Anda di halaman 1dari 52

Tutorial Penyusunan

Laporan Evaluasi Diri


Instrumen Akreditasi Program Studi (IAPS) 4.0

Lukito Edi Nugroho

Versi 1.1 (Januari 2020)

(Dokumen ini BUKAN dokumen resmi BAN-PT dan


TIDAK mencerminkan pandangan BAN-PT)
Riwayat Versi
Versi 1.0 November 2019 Pertama diluncurkan.
Versi 1.1 Januari 2020 Tambahan penjelasan dan gambar di beberapa bagian, revisi
penjelasan untuk lebih menyelaraskan dengan panduan BAN-PT.
Kata Pengantar
Instrumen baru akreditasi program studi dan perguruan tinggi (IAPS 4.0 dan IAPT 3.0) telah resmi
digunakan. Bila dibandingkan dengan instrumen lama, ada banyak perbedaan yang cukup mendasar.
Instrumen baru dirancang dan digunakan dengan paradigma yang berbeda dengan paradigma instrumen
lama, sehingga cara penyusunannyapun memerlukan pendekatan yang berbeda. Dari interaksi penulis
dengan beberapa pengelola prodi, terlihat masih adanya kebingungan tentang bagaimana menyiapkan
berkas instrumen baru dengan baik, khususnya Laporan Evaluasi Diri (LED). Berbeda dengan instrumen
lama, LED pada instrumen baru justru merupakan bagian utama, sehingga hasil akreditasi akan sangat
bergantung pada seberapa bagus kualitas LED yang disusun.

Saat ini BAN-PT, LLDikti, asosiasi keilmuan, dan juga banyak perguruan tinggi sudah berinisiatif
menyelenggarakan sosialisasi dan pelatihan penyusunan LED, tetapi sepanjang pengamatan penulis,
sosialisasi dan pelatihan ini belum efektif karena belum disertai dengan hands-on yang ‘memaksa’ peserta
untuk benar-benar merasakan perubahan paradigma penyusunan LED dalam instrumen baru. Saat tulisan
ini dibuat, memang belum ada contoh-contoh kasus yang bisa diangkat untuk pembelajaran. Kondisi ‘buta
situasi’ ini yang menyebabkan banyak pengelola prodi gamang dalam menyusun LEDnya. Kondisi ini
pulalah yang menjadi alasan penulis memberanikan diri membuat tulisan tutorial tentang penyusunan
LED instrumen baru.

Penulis bukan anggota tim penyusun instrumen baru, dan sama seperti yang lain, penulis juga belum
memiliki pengalaman nyata menyusun LED. Modal yang dimiliki hanyalah pemahaman yang diperoleh dari
pelatihan IAPS 4.0 dan pengalaman sebagai penyusun borang (lama), asesor, dan pejabat struktural di
jurusan dan fakultas. Dengan demikian tidak ada jaminan bahwa isi dari tutorial ini memiliki kebenaran
yang mutlak, kemungkinan terjadi kesalahan masih cukup besar, tetapi tutorial ini diharapkan menjadi
sebuah “live document” yang selalu akan diperbarui, direvisi, dan dilengkapi seiring dengan
bertambahnya pengetahuan dan pengalaman tentang instrumen baru.

Berbeda dengan sosialisasi instrumen baru pada umumnya, tulisan ini mencoba membangun paradigma
instrumen baru berdasarkan paradigma lama (yang sudah dikuasai oleh prodi) dan disertai dengan
penjelasan tambahan dan contoh. Tentu saja semua ini versi penulis, yang seperti sudah disampaikan
sebelumnya, bisa benar tapi bisa juga kurang tepat.

Tutorial ini disusun dalam 2 track yang ditunjukkan dengan dua kolom. Kolom kiri menunjukkan track
pedoman penyusunan LED. Isinya berasal dari materi-materi sosialisasi tentang IAPS 4.0, dan terutama
dari Lampiran 3 Peraturan BAN-PT no 5/2019 (Panduan Penyusunan Laporan Evaluasi Diri IAPS) yang
dilengkapi dengan penjelasan seperlunya (versi penulis) di bagian-bagian tertentu. Kolom kanan berisi tips
dan contoh, yang sedapat mungkin disajikan dari perspektif instrumen akreditasi lama. Kolom kanan ini
berfungsi sebagai “jembatan” yang menghubungkan paradigma instrumen lama ke paradigma insrumen
baru. Dengan dua track ini, diharapkan pembaca dapat memahami apa yang diminta dalam instrumen
baru berdasarkan pemahaman terhadap instrumen lama.

Sebelum mulai membaca dan memanfaatkan tutorial ini, mohon memahami dulu disclaimer berikut ini.

Disclaimer

Apapun yang tertulis dalam naskah ini murni adalah pendapat penulis dan tidak mencerminkan
pernyataan dari BAN-PT kecuali bila disebutkan secara eksplisit. Penulis tidak bertanggung jawab atas
dampak apapun yang muncul sebagai akibat dari diterapkannya sebagian atau seluruh isi tulisan ini.

Koreksi, saran, dan usulan perbaikan bisa disampaikan via email: lukito@ugm.ac.id.
BAB I Pendahuluan

I.1 Mengapa perlu instrumen baru?


Menurut Prof Basaruddin (Ketua Dewan Eksekutif BAN-PT),
BAN-PT pernah melakukan studi tentang hasil akreditasi pada
tahun 2017. Temuan utamanya cukup mengejutkan: korelasi
antara peringkat akreditasi dengan kualitas lulusan ternyata
rendah. Artinya, instrumen lama tidak akurat. Sebagai alat
untuk mengukur kualitas prodi dalam menghasilkan lulusan
yang berkualitas, instrumen lama tidak selalu memberikan
hasil yang benar.

Ada beberapa temuan lain dari studi di atas yang


menunjukkan adanya kelemahan dari instrumen lama, di
antaranya:

• Instrumen yang sangat berorientasi input, ditunjukkan


oleh banyaknya pertanyaan yang mengukur kualitas input.
Contoh: “jumlah dosen bergelar S3…”, “jumlah buku
teks…”, dsb. Fokus pada input membuat perhatian pada
output dan outcome menjadi agak terabaikan.
• Instrumen bersifat generik dan tidak mampu
mengakomodasi kekhasan perguruan tinggi dan prodi.
• Koherensi antar item pertanyaan rendah, sehingga tidak
bisa mengidentifikasi keterkaitan antar aspek. Contoh:
rasio dosen-mahasiswa dan beban EWMP dosen di
Standar 4 tidak dikaitkan dengan tata pamong ,
kepemimpinan,dan sistem pengelolaan operasional di
Standar 2. Beban EWMP yang tinggi misalnya, sedikit
banyak pasti dipengaruhi oleh tata pamong,
kepemimpinan, atau manajemen pengelolaan prodi yang
kurang baik (misal: penugasan dosen yang tidak
berimbang).
• Proses asesmen yang mekanistis dan tidak banyak
melibatkan analisis. Yang terjadi pada asesor, proses
asesmen tereduksi menjadi proses memeriksa borang dan
menilai item-item di dalamnya berdasarkan pedoman.
Asesor tidak terbiasa melakukan proses “reading between
the lines”, menghubungkan antar fakta untuk
mengidentifikasi permasalahan (atau potensi) yang
tersembunyi.
• Pertanyaan borang sangat banyak (155 butir untuk
jenjang sarjana), membuat asesmen lapangan sering
dilakukan secara terburu-buru dan kurang cermat.

Selain itu, fakta-fakta obyektif juga semakin memperkuat


urgensi pembaruan instrumen, antara lain:
• Keterbaruan: versi terakhir dari instrumen lama
dikembangkan tahun 2008 (untuk jenjang sarjana) sampai
dengan tahun 2011 (untuk APT), sementara undang-
undang dan peraturan-peraturan penting yang menjadi
dasar penyelenggaraan pendidikan tinggi bermunculan
sejak tahun 2012.
• Pergeseran paradigma: di luar negeri, praktek-praktek
baik (best practices) dalam penjaminan mutu mulai
bergeser ke paradigma berorientasi output/outcome.

Pada akhirnya semua fakta di atas bermuara pada satu


kesimpulan: sudah saatnya instumen akreditasi perguruan
tinggi dan prodi diperbarui.

I.2 Perbedaan instrumen baru dan lama


Ada beberapa perbedaan mendasar antara instrumen
akreditasi baru dan lama, seperti dijelaskan berikut ini:

• Instrumen baru lebih berorientasi pada proses


menemukenali kekuatan dan kelemahan sebagai dasar
perencanaan pengembangan, sementara instrumen lama
lebih berbasis pada pengisian borang
• Instrumen baru lebih menekankan pada output dan
outcome, sementara instrumen lama berorientasi pada
input dan kurang terlihat keterkaitannya dengan aspek
kualitas.
• Instrumen baru lebih memperhatikan kekhasan bentuk
perguruan tinggi. Ada beberapa varian instrumen untuk
berbagai bentuk perguruan tinggi (PTN Satker, PTN BLU,
PTN BH; Universitas, Institut, Politeknik, Akademi,
Akademi Komunitas) dan jenjang (Sarjana, Diploma,
Magister, Doktor). Instrumen lama, sebaliknya, lebih
bersifat generik.
• Instrumen baru menggunakan 9 kriteria, berbeda dengan
instrumen lama dengan 7 kriteria (standar).
• Untuk akrediasi prodi, unit pengusul dalam instrumen
baru adalah Unit Pengelola Program Studi (UPPS),
berbeda dengan pada instrumen lama, usulan akreditasi
dilakukan oleh prodi.

Pada instrumen baru, usulan akreditasi prodi disampaikan


dalam 2 dokumen:

• Laporan evaluasi diri (LED), dan


• Laporan kinerja program studi (LKPS)

I.2 Evaluasi diri dan pengembangan prodi Beberapa atribut evaluasi diri yang
Laporan evaluasi diri prodi bukanlah sekedar dokumen yang baik:
bercerita tentang prodi. Ia tidak sekedar memaparkan “prodi
• Jujur dan apa adanya. ED adalah
saya sekarang memiliki ini, telah mencapai itu” (dan biasanya
potret diri yang seharusnya
tidak banyak membicarakan tentang kekurangan atau
kelemahan). Lebih jauh lagi, LED memotret keadaan prodi menggambarkan profil diri dengan
secara kritis. “Secara kritis” artinya ada insight (tinjauan yang benar. Profil yang benar ini hanya
mendalam) tentang kondisi-kondisi spesifik yang dialaminya. bisa dibangun di atas dasar kejujuran
Jadi jika prodi memiliki kelebihan atau kekuatan, LED juga untuk mengemukakan kelebihan,
kekurangan, potensi, peluang,
menceritakan faktor-faktor pendukung yang membangun
maupun ancaman yang dimiliki atau
kekuatan tersebut. Jika prodi memiliki kelemahan, LED dihadapi.
bercerita tentang faktor-faktor penyebabnya. Semuanya • Akurat. Akurasi menentukan
disampaikan secara mendalam, artinya tinjauannya kadang kejelasan potret diri. Potret yang
perlu sampai melihat akar-akar permasalahan yang tidak buram akan menyulitkan
terlihat dengan pengamatan sepintas. Cross-reference dan penyusunan strategi pengembangan
relasi antar-komponen menjadi penting dalam analisis kritis prodil
seperti ini. • Spesifik. ED yang spesifik dapat
menonjolkan hal-hal yang perlu
LED disusun untuk tujuan-tujuan sebagai berikut: diperhatikan dalam pengembangan
prodi. Biasanya diperlukan untuk
menentukan arah dan fokus
• Untuk mengetahui capaian prodi
pengembangan.
• Sebagai alat manajerial untuk menjaga kinerja prodi • Analitis. Tidak semua komponen
• Sebagai landasan untuk perencanaan pengembangan profil bisa dilihat dengan mudah.
prodi di masa depan Akar-akar permasalahan biasanya
tersembunyi di balik gejala yang
Ketiga tujuan di atas menunjukkan peran LED yang strategis: tidak akan menyelesaikan masalah
sebagai landasan bagi pengembangan prodi di masa depan. meskipun sudah diobat. Analisis
Untuk dapat mengembangkan prodi, harus diketahui adalah cara untuk menemukan hal-
kondisinya saat ini, apa tujuan dan cita-citanya, dan hal yang tidak bisa dilihat dengan
mudah ini.
bagaimana strategi pencapaian tujuannya. Hal-hal inilah yang
secara sistematis dan terstruktur digali dan disajikan dalam Beberapa tips dalam melakukan
LED instrumen baru. analisis ED:

Konsep evaluasi diri dalam instrumen baru ditunjukkan • Data pendukung harus disiapkan
melalui Gambar 1. Tiga kotak berurutan pada Gambar 1 dengan baik dan lengkap.
menunjukkan proses pengembangan prodi secara umum. • Gunakan cara pandang helicopter
Diawali dengan potret kondisi saat ini, yang seharusnya sudah view (perspektif yang luas), melihat
memenuhi persyaratan kebutuhan minimum dari aspek- ke komponen-komponen prodi
aspek penting penyelenggaraan pendidikan tinggi, berbagai secara bersama-sama (holistik)
program dan kegiatan dijalankan sebagai proses untuk • Identifikasi relasi-relasi antar
komponen.
mencapai kondisi masa depan yang diinginkan yang
• Pelajari relasi-relasi yang muncul
ditunjukkan melalui indikator-indikator luaran dan capaian.
untuk mendapatkan fakta baru yang
muncul.

Satu buah data bisa menunjukkan


keterkaitan dengan banyak hal.
Contoh: dalam Standar 4 borang lama,
rasio dosen-mahasiswa yang sangat
tinggi (jumlah dosen tidak sebanding
dengan jumlah mahasiswa yang diajar)
Gambar 1. Konsep evaluasi diri bisa saja menunjukkan kualitas
kepemimpinan, sistem tata pamong,
Dokumen LED menjelaskan pandangan UPPS tentang tujuan dan sistem pengelolaan (Std 2) yang
dan peran evaluasi diri dalam kerangka pengembangan prodi. buruk. Demikian pula sebaliknya, rasio
Pandangan ini tentu saja bersifat khas dan spesifik untuk tiap dosen-mahasiswa yang sangat tinggi
prodi. Berdasarkan rencana pengembangan yang biasanya pasti akan berpengaruh terhadap
tercantum dalam Renstra, RIP, dan sejenisnya, prodi
menjelaskan bagaimana LED ini bisa membantu prodi dalam kualitas layanan pembimbingan
merealisasikan rencana tersebut. akademik dan skripsi (Std 5).

Contoh analogi sederhananya bagini. Saya seorang fresh Evaluasi diri yang baik tidak hanya
sekedar menunjukkan bahwa prodi
graduate yang baru lulus S1. Saya punya cita-cita ingin punya
memiliki problem dengan rasio dosen-
perusahaan startup yang kelak bisa sukses jadi perusahaan mahasiswa, tetapi juga bisa merunut
unicorn. Dalam mewujudkan mimpi itu, tentu saya harus hubungan sebab-akibat yang terkait
melihat ke diri saya sendiri dulu. Hari ini saya punya apa, saya dengannya. Inilah pentingnya analisis
bisa apa. Lalu saya cari tahu, untuk bisa membuat startup, secara kritis, jujur, dan akurat dalam
apa saja yang saya perlukan (pengetahuan, pengalaman, evaluasi diri.
modal, teknologi, dukungan regulasi, dan sebagainya). Lalu
saya menganalisis gap yang masih ada antara apa yang saya
miliki saat ini dengan apa yang seharusnya saya miliki agar
tujuan saya tercapai. Proses reflektif inilah yang menjadi
evaluasi diri saya, dan berdasarkan evaluasi diri inilah saya
akan bisa menentukan apa yang seharusnya saya lakukan.

Implikasi lain dari relasi antara LED dan pengembangan prodi


adalah bahwa Renstra, RIP, atau dokumen perencanaan
strategis lainya harus benar-benar mencerminkan pandangan
UPPS tentang rencana masa depannya. Renstra/RIP bukan
hanya “sekedar” dokumen yang tidak jelas substansinya.
Renstra/RIP harus berisi perencanaan yang benar-benar akan
dijalankan.

I.3 Pengukuran kualitas melalui indikator kinerja Pengukuran kualitas melalui indikator
Tujuan dasar akreditasi adalah peningkatan kualitas kinerja adalah salah satu tantangan
penyelenggaraan layanan pendidikan secara berkelanjutan. besar dalam penyusunan LED versi
baru, karena hal ini tidak diminta dalam
Dalam LED, kualitas perlu diperlihatkan dengan cara yang
sistem akreditasi lama. Tantangan ini
tepat. Kualitas dapat digambarkan melalui beberapa atribut muncul ketika penyusun LED harus bisa
seperti: memetakan atribut-atribut kualitas ke
dalam indikator yang sesuai, kemudian
• Efisiensi, menunjukkan kesesuaian antara input dan menjelaskannya secara kontekstual
proses yang dilaksanakan. Efisiensi dapat ditunjukkan pada area yang menjadi fokus. Untuk
melalui peran dan kinerja manajemen sumberdaya itu beberapa tips berikut bisa
dalam pelaksanaan proses tersebut. bermanfaat:
• Produktivitas, menunjukkan kesesuaian antara proses
• Penyusun LED harus memahami area
dengan luaran yang dihasilkan. Tingkat produktivitas
yang akan dideskripsikan
umumnya diperlihatkan dengan perbandingan jumlah
kualitasnya.
luaran yang dihasilkan dari suatu proses yang • Definisikan bagaimana kualitas akan
memanfaatkan sumberdaya dengan standar tertentu. dijelaskan (atribut apa yang akan
• Efektivitas, menunjukkan kesesuaian antara tujuan atau digunakan untuk menjelaskan).
sasaran dengan luaran yang dihasilkan. Tingkat • Lakukan pemetaan antara atribut
efektivitas dapat diperlihatkan dengan membandingkan yang digunakan dengan indikator-
tujuan dengan hasil dari proses (termasuk dampak yang indikator kinerja yang sesuai. Perlu
dihasilkan). disadari bahwa tidak semua
• Akuntabilitas, tingkat pertanggungjawaban yang pemetaan bisa dilakukan secara
langsung (direct). Untuk atribut yang
menyangkut bagaimana sumberdaya perguruan tinggi
bersifat abstrak atau kualitatif,
dimanfaatkan dalam upaya dan kegiatan untuk
lakukan proses kuantifikasi dengan
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. membawa makna kualitatif dari
• Kemampuan inovasi, dimaknai sebagai kemampuan atribut ke bentuk representasi yang
UPPS dalam menghasilkan nilai tambah pada luaran bersifat kuantitatif.
program studi yang diakreditasi. • Siapkan data pendukung yang sesuai
dengan indikator kinerja yang
• Suasana akademik, diartikan sebagai tingkat kepuasan
digunakan.
dan motivasi sivitas akademika dalam menyelesaikan
• Lakukan analisis terhadap data
tugasnya untuk mencapai tujuan program studi. indikator kinerja, lalu berikan
penjelasan kontekstual tentang
Tidak semua atribut harus ditunjukkan secara bersamaan. capaian kinerjanya
Beberapa aspek penyelenggaraan prodi biasanya memiliki
kekhasan penonjolan tertentu, sehingga atribut-atribut yang Sebagai contoh, LED ingin
relevan dengan kekhasan itu saja yang perlu dimunculkan. menunjukkan kualitas suasana
Sebagai contoh, penggunaan sumber daya (SDM, kelas, akademik di prodi. Suasana akademik
laboratorium, dana) biasanya dikaitkan dengan efisiensi. Tata yang baik dapat representasikan oleh
pamong dan tata kelola dicirikan dengan akuntabilitas. Proses hubungan yang harmonis antara dosen
dengan mahasiswa (ditunjukkan
pembelajaran yang berorientasi pada pembentukan
misalnya dengan jumlah mahasiswa
kompetensi akan cocok bila diukur suasana akademik dan yang terlibat dalam kegiatan penelitian
efektivitasnya, sementara urusan penelitian, PkM, dan dan PkM dosen), serta prestasi-prestasi
kerjasama biasanya akan dilihat produktivitasnya. dosen dan mahasiswa.

