Anda di halaman 1dari 47

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KLIEN Ny K.

K DENGAN
TB PARU DI KAMPUNG SKOUW MABO

OLEH

ALINCE TENOUYE, S. Kep

NIM : 20140821024007

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

STASE KOMUNITAS

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

JAYAPURA

2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga merupakan bagian dari manusia yang setiap hari selalu berhubungan dengan
kita. keadaan ini perlu kita sadari sepenuhnya bahwa setiap individu merupakan bagiannya
dani keluarga juga semua dapat diekspresikan tanpa hambatan yang berarti.
Keperawatan keluarga merupakan tingkat keperawatan kesehatan masyarakat yang
ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau satu kesatuan yang dirawat, dengan
sehat sebagai tujuan dan perawatan sebagai penyalur. Sasaran keperawatan keluarga yaitu
individu, family atau keluarga dn community atau masyarakat. Prinsip utama dalam perawatan
kesehatan masyarakat mengatakan bahwa keluarga adalah unit atau kesatuan dari pelayanan
kesehatan.
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu
tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Memasuki usia tua berarti mengalami
kemunduran, misalnya kemunduran fisisk yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut
memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin buruk gerakan
lambat, dn figur tubuh yang tidak proporsional.
Kurangnya perhatian yang memadai terhadap populasi lansia ini menciptakan ruang
kosong, yang kemudian diisi oleh dunia medis. Disatu sisi, perhatian besar dari kalangan
kedokteran ini harus disambut secara positif oleh dunia keperawatan sehingga masalah
kesehatan lansia dapat teratasi. Kesehatan merupakan aspek sangat penting yang perlu
diperhatikan pada kehidupan lansia. Semakin tua seseorang, cenderung semakin berkurang
daya tahan fisik mereka. Dalam kaitan ini, kajian terhadap keperawatan lansia (keperawatan
gerontik dan geriatrik) perlu ditingkatkan.
Keluarga mempunyai peran yang penting dalam perawatan pasien lansia. Peran penting
tersebut dimiliki keluarga dikarenakan keluarga paling banyak berhubungan dengan pasien
(lansia), keluarga adalah orang yang paling dekat dan paling mengetahui keadaan pasien,
Pasien (lansia) yang dirawat di rumah sakit nantinya akan kembali ke lingkungan keluarga.
Salah satu aspek penting dalam keperawatan adalah keluarga. Keluarga adalah unit
terkecil dalam masyarakat merupakan klien keperawatan atau si penerima asuhan
keperawatan. Keluarga berperan dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan anggota
keluarga yang sakit. Secara empiris dapat dikatakan bahwa kesehatan anggota keluarga
menjadi sangat berhubungan atau signifikan.
Prioritas tertinggi dari keluarga adalah kesejahteraan anggota keluarganya. Hal ini
tercapai apabila fungsi-fungsi dari keluarga untuk memenuhi kebutuhan tiap individu yang ada
dalam keluarga dapat tercapai dan terpenuhi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep keluarga
2. Bagaimana konsep dari keperawatan keluarga
3. Bagaimana konsep dari penyakit TB Paru
4. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada keluarga dengan lansia yang menderita TB Paru

C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui tentang Asuhan Keperawatan Keluarga dengan lansia yang menderita penyakit
TB Paru
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep keluarga
b. Mengetahui konsep keperawatan keluarga
c. Mengetahui konsep penyakit TB Paru
d. Mengetahui tentang proses Asuhan Keperawatan Keluarga dengan lansia yang
menderita penyakit TB Paru

D. MANFAAT PENILITIAN
1. Bagi Institusi Keperawatan
Sebagai bahan informasi tentang penyakit TB Paru pada keluarga dengan lansia.

2. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan wawasan tentang keperawatan keluarga dengan Lansia yang
memiliki penyakit TB Paru serta upaya pencegahan terhadap penyakit TB Paru
3. Bagi Pembaca
Sebegai referensi dan tambahan pengetahuan tentang asuhan keperawatan keluarga
dengan lansia yang menserita penyakit TB Paru
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP KELUARGA
1. Definisi
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan. (Sudiharto, 2013 : 22)
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
keterikatan aturan dan emosional dimana individu mempunyai peran masing-masing yang
merupakan bagian dari keluarga (Marilyn M. Friedman).
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan,
adopsi, kelahiran dan mempertahankan budaya yang umum. Meningkatkan perkembangan
fisik, mental, emosional dan sosialdari tiap anggota (Duvall).
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang bergabung karena hubungan
darah, perkawinan, atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi satu
sama lainnya dalam perannya dan mempertahankan suatu budaya (Bailon dan Maglaya).
Dari beberapa pengertian tentang keluarga maka dapat disimpulkan bahwa
karakteristik keluarga adalah :
a. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau
adopsi.
b. Anggota keluarga biasanya hidup berssama atau jika berpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain.
c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran
sosial : suami, istri, anak, kakak, adik.
d. Mempunyai tujuan : menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan
perkembangan fisik, psikologis dan sosial anggota.
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui
praktek keperawatan kepada keluarga, untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan
keluarga tersebut dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan(Padila, 2012).
2. Bentuk – Bentuk Keluarga
Beberapa bentuk keluarga adalah sebagai berikut:
a. Keluarga inti (Nuclear Family) Keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang
direncanakan yang terdiri dari suam, istri, dan anak-anak, baik karena kelahiran (natural)
maupun adopsi.
b. Keluarga besar (Extended Family) Keluarga inti ditambah keluarga yang lain (karena
hubungan darah), misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu termasuk keluarga
modern, seperti orang tua tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga pasangan sejanis
(guy/lesbian families).
c. Keluarga Campuran (Blended Family) Keluarga yang terdiri dari suami, istri anak-anak
kandung dan anakanak tiri.
d. Keluarga menurut hukum umum (Common Law Family) Anak-anak yang tinggal
bersama.
e. Keluarga orang tua tunggal. Keluarga yang terdiri dari pria atau wanita, mungkin karena
telah bercerai, berpisah, ditinggal mati atau mungkin tidak pernah menikah, serta anak-
anak mereka yang tinggal bersama.
f. Keluarga Hidup Bersama (Commune Family) Keluarga yang terdiri dari pria, wanita dan
anak-anak yang tinggal bersama berbagi hak dan tanggungjawab, serta memiliki
kepercayaan bersama.
g. Keluarga Serial (Serial Family) Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang telah
menikah dan mungkin telah punya anak, tetapi kemudian bercerai dan masing-masing
menikah lagi serta memiliki anak-anak dengan pasangannya masingmasing, tetapi
semuanya mengganggap sebagai satu keluarga.
h. Keluarga Gabungan (Composite Family) Keluarga yang terdiri dari suam dengan
beberapa istri dan anak-anaknya (poligami) atau istri dengan beberapa suami dan anak-
anaknya (poliandri).
i. Hidup bersama dan tinggal bersama (Cohabitation Family) Keluarga yang terdiri dari
pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ada ikatan perkawinan yang sah.

