondisi Pada contoh Prodi GK, pasti ada
eksternal. Kondisi eksternal meliputi lingkungan mikro maupun kondisi-kondisi eksternal yang khas
makro, baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional. dan penting untuk dijelaskan,
Lingkungan makro mencakup aspek-aspek politik, ekonomi, misalnya, faktor-faktor eksternal apa
yang pengaruhnya begitu kuat
sosial, budaya, perkembangan iptek, dan sebagainya.
sehingga STMIK X merasa perlu untuk
Lingkungan mikro terkait isu-isu di bidang pendidikan tinggi, membentuk Prodi GK.
seperti persaingan mendapatkan mahasiswa, perguruan tinggi
asing, PJJ, kebutuhan dunia usaha/industri, dan sebagainya.
Bagian ini berfungsi sebagai ‘landscape’ yang menjadi latar
belakang penyusunan LED. Positioning UPPS dalam landscape
ini perlu dijelaskan dalam kaitannya dengan ekstistensi dan
pengembangannya.
II.4. Kriteria
Bagian ini adalah inti dari LED. Ada 9 kriteria yang harus
dijelaskan menggunakan 6 sampai 9 elemen deskriptif.
Latar Belakang
Bagian ini mencakup latar belakang, tujuan, dan rasional
penentuan strategi pencapaian standar pendidikan tinggi yang
ditetapkan perguruan tinggi terkait tata kelola, tata pamong,
dan kerjasama, yang mencakup: sistem tata pamong,
kepemimpinan, sistem penjaminan mutu, dan kerjasama. Tata
pamong merujuk pada struktur organisasi, mekanisme, dan
proses bagaimana UPPS dan program studi yang diakreditasi
dikendalikan dan diarahkan untuk mencapai visinya. Tata
pamong juga harus mengimplementasikan manajemen risiko
untuk menjamin keberlangsungan UPPS dan program studi
yang diakreditasi. Pada bagian ini harus dideskripsikan
perwujudan tata pamong yang baik (good governance), sistem
pengelolaan, sistem penjaminan mutu, dan kerjasama di UPPS
dan program studi yang diakreditasi.
Keuangan
Pendidikan
Penelitian
Pengabdian kepada
Masyarakat
Layanan-layanan
...
II.4.3 Mahasiswa
c) Layanan Kemahasiswaan
Layanan kemahasiswaan yang disediakan oleh perguruan
tinggi/UPPS untuk seluruh mahasiswa dalam bidang:
1) penalaran, minat, dan bakat,
2) bimbingan karir dan kewirausahaan
3) kesejahteraan (bimbingan dan konseling, layanan
beasiswa, dan layanan kesehatan).
• Kualifikasi akademik
• Jabatan fungsional
• Keterlibatan dan peran dosen
dalam komunitas keilmuan
• Beban kerja dosen
• Kontribusi keilmuan dosen
(penelitian, publikasi, PkM,
produk, dll)
Prasarana
Keuangan
a) Keuangan
1) Alokasi dan penggunaan dana untuk biaya
operasional pendidikan (Tabel 4 LKPS).
2) Penggunaan dana untuk kegiatan penelitian dosen
tetap: rata- rata dana penelitian DTPS/tahun dalam
3 tahun terakhir (Tabel 4 LKPS).
3) Penggunaan dana untuk kegiatan PkM dosen tetap:
rata-rata dana PkM DTPS/tahun dalam 3 tahun
terakhir (Tabel 4 LKPS).
4) Penggunaan dana untuk investasi (SDM, sarana dan
prasarana) dalam 3 tahun terakhir (Tabel 4 LKPS).
b) Sarana
1) Kecukupan dan aksesibilitas sarana pendidikan.
Terlihat dari ketersediaan, kepemilikan,
kemutakhiran, dan kesiapgunaan fasilitas dan
peralatan untuk pembelajaran maupun kegiatan
penelitian dan PkM. Sarana pembelajaran yang
digunakan oleh program studi dapat dijelaskan
dalam tabel yang dilengkapi dengan informasi
mengenai kecukupan dan aksesibilitasnya bagi
mahasiswa.
2) Kecukupan dan aksesibilitas sarana teknologi
informasi dan komunikasi. Kecukupan sarana
terlihat dari ketersediaan, kemutakhiran, dan
kesiapgunaan fasilitas dan peralatan teknologi
informasi dan komunikasi yang dimanfaatkan oleh
UPPS.
c) Kecukupan dan aksesibilitas prasarana
Kecukupan prasarana terlihat dari ketersediaan,
kepemilikan, kemutakhiran, kesiapgunaan prasarana
untuk pembelajaran maupun kegiatan penelitian dan
PkM, termasuk peruntukannya bagi mahasiswa
berkebutuhan khusus. Prasarana yang digunakan oleh
program studi dapat dijelaskan dalam tabel yang
dilengkapi dengan informasi mengenai kecukupan dan
aksesibilitasnya bagi mahasiswa.