Seperti ditunjukkan pada Gambar 1, akreditasi melibatkan Hal seperti ini yang jarang ditemui
pengukuran untuk mengetahui kondisi masa kini dan kondisi dalam LED versi lama. Data yang ada
yang menjadi tujuan, sehingga atribut-atribut di atas juga kurang dimanfaatkan untuk “bercerita”
perlu diukur. Untuk itu diperlukan indikator-indikator kinerja tentang kondisi prodi yang sebenarnya.
yang merepresentasikan atribut-atribut tersebut. Pada instrumen baru, justru LED harus
banyak mengungkap hal-hal seperti ini.
Cerita tentang diri prodi dan UPPS
Ada atribut yang “mudah diukur”, dalam arti pengukurannya dibangun berdasarkan data yang
bisa dilakukan secara langsung. Contohnya, untuk alasan disusun dalam LKPS, sehingga LKPS
efisiensi, sebuah laboratorium bisa digunakan oleh lebih dari tidak lagi menjadi dokumen yang
satu prodi. Dengan menunjukkan tingkat utilitas yang tinggi “bisu”; ia memberikan bahan bagi
dan penjadwalan yang jelas, efisiensi penggunaan evaluasi diri prodi dan UPPS.
laboratorium tersebut dapat ditunjukkan dengan cepat.

Sebaliknya, ada pula atribut yang sulit untuk diukur secara


langsung. Akuntabilitas, kemampuan inovasi, dan suasana
akademik termasuk sulit diukur secara kuantitatif karena
sifatnya yang abstrak. Pengukuran atribut-atribut tersebut
tidak bisa dilakukan secara langsung, perlu ada proses
kuantifikasi makna atribut ke dalam indikator-indikator yang
lebih operasional. Pengukuran akuntabilitas misalnya, bisa
menggunakan data capaian prodi dan membandingkannya
dengan data sumber daya yang digunakan untuk
menghasilkan capaian tersebut. Jika dapat ditunjukkan bahwa
sumber daya yang tersedia diarahkan sepenuhnya untuk
menghasilkan capaian, maka dapat dikatakan bahwa
penggunaan sumber daya tersebut akuntabel.

I.4 Tahapan penyusunan evaluasi diri


Penyusunan LED dapat menggunakan pendekatan “5i”
(inisiasi, idealisme, informasi, identifikasi dan insepsi).
• Inisiasi menunjukkan prakarsa yang mengawali setiap
rencana. Terkait penyusunan LED, inisiasi bisa berupa
pernyataan visioner dari pimpinan UPPS tentang peran
LED dalam kerangka pengembangan institusi dan prodi
yang diakreditasi.
• Idealisme yang dipadukan dengan ide akan membentuk
rencana. Penyusunan LED perlu didasari oleh landasan-
landasan filosofis yang membangun idealisme sebagai
pondasi pengembangan institusi dan prodi.
• Informasi adalah bahan kajian dan analisis yang
digunakan untuk mengambil kesimpulan atau
menentukan keputusan.
• Identifikasi adalah proses penting dalam penyusunan LED,
dilakukan untuk mengenali isu-isu strategis, permasalahan
yang dihadapi, peluang-peluang solusi, dan hal-hal lainnya
yang bisa dijadikan pertimbangan untuk menentukan
tujuan dan arah pengembangan.
• Insepsi adalah titik awal yang menandai proses
pengembangan. Dalam hal ini, UPPS dapat menyampaikan
rangkuman rencana pengembangan secara ringkas.

Secara operasional, proses penyusunan LED dilakukan melalui


langkah-langkah sebagai berikut:
Pada instrumen lama, banyak
penyusunan borang yang dibantu oleh
1) Penetapan Tim Penyusun LED. Tim Penyusun LED konsultan. Konsultan biasanya
sebaiknya menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Tim mengarahkan tentang konten borang
Penyusun LKPS. Harus ada anggota tim yang benar-benar dan penyajiannya sehingga sesuai
memahami apa yang terjadi di UPPS dan prodi yang dengan praktek-praktek baik yang
diakreditasi. Ini berarti pejabat struktural UPPS dan prodi dijelaskan pada panduan penyusunan
(Dekan/Wadek, Ketua Jurusan/Departemen, dan Kaprodi) borang.
perlu terlibat langsung dalam penyusunan substansi LED.
Penyusunan LED tidak bisa dibebankan sepenuhnya ke Pada instrumen baru, peran konsultan
diramalkan akan bergeser. Konsultan
orang yang tidak mengerti tentang proses bisnis
akan diminta untuk membantu dalam
pendidikan tinggi secara utuh (tendik atau dosen-dosen hal-hal yang lebih subtle (terlihat
yunior misalnya). Komposisi tim juga perlu samar) tetapi esensial, semacam
mempertimbangkan urusan dan kewenangan. Jika urusan identifikasi dan analisis. Aktivitas ini
akademik ditangani prodi dan urusan sumber daya memerlukan pemahaman yang baik
ditangani UPPS, maka keanggotaan tim harus melibatkan tentang UPPS dan prodi yang
kedua unit tersebut. diakreditasi, sehingga diramalkan
2) Penyusunan jadwal. Peraturan BAN-PT mensyaratkan hanya orang-orang yang benar-benar
usulan akreditasi harus sudah disampaikan ke BAN-PT memahami business process di
minimal 6 bulan sebelum masa akreditasi habis. Karena pendidikan tinggi yang dapat
memberikan konsultasi yang baik.
belum ada yang berpengalaman menyusun LED pada
instrumen baru, maka perlu tenggang waktu yang lebih
lama untuk menyiapkannya. Dengan ritme kerja yang Pembagian tugas yang biasa dilakukan
konsisten, diperkirakan perlu waktu 3-6 bulan untuk dalam penyusunan borang versi lama
menyusun LED versi baru. Dengan demikian, penyusunan (tugas dibagi per standar) tidak cocok
LED harus sudah dimulai kira-kira setahun sebelum masa diterapkan untuk instrumen baru,
berlaku akreditasi saat ini habis. karena cara lama tidak mendukung
keterpaduan dan komprehensivitas
LED. Masing-masing penyusun hanya
bekerja di lingkupnya masing-masing,
3) Pembagian kerja. Dengan sifat LED yang berorientasi pada apalagi bila tidak ada proses
analisis berbasis data, maka usulan pembagian kerja pada penyelarasan di akhir penyusunan.
tim penyusun adalah sebagai berikut: Pada akhirnya potensi terjadinya
a. Pengelola data. Para pengelola data ini adalah orang- inkonsistensi dan ketidakpaduan akan
membesar.
orang yang memiliki sense kuat terhadap data dan
informasi, yang ditugasi untuk mencari,
mengorganisir, mendokumentasikan, dan menjamin
aksesibilitas data yang digunakan dalam penyusunan
LED. Persyaratan memiliki sense data yang kuat ini
mutlak diperlukan karena data adalah bahan dari
berbagai analisis yang dilakukan dalam penyusunan
LED. Berlaku prinsip GIGO, garbage in garbage out;
data yang buruk akan menghasilkan LED yang buruk
pula.
b. Analis. Fungsi ini dijalankan oleh orang-orang yang
memiliki pemahaman tentang proses-proses bisnis di
perguruan tinggi, baik akademik maupun
administratif. Mereka harus memiliki kemampuan
memandang dengan kacamata holistik dan
komprehensif, dan mampu melihat relasi-relasi saling
pengaruh antar proses dalam penyelenggaraan prodi
dan UPPS. Seorang analis bisa ditugasi untuk
menyusun satu atau lebih item, tetapi untuk tiap
item, dia harus mampu melihatnya dalam perspektif
yang luas.
c. Penjamin mutu. Karena sifat cross-sectoralnya tinggi
dan melibatkan banyak orang, penyusunan LED perlu
ditempatkan dalam kerangka penjaminan mutu
dokumen yang memastikan kebenaran, akurasi,
konsistensi, kedalaman, dan keterpaduan isinya.
Penjamin mutu adalah orang yang menyelaraskan
semua komponen LED sehingga dokumen tersebut
menjadi sebuah orkestrasi tulisan yang nyaman untuk
dibaca.
4) Pengumpulan dan analisis data. Proses ini biasanya
dilakukan secara berulang (iteratif) dan sangat tergantung
pada kualitas pengarsipan dokumen dan manajemen data.
5) Penulisan LED, sebaiknya dilakukan secara terpusat
(dilakukan oleh 1 orang yang memang ditugasi khusus
untuk menulis, atau jika ada lebih dari 1 penulis, ada
editor naskah yang khusus ditunjuk) dan terbimbing
(penulisan dilakukan dengan pengawasan dari anggota
penjamin mutu). Proses penulisan juga biasanya dilakukan
dalam beberapa iterasi, dengan tiap iterasi bertujuan
mengakomodasi masukan-masukan perbaikan dan
penyempurnaan.
6) Sosialisasi. Setelah dokumen LED selesai ditulis, perlu ada
sosialisasi kepada segenap pemangku kepentingan. Selain
untuk menjaring masukan, sosialisasi juga bertujuan untuk
mendapatkan kepercayaan dan penerimaan dari mereka.
Buy-in dan rasa kepemilikan pemangku kepentingan
adalah modal utama dalam pelaksanaan rencana
pengembangan yang disusun dalam LED.

I.6 Prinsip-prinsip penting dalam evaluasi diri


Menurut Panduan Penyusunan LED yang dikeluarkan BAN-PT,
LED yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

• Kejujuran. Poin pertama dan yang paling utama: LED yang


disusun secara tidak jujur hanya akan membuang waktu
saja karena apapun yang dilakukan setelah itu akan
berdasarkan pada fakta yang tidak benar.
• Penyusunannya melibatkan seluruh pemangku
kepentingan. LED merepresentasikan kepentingan seluruh
sivitas akademika di prodi dan UPPS. Sebelum
penyusunannya dimulai, perlu direncanakan lebih dulu
bagaimana keterlibatan dan kontribusi para pemangku
kepentingan dapat diakomodasi.
• Keserbacakupan. Keluasan dan kelengkapan berbicara
tentang lingkup LED: seberapa dalam dan luas sebuah isu
dikemukakan, dianalisis, dan didiskusikan. Tidak ada
pedoman yang rigid untuk masalah ini, tetapi aturan
umumnya adalah “seperlunya, secukupnya” yang
ditentukan oleh relevansi dan tingkat kepentingan
(urgensi) isu tersebut.
• Kualitas data. Seperti telah dijelaskan sebelumnya,
kualitas data menentukan analisis dan keputusan yang
diambil.
• Kedalaman analisis, berkaitan dengan kedalaman
penggalian untuk menemukan relasi-relasi yang tidak
nampak di permukaan. LED yang baik adalah LED yang
mampu memunculkan insights dan fakta-fakta yang lebih
mendasar berdasarkan data yang ada.
• Inovasi. Perguruan tinggi bukan institusi yang terisolir dari
dunia luas dengan berbagai dinamikanya. Dengan
perubahan yang begitu cepat, terkadang diperlukan
langkah-langkah strategis yang out-of-the-box.
• Rencana pengembangan. Setelah LED selesai disusun,
bagian penting selanjutnya adalah menyusun rencana
pengembangan (RP). RP adalah konsekuensi logis dari
LED, semua yang dikemukakan di dalam RP selalu dapat
dijelaskan berdasarkan informasi dalam LED. Ada 2 jenis
RP: ekspansif dan konsolidatif. RP ekspansif lebih agresif
daripada RP konsolidatif, pemilihan keduanya ditentukan
oleh hasil analisis dan tentu saja oleh kesepakatan unsur-
unsur di UPPS dan/atau prodi.
BAB II Penyusunan Laporan Evaluasi Diri

Bab ini menjelaskan tentang penyusunan LED. Sebelum


membicarakan detil tiap komponen, akan dibahas dulu tentang
konstruksi dokumen LED dan elemen-elemennya.

II.1 Struktur Laporan Evaluasi Diri Untuk lebih memperjelas uraian


Sesuai dengan Panduan Penyusunan LED BAN-PT, struktur LED tentang penyusunan LED, digunakan
adalah sebagai berikut: skenario rekaan yang berfungsi
sebagai contoh kasus.
I. PENDAHULUAN Deskripsi skenario:
A. Dasar Penyusunan Sebuah sekolah tinggi bidang
B. Tim Penyusun dan Tanggung Jawabnya komputer dan informatika, STMIK X,
C. Mekanisme Kerja Penyusunan memiliki beberapa prodi, dan salah
II. LAPORAN EVALUASI DIRI satunya adalah Prodi Game
A. Kondisi Eksternal Komputer (GK) Sebagai sebuah prodi
B. Profil Unit Pengelola Program Studi yang bersifat kontemporer, Prodi GK
i. Sejarah UPPS dan Prodi berambisi untuk menjadi salah satu
ii. Visi, Misi, Tujuan, Strategi, dan Tatanilai trendsetter nasional dalam
penyediaan SDM di bidang industri
iii. Organisasi dan Tatakerja
game komputer.
iv. Mahasiswa dan Lulusan Prodi GK didukung oleh dosen dalam
v. Dosen dan Tenaga Kependidikan jumlah dan kualifikasi yang cukup,
vi. Keuangan, Sarana, dan Prasarana tetapi karena game komputer adalah
vii. Sistem Penjaminan Mutu bidang baru, belum ada satupun
viii. Kinerja UPPS dan Prodi dosen yang memiliki keahlian asli
C. Kriteria (native) di bidang itu. Fasilitas
i. Visi, Misi, Tujuan, dan Strategi pendukungpun (laboratorium,
ii. Tatakelola, Tatapamong, dan Kerjasama perpustakaan, dll) masih bersifat
iii. Mahasiswa generik di bidang komputer, belum
ada yang spesifik mengarah ke
iv. Sumber daya manusia
pengembangan keilmuan di bidang
v. Keuangan, Sarana, dan Prasarana game komputer.
vi. Pendidikan
vii. Penelitian Skenario ini menggambarkan sebuah
viii. Pengabdian kepada Masyarakat keinginan progresif (diwakili oleh
ix. Luaran dan Capaian Tridarma prodi) yang berada di bawah naungan
D. Analisis dan Penetapan Program Pengembangan institusi UPPS yang konvensional
UPPS dan Prodi yang Diakreditasi (diwakili oleh STMIK X).
III. PENUTUP

Mengacu kembali pada Gambar 1 yang menggambarkan


pandangan UPPS terhadap pengembangan institusi yang
berbasis pada 3 hal: kondisi saat ini, kondisi masa depan
sebagai tujuan yang diharapkan, dan strategi/langkah untuk
mencapai tujuan, maka konstruksi susunan LED secara garis
besar dapat digambarkan pada Gambar 2. Komponen-
komponen pada Gambar 2 menunjukkan 9 kriteria LED.
Komponen VMTS (kriteria 1) menunjukkan cita-cita atau tujuan
yang ingin dicapai di masa depan. Selanjutnya kriteria 2 sd 9
adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pencapaian
visi. Penjelasan pada masing-masing kriteria tersebut secara
umum harus diarahkan pada visi yang ditetapkan: bagaimana
peran tata pamong dan tata kelola, kerjasama, pengelolaan dan
layanan kemahasiswaan, SDM, sistem keuangan dan sarana
prasarana, penelitian, dan PkM dalam mendukung pencapaian
visi.

Gambar 2. Konstruksi dokumen LED

Jika kriteria 1 (VMTS) menjelaskan tentang kondisi yang ingin


dicapai, bagaimana menjelaskan tentang kondisi saat ini? Di
sinilah peran LKPS. LKPS berisi berbagai data yang diukur pada
periode TS-2 sampai dengan TS. Data ini menjadi bahan bagi
uraian tentang kondisi yang dialami saat ini, yang deskripsinya
dituliskan pada tiap kriteria LED.

Dari struktur LED seperti dijelaskan sebelumnya, bagian yang


paling penting adalah II.C (Kriteria) karena pada bagian inilah
basis analisis dan evaluasi diri diletakkan. Untuk tiap kriteria (I
sd ix), diuraikan hal-hal sebagai berikut:

• Kriteria I: latar belakang, kebijakan, strategi pencapaian,


indikator kinerja utama, indikator kinerja tambahan,
evaluasi capaian kinerja, dan simpulan hasil evaluasi
• Kriteria ii sd viii: latar belakang, kebijakan, standar
perguruan tinggi dan strategi pencapaian standar, indikator
kinerja utama, indikator kinerja tambahan, evaluasi capaian
kinerja, penjaminan mutu, kepuasan pengguna, dan
simpulan hasil evaluasi
• Kriteria ix: indikator kinerja utama, indikator kinerja
tambahan, evaluasi capaian kinerja, penjaminan mutu
luaran, kepuasan pengguna, dan simpulan hasil evaluasi
ketercapaian standar luaran dan tindak lanjut.

Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa inti LED adalah sebuah


matriks (Gambar 3) yang mengaitkan 9 kriteria akreditasi
dengan elemen-elemen deskriptifnya. Tiap elemen deskriptif
menjelaskan sebuah aspek tertentu dari kriteria yang dibahas.
Indikator Kinerja Tambahan
Indikator Kinerja Utama

Evaluasi Capaian Knerja

Simpulan hasil evaluasi


Kepuasan Pengguna
Strategi pencapaian
Kriteria Akreditasi

Penjaminan Mutu
Latar belakang

Kebijakan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)


i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
Gambar 3. Matriks deskripsi evaluasi diri

Dua elemen deskriptif penting dalam Gambar 2 di atas adalah


Indikator Kinerja Utama dan Indikator Kinerja Tambahan.
Indikator Kinerja Utama (IKU) adalah indikator yang secara
langsung terkait dan dapat digunakan untuk mengukur kinerja
dalam sebuah aspek tertentu. IKU wajib disediakan dan
dijelaskan dalam LED.