Sedangkan menurut Sussman (1970) dalam Padila( 2012) membedakan 2 bentuk


keluarga, yaitu:
a. Keluarga Tradisional (Traditional Family)
1) Keluarga yang terbentuk karena/tidak melanggar norma-norma kehidupan
masyarakat yang secara tradisional dihormati bersamasama, yang terpenting adalah
keabsahan ikatan keluarga.
2) Keluarga Inti (Nuclear Family) Keluarga yang terdiri dari suami, istri serta anak-
anak yang hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga.
3) Keluarga Inti diad (Nuclear Dyad Family) Keluarga yang terdiri dari suami dan istri
tanpa anak, atau anak-anak mereka telah tidak tinggal bersama.
4) Keluarga orang tua tunggal (Single Parent Family) Keluarga inti yang suami atau
istrinya telah meninggal dunia.
5) Keluarga orang dewasa bujangan (Single Adult Living Alone) Keluarga yang terdiri
dari satu orang dewasa laki-laki atau wanita yang hidup secara membujang.
6) Keluarga tiga generasi (Three Generation Family) Keluarga inti ditambah dengan
anak yang dilahirkan oleh anak-anak mereka.
7) Keluarga pasangan umur jompo atau pertengahan (Middle Age or Aldert Couple)
Keluarga inti diad yang suami atau istrinya telah memasuki usia pertengahan atau
lanjut.
8) Keluarga jaringan keluarga (Kin Network) Keluarga inti ditambah dengan saudara-
saudara menurut garis vertikal atau horizontal, baik dari pihak suami maupun istri.
9) Keluarga karier kedua (Second Carrier Family) Keluarga inti diad yang anak-
anaknya telah meninggalkan keluarga, suami atau istri aktif lagi kerja.
b. Keluarga Non Tradisional
Keluarga yang pembentukannya tidak sesuai atau dianggap melanggar norma-norma
kehidupan tradisional yang dihormati bersama. Yang terpenting adalah keabsahan ikatan
perkawinan antara suami-istri. Dibedakan 5 macam sebagai berikut :
1) Keluarga yang hidup bersama (Commune Family) Keluarga yang terdiri dari pria,
wanita dan anak-anak yang tinggal bersama, berbagi hak dan tanggungjawab
bersama serta memiliki kekayaan bersama.
2) Keluarga dengan orang tua tidak kawin dengan anak (Unmarried Parents and
Children Family): pria atau wanita yang tidak pernah kawin tetapi tinggal bersama
dengan anak yang dilahirkannya.
3) Keluarga pasangan tidak kawin dengan anak (Unmarried couple with children
Family): keluarga inti yang hubungan suami-istri tidak terikat perkawinan sah.
4) Keluarga pasangan tinggal bersama (Combifity Family): keluarga yang terdiri dari
pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ikatan perkawinan yang sah.
5) Keluarga homoseksual (Homoseksual Union) adalah keluarga yang terdiri dari dua
orang dengan jenis kelamin yang sama dan hidup bersama sebagai suami istri.
(Sudiharto, 2013 :23).

3. Tugas Keluarga
Dalam upaya penanggulangan masalah kesehatan, tugas keluarga merupakan faktor
utama untuk pengembangan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Tugas kesehatan
keluarga menurut Friedmann 1998 adalah sebagai berikut:
a. Mengenal gangguan perkembangan masalah kesehatan setiap anggotanya.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan kesehatan yang tepat.
c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan yang tidak dapat
membantu dirinya sendiri.
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan
kepribadian anggota keluarga.
e. Mempertahankan hubungan timabal-balik antara keluarga lembaga-embaga kesehatan
yang menunjukkan manfaat fasilitas kesehatan dengan baik. (Sri Setyowati, 2007 : 32).

4. Struktur dan Fungsi Keluarga


Setiap anggota keluarga mempunyai struktur peran formal dan informal. Misalnya,
ayah mempunyai peran formal sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah. Peran informal
ayah adalah sebagai panutan dan pelindung keluarga. Struktur kekuatan keluarga meliputi
kemampuan berkomunikasi, kemampuan keluarga untuk saling berbagi, kemampuan sistem
pendukung diantara anggota keluarga, kemampuan perawatan diri, dan kemampuan
menyelesaikan masalah.
Menurut Friedman (1999) ada lima fungsi dasar keluarga adalah sebagai berikut:
a. Fungsi afektif, adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan psikososial,
saling mengasuh dan memberikan cinta kasih, serta saling menerima dan mendukung.
b. Fungsi sosialisasi, adalah proses perkembangan dan perubahan individu keluarga,
tempat anggota keluarga berinteraksi sosial dan belajar berperan di lingkungan sosial.
c. Fungsi reproduksi, adalah fungsi keluarg meneruskan kelangsungan keturunan dan
menambah sumber daya manusia.
d. Fungsi ekonomi, adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti
sandang, pangan, dan papan.
e. Fungsi perawatan kesehatan, adalah kemampuan keluarg untuk merawat anggota
keluarga yang mengalami masalah kesehatan. (Sudiharto, 2007 : 24).