Penjaminan Mutu Keuangan, Sarana, dan Prasarana Pada umumnya penjaminan mutu
Berisi deskripsi dan bukti sahih tentang implementasi sistem keuangan, sarana, dan prasarana
penjaminan mutu di UPPS yang sesuai dengan standar yag dipenuhi dengan mekanisme audit
ditetapkan perguruan tinggi terkait keuangan dan sarana dan internal dalam bidang-bidang
tersebut.
prasarana, yang mengikuti siklus penetapan, pelaksanaan,
evaluasi, pengendalian, dan perbaikan berkelanjutan (PPEPP).
Kepuasan Pengguna Penggunanya adalah dosen, tendik,
Berisi deskripsi mengenai pengukuran kepuasan sivitas dan mahasiswa. Pengukurannya
akademika terhadap layanan pengelolaan keuangan maupun dapat dijadikan satu dengan survei
sarana dan prasarana yang memenuhi aspek-aspek berikut: kepuasan sivitas akademika secara
umum yang mencakup bidang-bidang
a) Kejelasan instrumen yang digunakan, pelaksanaan,
lainnya juga.
perekaman dan analisis datanya.
b) Ketersediaan bukti yang sahih tentang hasil pengukuran
kepuasan sivitas akademika yang dilaksanakan secara
konsisten, dan ditindaklanjuti secara berkala dan
tersistem.
II.4.6 Pendidikan
II.4.7 Penelitian
Simpulan
Berisi ringkasan dari pemosisian, masalah dan akar masalah,
serta rencana perbaikan dan pengembangan UPPS terkait
kegiatan penelitian pada program studi yang diakreditasi.
Kebijakan
Bagian ini berisi deskripsi dokumen formal kebijakan PkM yang
mendorong adanya keterlibatan mahasiswa program studi
dalam PkM dosen. Kebijakan PkM juga harus memastikan
adanya peta jalan PkM yang memayungi tema PkM dosen dan
mahasiswa.
Kepuasan Pengguna
Berisi deskripsi mengenai pengukuran kepuasan pelaksana PkM
dan mitra kegiatan PkM terhadap layanan dan pelaksanaan
proses PkM yang memenuhi aspek-aspek berikut:
a) Kejelasan instrumen yang digunakan, pelaksanaan,
perekaman dan analisis datanya.
b) Ketersediaan bukti yang sahih tentang hasil pengukuran
kepuasan pelaksana dan mitra kegiatan PkM yang
dilaksanakan secara konsisten, dan ditindaklanjuti secara
berkala dan tersistem.
Penjaminan Mutu
Berisi deskripsi dan bukti sahih tentang implementasi sistem
penjaminan mutu di UPPS yang sesuai dengan standar
pendidikan tinggi yang ditetapkan perguruan tinggi terkait
luaran dan capaian tridharma, yang mengikuti siklus
penetapan, pelaksanaan, evaluasi, pengendalian, dan perbaikan
berkelanjutan (PPEPP).
Kepuasan Pengguna
Berisi deskripsi mengenai pengukuran kepuasan pengguna
lulusan dan mitra kerja terhadap kinerja lulusan yang
memenuhi aspek-aspek berikut:
a) Kejelasan instrumen yang digunakan, pelaksanaan,
perekaman dan analisis datanya.
b) Ketersediaan bukti yang sahih tentang hasil
pengukuran kepuasan pengguna lulusan yang
dilaksanakan secara konsisten, dan ditindaklanjuti
secara berkala dan tersistem.
II.5.2 Analisis SWOT atau Analisis Lain yang Relevan Analisis yang disampaikan pada
Ketepatan mengidentifikasi kekuatan atau faktor pendorong, bagian ini melengkapi analisis
kelemahan atau faktor penghambat, peluang dan ancaman capaian kinerja pada bagian
yang dihadapi dalam keterkaitannya dengan hasil analisis sebelumnya. Analisis SWOT, root
cause, atau yang lainnya digunakan
capaian kinerja. Hasil identifikasi tersebut dianalisis untuk
untuk menemukan faktor-faktor
menentukan posisi UPPS dan program studi yang diakreditasi, pendukung dan/atau penghambat.
serta menjadi dasar untuk mendapatkan alternatif solusi dan Pada tataran makro, faktor-faktor
menetapkan program pengembangan. pendukung dan/atau penghambat
harus digali sampai pada level
mendasar. Analisis jangan berhenti
pada level permukaan. Pernyataan
“Jumlah penelitian sedikit karena
kurangnya jumlah dosen di prodi GK”
tidak cukup dalam untuk
menggambarkan apa sebenarnya
penyebab kurangnya jumlah
penelitian. Benarkah hanya jumlah
dosen yang berpengaruh? Bagaimana
dengan dukungan institusi? Apakah
iklim/suasana akademik sudah
mendukung? Hal-hal tersebut perlu
juga dikaji untuk mengidentifikasi
akar-akar penyebabnya.