Indikator Kinerja Tambahan (IKT) adalah indikator-indikator


tambahan yang ditetapkan oleh perguruan tinggi, digunakan
untuk mengukur aspek-aspek kinerja tambahan yang
Sebagai ilustrasi, Prodi GK memiliki
ditetapkan perguruan tinggi untuk melebihi standar nasional visi menjadi trendsetter nasional.
pendidikan tinggi (SN-Dikti). IKT bersifat khas dan bisa berbeda Salah satu wujudnya adalah
antar perguruan tinggi. penelitian-penelitian yang dihasilkan
paling tidak mampu menembus ke
Sebagaimana diketahui SN-Dikti yang ditetapkan melalui jurnal nasional terakreditasi. Standar
Permenristekdikti 44/2015 adalah standar minimal yang harus nasional pendidikan tinggi (SN-Dikti)
dipenuhi oleh setiap penyelenggaraan pendidikan tinggi di terkait penelitian tidak mengatur
Indonesia. SN-Dikti yang terdiri dari SN Pendidikan, SN tentang capaian ke jurnal nasional
terakreditasi, tetapi ini bisa dijadikan
Penelitian, dan SN-PkM dijadikan dasar bagi pembukaan dan
sebagai indikator kinerja tambahan
penyelenggaraan program studi. Karena tujuannya sebagai
bagi Prodi GK. Dengan
peletak dasar, maka sifat SN-Dikti memang mendefinisikan hal- didefinisikannya publikasi jurnal
hal normatif yang menjadi sendi-sendi utama yang diperlukan nasional terakreditasi sebagai IKT,
untuk dapat mencapai tujuan pendidikan nasional. Tidak ada maka menjadi kewajiban Prodi GK
hal-hal spesifik, tidak ada bells-and-whistles yang menunjukkan untuk memenuhinya.
arah, minat, dan visi tertentu yang muncul dari sebuah prodi.
Gap inilah yang kemudian diisi oleh standar perguruan tinggi
yang indikatornya dijelaskan dalam IKT.
Matriks pada Gambar 3 dibaca secara mendatar, tiap baris
berisi deskripsi komprehensif terhadap sebuah kriteria
tertentu. Secara keseluruhan, elemen-elemen deskriptif terkait
sebuah kriteria membangun sebuah penjelasan holistik dan
logis tentang perjalanan pengembangan institusi dalam
mencapai visi dan tujuannya. Gambar 4 menunjukkan hal ini.

Gambar 4. Pengembangan institusi dalam kerangka elemen- Sebagai ilustrasi, Prodi GK memiliki
elemen deskriptifnya visi sebagai trendsetter nasional.
Untuk mencapainya, Prodi GK
Tabel berikut ini menjelaskan hal yang sama dengan yang memandang unsur SDM dosen
dijelaskan pada Gambar 4, hanya caranya melalui pertanyaan- adalah komponen yang sangat
pertanyaan substansi yang perlu dijelaskan dalam elemen- penting. Untuk itu Prodi GK merasa
elemen deskriptif pada tiap kriteria. Perhatikan bahwa secara perlu untuk menetapkan standar-
keseluruhan jawaban atas semua pertanyaan tersebut akan standar terkait dosen, misalnya
membentuk sebuah “cerita” yang koheren tentang bagaimana standar untuk kualifikasi akademik,
sertifikasi keahlian, dan paten/HaKI di
kriteria tersebut disiapkan untuk mendukung tercapainya visi
bidang game komputer. Dari uraian
dan tujuan. ini, substansi tiap elemen deskriptif
pada kriteria SDM secara garis besar
Elemen Pertanyaan Substansi adalah sebagai berikut:
Deskriptif
Latar UPPS dan prodi menyiapkan standar terkait kriteria, Elemen Substansi deskripsi
belakang dalam upaya pencapaian visi/tujuan. Mengapa Deskriptif
standar tersebut penting? Apa tujuan penetapan Latar Penjelasan tentang
standar tersebut, dikaitkan dengan pencapaian visi? belakang pentingnya kualifikasi
Kebijakan Kebijakan apa yang ditetapkan untuk mendukung akademik, sertifikasi
terwujudnya standar yang telah ditetapkan? keahlian, dan paten.
Kebijakan Contoh kebijakan:
Strategi Strategi apa yang perlu ditetapkan agar kebijakan di
Tiap dosen harus
pencapaian atas bisa dijalankan? memiliki keahlian
IKU IKU apa yang digunakan untuk mengukur spesifik dalam bidang
ketercapaian tujuan (keterwujudan standar)? GK yang didukung oleh
IKT IKT apa yang digunakan untuk mengukur keilmuan yang matang.
ketercapaian tujuan (keterwujudan standar)? Strategi Contoh strategi
Evaluasi Dalam konteks IKU dan IKT, bagaimana capaian pencapaian pencapaian:
kinerja kinerjanya? Adakah keberhasilan-keberhasilan dan 1) Pengiriman studi
lanjut secara terencana,
kegagalan-kegagalan? Apa faktor-faktor pendukung
2) Program sertifikasi
dan penghambatnya? keahlian bidang GK,
Penjaminan Mekanisme penjaminan mutu (siklus PPEPP) seperti 3) Insentif untuk karya
mutu apa yang diperlukan agar standar dapat yang mendapatkan
diwujudkan/tercapai? paten atau HaKI.
Kepuasan Dengan kinerja yang diperoleh, seberapa tingkat IKU Kualifikasi akademik
pengguna kepuasan pengguna? (sesuai IKU yang
ditetapkan BAN-PT)
IKT 1) Sertifikasi keahlian
Gambar 5. Checklist untuk koherensi deskripsi sebuah kriteria 2) Paten/HaKI
Evaluasi Analisis ketercapaian
kinerja kinerja sesuai dengan
Sebagai sebuah “cerita”, sel-sel dalam sebuah baris pada IKU dan IKT, termasuk
matriks di Gambar 3 harus konsisten dan saling mendukung. identifikasi faktor-
Penjelasan pada tiap elemen deskriptif harus gayut satu sama faktor pendukung dan
lain. Jika ada fakta yang menunjukkan inkonsistensi deskripsi, penghambat.
harus ada bahasan dan analisis yang menjelaskan rasionalnya. Penjaminan Siklus PPEPP untuk
mutu pengembangan dosen
Sebagai contoh, kolom-kolom (4), (5), dan (8) semestinya harus (studi lanjut, sertifikasi
selaras dengan kolom (2) dan (3). Jika ada deskripsi dalam (4), kompetensi, dan
(5), atau (8) yang tidak selaras, berarti ada masalah. Masalah ini penciptaan karya-karya
harus diidentifikasi dan dianalisis dalam (6) dengan berpotensi paten/HaKI).
Kepuasan Kepuasan dosen
memperhatikan deskripsi dalam (7).
pengguna terhadap upaya
pengembangan
berbasis standar yang
ditetapkan.

II.2 Bagian PENDAHULUAN


Bagian ini terdiri dari 3 sub bagian: Dasar Penyusunan, Tim Jika ada kondisi-kondisi khas yang
Penyusun, dan Mekanisme Kerja. melatarbelakangi penyusunan LED,
maka hal itu perlu diuraikan pada
bagian Dasar Penyusunan. Sebagai
Bagian Dasar Penyusunan berisi kebijakan tentang penyusunan contoh, dalam skenario di atas,
evaluasi diri di UPPS, termasuk tujuan dilakukannya munculnya pandangan progresif
penyusunan LED. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dalam wadah konvensional perlu
UPPS perlu menjelaskan pandangannya terhadap posisi dan dibahas secara memadai, termasuk
peran LED dalam rancangan pengembangan yang akan misalnya rasional yang dipilih ketika
dilakukan. memutuskan membuka prodi GK.

Bagian Tim Penyusun menjelaskan susunan tim penyusun LED


beserta buktinya (Surat Keputusan atau sejenisnya) dan Terkait keterlibatan pemangku
kepentingan, substansinya mirip
pembagian tugasnya. Pada bagian ini dijelaskan juga
dengan butir 1.1.a pada borang lama.
keterlibatan pemangku kepentingan internal dan eksternal
dalam penyusunan LED.

Bagian Mekanisme Kerja berisi uraian tentang tata dan Penjelasan dapat disampaikan secara
mekanisme kerja penyusunan dokumen LED, mencakup ringkas menggunakan diagram proses
penggalian data, verifikasi dan validasi data, analisis data, yang menunjukkan aktivitas, aktor,
identifikasi permasalahan, dan penyusunan rencana dan aliran aktivitas.
pengembangan.

II.3 Laporan Evaluasi Diri

Bagian utama LED diawali dengan penjelasan tentang kondisi Pada contoh Prodi GK, pasti ada
eksternal. Kondisi eksternal meliputi lingkungan mikro maupun kondisi-kondisi eksternal yang khas
makro, baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional. dan penting untuk dijelaskan,
Lingkungan makro mencakup aspek-aspek politik, ekonomi, misalnya, faktor-faktor eksternal apa
yang pengaruhnya begitu kuat
sosial, budaya, perkembangan iptek, dan sebagainya.
sehingga STMIK X merasa perlu untuk
Lingkungan mikro terkait isu-isu di bidang pendidikan tinggi, membentuk Prodi GK.
seperti persaingan mendapatkan mahasiswa, perguruan tinggi
asing, PJJ, kebutuhan dunia usaha/industri, dan sebagainya.
Bagian ini berfungsi sebagai ‘landscape’ yang menjadi latar
belakang penyusunan LED. Positioning UPPS dalam landscape
ini perlu dijelaskan dalam kaitannya dengan ekstistensi dan
pengembangannya.

Bagian selanjutnya menjelaskan tentang Profil UPPS. Pada


bagian ini dijelaskan hal-hal sebagai berikut:

• Sejarah UPPS. Penjelasan meliputi tonggak-tonggak waktu


(milestones) yang terkait legalitas UPPS (kapan berdiri,
kapan melahirkan prodi-prodi, kapan terakreditasi, dan
sebagainya).
• Visi, misi, tujuan, strategi, dan tata nilai. Jika perguruan
tinggi memiliki nilai-nilai dasar yang khas, bisa
dideskripsikan di bagian ini.
• Organisasi dan tata kerja. Bagian ini menjelaskan secara
ringkas struktur organisasi, tata kerja, dan tupoksi.
• Mahasiswa dan lulusan. Bagian ini berisi uraian singkat
tentang jumlah mahasiswa dan lulusan, prestasi-prestasi
mereka, dan kinerja lulusan dari prodi yang diakreditasi.
• Dosen dan tenaga kependidikan. Bagian ini menjelaskan
tentang jumlah dan kualifikasi dosen dan tendik, kecukupan
dan kinerjanya, serta prestasi-prestasi mereka.
• Keuangan, sarana, dan prasarana. Bagian ini menjelaskan
tentang kecukupan, kelayakan, kualitas, dan aksesibilitas
sumberdaya keuangan, sarana dan prasarana.
• Sistem penjaminan mutu. Bagian ini menjelaskan secara
ringkas tentang implementasi penjaminan mutu sesuai
dengan kebijakan, organisasi, dan instrumen yang
dikembangkan oleh perguruan tinggi. Deskripsi bisa
diungkapkan menggunakan siklus PPEPP.
• Kinerja UPPS. Prestasi dan capaian yang monumental dari
UPPS dan prodi bisa dijelaskan pada bagian ini.

Uraian tentang prodil UPPS cukup disampaikan secara ringkas.


Tidak perlu berpanjang lebar karena detil data sudah
disampaikan pada dokumen LKPS, dan analisis rincinya
dijelaskan pada bagian Kriteria.

II.4. Kriteria
Bagian ini adalah inti dari LED. Ada 9 kriteria yang harus
dijelaskan menggunakan 6 sampai 9 elemen deskriptif.

II.4.1 Visi, Misi, Tujuan, dan Strategi

Latar Belakang Perlu dijelaskan keterkaitan antara


Bagian ini menjelaskan latar belakang, tujuan, rasional, dan visi perguruan tinggi dan visi UPPS,
mekanisme penetapan visi, misi, tujuan, dan strategi (VMTS) serta keterkaitan antara visi keilmuan
UPPS yang mencerminkan visi perguruan tinggi dan memayungi prodi yang diakreditasi dan
kurikulumnya.
visi keilmuan prodi yang diakreditasi, serta rencana
strategisnya.
Kebijakan Dokumen-dokumen yang terkait
Bagian ini memuat deskripsi dokumen formal kebijakan yang dengan kebijakan penyusunan,
mencakup: penyusunan, penetapan, evaluasi, sosialisasi, dan penetapan, evaluasi, sosialisasi dan
implementasi VMTS ke dalam program pengembangan UPPS implementasi VMTS. Sangat mungkin
hal-hal ini dijelaskan secara terpisah-
dan prodi.
pisah dalam beberapa dokumen yang
berbeda.
Hal yang perlu dijelaskan adalah bagaimana UPPS secara formal
mengawal penyusunan, penetapan, evaluasi, sosialisasi dan
implementasi VMTS, sehingga proses-proses tersebut benar-
benar dapat menghasilkan VMTS yang terbaik bagi UPPS dan
prodi.

Strategi Pencapaian Informasi ini biasanya terdapat dalam


Bagian ini menjelaskan secara komprehensif strategi Renstra, muncul dalam bentuk:
pencapaian visi, misi, dan tujuan (VMT) UPPS. Pada bagian ini sasaran, strategi, indikator, dan
juga harus diuraikan sumber daya yang dialokasikan untuk target-target capaian yang dijabarkan
dalam rentang waktu tertentu.
mencapai visi yang telah ditetapkan serta mekanisme kontrol
Mekanisme kontrol pencapaian
ketercapaiannya. adalah aktivitas-aktivitas yang
menjadi bagian dari proses
penjaminan mutu untuk memastikan
tercapainya tujuan (misal: monev
pencapaian target, evaluasi, dan
rapat tindakan manajemen).

Indikator Kinerja Utama IKU untuk Kriteria 1 bisa berupa


UPPS memiliki rencana pengembangan yang memuat indikator- dokumen Renstra, RIP, atau
indikator kinerja dan target yang ditetapkan untuk mencapai sejenisnya. Pastikan dokumen-
tujuan strategis jangka menengah dan jangka panjang. dokumen ini mengandung indikator
kinerja dan target yang ditetapkan
untuk mencapai tujuan.

Indikator Kinerja Tambahan IKT untuk Prodi GK dapat berupa


Indikator kinerja tambahan adalah indikator VMTS lain yang indikator kinerja yang secara
secara spesifik ditetapkan oleh UPPS yang dapat berupa langsung dapat merepresentasikan
indikator kinerja turunan dari butir-butir Indikator Kinerja ketercapaian visi. Dengan visi sebagai
trendsetter nasional di bidang game
Utama (IKU) yang ada. Data indikator kinerja tambahan yang
komputer, maka IKT untuk Prodi GK
sahih harus diukur, dimonitor, dikaji, dan dianalisis untuk misalnya adalah jumlah karya game
perbaikan berkelanjutan. yang mendapatkan popularitas tinggi.

Evaluasi Capaian Penjelasan bisa dirangkum


Berisi deskripsi dan analisis keberhasilan dan/atau berdasarkan rencana pengembangan:
ketidakberhasilan pencapaian VMTS yang telah ditetapkan. kondisi saat ini dibandingkan dengan
Capaian kinerja harus diukur dengan metoda yang tepat, dan kondisi baseline untuk melihat
seberapa jauh kemajuan sudah
hasilnya dianalisis serta dievaluasi. Analisis dan evaluasi
dibuat. Kondisi saat ini juga bisa
terhadap capaian kinerja harus mencakup identifikasi akar dibandingkan dengan sasaran di akhir
masalah, faktor pendukung keberhasilan dan faktor periode visi, untuk melihat seberapa
penghambat ketercapaian VMTS di UPPS. panjang perjalanan masih harus
dilanjutkan.
Besar kemungkinan pada saat LED disusun, periode visi masih
belum berakhir, artinya visi masih belum tercapai. Jika hal ini
terjadi, maka capaian yang dijelaskan adalah capaian sampai
saat itu. Bahasan bisa meliputi seberapa jauh kemajuan sudah
dicapai, dan seberapa jauh lagi perjalanan masih harus
dilanjutkan. Karena yang dibahas adalah capaian visi, maka
pembahasannya lebih bersifat holistik, bukan item-by-item.
Capaian kinerja direpresentasikan dengan indikator yang bisa
mewakili kemajuan pencapaian visi, dan diukur dengan metode
yang tepat. Hasilnya dianalisis secara mendalam, termasuk
mengidentifikasi akar permasalahan, faktor pendukung, dan
faktor penghambat. Intinya bagian ini menunjukkan sejauh
mana, pada level yang menyeluruh, UPPS telah berhasil
mewujudkan keinginan-keinginan dan mencapai tujuannya.

Simpulan Hasil Evaluasi


Bagian ini menjelaskan ringkasan pemosisian, masalah dan akar
masalah, serta rencana perbaikan dan pengembangan UPPS
dan program studi dalam konteks VMTS.

II.4.2 Tata Pamong, Tata Kelola, dan Kerjasama


Menurut Indrajit [4], tata pamong dapat disamakan sebagai
governance yang secara makna memiliki tingkatan yang lebih
filosofis. Tata pamong merujuk pada struktur, mekanisme, dan
proses yang secara mendasar mengarahkan dan mengendalikan
berbagai upaya, program, dan kegiatan dalam rangka
perwujudan visi. Di sisi lain, tata kelola berada pada dimensi
yang lebih operasional, lebih dekat dengan urusan manajemen.
Tata kelola berurusan dengan aturan, kebijakan, dan prosedur
terkait bagaimana sumber daya dialokasikan dan digunakan
dalam berbagai kegiatan operasional.

Latar Belakang
Bagian ini mencakup latar belakang, tujuan, dan rasional
penentuan strategi pencapaian standar pendidikan tinggi yang
ditetapkan perguruan tinggi terkait tata kelola, tata pamong,
dan kerjasama, yang mencakup: sistem tata pamong,
kepemimpinan, sistem penjaminan mutu, dan kerjasama. Tata
pamong merujuk pada struktur organisasi, mekanisme, dan
proses bagaimana UPPS dan program studi yang diakreditasi
dikendalikan dan diarahkan untuk mencapai visinya. Tata
pamong juga harus mengimplementasikan manajemen risiko
untuk menjamin keberlangsungan UPPS dan program studi
yang diakreditasi. Pada bagian ini harus dideskripsikan
perwujudan tata pamong yang baik (good governance), sistem
pengelolaan, sistem penjaminan mutu, dan kerjasama di UPPS
dan program studi yang diakreditasi.

Perlu dipahami bahwa tata pamong, tata kelola, dan kerjasama


yang dijelaskan pada kriteria ini mencakup seluruh aspek dan
elemen dalam penyelenggaraan UPPS dan prodi. Uraiannya
harus mencakup bagaimana aspek-aspek akademik dan non-
akademik diarahkan, dikendalikan, dan diatur, termasuk
elemen-elemen pendukung yang terlibat di dalamnya: SDM,
sarana dan prasarana, keuangan. Gambar 5 menunjukkan
cakupan bahasan kriteria tata pamong, tata kelola, dan
kerjasama.

SDM (dosen & tendik)

Sarana dan prasarana

Keuangan
Pendidikan
Penelitian
Pengabdian kepada
Masyarakat
Layanan-layanan
...

Gambar 5. Cakupan bahasan kriteria tata pamong, tata kelola,


dan kerjasama

Penjelasan pada bagian Indikator Kinerja Utama, terutama yang


terkait dengan sistem pengelolaan fungsional dan operasional
serta sistem penjaminan mutu perlu menunjukkan keluasan
cakupan seperti diilustrasikan pada Gambar 5. Penjaminan
mutu misalnya, tidak hanya diberlakukan untuk urusan
pembelajaran saja, tetapi juga pada penelitian, PkM,
penyediaan layanan, pengelolaan SDM, pengelolaan sarana
prasarana, dan keuangan.

Kebijakan Beberapa contoh dokumen:


Bagian ini berisi deskripsi dokumen formal kebijakan dan
standar pengembangan tata kelola dan tata pamong, legalitas • Statuta perguruan tinggi
organisasi dan tata kerja yang ditetapkan oleh perguruan tinggi, • SK-SK tentang tata pamong dan
sistem pengelolaan, sistem penjaminan mutu, dan kerjasama tata kelola
• SK-SK dan pedoman tentang
yang diacu oleh UPPS.
penjaminan mutu
• SK-SK dan pedoman tentang
kerjasama

Strategi Pencapaian Peran pimpinan UPPS dan prodi


Bagian ini menjelaskan strategi UPPS dalam mewujudkan sangat penting dalam penyusunan
standar tata pamong, tata kelola, dan kerjasama yang bagian ini, karena melibatkan
diinginkan. Perlu dijelaskan pula sumber daya yang digunakan keputusan-keputusan eksekutif
(executive decisions) berupa arahan,
dan mekanisme kontrol pencapaiannya.
pengendalian, dan pengelolaan
organisasi UPPS dan prodi.