5. Peran Keluarga
a. Peran – peran formal
Peran – peran formal bersifat eksplisit yaitu setiap kandungan struktur peran keluarga.
Berbagai peranan yang terdapat dalam keluarga yaitu :
1) Peranan ayah :
Ayah sebagai suami dari istri dan anak – anak berperan mencari nafkah, pendidik,
pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota
keluarga dari klompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya dan
anggota dari masyarakat di lingkungannya.
2) Peranan ibu :
Sebagai istri dan ibu fdari anak – anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus
rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik dari anak – anaknya, pelindung dan
sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu berperan sebagai pencari
nafkah tambahan dalam keluarganya.
3) Peran Anak :
Anak – anak melakukan peranan psikososial dengan tingkat perkembangannya baik
fisik, mental, sosial dan spiritual.
b. Peran – Peran Informal
Peran – peran informal bersifat implisit, biasanya tidak tampak ke permukaan dan
dimainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan emosional individu atau
untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga, misalnya : pendorong, penguat, pendamai
dang pengharmonis.
6. Nilai – Nilai Keluarga
a. Niai merupakan suatu system, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak
mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga meruapakan
suatu pedoman perilaku dan pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan.
b. Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan system nilai
dalam keluarga.
c. Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan ditularkan
dengan tujuan untuk menyelasaikan masalah.

7. Sistem Keluarga
a. Komponen: Dalam suatu keluarga masing – masing anggota mempunyai sifat
interdependensi, interaktif dan mutual.
b. Batasan : dalam suatu keluarga pasti adanya batasan (filter)yang digunakan untuk
menyeleksi informasi yang masuk dan yang keluar. Batasan masing – masing keluarga
akan berbeda ttergantung dari beberapa factor seperti : sosial, budaya, ekonomi dan lain
– lain.
c. Keberadaan : keluarga merupakan bagian dari system yang lebih luas yaitu masyarakat.
d. Terbuka (Batas yang permeable) diaman didalam keluarga terjadi pertukaran antar
system.
e. Mempunyai : Masing – masing keluarga mempunyai organisasi / struktur yang akan
mempengaruhi fungsi yang ada dari anggotanya.

8. Tahapan Keluarga
a. Tahap I : Pasangan Baru (Keluarga Baru)
1) Membina hubungan intim yang memuaskan.
2) Membiana hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial.
3) Mendiskusikan rencana memilki anak.
b. Tahap II : Keluarga “Child bearing” (Kelahiran anak Pertama
1) Persiapan menjadi orang tua.
2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga : peran, interaksi, hubungan seksual
dan kegiatan.
3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
c. Tahap III : Kelurga dengan anak Prasekolah
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi
dan rasa aman.
2) Membantu anak untuk bersosialisasi.
3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir sementara kebutuhan anak yang lain juga
harus terpenuhi.
4) Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam maupun diluar keluarga
(keluarga lain dan lingkungan sekitar).
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap paling repot).
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga kegiatan dan waktu untuk stimulasi
tumbuh dan kembang anak.
d. Tahap IV. Keluarga Dengan Anak Sekolah
1) Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekoalah dan lingkungan.
2) Mempertahankan keintiman pasangan.
3) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk
kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
e. Tahap V. Keluarga Dengan Anak Remaja
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab mengingat remaja
yang sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya
2) Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang. Hindari perdebatan,
permusuhan dan kecurigaan.
4) Perubahan system peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga
f. Tahap VI. Keluarga Dengan Anak Dewasa (Pelepasan)
1) Memperluas keluarga inti menjasi keluarga besar.
2) Mempertahankan keintiman pasangan.
3) Membantu orang tua suami / istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua.
4) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
5) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
g. Tahap VII. Keluarga Usia Lanjut
1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan
pendapatan.
3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat.
4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
5) Melakukan life review.