Indikator Kinerja Utama Informasi untuk memenuhi IKU ini


a) Sistem Tata Pamong bisa diperoleh dari sumber-sumber
1) Ketersediaan dokumen formal tata pamong dan tata yang digunakan untuk menyusun
kelola serta bukti yang sahih dari implementasinya. Standar 2 APT dan APS.
2) Ketersediaan dokumen formal struktur organisasi dan
tata kerja UPPS beserta tugas pokok dan fungsinya. Selain menjelaskan ketersediaan
dokumen-dokumen yang diminta,
3) Ketersediaan bukti yang sahih terkait praktik baik
akan lebih baik pula jika dijelaskan
perwujudan good governance, mencakup 5 pilar hubungan antara satu dokumen
yaitu: kredibilitas, transparansi, akuntabilitas, dengan dokumen lainnya dalam
tanggung jawab, dan berkeadilan. kerangka membangun sistem tata
4) Ketersediaan dokumen formal dan bukti pamong, tata kelola, dan kerja sama.
keberfungsian sistem pengelolaan fungsional dan Dengan demikian dokumen-dokumen
operasional di tingkat UPPS yang meliputi tersebut dipandang sebagai
perencanaan (planning), pengorganisasian komponen-komponen pembangun
(organizing), penempatan personil (staffing), yang terintegrasi, tidak berdiri secara
pengarahan (leading), dan pengawasan (controlling). sendiri-sendiri. Menunjukkan
komprehensivitas ini penting karena
tata pamong dan tata kelola secara
b) Kepemimpinan alamiah memiiki sifat komprehensif.
Ketersediaan bukti yang sahih tentang efektivitas
kepemimpinan di UPPS dan program studi, yang Salah satu kelemahan di banyak
mencakup 3 aspek berikut: perguruan tinggi adalah pada aspek
1) Kepemimpinan operasional, ditunjukkan melalui penjaminan mutu. Dalam kerangka
kemampuan menggerakkan seluruh sumber daya PPEPP (penetapan, pelaksanaan,
internal secara optimal dalam melaksanakan evaluasi, pengendalian, dan
tridharma menuju pencapaian visi. peningkatan) yang diterapkan ke
2) Kepemimpinan organisasional, ditunjukkan melalui standar pendidikan tinggi, siklus ini
belum dijalankan secara penuh,
kemampuan dalam menggerakkan organisasi dan
khususnya pada “P” terakhir
mengharmonisasikan suasana kerja yang kondusif (perbaikan/peningkatan). Siklus
untuk menjamin tercapainya VMTS. penjaminan mutu yang dijalankan
3) Kepemimpinan publik, ditunjukkan melalui berhenti pada monitoring dan
kemampuan dalam menjalin kerjasama yang evaluasi, tetapi hasil evaluasi belum
menjadikan program studi menjadi rujukan bagi ditindaklanjuti untuk menghasilkan
masyarakat di bidang keilmuannya. perbaikan atau peningkatan yang
diharapkan.
c) Sistem Penjaminan Mutu
Implementasi sistem penjaminan mutu, minimal Dalam instrumen baru ini,
penjaminan mutu mendapatkan
mencakup:
perhatian yang sangat penting.
1) Keberadaan unsur pelaksana penjaminan mutu Dalam penilaian, butir tentang
internal yang berlaku pada UPPS yang didukung penjaminan mutu menentukan
dokumen formal pembentukannya. apakah sebuah prodi dapat diberi
2) Keterlaksanaan penjaminan mutu program studi yang status terakreditasi atau tidak (harus
sesuai dengan kebijakan, manual, standar, dan bernilai minimal 2.0 untuk dapat
dokumen penjaminan mutu lainnya. diberikan status terakreditasi).
3) Ketersediaan bukti sahih efektivitas pelaksanaan Menurut matriks penilaian, nilai 2.0
penjaminan mutu sesuai dengan siklus penetapan, baru bisa didapatkan jika: 1) tersedia
pelaksanaan, evaluasi, pengendalian, dan perbaikan dokumen legal pembentukan unsur
pelaksana penjaminan mutu, 2)
berkelanjutan (PPEPP).
tersedia dokumen-dokumen mutu,
dan 3) terselenggaranya siklus
d) Kerjasama PPEPP. Ini berarti, salah satu saja
1) Mutu, manfaat, kepuasan dan keberlanjutan mata rantai dalam siklus PPEPP tidak
kerjasama yang relevan dengan program studi yang ada dan siklus tidak terbangun utuh,
diakreditasi. UPPS memiliki bukti yang sahih terkait maka prodi tidak akan terakreditasi.
kerjasama yang ada serta memenuhi aspek-aspek UPPS dan prodi perlu menyiapkan
sebagai berikut: penjelasan tentang implementasi
a. memberikan peningkatan kinerja Tri dharma penjaminan mutu di bidang akademik
dan fasilitas pendukung program studi yang maupun non-akademik. Prodi perlu
menunjukkan siklus PPEPP yang
diakreditasi.
lengkap telah dijalankan, paling tidak
b. Memberikan manfaat dan kepuasan kepada pada aspek pembelajaran (karena ini
mitra. adalah aspek paling penting dalam
c. menjamin keberlanjutan kerjasama dan sistem penyelenggaraan pendidikan
hasilnya. tinggi).
2) Hasil analisis data terhadap: jumlah, jenis, lingkup
kerjasama tridharma (pendidikan, penelitian dan
PkM) yang relevan dengan program studi yang
diakreditasi dan manfaatnya (Tabel 1 LKPS).

Indikator Kinerja Tambahan Jika ada, dapat ditambahkan standar-


Indikator kinerja tambahan adalah indikator kinerja tata kelola, standar terkait tata pamong, tata
tata pamong, dan kerjasama lain yang berlaku di UPPS kelola, atau penjaminan mutu
berdasarkan standar pendidikan tinggi yang ditetapkan lainnya, seperti keterpenuhan kriteria
keunggulan Malcolm Baldridge,
perguruan tinggi untuk melampaui SN-DIKTI. Data indikator
standar ISO 9000, akreditasi
kinerja tambahan yang sahih harus diukur, dimonitor, dikaji, internasional yang diperoleh, dan
dan dianalisis untuk perbaikan berkelanjutan. sebagainya.

Evaluasi Capaian Kinerja Pada instrumen lama, fakta-fakta


Bagian ini berisi deskripsi dan analisis keberhasilan atau terkait tata pamong, tata kelola, dan
ketidakberhasilan pencapaian standar yang telah ditetapkan. penjaminan mutu ini mudah untuk
Capaian kinerja harus diukur dengan metoda yang tepat, dan “disembunyikan”. Dengan deskripsi
borang yang impresif, apalagi jika
hasilnya dianalisis serta dievaluasi. Analisis terhadap capaian
didukung bukti-bukti dokumen yang
kinerja harus mencakup identifikasi akar masalah, faktor lengkap, mudah untuk menampilkan
pendukung dan faktor penghambat, dan deskripsi singkat citra baik pada ketiga aspek tersebut,
tindak lanjut yang akan dilakukan UPPS. meskipun indikator-indikator lain
berbicara sebaliknya.
Tata pamong, tata kelola, dan penjaminan mutu adalah obyek
yang tidak mudah dilihat (subtle). Mereka tidak memiliki Praktek “masking” semacam ini
indikator-indikator yang secara langsung dapat menunjukkan sebaiknya tidak dijalankan. Justru
tingkat kinerjanya. Di sisi lain, ketiga hal ini punya pengaruh identifikasi akar-akar permasalahan
besar dan meresap ke seluruh aspek penyelenggaraan terkait tata pamong dan tata kelola
yang diharapkan muncul. Eksistensi
perguruan tinggi. Jika ketiganya baik, maka penyelenggaraan
permasalahan akan menjadi bahan
kegiatan Tridarma dan layanan-layanan lainnya juga akan baik, untuk melakukan perbaikan pada
demikian pula sebaliknya. Banyak permasalah pada bidang- masa yang akan datang. Untuk
bidang lain yang akarnya justru terletak di masalah melakukan ini, yang diperlukan
kepemimpinan, tata pamong, tata kelola, dan penjaminan adalah: 1) sikap jujur dan obyektif,
mutu. dan 2) kemampuan connecting the
dots, menghubungkan fakta-fakta
Dengan memahami sifat ini, maka evaluasi capaian kinerja yang ada untuk membangun fakta
perlu memperhatikan hal-hal yang terjadi “di balik layar” atau (deduktif) baru yang lebih mendasar.
indikator-indikator yang bersifat tidak langsung. Contoh:
produktivitas penelitian dan publikasi rendah belum tentu
disebabkan karena kurangnya dana atau kesempatan. Bisa jadi
akar permasalahannya justru pada dosen yang enggan
melakukan penelitian karena merasa insentif atau manfaat
(tidak harus berupa uang) yang diperoleh kurang. Ini tentu saja
adalah masalah tata pamong atau tata kelola.

Penjaminan Mutu Penjaminan mutu pada kriteria ini


Bagian ini berisi deskripsi dan bukti sahih tentang implementasi dicirikan dengan adanya mekanisme
sistem penjaminan mutu di UPPS yang terkait tata pamong, monitoring, evaluasi, dan tindak
tata kelola, dan kerjasama, sesuai dengan standar yang lanjut terhadap hasil evaluasi yang
dilakukan dalam kerangka
ditetapkan perguruan tinggi. Penjelasan tentang penjaminan
mekanisme umum yang ditetapkan
mutu dapat disampaikan dengan menjelaskan kelembagaan secara koordinatif, biasanya
penjaminan mutu dan kerangka yang umum digunakan, melibatkan unit-unit penjaminan
misalnya siklus penetapan, pelaksanaan, evaluasi, mutu dari tingkat PT, UPPS, dan
pengendalian, dan perbaikan berkelanjutan (PPEPP). prodi. Peran dan tugas tiap unit dan
hubungan koordinatifnya perlu
dijelaskan dengan baik.

Penjelasan perlu didukung oleh


dokumen-dokumen formal, misal: SK
pembentukan unit penjaminan mutu,
SK tentang dokumen-dokumen mutu,
SK implementasi penjaminan mutu,
dsb.

Kepuasan Pengguna Bagian ini tipikalnya dipenuhi melalui


Berisi deskripsi mengenai pengukuran kepuasan para pemangku 3 instrumen:
kepentingan, yang mencakup: mahasiswa, dosen, tenaga • survei kepuasan sivitas akademika
kependidikan, lulusan, pengguna dan mitra terhadap layanan (dosen, tendik, dan mahasiswa)
terhadap layanan akademik dan
manajemen yang memenuhi aspek-aspek berikut:
administratif
• tracer study kepada pengguna
• Instrumen yang sahih, handal, dan mudah digunakan lulusan
• Dilaksanakan secara berkala dan hasilnya direkam secara • survei kepuasan mitra kerjasama.
komprehensif
• Hasil pengukuran dianalisis dengan metode yang tepat Tidak mudah untuk menjalankan
• Ada review terhadap pelaksanaan pengukuran kepuasan ketiganya dan memenuhi kriteria
pengguna yang dipersyaratkan karena
• Hasil pengukuran kepuasan pengguna dipublikasikan dan cakupannya yang cukup luas: dari
lingkup internal (kepuasan sivitas
mudah diakses oleh pemangku kepentingan
akademika terhadap berbagai aspek
• Ada tindak lanjut terhadap evaluasi hasil pengukuran penyelenggaraan layanan akademik
dan administratif) sampai ke
eksternal (berhubungan dengan
kepuasan mitra kerjasama). UPPS
perlu mengalokasikan sumber daya
yang mencukupi untuk menyiapkan
pengukuran kepuasan pengguna ini.

Sekali lagi yang diinginkan adalah


tinjauan kritis terhadap kepuasan
pengguna yang merefleksikan
ketercapaian atau ketidaktercapaian
sasaran. Pengguna yang puas
mencerminkan kualitas/mutu tata
pamong, tata kelola, dan kerjasama
yang baik, demikian pula sebaliknya.
Perlu ada uraian yang menjelaskan
hubungan antar kedua hal ini.

Simpulan Hasil Evaluasi dan Tindak Lanjut


Bagian ini berisi ringkasan dari pemosisian, masalah dan akar
masalah, serta rencana perbaikan dan pengembangan yang
akan dilakukan UPPS terkait tata pamong, tata kelola, dan
kerjasama pada UPPS dan prodi yang diakreditasi.

II.4.3 Mahasiswa

Latar Belakang Selain menjelaskan aspek-aspek yang


Bagian ini mencakup latar belakang, tujuan, dan rasional sudah dipahami dengan baik seperti
penentuan strategi pencapaian standar pendidikan tinggi yang kualitas input mahasiswa, daya tarik
ditetapkan perguruan tinggi terkait kemahasiswaan yang prodi, dan layanan kemahasiswaan,
bagian Latar belakang ini menjadi
mencakup kualitas input mahasiswa, daya tarik program studi,
entry point yang baik untuk
layanan kemahasiswaan, maupun standar khusus lain yang mendefinisikan pandangan baru
ditetapkan berdasarkan kebutuhan dan karakteristik proses terhadap mahasiswa dalam rangka
pembelajaran di program studi yang diakreditasi. merespon perkembangan jaman.
Beberapa konsep modern tentang
Kriteria Mahasiswa berbicara tentang sisi input dan proses posisi mahasiswa dalam sistem
dalam pengelolaan kemahasiswaan. Bagian ini menjelaskan pendidikan tinggi yang mulai banyak
secara umum tentang bagaimana UPPS dan prodi memandang digunakan antara lain: life-long
mahasiswa sebagai ‘bahan’ yang akan menjalani proses learning untuk mahasiswa,
mahasiswa sebagai generasi Z,
pendidikan, serta dukungan layanan-layanan kemahasiswaan
mahasiswa dan pendidikan abad 21,
yang terkait. Perguruan tinggi (PT) juga perlu menetapkan dan mahasiswa dalam era 4.0.
standar-standar untuk berbagai urusan yang terkait dengan Orientasi kontemporer semacam ini
kemahasiswaan, antara lain: seleksi/rekrutmen, kompetensi sangat diperlukan untuk menjamin
non-akademis, dan pembinaan kemahasiswaan. relevansi output pendidikan yang
dijalankan di PT. Dalam contoh Prodi
GK, positioning mahasiswa semacam
ini perlu disampaikan sebagai
penguat argumen terhadap eksistensi
Prodi itu sendiri.

Kebijakan Sistem seleksi dan rekrutmen


Bagian ini berisi deskripsi dokumen formal kebijakan dan mahasiswa baru biasanya diatur
standar yang mencakup metoda rekrutmen dan sistem seleksi, secara terpusat di level PT, UPPS dan
serta layanan kemahasiswaan yang dapat diberikan dalam prodi hanya menjalankan kebijakan
tersebut.
bentuk: kegiatan pengembangan kemampuan penalaran, minat
dan bakat, kegiatan bimbingan karir dan kewirausahaan, serta Beberapa PT memberikan perhatian
kegiatan peningkatan kesejahteraan (bimbingan dan konseling, yang cukup besar terhadap upaya
beasiswa, dan kesehatan). pengembangan diri dan potensi
mahasiswa (peningkatan soft skills,
pengembangan jiwa kewirausahaan,
dsb). Jika demikian, pada bagian ini
dapat dijelaskan tentang kebijakan-
kebijakan tersebut.

Strategi Pencapaian Penjelasan tentang strategi


pencapaian perlu menunjukkan
Bagian ini menjelaskan tentang strategi UPPS dalam optimisme dan potensi keberhasilan,
pencapaian standar yang ditetapkan perguruan tinggi terkait apapun fokus dan arah
kemahasiswaan. Pada bagian ini juga harus diuraikan sumber pengembangan kemahasiswaannya.
daya yang dialokasikan untuk mencapai standar yang telah Dalam contoh prodi GK, sebagai prodi
baru, mungkin fokus akan dipusatkan
ditetapkan serta mekanisme kontrol ketercapaiannya.
pada mencari calon mahasiswa.
Strategi promosi dan rekrutmen
harus disertai dengan data dan
argumen yang rasional agar
penjelasannya terlihat menjanjikan.

Indikator Kinerja Utama


a) Kualitas Input Mahasiswa
1) Metode rekrutmen dan sistem seleksi yang mampu
mengidentifikasi kemampuan dan potensi calon
mahasiswa dalam menjalankan proses pendidikan
dan mencapai capaian pembelajaran yang ditetapkan.
2) Hasil analisis data terhadap:
a. Rasio jumlah pendaftar terhadap jumlah
mahasiswa baru untuk program studi dengan
jumlah kebutuhan lulusan tinggi (Tabel 2.a LKPS).
b. Pertumbuhan jumlah mahasiswa baru untuk
program studi dengan jumlah kebutuhan lulusan
rendah (Tabel 2.a LKPS).

b) Daya tarik program studi


1) Peningkatan minat calon mahasiswa dalam kurun
waktu 3 tahun terakhir (Tabel 2.a LKPS).
2) Keberadaan mahasiswa asing terhadap jumlah
mahasiswa (Tabel 2.b LKPS). Butir ini hanya diisi oleh
pengusul dari program studi pada program
Sarjana/Sarjana Terapan/Magister/Magister
Terapan/Doktor/Doktor Terapan.

c) Layanan Kemahasiswaan
Layanan kemahasiswaan yang disediakan oleh perguruan
tinggi/UPPS untuk seluruh mahasiswa dalam bidang:
1) penalaran, minat, dan bakat,
2) bimbingan karir dan kewirausahaan
3) kesejahteraan (bimbingan dan konseling, layanan
beasiswa, dan layanan kesehatan).

Indikator Kinerja Tambahan IKT dapat digunakan untuk mewadahi


Indikator kinerja tambahan untuk kriteria ini adalah indikator perhatian UPPS dan prodi terhadap
kemahasiswaan lain berdasarkan kebijakan dan standar yang isu-isu kontemporer tentang
ditetapkan oleh UPPS dan program studi untuk melampaui SN- kemahasiswaan, misalnya
kompetensi non-akademik
DIKTI. Data indikator kinerja tambahan yang sahih harus diukur,
(ditunjukkan dengan indikator
dimonitor, dikaji dan dianalisis untuk perbaikan berkelanjutan. prestasi non-akademik, misalnya).

Evaluasi Capaian Kinerja Beberapa permasalahan yang umum


Bagian ini berisi deskripsi dan analisis keberhasilan dan/atau dihadapi UPPS dan prodi, antara lain:
ketidakberhasilan pencapaian standar yang telah ditetapkan.
Capaian kinerja harus diukur dengan metoda yang tepat, dan • Kesulitan untuk mendapatkan
hasilnya dianalisis serta dievaluasi. Analisis terhadap capaian mahasiswa baru / kompetisi
kinerja harus mencakup identifikasi akar masalah, faktor dengan perguruan tinggi lain
pendukung keberhasilan dan faktor penghambat ketercapaian • Mahasiswa baru yang lolos seleksi
standar, dan deskripsi singkat tindak lanjut yang akan dilakukan tetapi tidak mendaftar ulang
cukup banyak jumlahnya
UPPS.
• Kualitas mahasiswa yang diterima
• Kemampuan soft skills mahasiswa
• Keaktifan akademik mahasiswa

Analisis terhadap beberapa problem


di atas sering kali tidak mudah karena
penyebabnya sering kali tidak mudah
diidentifikasi. Kadang-kadang
identifikasi memerlukan penggalian
yang bersifat lateral: menyentuh ke
aspek-aspek lain di luar
kemahasiswaan (misal: branding dan
citra prodi, arah pengembangan
prodi, kompetensi lulusan, kurikulum,
dsb.)

Bagian ini juga perlu menjelaskan


strategi-strategi penyelesaian
masalah yang disampaikan secara
komprehensif, termasuk
keterlibatannya dengan kriteria-
kriteria lainnya.

Penjaminan Mutu Dalam IAPS 4.0 ini, standar-standar


Bagian ini menjelaskan implementasi sistem penjaminan mutu terkait kemahasiswaan juga perlu
di UPPS yang sesuai dengan standar yang ditetapkan perguruan dijamin mutunya. Yang paling jelas
tinggi terkait kemahasiswaan (beserta bukti-bukti sahihnya), adalah standar layanan kepada
mahasiswa: bagaimana agar berbagai
yang mengikuti siklus penetapan, pelaksanaan, evaluasi,
layanan yang diberikan untuk
pengendalian, dan perbaikan berkelanjutan (PPEPP). mahasiswa tetap terjaga mutunya.
Cukup banyak layanan kemahasiswa-
an yang berada di tingkat PT,
sehingga keterlibatan di tingkat pusat
juga diperlukan. UPPS dapat
berkoordinasi dengan pimpinan PT
dalam hal ini. Meskipun demikian,
UPPS juga dapat melaksanakan
penjaminan mutu pada layanan-
layanan kemahasiswaan yang bersifat
spesifik di lingkungan UPPS.
Mekanisme monitoring, evaluasi, dan
tindak lanjut terhadap hasil evaluasi
perlu disampaikan dengan jelas.

Kepuasan Pengguna Survey tentang kepuasan mahasiswa


Bagian ini berisi deskripsi mengenai pengukuran kepuasan dapat diintegrasikan dengan survey
mahasiswa terhadap layanan kemahasiswaan. Penjelasan pelaksanaan kegiatan akademik yang
mencakup: 1) Kejelasan instrumen yang digunakan, metoda, biasanya dilakukan tiap akhir
semester.
pelaksanaan, perekaman, dan analisis datanya, dan 2)
Ketersediaan bukti yang sahih tentang hasil pengukuran
kepuasan mahasiswa yang dilaksanakan secara konsisten,
ditindaklanjuti secara berkala, dan tersistem.

Simpulan Hasil Evaluasi


Bagian ini berisi ringkasan dari pemosisian, masalah dan akar
masalah, serta rencana perbaikan dan pengembangan yang
akan dilakukan oleh UPPS terkait mahasiswa dan
kemahasiswaan pada program studi yang diakreditasi.

II.4.4 Sumber Daya Manusia

Latar Belakang Bagian ini menjelaskan tentang


Bagian ini mencakup latar belakang, tujuan, dan rasional atas standar yang ditetapkan untuk profil
strategi pencapaian standar yang ditetapkan perguruan tinggi dosen, kinerja dosen, pengembangan
terkait sumber daya manusia (SDM) yang mencakup: profil dosen dan tendik, serta pengelolaan
SDM. Dalam contoh Prodi GK,
dosen (kualifikasi, kompetensi, proporsi dan beban kerja),
uraiannya bisa menggunakan sudut
kinerja dosen (kepakaran, kinerja dan prestasi di bidang pandang bagaimana kondisi SDM,
penelitian dan PkM), pengembangan dosen, tenaga dosen khususnya, dalam
kependidikan, serta pengelolaan SDM (dosen dan tenaga pengembangan keilmuan prodi. Prodi
kependidikan). GK adalah prodi baru dengan SDM
dengan keahlian “lama”, sehingga
ada gap yang perlu ditutup.
Kompetensi dosen yang ada saat ini
belum sesuai dengan kompetensi
bidang GK. Kondisi, posisi, gap, dan
rencana pengembangan SDM secara
umum dapat dijelaskan dengan sudut
pandang ini.

Beberapa contoh isu yang sering


muncul dalam bidang SDM antara
lain:

• Kualifikasi akademik
• Jabatan fungsional
• Keterlibatan dan peran dosen
dalam komunitas keilmuan
• Beban kerja dosen
• Kontribusi keilmuan dosen
(penelitian, publikasi, PkM,
produk, dll)

Kebijakan Bagian ini menjelaskan tentang


Menjelaskan dokumen formal kebijakan yang mencakup: kebijakan untuk mengembangkan
SDM, menindaklanjuti uraian pada
a) Penetapan standar perguruan tinggi terkait kualifikasi, bagian Latar Belakang.
kompetensi, beban kerja, proporsi, serta pengelolaan
SDM (dosen dan tenaga kependidikan).
b) Pengelolaan SDM yang meliputi:
1) Perencanaan, rekrutmen, seleksi, penempatan,
pengembangan, retensi, pemberhentian, dan pensiun
yang telah ditetapkan untuk memenuhi kebutuhan
pendidikan, penelitian, dan PkM.
2) Kriteria perencanaan, rekrutmen, seleksi, penempatan,
pengembangan, retensi, pemberhentian, dan pensiun
yang ditetapkan serta dikomunikasikan.
3) Kegiatan pengembangan seperti: studi lanjut, seminar,
konferensi, workshop, simposium, dll.
4) Skema pemberian reward and punishment, pengakuan,
mentoring yang diimplementasikan untuk memotivasi
dan mendukung pelaksanaan tridharma.

Strategi Pencapaian Penjelasan pada bab ini perlu


Bagian ini mencakup strategi UPPS dalam pencapaian standar mencakup bagaimana UPPS
yang ditetapkan perguruan tinggi terkait SDM (dosen sebagai memenuhi kebutuhan SDM (dosen)
pendidik, peneliti, dan pelaksana PkM, serta tenaga yang memiliki kompetensi dalam
bidang GK. Strategi dan roadmap
kependidikan). Pada bagian ini juga harus diuraikan sumber
harus disampaikan dengan jelas.
daya yang dialokasikan untuk mencapai standar yang telah
ditetapkan serta mekanisme kontrol ketercapaiannya.

Indikator Kinerja Utama Bagian IKU ini tidak hanya sekedar


a) Profil dosen menampilkan data yang sudah
Data SDM disajikan dengan teknik representasi yang tercantum dalam LKPS, tetapi yang
relevan (misalnya: kurva tren, rasio, dan proporsi) dan lebih penting lagi adalah menjelaskan
fakta-fakta yang ditunjukkan oleh
komprehensif, serta kecenderungan yang terjadi
data tersebut dan analisis yang
disimpulkan. Data dan analisis yang disampaikan menyertainya, misalnya:
mencakup:
1) Kecukupan jumlah dosen tetap, terdiri atas: • Kecukupan jumlah dosen: apakah
a. Kecukupan jumlah dosen tetap perguruan rasio dosen-mhs sudah baik?
tinggi yang ditugaskan sebagai pengampu Apakah rasio DT-DTPS sudah
mata kuliah di program studi yang baik?
diakreditasi (DT) (Tabel 3.a.1 LKPS), dan • Kualifikasi akademik dosen:
b. Kecukupan jumlah dosen tetap perguruan berapa jumlah dosen S3 dan
rasionya terhadap dosen secara
tinggi yang ditugaskan sebagai pengampu
keseluruhan?
mata kuliah dengan bidang keahlian yang
• Kompetensi profesional dosen:
sesuai dengan kompetensi inti program adakah dosen yang memiliki
studi(DTPS) (Tabel 3.a.1 LKPS). sertifikasi kompetensi di bidang
Perbedaan antara DT pada butir a dan DTPS pada GK?
butir b adalah bahwa DT adalah dosen yang • Jabatan fungsional dosen:
ditugaskan mengajar pada prodi yang akan apakah sudah cukup banyak yang
diakreditasi dengan bidang yang tidak sama berjabatan fungsional LK atau
dengan bidang inti prodi, sementara DTPS adalah GB?
DT yang memiliki bidang keilmuan yang sama • Beban kerja dosen (Ekivalensi
dengan bidang inti prodi. Perlu diperhatikan Waktu Mengajar Penuh –
bahwa penentuan DT dan DTPS tidak ada EWMP/FTE): apakah memenuhi
standar yang diijinkan? Apakah
kaitannya dengan home base dosen.
sudah merata untuk semua
2) Kualifikasi akademik dosen tetap: persentase dosen? Apakah komposisi beban
jumlah DTPS berpendidikan Doktor/Doktor mengajar, meneliti, dan
Terapan/Subspesialis terhadap jumlah DTPS (Tabel melakukan PkM sudah baik?
3.a.1 LKPS). Data dan analisis disampaikan oleh • Dosen tidak tetap: apakah
pengusul dari program studi pada program pemanfaatan dosen tidak tetap
Diploma Tiga/Sarjana/Sarjana Terapan. masih rasional?
3) Kepemilikan sertifikasi profesi/kompetensi/ • Rencana pengembangan SDM:
industri: persentase jumlah DTPS yang memiliki apakah sudah sesuai dengan
kebutuhan? Apakah berjalan
sertifikat profesi/ kompetensi/industri terhadap dengan baik? Jika belum, apa
jumlah DTPS (Tabel 3.a.1 LKPS). Data dan analisis saja kendalanya?
disampaikan oleh pengusul dari program studi
pada program Diploma Tiga/Sarjana Terapan. Jika analisis terhadap hal-hal di atas
dilakukan dengan baik, maka bagian
4) Jabatan akademik dosen tetap, terdiri atas: ini akan dapat menjelaskan kondisi
a. Persentase jumlah DTPS dengan jabatan obyektif dari SDM yang dimiliki
akademik Lektor Kepala atau Guru Besar secara komprehensif, dipandang dari
terhadap jumlah DTPS (Tabel 3.a.1 LKPS). berbagai aspek yang berbeda. Ada
Data dan analisis disampaikan oleh beberapa hal menarik yang bisa
pengusul dari program studi pada program “dibaca” dari data IKU terkait dosen,
Diploma Tiga/Sarjana/Sarjana misalnya:
Terapan/Magister/ Magister
Terapan/Doktor Terapan. • Jika rasio DTPS terhadap DT atau
DTT masih rendah, maka ada
b. Persentase jumlah DTPS dengan jabatan
indikasi prodi masih belum
akademik Guru Besar terhadap jumlah DTPS
mandiri dalam hal dosen intinya
(Tabel 3.a.1 LKPS). Data dan analisis (masih harus dibantu dosen dari
disampaikan oleh pengusul dari program prodi atau perguruan tinggi lain).
studi pada program Doktor. • Data EWMP/FTE dapat
5) Beban kerja dosen tetap, terdiri atas: menunjukkan sebaran
a. Rasio jumlah mahasiswa program studi penugasan dosen. Fakta ini dapat
terhadap jumlah DT (Tabel 2.a LKPS dan dikaitkan dengan data kinerja
Tabel 3.a.1 LKPS). Data dan analisis penelitian, publikasi, dan PkM.
disampaikan oleh pengusul dari program • Data jabatan fungsional dosen
studi pada program Diploma bisa secara tidak langsung
menunjukkan tata kelola dan
Tiga/Sarjana/Sarjana Terapan.
kepemimpinan di UPPS/prodi.
b. Penugasan DTPS sebagai pembimbing Sebagai contoh, jika UPPS/prodi
utama tugas akhir mahasiswa: rata-rata sudah beroperasi lama,
jumlah bimbingan sebagai pembimbing sementara sebagian besar
utama tugas akhir mahasiswa pada seluruh dosennya masih lektor, AA, atau
program di PT (Tabel 3.a.2 LKPS). bahkan belum memiliki jabfung,
c. Ekuivalensi Waktu Mengajar Penuh (EWMP) maka ada indikasi pengelolaan
DT/DTPS pada kegiatan Pendidikan SDM tidak berjalan dengan baik.
(pembelajaran dan pembimbingan),
penelitian, PkM, dan tugas tambahan
dan/atau penunjang (Tabel 3.a.3 LKPS).
6) Keterlibatan dosen tidak tetap (DTT) dalam proses
pembelajaran: persentase jumlah dosen (DT dan
DTT) terhadap jumlah DT (Tabel 3.a.1 LKPS dan
Tabel 3.a.4 LKPS).
7) Keterlibatan dosen industri/praktisi dalam proses
pembelajaran (Tabel 3.a.5 LKPS). Dosen
industri/praktisi direkrut melalui kerjasama
dengan perusahaan/industri yang relevan dengan
bidang program studi. Data dan analisis
disampaikan oleh pengusul dari program studi
pada program Diploma Tiga/Sarjana Terapan.
b) Kinerja dosen
1) Pengakuan/rekognisi atas kepakaran/prestasi/
kinerja DTPS (Tabel 3.b.1 LKPS).
2) Penelitian DTPS (Tabel 3.b.2 LKPS).
3) Pelaksanaan Pengabdian kepada Masyarakat DTPS
(Tabel 3.b.3 LKPS).
4) Publikasi Ilmiah yang dihasilkan oleh DTPS dalam 3
tahun terakhir (Tabel 3.b.4 LKPS). Data dan analisis
disampaikan oleh pengusul dari Program Studi
pada program Sarjana/Magister/Doktor).
5) Pagelaran/pameran/presentasi/publikasi (Tabel
3.b.4 LKPS). Data dan analisis disampaikan oleh
pengusul dari Program Studi pada program
Diploma Tiga/Sarjana Terapan/Magister
Terapan/Doktor Terapan).
6) Karya ilmiah DTPS yang disitasi dalam 3 tahun
terakhir (Tabel LKPS). Data dan analisis
disampaikan oleh pengusul dari program studi
pada program Sarjana/Sarjana
Terapan/Magister/Magister Terapan/Doktor/
Doktor Terapan.
7) Produk/Jasa DTPS yang diadopsi oleh
Industri/Masyarakat (Tabel LKPS). Data dan
analisis disampaikan oleh pengusul dari program
studi pada program Diploma Tiga/Sarjana
Terapan/Magister Terapan/Doktor Terapan.
8) Luaran penelitian dan PkM lainnya yang dihasilkan
oleh DTPS dalam 3 tahun terakhir (Tabel 3.b.7
LKPS).
c) Pengembangan dosen: Kesesuaian perencanaan dan
pengembangan dosen UPPS dengan rencana
pengembangan SDM yang merupakan bagian dari
Rencana Strategis Perguruan Tinggi.
d) Tenaga kependidikan: Kecukupan dan kualifikasi tenaga
kependidikan berdasarkan jenis pekerjaannya
(administrasi, laboran, teknisi, dll.) untuk melayani
sivitas akademika di UPPS dan program studi, serta
kepemilikan sertifikat kompetensi/profesi yang
mendukung mutu hasil kerja sesuai dengan bidang
tugasnya. Indikator kecukupan tenaga kependidikan
dapat dipengaruhi oleh pemanfaatan teknologi
informasi dan komputer, serta integrasinya dalam
mendukung kegiatan penunjang pendidikan.

Indikator Kinerja Tambahan Contoh IKT untuk prodi GK bisa


Indikator kinerja tambahan adalah indikator SDM lain berupa sesuatu yang mencirikan
berdasarkan standar yang ditetapkan oleh UPPS dan program kemampuan atau kompetensi SDM di
studi untuk melampaui SN-DIKTI. Data indikator kinerja bidang ini, misalnya berupa
karya/produk GK yang dihasilkan oleh
tambahan yang sahih harus diukur, dimonitor, dikaji, dan
dosen dan/atau mahasiswa.
dianalisis untuk perbaikan berkelanjutan.

Evaluasi Capaian Kinerja Isu dan persoalan seputar SDM


Berisi deskripsi dan analisis keberhasilan dan/atau (terutama dosen) dan
ketidakberhasilan pencapaian standar yang telah ditetapkan. pengelolaannya pada umumnya
Capaian kinerja harus diukur dengan metoda yang tepat, dan terkait dengan aspek-aspek lainnya.
Kesulitan mencari dosen dan
hasilnya dianalisis serta dievaluasi. Analisis terhadap capaian produktivitasnya yang rendah
kinerja harus mencakup identifikasi akar masalah, faktor misalnya, selalu disebabkan oleh
pendukung keberhasilan dan faktor penghambat ketercapaian beberapa faktor internal maupun
standar, dan deskripsi singkat tindak lanjut yang akan eksternal yang saling mengait. Hal-hal
semacam ini perlu dijelaskan secara
dilakukan.
komprehensif. Keterkaitan dengan
tata pamong dan tata kelola perlu
dieksplorasi dengan seksama.

Penjaminan Mutu SDM Penjaminan mutu dalam pengelolaan


Berisi deskripsi dan bukti sahih tentang implementasi sistem SDM bertujuan memastikan upaya
penjaminan mutu di UPPS yang sesuai dengan standar yang pengembangan dan pengelolaan
ditetapkan perguruan tinggi terkait SDM, yang mengikuti siklus SDM berjalan sesuai dengan arah dan
strategi yang ditetapkan. Siklus
penetapan, pelaksanaan, evaluasi, pengendalian, dan perbaikan
PPEPP diterapkan pada aspek-aspek
berkelanjutan (PPEPP). pengelolaan dan pengembangan
yang disebutkan pada bagian
Kebijakan. Sebagai contoh, untuk
menjamin terpenuhinya standar rasio
dosen-mahasiswa, standar beban
kerja dosen, dan keseimbangan
pengembangan keilmuan, maka UPPS
dapat melakukan analisis kebutuhan
dosen dan disertai dengan
monitoring, evaluasi, dan tindak
lanjut, yang semuanya dilakukan
secara periodis.

Kepuasan Pengguna Survei kepuasan dosen dan tendik


Berisi deskripsi mengenai pengukuran kepuasan dosen dan dilakukan secara periodis, sesuai
tenaga kependidikan terhadap layanan pengelolaan dan dengan kebutuhan. Yang juga penting
pengembangan SDM yang memenuhi aspek-aspek berikut: untuk dijelaskan adalah mekanisme
evaluasi terhadap hasil survei dan
a) Kejelasan instrumen yang digunakan, pelaksanaan,
tindak lanjutnya.
perekaman dan analisis datanya.
b) Ketersediaan bukti yang sahih tentang hasil pengukuran
kepuasan dosen dan tenaga kependidikan yang
dilaksanakan secara konsisten, dan ditindaklanjuti secara
berkala dan tersistem.

Simpulan Hasil Evaluasi


Berisi ringkasan dari pemosisian, masalah dan akar masalah,
serta rencana perbaikan dan pengembangan yang akan
dilakukan oleh UPPS terkait sumber daya manusia pada
program studi yang diakreditasi.

II.4.5 Keuangan, Sarana, dan Prasarana

Latar Belakang Dalam menjelaskan tentang latar


Bagian ini mencakup latar belakang, tujuan, dan rasional atas belakang, tujuan, dan rasional terkait
strategi pencapaian standar yang ditetapkan perguruan tinggi standar-standar tentang keuangan,
terkait: sarana, dan prasarana, UPPS perlu
menonjolkan positioning
a) Keuangan yang mencakup aspek perencanaan,
kelembagaan UPPS dan prodi serta
pengalokasian, realisasi, dan pertanggungjawaban biaya peran masing-masing dalam
operasional tridharma serta investasi, dan
b) Sarana dan prasarana yang dimaksudkan untuk menjamin pengelolaan ketiga jenis sumber daya
pencapaian capaian pembelajaran dan peningkatan tersebut (lihat matriks pada Gambar
suasana akademik. 5). Dalam konsep SADA (sentralisasi
administrasi, desentralisasi
akademik) atau sejenisnya yang
Dalam kerangka pikir IAPS 4.0, keuangan, sarana, dan prasarana
digunakan oleh beberapa perguruan
(dan juga dosen serta tendik) adalah sumber daya pendidikan tinggi, matriks ini adalah platform
tinggi yang dikelola oleh UPPS, yang digunakan oleh prodi dasar bagi sentralisasi administrasi.
dalam menyelenggarakan program dan kegiatan akademik.
Dengan demikian, penjelasan tentang ketiga jenis sumber daya Pada kenyataannya, masih cukup
ini adalah kewenangan sekaligus kewajiban bagi UPPS. banyak perguruan tinggi yang tata
kelolanya belum
mengimplementasikan konsep
matriks tersebut. Beberapa indikasi
antara lain: ruang kuliah atau lab
menjadi kewenangan

masih dikelola prodi, prodi masih


Sumber daya yang

memiliki kewenangan yang besar


dalam pengelolaan dana/anggaran,
dan pengadaan sarana dan prasarana

Prasarana
Keuangan

masih dilakukan oleh prodi.


Sarana
Dosen
UPPS

Mengubah setting sektoral (silo)


menjadi konsep matriks biasanya
melibatkan perubahan struktural
Prodi A yang memerlukan perencanaan,
persiapan, dan implementasi, dan
Prodi B yang baik. Langkah ini perlu didukung
dengan manajemen perubahan yang
Prodi C baik pula.

Gambar 6. Matriks pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya


dalam lingkup sebuah UPPS

Gambar 6 menunjukkan matriks pengelolaan dan pemanfaatan


sumber daya yang menjadi kewenangan UPPS. UPPS ibaratnya
“rumah” yang di dalamnya tersedia berbagai sumber daya yang
dapat dimanfaatkan oleh berbagai program pengembangan
keilmuan yang dijalankan oleh prodi-prodi dalam lingkup
“rumah” tersebut. Operasionalisasi pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya dalam skema matriks seperti pada
Gambar 6 di atas dicirikan dengan prinsip-prinsip koordinasi,
efisiensi, dan optimalisasi. Praktek-praktek seperti kepemilikan
bersama, pengaturan secara terpusat, subsidi silang, dan
berbagi-pakai (sharing) akan sangat mewarnai.

Kebijakan Penjelasan pada bagian ini perlu


Berisi deskripsi dokumen formal dan standar tentang: menekankan pada upaya optimalisasi
a) Pengelolaan keuangan yang mencakup: perencanaan, kebermanfaatan sumber daya
pengalokasian, realisasi, dan pertanggungjawaban biaya keuangan, sarana, dan prasarana
yang dikelola UPPS berdasarkan
pendidikan yang sesuai dengan kebijakan perguruan
standar-standar yang ditetapkan.
tinggi. Penjelasan perlu didukung dengan
b) Pengelolaan sarana dan prasarana yang mencakup: dokumen-dokumen formal seperti
perencanaan, pengadaan, pemanfaatan, pemeliharaan, RKAT, Rencana Pengadaan Barang,
dsb.
dan penghapusan yang sesuai dengan kebijakan
perguruan tinggi.

Strategi Pencapaian Penjelasan tentang strategi


Bagian ini mencakup strategi UPPS dalam pencapaian standar- pencapaian standar dalam hal
standar yang ditetapkan perguruan tinggi terkait: keuangan, sarana, dan prasarana
pada umumnya berkisar pada upaya
penatakelolaan ketiga aspek tersebut
a) Keuangan (perencanaan, pengalokasian, realisasi, dan
untuk mewujudkan prinsip-prinsip
pertanggungjawaban), dan akuntabilitas, efektivitas, dan
b) Pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan maupun efisiensi.
penunjang pendidikan (perencanaan, pengadaan,
pemanfaatan, pemeliharaan, dan penghapusan). Kondisi-kondisi khas yang dimiliki
atau dialami oleh UPPS dan prodi
Pada bagian ini juga harus diuraikan sumber daya yang yang memerlukan perlakuan spesifik
dialokasikan untuk mencapai standar yang telah ditetapkan juga perlu dijelaskan secara
serta mekanisme kontrol ketercapaiannya. mencukupi. Sebagai contoh, jika
UPPS yang menaungi Prodi GK juga
memiliki beberapa prodi lain, bagian
ini juga perlu memuat penjelasan
tentang bagaimana subsidi silang (jika
ada) dan konsep berbagi-pakai
diwujudkan.

Indikator Kinerja Utama Penjelasan tentang IKU membentuk


Pada bagian ini juga harus diuraikan sumber daya yang profil sumber daya (selain SDM) yang
dialokasikan untuk mencapai standar yang telah ditetapkan dikelola oleh UPPS. Profil ini
serta mekanisme kontrol ketercapaiannya. membicarakan tentang kecukupan,
keterpenuhan, potensi, dan
permasalahan yang dihadapi.
Data keuangan, sarana dan prasarana disajikan dengan teknik
representasi yang relevan (misalnya: kurva tren, rasio, dan
proporsi) dan komprehensif, serta kecenderungan yang terjadi
disimpulkan. Data dan analisis yang disampaikan meliputi
aspek:

a) Keuangan
1) Alokasi dan penggunaan dana untuk biaya
operasional pendidikan (Tabel 4 LKPS).
2) Penggunaan dana untuk kegiatan penelitian dosen
tetap: rata- rata dana penelitian DTPS/tahun dalam
3 tahun terakhir (Tabel 4 LKPS).
3) Penggunaan dana untuk kegiatan PkM dosen tetap:
rata-rata dana PkM DTPS/tahun dalam 3 tahun
terakhir (Tabel 4 LKPS).
4) Penggunaan dana untuk investasi (SDM, sarana dan
prasarana) dalam 3 tahun terakhir (Tabel 4 LKPS).
b) Sarana
1) Kecukupan dan aksesibilitas sarana pendidikan.
Terlihat dari ketersediaan, kepemilikan,
kemutakhiran, dan kesiapgunaan fasilitas dan
peralatan untuk pembelajaran maupun kegiatan
penelitian dan PkM. Sarana pembelajaran yang
digunakan oleh program studi dapat dijelaskan
dalam tabel yang dilengkapi dengan informasi
mengenai kecukupan dan aksesibilitasnya bagi
mahasiswa.
2) Kecukupan dan aksesibilitas sarana teknologi
informasi dan komunikasi. Kecukupan sarana
terlihat dari ketersediaan, kemutakhiran, dan
kesiapgunaan fasilitas dan peralatan teknologi
informasi dan komunikasi yang dimanfaatkan oleh
UPPS.
c) Kecukupan dan aksesibilitas prasarana
Kecukupan prasarana terlihat dari ketersediaan,
kepemilikan, kemutakhiran, kesiapgunaan prasarana
untuk pembelajaran maupun kegiatan penelitian dan
PkM, termasuk peruntukannya bagi mahasiswa
berkebutuhan khusus. Prasarana yang digunakan oleh
program studi dapat dijelaskan dalam tabel yang
dilengkapi dengan informasi mengenai kecukupan dan
aksesibilitasnya bagi mahasiswa.

Indikator Kinerja Tambahan


Indikator kinerja tambahan adalah indikator keuangan, sarana
dan prasarana lain berdasarkan standar yang ditetapkan oleh
UPPS dan program studi untuk melampaui SN-DIKTI. Data
indikator kinerja tambahan yang sahih harus diukur, dimonitor,
dikaji dan dianalisis untuk perbaikan berkelanjutan.

Evaluasi Capaian Kinerja Evaluasi dilakukan berdasarkan profil


Berisi deskripsi dan analisis keberhasilan dan/atau yang ditunjukkan oleh IKU dan IKT.
ketidakberhasilan pencapaian standar yang telah ditetapkan. Keberhasilan dan faktor
Capaian kinerja harus diukur dengan metoda yang tepat, dan pendukungnya maupun
ketidakberhasilan dan faktor
hasilnya dianalisis serta dievaluasi. Analisis terhadap capaian
penghambatnya dijelaskan secara
kinerja harus mencakup identifikasi akar masalah, faktor komprehensif. Cross-reference ke
pendukung keberhasilan dan faktor penghambat ketercapaian kriteria-kriteria lain yang menjadi
standar, dan deskripsi singkat tindak lanjut yang akan dilakukan fokus perhatian UPPS dan prodi perlu
UPPS. dibangun untuk membangun konteks
yang utuh. Sebagai contoh, upaya
pemenuhan kecukupan sarana dan
prasarana untuk menjalankan prodi
GK perlu ditempatkan dalam konteks
layanan bagi mahasiswa (kriteria 3),
pendidikan (kriteria 6), penelitian
(kriteria 7), dan pengabdian kepada
masyarakat (kriteria 8).

Penjaminan Mutu Keuangan, Sarana, dan Prasarana Pada umumnya penjaminan mutu
Berisi deskripsi dan bukti sahih tentang implementasi sistem keuangan, sarana, dan prasarana
penjaminan mutu di UPPS yang sesuai dengan standar yag dipenuhi dengan mekanisme audit
ditetapkan perguruan tinggi terkait keuangan dan sarana dan internal dalam bidang-bidang
tersebut.
prasarana, yang mengikuti siklus penetapan, pelaksanaan,
evaluasi, pengendalian, dan perbaikan berkelanjutan (PPEPP).
Kepuasan Pengguna Penggunanya adalah dosen, tendik,
Berisi deskripsi mengenai pengukuran kepuasan sivitas dan mahasiswa. Pengukurannya
akademika terhadap layanan pengelolaan keuangan maupun dapat dijadikan satu dengan survei
sarana dan prasarana yang memenuhi aspek-aspek berikut: kepuasan sivitas akademika secara
umum yang mencakup bidang-bidang
a) Kejelasan instrumen yang digunakan, pelaksanaan,
lainnya juga.
perekaman dan analisis datanya.
b) Ketersediaan bukti yang sahih tentang hasil pengukuran
kepuasan sivitas akademika yang dilaksanakan secara
konsisten, dan ditindaklanjuti secara berkala dan
tersistem.

Simpulan Hasil Evaluasi


Berisi ringkasan dari pemosisian, masalah dan akar masalah,
serta rencana perbaikan dan pengembangan yang akan
dilakukan UPPS terkait keuangan, sarana dan prasarana pada
program studi yang diakreditasi.

II.4.6 Pendidikan

Latar Belakang Beberapa contoh isu kualitas antara


Bagian ini mencakup latar belakang, tujuan, dan rasional atas lain:
strategi pencapaian standar perguruan tinggi terkait pendidikan • Link-and-match antara
dan proses pendidikan, yang mencakup kurikulum, pendidikan dan dunia kerja
pembelajaran (karakteristik proses pembelajaran, rencana • Pendidikan berbasis kearifan
lokal
proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran,
• Pendidikan karakter
monitoring dan evaluasi proses pembelajaran, dan penilaian
• Pendidikan abad ke-21
pembelajaran), integrasi kegiatan penelitian dan PkM dalam • Outcome-based education
pembelajaran, dan suasana akademik yang didasarkan atas (OBE)
analisis internal dan eksternal, serta posisi dan daya saing • Pendidikan bagi generasi Z
program studi.
Semua contoh isu di atas memiliki
Pendidikan adalah inti dari eksistensi prodi, dan tugas utama kesamaan: relevansi dengan konteks
prodi adalah menyelenggarakan proses pendidikan yang masa kini dan masa depan. Dengan
berkualitas. Manifestasinya tentu saja sangat tergantung pada kata lain, UPPS dan prodi harus
arah, tujuan, dan kondisi tiap prodi, tetapi sesederhana apapun mampu mengidentifikasi faktor-
itu, pasti ada isu-isu penting yang terkait dengan kualitas faktor kontekstual yang relevan
dengan keadaannya, lalu
tersebut. Bagian Latar Belakang ini dapat digunakan untuk
membawanya sebagai aspek strategis
mengenalkan isu-isu penting tersebut dalam kaitannya dengan yang akan diimplementasikan dengan
sistem pembelajaran yang dijalankan. sumber daya yang tersedia. Hal ini
bisa menjadi bahan untuk
mendiskusikan latar belakang, tujuan,
dan rasional atas standar-standar
yang ditetapkan yang terkait dengan
pendidikan dan proses pendidikan.

Kebijakan Perlu disiapkan dokumen-dokumen


Berisi deskripsi dokumen formal kebijakan pendidikan, standar, seperti: dokumen kurikulum,
dan panduan akademik yang memuat tujuan dan sasaran pedoman penyusunan kurikulum,
pendidikan, strategi, metode, dan instrumen untuk mengukur panduan akademik, dan sebagainya.
efektivitasnya. Pada umumnya dokumen-dokumen formal ini
dibuat pada tingkat perguruan tinggi.
Strategi Pencapaian Uraian pada bagian ini bisa
Bagian ini mencakup strategi UPPS dan program studi dalam didasarkan pada susbtansi Standar 5
pencapaian standar yang ditetapkan perguruan tinggi terkait pada instrumen lama, tetapi perlu
pendidikan, yang mencakup isi pembelajaran (kurikulum), diuraikan dalam kerangka kebijakan
yang dijelaskan pada bagian
pembelajaran (karakteristik proses pembelajaran, rencana
sebelumnya.
proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, Sebagai tambahan, bisa juga
monitoring dan evaluasi proses pembelajaran, dan penilaian ditambahkan strategi yang bersifat
pembelajaran), integrasi kegiatan penelitian dan PkM dalam kontemporer, seperti pemanfaatan
pembelajaran, dan suasana akademik. Pada bagian ini juga teknologi informasi dan komunikasi
harus diuraikan sumber daya yang dialokasikan untuk mencapai (TIK). TIK membuka banyak peluang
standar yang telah ditetapkan serta mekanisme kontrol inovasi dalam pelaksanaan proses
ketercapaiannya. belajar-mengajar. Pemanfaatan e-
learning dalam skala besar (massive
open online learning – MOOC)
sekarang sudah mulai banyak
dijalankan. Jenis inovasi lainnya
misalkan pembelajaran lintas bidang
ilmu, seorang mahasiswa justru
diwajibkan untuk mengambil mata
kuliah diluar bidang keilmuannya.
Penerapan inovasi-inovasi seperti ini
perlu dituangkan dalam bentuk
kebijakan pada tingkat perguruan
tinggi.

Indikator Kinerja Utama Penjelasan tentang IKU secara


a) Kurikulum Program Studi yang diakrediasi keseluruhan menggambarkan
1) Keterlibatan pemangku kepentingan dalam proses bagaimana prodi menjalankan misi
evaluasi dan pemutakhiran kurikulum. Evaluasi utamanya di bidang pendidikan.
Kurikulum menunjukkan desain prodi
dan pemutakhiran kurikulum melibatkan
terhadap upaya pembentukan
pemangku kepentingan internal dan eksternal, kompetensi keilmuan di bidangnya.
serta direview oleh pakar bidang ilmu program Proses pembelajaran menunjukkan
studinya. bagaimana desain tersebut
2) Dokumen kurikulum. dijalankan, dan suasana akademik
a. Kesesuaian capaian pembelajaran dengan menunjukkan dukungan lingkungan
profil lulusan dan jenjang KKNI/SKKNI yang agar proses dapat berjalan dengan
sesuai. baik. Dengan demikian, ketiganya
b. Ketepatan struktur kurikulum dalam harus dijelaskan dalam satu kesatuan
pembentukan capaian pembelajaran. kerangka pikir yang utuh.
c. Ketersediaan dokumen pemetaan capaian
Pemangku kepentingan adalah
pembelajaran, bahan kajian dan matakuliah pihak-pihak yang memiliki relevansi
(atau dokumen sejenis lainnya). langsung dengan kurikulum yang
Tampilkan data kurikulum, capaian pembelajaran, dan disusun. UPPS dan prodi perlu
rencana pembelajaran dengan teknik representasi yang mendefinisikan siapa saja mereka.
relevan dan komprehensif. Data dan analisis yang Tiap prodi bisa memiliki pemangku
disampaikan meliputi: kepentingan yang berbeda, terutama
a. Struktur program dan beban belajar mahasiswa untuk pemangku kepentingan
untuk mencapai capaian pembelajaran yang eksternal. Prodi GK misalnya, perlu
direncanakan (Tabel 5.a LKPS). melibatkan industri game komputer,
animasi, atau sejenisnya.
b. Konversi bobot kredit mata kuliah ke jam
praktikum/ praktik/praktik lapangan (Tabel 5.a
LKPS). Data dan analisis disampaikan oleh pengusul
dari program studi pada program Diploma Keterlibatan pemangku kepentingan
Tiga/Sarjana/Sarjana Terapan. dalam pengembangan kurikulum
b) Pembelajaran perlu didokumentasikan dengan baik.
1) Pemenuhan karakteristik proses pembelajaran yang
Dokumen kurikulum menjelaskan
terdiri atas sifat interaktif, holistik, integratif,
tentang rasionalisasi penyusunan
saintifik, kontekstual, tematik, efektif, kolaboratif, kurikulum. Dalam kerangka KKNI,
dan berpusat pada mahasiswa. Program studi harus dokumen kurikulum menjelaskan
menjelaskan penerapan proses pembelajaran bagaimana proses penyusunan
berdasarkan sifat-sifat tersebut untuk kurikulum dilakukan dari mulai
menghasilkan profil lulusan yang diterapkan di mendefinisikan profil lulusan,
program studi yang diakreditasi sesuai dengan kompetensi yang diperlukan, bahan
capaian pembelajaran yang direncanakan dalam kajian yang perlu diberikan,
dokumen kurikulum. penjabarannya dalam mata kuliah
2) Ketersediaan dokumen rencana pembelajaran lengkap dengan beban SKSnya,
sampai ke rincian bahan kuliah dan
semester (RPS) dengan kedalaman dan keluasan
metode evaluasinya.
sesuai dengan capaian pembelajaran lulusan.
Pelaksanaan proses pembelajaran yang mencakup Terkait dengan suasana akademik,
bentuk interaksi antara dosen, mahasiswa, dan dalam LED ini tidak cukup hanya
sumber belajar, pemantauan kesesuaian proses ditunjukkan kegiatan-kegiatan yang
terhadap rencana pembelajaran, metoda dilakukan, tetapi yang lebih penting
pembelajaran yang secara efektif diterapkan untuk adalah pengaruh kegiatan-kegiatan
mendukung capaian pembelajaran, serta tersebut pada penumbuhan suasana
keterkaitan kegiatan penelitian dan PkM dalam akademik.
proses pembelajaran.
3) Monitoring dan evaluasi pelaksanaan proses
pembelajaran mencakup karakteristik,
perencanaan, pelaksanaan, proses pembelajaran
dan beban belajar mahasiswa untuk memperoleh
capaian pembelajaran lulusan.
4) Mutu pelaksanaan penilaian pembelajaran (proses
dan hasil belajar mahasiswa) untuk mengukur
ketercapaian capaian pembelajaran lulusan
berdasarkan prinsip penilaian yang edukatif,
otentik, objektif, akuntabel, dan transparan, dan
dilakukan secara terintegrasi.
5) Hasil analisis data terhadap luaran penelitian
dan/atau luaran PkM yang diintegrasikan ke dalam
pembelajaran/pengembangan mata kuliah (Tabel
5.b. LKPS).
c) Suasana akademik
Keterlaksanaan dan keberkalaan program dan kegiatan
akademik di luar kegiatan pembelajaran terstruktur yang
menunjukkan adanya interaksi antar sivitas akademika
untuk menciptakan suasana akademik yang kondusif
dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran. Program
dan kegiatan (seperti: seminar ilmiah, bedah buku, dll.)
dilaksanakan dengan mengusung nilai-nilai kebebasan
akademik, kebebasan mimbar akademik, dan otonomi
keilmuan untuk membangun dan memupuk budaya
akademik yang berintegritas.
Indikator Kinerja Tambahan UPPS dan prodi dapat menggunakan
Indikator kinerja tambahan adalah indikator proses pendidikan standar-standar yang disebutkan
lain berdasarkan standar yang ditetapkan oleh perguruan tinggi dalam dokumen Standar Mutu, yang
dan/atau UPPS untuk melampaui SN-DIKTI. Data indikator sifatnya melampaui standar nasional
pendidikan tinggi. Beberapa contoh
kinerja tambahan yang sahih harus diukur, dimonitor, dikaji dan
IKT, antara lain: program sertifikasi
dianalisis untuk perbaikan berkelanjutan. kompetensi bagi mahasiswa
(mahasiswa dilengkapi dengan
ketrampilan khusus yang disertifikasi
setelah menjalani ujian kompetensi),
program magang industri, program
entrepreneurship bagi mahasiswa,
program portofolio mahasiswa
(“rapor” bagi mahasiswa yang berisi
berbagai kegiatan akademik dan non-
akademik yang diikutinya selama
menempuh studi). Sekali lagi, dalam
menentukan IKT perlu juga
dipertimbangkan bagaimana
mengukur, memonitor, dan
menganalisis kinerjanya.

Evaluasi Capaian Kinerja


Berisi deskripsi dan analisis keberhasilan dan/atau
ketidakberhasilan pencapaian standar yang telah ditetapkan.
Capaian kinerja harus diukur dengan metoda yang tepat, dan
hasilnya dianalisis serta dievaluasi. Analisis terhadap capaian
kinerja harus mencakup identifikasi akar masalah, faktor
pendukung keberhasilan dan faktor penghambat ketercapaian
standar, dan deskripsi singkat tindak lanjut yang akan dilakukan
UPPS.

Penjaminan Mutu Salah satu kelemahan yang sering


Berisi deskripsi dan bukti sahih tentang implementasi sistem dijumpai adalah tidak terbangunnya
penjaminan mutu di UPPS yang sesuai dengan standar yang siklus PPEPP secara utuh. UPPS dan
ditetapkan perguruan tinggi terkait proses pendidikan, yang prodi pada umumnya sudah memiliki
dan menjalankan mekanisme
mengikuti siklus penetapan, pelaksanaan, evaluasi,
penjaminan mutu dari mulai
pengendalian, dan perbaikan berkelanjutan (PPEPP). mendefinisikan standar,
menjalankannya, memonitor
pelaksanaannya, sampai ke
mengevaluasinya. Yang sering
terlupakan adalah menggunakan
hasil evaluasi untuk merencanakan
perbaikan atau peningkatan pada
siklus selanjutnya. Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya,
keterpenuhan siklus ini adalah syarat
minimal nilai butir penjaminan mutu
untuk prodi dapat terakreditasi.
Sebagai contoh konkrit, banyak
UPPS/prodi yang telah melaksanakan
monev pelaksanaan pembelajaran
sampai ke menghasilkan
rekomendasi perbaikan, tetapi belum
memastikan bahwa rekomendasi
tersebut benar-benar dijalankan.
Tanpa kepastian ini, monev yang
dilakukan tahun berikutnya akan
menemukan kelemahan yang sama.

Kepuasan Pengguna Informasi tentang kepuasan


Berisi deskripsi mengenai pengukuran kepuasan mahasiswa mahasiswa dapat diperoleh melalui
terhadap layanan dan pelaksanaan proses pendidikan yang survei reguler (biasanya tiap
memenuhi aspek- aspek berikut: semester atau tiap tahun). Yang perlu
diperhatikan adalah bagaimana hasil
a) Kejelasan instrumen yang digunakan, pelaksanaan,
survei ditindaklanjuti dan dijadikan
perekaman dan analisis datanya. bahan perbaikan.
b) Ketersediaan bukti yang sahih tentang hasil pengukuran
kepuasan mahasiswa yang dilaksanakan secara konsisten,
dan ditindaklanjuti secara berkala dan tersistem (Tabel
5.c. LKPS).

Simpulan Hasil Evaluasi dan Tindak Lanjut


Berisi ringkasan dari pemosisian, masalah dan akar masalah,
serta rencana perbaikan dan pengembangan yang akan
dilakukan oleh UPPS terkait proses pendidikan pada program
studi yang diakreditasi.

II.4.7 Penelitian

Latar Belakang Harapan pemerintah (Kemristekdikti),


Bagian ini mencakup latar belakang, tujuan, dan rasional dunia industri, dan masyarakat
penentuan strategi pencapaian standar pendidikan tinggi yang terhadap penelitian sebagai
ditetapkan perguruan tinggi terkait penelitian, yang mencakup mekanisme untuk menghasilkan
inovasi-inovasi yang diperlukan untuk
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan pelaporan
peningkatan daya saing. Bagaimana
penelitian yang didasarkan atas faktor internal dan eksternal UPPS dan prodi memandang
pada bidang keilmuan program studi yang diakreditasi. posisinya dalam merespon tuntutan
dan kebutuhan ini sebagai rasional
dalam menetapkan standar terkait
penelitian perlu dijelaskan dalam
bagian Latar Belakang ini.

Bagaimana UPPS dan prodi


mempertahankan relevansi
penelitian terhadap problem yang
dihadapi perlu ditonjolkan
penjelasannya.

Kebijakan Instrumen baru mendorong pelibatan


Bagian ini berisi deskripsi dokumen formal kebijakan penelitian mahasiswa dalam penelitian dosen
yang mendorong adanya keterlibatan mahasiswa program studi dalam sebuah roadmap yang jelas.
dalam penelitian dosen. Kebijakan penelitian juga harus UPPS dan prodi perlu melakukan
perencanaan penelitian secara lebih
memastikan adanya peta jalan penelitian yang memayungi
terstruktur, sistematis, dan
tema penelitian dosen dan mahasiswa. melembaga.

Strategi Pencapaian Di berbagai perguruan tinggi,


Bagian ini mencakup strategi UPPS dalam pencapaian standar keberadaan unit (formal maupun
pendidikan tinggi yang ditetapkan perguruan tinggi terkait informal) semacam Grup Riset dapat
membantu menciptakan atmosfer
penelitian dosen dan mahasiswa. Pada bagian ini juga harus penelitian yang lebih kondusif. Grup
diuraikan sumber daya yang dialokasikan untuk mencapai Riset dapat diserahi tugas
standar yang telah ditetapkan serta mekanisme kontrol mengembangkan tema-tema besar
ketercapaiannya. penelitian, menyusun roadmap,
sampai ke membagi pembimbing
tugas akhir/tesis mahasiswa yang
dikaitkan dengan penelitian yang
dilakukan dosen.

Indikator Kinerja Utama Dalam contoh prodi GK, peta jalan


(roadmap) harus dapat menunjukkan
a) Relevansi penelitian DTPS di UPPS mencakup unsur-unsur arah pengembangan keilmuan di
sebagai berikut: bidang game komputer. Roadmap
penelitian juga harus menunjukkan
1) UPPS memiliki peta jalan yang memayungi tema
fungsinya sebagai payung bagi
penelitian dosen dan mahasiswa serta penelitian dosen (dan mahasiswa).
pengembangan keilmuan program studi yang Tema-tema penelitian dosen bisa
diakreditasi. berupa apapun, yang penting bisa
2) Dosen dan mahasiswa melaksanakan penelitian ditunjukkan relevansinya dengan
sesuai dengan peta jalan penelitian. roadmap yang ada. Sebagai contoh,
3) UPPS melakukan evaluasi kesesuaian penelitian sebagian dosen bisa saja melakukan
dosen dan mahasiswa terhadap peta jalan, dan penelitian tentang kecerdasan
4) UPPS menggunakan hasil evaluasi untuk perbaikan buatan (AI), tetapi jika tema ini
relevansi penelitian dan pengembangan keilmuan dikaitkan dengan bidang game
komputer, maka pemilihan tema
program studi yang diakreditasi.
tersebut akan terjustifikasi.

Data penelitian dosen yang melibatkan mahasiswa disajikan


dengan teknik representasi yang relevan (misalnya: kurva
tren, rasio, dan proporsi) dan komprehensif, serta
disimpulkan kecenderungannya. Data dan analisis yang
disampaikan meliputi aspek:
b) Keterlibatan mahasiswa pada kegiatan penelitian DTPS
dalam 3 tahun terakhir (Tabel 6.a LKPS). Data dan
analisis disampaikan oleh pengusul dari program studi
pada program Sarjana/Sarjana
Terapan/Magister/Magister Terapan/Doktor/Doktor
Terapan.
c) Kegiatan penelitian DTPS yang digunakan sebagai
rujukan tema tesis atau disertasi mahasiswa dalam 3
tahun terakhir (Tabel 6.b LKPS). Tema tesis dan/atau
disertasi mahasiswa harus terkait dengan agenda
penelitian dosen yang merupakan penjabaran dari peta
jalan penelitian PT/UPPS. Data dan analisis disampaikan
oleh pengusul dari program studi pada program
Magister/Magister Terapan/Doktor/Doktor Terapan.

Indikator Kinerja Tambahan Beberapa contoh IKT penelitian yang


Indikator kinerja tambahan adalah indikator kinerja penelitian dapat digunakan untuk melampaui
lain yang berlaku di UPPS berdasarkan standar pendidikan standar nasional pendidikan tinggi
tinggi yang ditetapkan perguruan tinggi untuk melampaui SN- antara lain: dampak penelitian (PT
menetapkan standar terkait lingkup
DIKTI. Data indikator kinerja tambahan yang sahih harus diukur,
dampak penelitian yang dilakukan
dimonitor, dikaji dan dianalisis untuk perbaikan berkelanjutan. dosen), hibah penelitian (terkait
banyaknya dana hibah yang bisa
diraih), kerjasama penelitian (terkait
banyaknya penelitian yang dilakukan
dalam skema kerjasama), dsb.

Evaluasi Kinerja Capaian


Berisi deskripsi dan analisis keberhasilan dan/atau
ketidakberhasilan atas ketercapaian indikator kinerja yang
berlaku di UPPS berdasarkan standar pendidikan tinggi yang
ditetapkan perguruan tinggi. Capaian kinerja harus diukur
dengan metoda yang tepat, dan hasilnya dianalisis serta
dievaluasi. Analisis terhadap capaian kinerja harus mencakup
identifikasi akar masalah, faktor pendukung keberhasilan dan
faktor penghambat ketercapaiannya, serta deskripsi singkat
tindak lanjut yang akan dilakukan.

Penjaminan Mutu Dalam instrumen baru ini, UPPS dan


Berisi deskripsi dan bukti sahih tentang implementasi sistem prodi diminta untuk menjelaskan
penjaminan mutu di UPPS yang sesuai dengan standar bagaimana siklus PPEPP diterapkan
pendidikan tinggi yang ditetapkan perguruan tinggi terkait untuk menjamin ketercapaian
standar-standar penelitian yang
proses penelitian, yang mengikuti siklus penetapan,
diadopsi oleh PT. Karena pengelolaan
pelaksanaan, evaluasi, pengendalian, dan perbaikan penelitian biasanya dilakukan secara
berkelanjutan (PPEPP). terpusat oleh LPPM (atau lembaga
sejenis lainnya), maka UPPS dan
prodi perlu berkonsultasi dengan
LPPM untuk dapat menjelaskan
penjaminan mutu untuk penelitian.
Sekali lagi perlu diingat bahwa
kesinambungan siklus merupakan
faktor penting agar penjaminan mutu
dapat dikatakan bermutu baik.

Kepuasan Pengguna Ada 2 jenis pengguna: peneliti dan


Berisi deskripsi mengenai pengukuran kepuasan peneliti dan mitra kegiatan penelitian. Jika
mitra kegiatan penelitian terhadap layanan dan pelaksanaan pengukuran kepuasan dilakukan
proses penelitian yang memenuhi aspek-aspek berikut: melalui survei, maka harus ada 2
survei yang berbeda untuk kedua
a) Kejelasan instrumen yang digunakan, pelaksanaan,
jenis pengguna ini.
perekaman dan analisis datanya.
b) Ketersediaan bukti yang sahih tentang hasil pengukuran
kepuasan peneliti dan mitra kegiatan penelitian yang
dilaksanakan secara konsisten, dan ditindaklanjuti secara
berkala dan tersistem.

Simpulan
Berisi ringkasan dari pemosisian, masalah dan akar masalah,
serta rencana perbaikan dan pengembangan UPPS terkait
kegiatan penelitian pada program studi yang diakreditasi.

II.4.8 Pengabdian kepada Masyarakat (PkM)

Latar Belakang PkM adalah darma yang penting


Bagian ini mencakup latar belakang, tujuan, dan rasional untuk menjamin relevansi produk
penentuan strategi pencapaian standar pendidikan tinggi yang perguruan tinggi terhadap kebutuhan
ditetapkan perguruan tinggi terkait pengabdian kepada penggunanya. PkM dapat digunakan
masyarakat (PkM), yang mencakup perencanaan, pelaksanaan, sebagai saluran mengenalkan dan
pemantauan, dan pelaporan PkM yang didasarkan atas faktor mengimplementasikan hasil-hasil
internal dan eksternal pada bidang keilmuan program studi penelitian kepada masyarakat. PkM
juga berfungsi mempertajam sense
yang diakreditasi.
mahasiswa terhadap problem-
problem riil yang ada di lapangan dan
melatih ketrampilan menemukan
solusi yang sesuai dengan kondisi
nyata penggunanya (masyarakat).
Pengelolaan PkM seharusnya
bertujuan memaksimalkan potensi
PkM sebagai saluran untuk menjaga
relevansi ini, sehingga perguruan
tinggi tidak ditinggalkan oleh
masyarakat. Penjelasan ini bisa
menjadi rasional bagi penetapan
standar terkait PkM.

Kebijakan
Bagian ini berisi deskripsi dokumen formal kebijakan PkM yang
mendorong adanya keterlibatan mahasiswa program studi
dalam PkM dosen. Kebijakan PkM juga harus memastikan
adanya peta jalan PkM yang memayungi tema PkM dosen dan
mahasiswa.

Strategi Pencapaian Untuk mendapatkan dampak yang


Bagian ini mencakup strategi UPPS dalam pencapaian standar bermakna dan berkelanjutan, sering
pendidikan tinggi yang ditetapkan perguruan tinggi terkait PkM kali kegiatan PkM tidak bisa
dosen dan mahasiswa. Pada bagian ini juga harus diuraikan diselenggarakan sendiri oleh
perguruan tinggi. Kebutuhan modal
sumber daya yang dialokasikan untuk mencapai standar yang
(dana), peralatan, atau tenaga ahli
telah ditetapkan serta mekanisme kontrol ketercapaiannya. yang diperlukan untuk kegiatan-
kegiatan yang besar, berjangka waktu
lama, dan memerlukan keahlian
khusus sering tidak bisa dipenuhi
oleh perguruan tinggi. Dalam situasi
seperti ini, kerja sama dengan pihak
lain, industri atau instansi
pemerintah khususnya, menjadi opsi
yang perlu dipertimbangkan dengan
serius. Dalam PkM yang melibatkan
pihak ketiga, titik kritisnya adalah
bagaimana mempertemukan
kepentingan semua pihak yang
terlibat.

Indikator Kinerja Utama


a) Relevansi PkM DTPS di UPPS mencakup unsur-unsur
sebagai berikut:
1) UPPS memiliki peta jalan yang memayungi tema
PkM dosen dan mahasiswa serta
hilirisasi/penerapan keilmuan program studi yang
diakreditasi.
2) Dosen dan mahasiswa melaksanakan PkM sesuai
dengan peta jalan PkM.
3) UPPS melakukan evaluasi kesesuaian PkM dosen
dan mahasiswa terhadap peta jalan, dan
4) UPPS menggunakan hasil evaluasi untuk perbaikan
relevansi PkM dan pengembangan keilmuan
program studi yang diakreditasi.
b) Data PkM dosen yang melibatkan mahasiswa disajikan
dengan teknik representasi yang relevan (misalnya: kurva
tren, rasio, dan proporsi) dan komprehensif, serta
disimpulkan kecenderungannya. Data dan analisis yang
disampaikan meliputi keterlibatan mahasiswa pada
kegiatan PkM DTPS dalam 3 tahun terakhir (Tabel 7
LKPS). Data dan analisis disampaikan oleh pengusul dari
program studi pada program Diploma
Tiga/Sarjana/Sarjana Terapan.

Indikator Kinerja Tambahan


Indikator kinerja tambahan adalah indikator kinerja PkM lain
yang berlaku di UPPS berdasarkan standar pendidikan tinggi
yang ditetapkan perguruan tinggi untuk melampaui SN-DIKTI.
Data indikator kinerja tambahan yang sahih harus diukur,
dimonitor, dikaji dan dianalisis untuk perbaikan berkelanjutan.

Evaluasi Capaian Kinerja


Berisi deskripsi dan analisis keberhasilan dan/atau
ketidakberhasilan atas ketercapaian indikator kinerja yang
berlaku di UPPS berdasarkan standar pendidikan tinggi yang
ditetapkan perguruan tinggi. Capaian kinerja harus diukur
dengan metoda yang tepat, dan hasilnya dianalisis serta
dievaluasi. Analisis terhadap capaian kinerja harus mencakup
identifikasi akar masalah, faktor pendukung keberhasilan dan
faktor penghambat ketercapaiannya, serta deskripsi singkat
tindak lanjut yang akan dilakukan.

Penjaminan Mutu Mirip dengan penelitian, penjaminan


Berisi deskripsi dan bukti sahih tentang implementasi sistem mutu PkM biasanya dilakukan pada
penjaminan mutu di UPPS yang sesuai dengan standar tingkat pusat oleh lembaga semacam
pendidikan tinggi yang ditetapkan perguruan tinggi terkait PkM, LPPM. Kesinambungan siklus PPEPP
perlu dijaga dengan baik.
yang mengikuti siklus penetapan, pelaksanaan, evaluasi,
pengendalian, dan perbaikan berkelanjutan (PPEPP).

Kepuasan Pengguna
Berisi deskripsi mengenai pengukuran kepuasan pelaksana PkM
dan mitra kegiatan PkM terhadap layanan dan pelaksanaan
proses PkM yang memenuhi aspek-aspek berikut:
a) Kejelasan instrumen yang digunakan, pelaksanaan,
perekaman dan analisis datanya.
b) Ketersediaan bukti yang sahih tentang hasil pengukuran
kepuasan pelaksana dan mitra kegiatan PkM yang
dilaksanakan secara konsisten, dan ditindaklanjuti secara
berkala dan tersistem.

Simpulan Hasil Evaluasi


Berisi ringkasan dari pemosisian, masalah dan akar masalah,
serta rencana perbaikan dan pengembangan UPPS terkait
kegiatan PkM pada program studi yang diakreditasi.

II.4.9 Luaran dan Capaian Tridarma

Indikator Kinerja Utama


a) Luaran Dharma Pendidikan
Kinerja dharma pendidikan diukur berdasarkan
keberadaan dan implementasi sistem yang
menghasilkan data luaran dan capaian pendidikan yang
sahih, mencakup metoda yang digunakan untuk
mengukur capaian pembelajaran lulusan, prestasi
mahasiswa, efektivitas dan produktivitas pendidikan,
daya saing lulusan, serta kinerja lulusan.
Deskripsi luaran dharma pendidikan diawali dengan
uraian mengenai analisis pemenuhan capaian
pembelajaran lulusan yang dilakukan oleh UPPS dan
program studi, mencakup aspek keserbacakupan,
kedalaman dan kebermanfaatan yang ditunjukkan
dengan adanya peningkatan capaian pembelajaran
lulusan dari waktu ke waktu. Selanjutnya data luaran
dharma pendidikan disajikan dengan teknik representasi
yang relevan (misalnya: kurva tren, rasio, dan proporsi)
dan komprehensif, serta disimpulkan
kecenderungannya.

Data dan analisis yang disampaikan meliputi aspek-


aspek:
1) Capaian pembelajaran lulusan yang diukur
berdasarkan rata-rata IPK lulusan (Tabel 8.a.
LKPS)
2) Capaian prestasi mahasiswa:
a. bidang akademik (Tabel 8.b.1) LKPS).
b. bidang nonakademik (Tabel 8.b.2) LKPS).
Data dan analisis disampaikan untuk
usulan program Diploma
Tiga/Sarjana/Sarjana Terapan
3) Efektivitas dan produktivitas pendidikan:
a. Rata-rata masa studi (Tabel 8.c LKPS).
b. Persentase kelulusan tepat waktu (Tabel
8.c LKPS).
c. Persentase keberhasilan studi (Tabel 8.c
LKPS)
4) Daya saing lulusan:
a. Deskripsi mengenai pelaksanaan studi
penelusuran lulusan (tracer study)
mencakup aspek organisasi, metodologi,
instrumen, penilaian, evaluasi, dan
pemanfaatan hasil studi.
b. Waktu tunggu lulusan untuk
mendapatkan pekerjaan pertama atau
berwirausaha pada bidang kerja/usaha
yang relevan dengan bidang program
studi (Tabel 8.d.1) LKPS). Data dan
analisis disampaikan untuk usulan
program Diploma Tiga/Sarjana/Sarjana
Terapan.
c. Persentase kesesuaian bidang kerja
lulusan saat mendapatkan pekerjaan
pertama (Tabel 8.d.2) LKPS). Data
diambil dari hasil studi penelusuran
lulusan (tracer study). Data dan analisis
disampaikan untuk usulan program
Diploma Tiga/Sarjana/Sarjana
Terapan/Magister/Magister Terapan.
5) Kinerja lulusan:
a. Deskripsi mengenai pelaksanaan studi
penelusuran lulusan (tracer study)
terhadap pengguna lulusan, mencakup
aspek organisasi, metodologi,
instrumen, penilaian, evaluasi, dan
pemanfaatan hasil studi.
b. Tempat kerja lulusan: tingkat/ukuran
tempat kerja/berwirausaha lulusan
(Tabel 8.e.1) LKPS). Data dan analisis
disampaikan untuk usulan program
Diploma Tiga/Sarjana/Sarjana Terapan.
c. Tingkat kepuasan pengguna lulusan
pada aspek etika, keahlian pada bidang
ilmu, kemampuan berbahasa asing,
penggunaan teknologi informasi,
kemampuan berkomunikasi, kerjasama
tim, dan pengembangan diri (Tabel
8.e.2) LKPS). Data dan analisis
disampaikan untuk usulan program
Diploma Tiga/Sarjana/Sarjana
Terapan/Magister/Magister Terapan.
b) Luaran Dharma Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat
Data dan analisis yang disampaikan meliputi aspek-
aspek:
1) Publikasi ilmiah yang dihasilkan mahasiswa
secara mandiri atau bersama DTPS (Tabel 8.f.1)
LKPS). Data dan analisis disampaikan untuk
usulan program Sarjana/Magister/Doktor.
2) Pagelaran/pameran/presentasi/publikasi ilmiah
yang dihasilkan mahasiswa secara mandiri atau
bersama DTPS (Tabel 8.f.1) LKPS). Data dan
analisis disampaikan untuk usulan program
Sarjana Terapan/Magister Terapan/Doktor
Terapan.
3) Karya ilmiah mahasiswa, yang dihasilkan secara
mandiri atau bersama DTPS, yang disitasi (Tabel
8.f.2) LKPS). Data dan analisis disampaikan untuk
usulan program Magister/Magister
Terapan/Doktor/Doktor Terapan.
4) Produk/jasa mahasiswa, yang dihasilkan secara
mandiri atau bersama DTPS, yang diadopsi
masyarakat/industri (Tabel 8.f.3) LKPS). Data
dan analisis disampaikan untuk usulan program
Diploma Tiga/Sarjana Terapan/Doktor/Doktor
Terapan.
5) Luaran penelitian/PkM lainnya yang dihasilkan
mahasiswa, baik secara mandiri atau bersama
DTPS, misalnya: HKI, Teknologi Tepat Guna,
Produk, Karya Seni, Rekayasa Sosial, Buku ber-
ISBN, Book Chapter (Tabel 8.f.4) LKPS). Data dan
analisis disampaikan untuk usulan program
Sarjana/Sarjana Terapan/Magister/Magister
Terapan/Doktor/Doktor Terapan.

Indikator Kinerja Tambahan


Indikator kinerja tambahan adalah indikator kinerja luaran dan
capaian tridharma lain yang berlaku di UPPS berdasarkan
standar pendidikan tinggi yang ditetapkan perguruan tinggi
untuk melampaui SN-DIKTI. Data indikator kinerja tambahan
yang sahih harus diukur, dimonitor, dikaji, dan dianalisis untuk
perbaikan berkelanjutan.

Evaluasi Capaian Kinerja Terkait Luaran dan Capaian Tridarma,


Berisi deskripsi dan analisis keberhasilan dan/atau bagian yang paling penting adalah
ketidakberhasilan atas ketercapaian indikator kinerja yang evaluasi ketercapaiannya. Penjelasan
berlaku di UPPS berdasarkan standar pendidikan tinggi yang tentang faktor-faktor pendukung
ketercapaian atau penghambat
ditetapkan perguruan tinggi. Capaian kinerja harus diukur
ketidaktercapaian akan memberikan
dengan metoda yang tepat, dan hasilnya dianalisis serta insight dan dasar bagi rencana-
dievaluasi. Analisis terhadap capaian kinerja harus mencakup rencana perbaikan pada masa
identifikasi akar masalah, faktor pendukung keberhasilan dan mendatang.
faktor penghambat ketercapaiannya, serta deskripsi singkat
tindak lanjut yang akan dilakukan. Indikator-indikator yang disebutkan
pada kriteria ini adalah “muara” dari
berbagai proses yang berjalan di
UPPS dan prodi. Keberhasilan atau
ketidakberhasilan biasanya tidak
disebabkan oleh satu faktor
penyebab saja. Kemampuan
mengidentifikasi secara menyeluruh
dan komprehensif, termasuk
keterkaitan antar faktor penyebab,
menjadi penting untuk bisa
menghasilkan analisis yang kuat.
Untuk itu biasanya diperlukan cross-
reference yang ekstensif.

Penjaminan Mutu
Berisi deskripsi dan bukti sahih tentang implementasi sistem
penjaminan mutu di UPPS yang sesuai dengan standar
pendidikan tinggi yang ditetapkan perguruan tinggi terkait
luaran dan capaian tridharma, yang mengikuti siklus
penetapan, pelaksanaan, evaluasi, pengendalian, dan perbaikan
berkelanjutan (PPEPP).

Kepuasan Pengguna
Berisi deskripsi mengenai pengukuran kepuasan pengguna
lulusan dan mitra kerja terhadap kinerja lulusan yang
memenuhi aspek-aspek berikut:
a) Kejelasan instrumen yang digunakan, pelaksanaan,
perekaman dan analisis datanya.
b) Ketersediaan bukti yang sahih tentang hasil
pengukuran kepuasan pengguna lulusan yang
dilaksanakan secara konsisten, dan ditindaklanjuti
secara berkala dan tersistem.

Simpulan Hasil Evaluasi


Berisi ringkasan dari pemosisian, masalah dan akar masalah,
serta rencana perbaikan dan pengembangan UPPS terkait
luaran dan capaian tridharma pada program studi yang
diakreditasi.

II.5. Analisis dan Penetapan Program Pengembangan

Setelah semua kriteria selesai dideskripsikan dalam berbagai


aspeknya, maka bagian ini membicarakan langkah
kelanjutannya. “Setelah tahu kondisi kita, lalu apa langkah
selanjutnya”, demikian kira-kira positioning dari bagian ini.

Diawali dengan analisis secara menyeluruh, esensi bagian ini


adalah menjelaskan strategi pengembangan ke depan untuk
menuju visi dan tujuan yang telah ditetapkan. Tidak hanya itu,
bagian ini juga menjelaskan bagaimana UPPS dan prodi
menjamin keberlanjutan dari langkah-langkah pencapaian
tujuan tersebut.

II.5.1 Analisis Capaian Kinerja Bagian ini semacam merupakan


Aspek-aspek antar kriteria yang dievaluasi mencakup “rangkuman” dari evaluasi kinerja
kelengkapan, keluasan, kedalaman, ketepatan, dan ketajaman yang dijelaskan pada masing-masing
analisis untuk mengidentifikasi akar masalah yang didukung kriteria. Analisis yang disampaikan
pada bagian ini lebih holistik, melihat
oleh data/informasi yang andal dan memadai serta konsisten
secara lebih makro, mengidentifikasi
dengan hasil analisis yang disampaikan pada setiap kriteria di isu-isu besar yang dihadapi UPPS dan
atas. prodi terkait dengan capaian
kinerjanya. Karena sifatnya yang
makro, maka relasi-relasi antar
komponen dan cross-rerefences
harus terlihat.

II.5.2 Analisis SWOT atau Analisis Lain yang Relevan Analisis yang disampaikan pada
Ketepatan mengidentifikasi kekuatan atau faktor pendorong, bagian ini melengkapi analisis
kelemahan atau faktor penghambat, peluang dan ancaman capaian kinerja pada bagian
yang dihadapi dalam keterkaitannya dengan hasil analisis sebelumnya. Analisis SWOT, root
cause, atau yang lainnya digunakan
capaian kinerja. Hasil identifikasi tersebut dianalisis untuk
untuk menemukan faktor-faktor
menentukan posisi UPPS dan program studi yang diakreditasi, pendukung dan/atau penghambat.
serta menjadi dasar untuk mendapatkan alternatif solusi dan Pada tataran makro, faktor-faktor
menetapkan program pengembangan. pendukung dan/atau penghambat
harus digali sampai pada level
mendasar. Analisis jangan berhenti
pada level permukaan. Pernyataan
“Jumlah penelitian sedikit karena
kurangnya jumlah dosen di prodi GK”
tidak cukup dalam untuk
menggambarkan apa sebenarnya
penyebab kurangnya jumlah
penelitian. Benarkah hanya jumlah
dosen yang berpengaruh? Bagaimana
dengan dukungan institusi? Apakah
iklim/suasana akademik sudah
mendukung? Hal-hal tersebut perlu
juga dikaji untuk mengidentifikasi
akar-akar penyebabnya.

Pada akhirnya, sangat penting untuk


menghubungkan analisis pada bagian
ini dengan analisis capaian kinerja
pada bagian sebelumnya. Pembaca
harus bisa memahami “capaian
seperti apa disebabkan oleh faktor
apa saja”.

II.5.3 Strategi Pengembangan Setelah mengidentifikasi isu-isu besar


Kemampuan UPPS dalam menetapkan strategi dan program terkait dengan capaian kinerja
pengembangan berdasarkan prioritas sesuai dengan kapasitas, beserta faktor-faktor pendukung
kebutuhan, dan VMT UPPS secara keseluruhan, terutama dan/atau penghambatnya, langkah
berikutnya adalah menyusun strategi
pengembangan program studi yang diakreditasi.
pengembangan. Strategi-strategi
makro yang dirumuskan harus
memiliki keterkaitan yang jelas
dengan analisis yang disusun
sebelumnya. Perumusan strategi juga
perlu mempertimbangkan kapasitas,
kemampuan, minat, dan budaya di
UPPS dan prodi.

Pembaca harus bisa menyimpulkan


atas dasar apa sebuah strategi
dibuat. Rasionalitas ini penting sekali
untuk menilai apakah sebuah strategi
layak untuk dijalankan atau tidak.
II.5.4 Program Keberlanjutan Sebagaimana berbagai institusi
Mekanisme penjaminan keberlangsungan program modern lainnya, perguruan tinggi
pengembangan dan good practices yang dihasilkan, serta adalah sebuah institusi yang
jaminan ketersediaan sumberdaya untuk mendukung senantiasa tumbuh dan berkembang.
Ia harus menjadi “learning
pelaksanaan program termasuk rencana penjaminan mutu yang
institution” yang dapat berkembang
berkelanjutan. dengan kemampuannya sendiri.
Bagian ini menjelaskan bagaimana
UPPS dan prodi “belajar tumbuh”,
berbekal pengetahuan tentang
dirinya sendiri, pengalaman yang
pernah dijalani, kemampuan yang
dimiliki, serta arah tujuan yang
diinginkannya. Proses “belajar
tumbuh” ini yang dapat
mengantarkan perguruan tinggi
melangkah ke tingkat yang lebih baik,
tahap demi tahap.
BAB III Penutup

Perubahan paradigma pada instrumen akreditasi versi baru


membawa implikasi yang cukup besar bagi perguruan tinggi.
Beberapa implikasi penting antara lain:

• Peran UPPS dan prodi, termasuk relasi antara keduanya,


didefinisikan dengan jelas dan tegas dalam instrumen
akreditasi baru. UPPS adalah pemilik dan pengelola
sumber daya, sementara prodi adalah penyelenggara
program. Beberapa perguruan tinggi masih
mencampuradukkan antara sumber daya dan program,
sehingga penerapan instrumen akreditasi baru membawa
implikasi perlunya dilakukan penataan organisasi di
perguruan tinggi.
• Penetapan unit yang menjadi UPPS menjadi sangat
krusial, terutama pada perguruan tinggi dengan struktur
yang besar/gemuk. Menetapkan UPPS yang “dekat”
dengan prodi (misal: jurusan atau departemen) membuat
kohesi LED menjadi tinggi, tapi sebaliknya keluasannya
tidak bisa maksimal. Sebaliknya menetapkan UPPS yang
“jauh” dari prodi (misal: fakultas) dapat memberikan
landscape yang lebih luas bagi LED, tetapi spesifisitasnya
agak terabaikan; tidak mudah untuk menyusun LED yang
luas sekaligus spesifik merepresentasikan prodi yang
diakreditasi. Dari sisi praktis, UPPS yang memiliki banyak
prodi akan sangat direpotkan karena harus menyusun
banyak LED.
• Struktur hirarki dari institusi perguruan tinggi → UPPS →
prodi terlihat jelas dalam instrumen akreditasi baru.
Meskipun LED disusun oleh UPPS untuk kepentingan
prodi, banyak hal yang memerlukan keterlibatan institusi
perguruan tinggi, terutama yang terkait dengan kebijakan
dan pengaturan-pengaturan lain yang bersifat terpusat.
Implikasi yang muncul adalah bahwa perguruan tinggi
tidak bisa lepas tangan dalam hal penyusunan LED yang
dilakukan UPPS.
• Pola asesmen dan evaluasi yang digunakan dalam
instrumen baru ini sebenarnya sederhana. Untuk tiap
aspek yang diases dan dievaluasi, BAN-PT ingin melihat
bagaimana UPPS dan prodi memandang, mendefinisikan,
menjalankan, mengukur, dan mengevaluasinya, dan ini
dijalankan dalam kerangka peningkatan kualitas (lihat
kembali bagian I.3) secara berkelanjutan. Semua harus
dapat dibuktikan secara eksplisit.

Pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan bahwa penyusunan


LED instrumen baru memerlukan usaha yang tidak ringan.
Tidak hanya UPPS dan prodi yang terlibat langsung, tetapi
peran serta dalam bentuk langkah-langkah penyelarasan
mungkin juga perlu dilakukan pada level perguruan tinggi
(universitas, institut, atau sekolah tinggi). Bisa jadi
penyelarasannya bersifat cukup mendasar (misalkan:
mengubah struktur organisasi dan tupoksi). Hal ini yang perlu
disadari oleh pimpinan perguruan tinggi. Pada akhirnya,
instrumen akreditasi versi 4.0 ini memang berfungsi untuk
menata dan mengarahkan perguruan tinggi (bukan hanya
UPPS dan prodi) agar dapat menjalankan prinsip-prinsip
penyelenggaraan layanan pendidikan tinggi dengan baik.

Dengan terbitnya Peraturan BAN-PT no 5/2019, maka


sebenarnya penyusunan LED IAPS 4.0 memiliki kerangka yang
dapat digunakan sebagai pedoman. Berikut ini beberapa
saran untuk membantu mengikuti kerangka tersebut.

1. Gunakan Lampiran 3 PerBAN-PT no 5/2019 sebagai


pedoman umum. Dalam Lampiran 2 ini dijelaskan
tentang substansi yang harus dijelaskan pada tiap
butir komponen LED. Catatlah kata-kata kunci yang
muncul pada tiap butir komponen, dan buatlah
checklist untuk memastikan substansi tentang kata-
kata kunci tersebut muncul dalam LED yang disusun.
2. Gunakan Lampiran 2 yang menjelaskan fokus dan
elemen penilaian untuk tiap komponen untuk
memastikan bahwa penjelasan dalam LED memenuhi
kriteria penilaian. Pertanyaan yang harus dijawab
dalam crosschecking ini adalah: “Apakah uraian
tentang butir X sudah memenuhi kriteria untuk butir
X yang disebutkan dalam Lampiran 2?”
3. Yang terakhir, ada kalanya kita perlu melakukan self-
assessment untuk memperkirakan nilai yang akan
diperoleh. Gunakan Lampiran 6 untuk tujuan ini,
namun satu catatan penting yang perlu diperhatikan:
gunakan Lampiran 6 sesuai dengan peruntukannya
sebagai alat untuk self-assessment posisi kita. Jangan
sebaliknya: menggunakan Lampiran 6 untuk
membuat agar LED kita seolah-olah memenuhi
kriteria nilai maksimal. Praktek make-up semacam ini
hanya akan menyulitkan UPPS dan prodi di belakang
hari. Tetaplah jujur, apa adanya, dan be yourself.
Sekali lagi, akreditasi bukanlah end of the world.
Akreditasi hanyalah sekedar potret diri kita pada satu
titik di linimasa. Masih ada perjalanan ke depan,
masih banyak kesempatan untuk memperbaiki diri.
Kelemahan yang ditemukan hari ini justru bisa
menjadi titik awal untuk perbaikan dan
penyempurnaan di kemudian hari.
Referensi:

[1] Peraturan BAN-PT no 5/2019 tentang Instrumen


Akreditasi Program Studi (beserta lampiran-
lampirannya)

[2] Basarudin, T. Instrumen Akreditasi Baru. Bengkulu, 3


Mei 2019 (Presentasi PPT)

[3] Nirwan, Saepudin. Instrumen Akreditasi Perguruan


Tinggi: Perkembangan Terkini Akreditasi Perguruan
Tinggi. Yogyakarta, 9 Mei 2019 (Presentasi PPT)

[4] Indrajit, R.E. Manajemen dan Governance. Seri 999


E-Artikel Sistem dan Teknologi Informasi, no. 266, 1
Juni 2013

Anda mungkin juga menyukai