9. Tingkat kemandirian keluarga


Tingkat kemandirian keluarga (Depkes, 2006)
a. Keluarga Mandiri Tingkat I
1) Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas
2) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan
b. Keluarga mandiri Tingkat II
1) Menerima petugas perawatan kesehatan Komunitas
2) Menerima pelayanan keperawatan yang dibrikan sesuai dengan rencana
keperawatan
3) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar
4) Melakuka perawatan sederhana sesuai dengan yang dianjurkan
c. Keluarga Mandiri Tingkat III
1) Menerima petugas perawatan kes. Kom
2) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan
3) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar
4) Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan yang di anjurkan
5) Memanfaatkan fasilitas yankes secara aktif
6) Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif
d. Keluarga Mandiri Tingkat IV
1) Menerima petugas perawatan kes.kom
2) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan
3) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar
4) Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan yang dianjurkan
5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif
6) Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif
7) Melaksanakan tindakan promotif secara aktif
B. KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA
1. Definisi
Asuhan Keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan
melalui praktek keperawatan degan sasaran keluarga dengan tujuan menyelesaikan masalah
kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan
keluarga. ( Setiadi, 2008)
Salvicion G. Bailon dan Aracelis Maglaya (1978), mendefinisikan perawatan
kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan atau
dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai
tujuan melalui perawatan. ( Nasrul Effendi, 1998).

2. Tujuan Keperawatan Keluarga


Tujuan yang ingin dicapai dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga adalah
meningkatkan status kesehatan keluarga agar keluarga dapat meningkatkan produktifitas
dan kesejahteraan keluarga.
a. Tujuan Umum
Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan keluarga dalam meningkatkan,
mencegah, memelihara kesehatan mereka sehingga status kesehatannya meningkat dan
mampu melaksanakan tugas-tugas mereka secara produktif.
b. Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kemampuan keluarga dalam hal ini
:
1) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah kesehatan
yang dihadapi.
2) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah kesehatan dasar
daam keluarga.
3) Meningktakan kemampuan keluarga dalam memgambil keputusan yang tepat.
4) Meningkatkan kemampuan keluarga memberikan asuhan keperawatan terhadap
anggota keluarga yang sakit.
5) Meningkatkan produktifitas keluarga dalam meningkatkan mutu hidupnya.
3. Prinsip Keperawatan Keluarga
Ada beberapa prinsip utama yang harus dipegang oleh perawat keluarga yaitu:
a. Keluarga dijadikan sebagai unit dalam pelayanan kesehatan. Dalam konteks ini keluarga
dipandang sebagai klien atau sebagai fokus utama pengkajian keperawatan. Keluarga
dipandang sebagai system yang berinteraksi, dimana fokusnya adalah dinamika dan
hubungan internal keluarga, struktur dan fungsi keluarga serta saling ketergantungan
subsistem keluarga dengan kesehatan dan keluarga dengan lingkungan luarnya.
b. Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga sehat adalah sebagai tujuan utamanya
dengan cara meningkatkan status kesehatan keluarga agar keluarga dapat meningkatkan
produktivitas dan kesejahtraan keluarga.
c. Asuhan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai peningkatan kesehatan keluarga.
d. Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga, perawat harus melibatkan peran serta
aktif seluruh keluarga dalam merumuskan masalah dan kebutuhan keluarga dalam
mengatasi masalah kesehatannya.
e. Diusahakan mengutamakan kegiatan lebih bersifat promotif dan preventif dengan tidak
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
Ada 3 tingkatan pencegahan terhadap kesehatan keluarga yaitu:
1) Pencegahan primer, yang meliputi peningkatan kesehatan dan tindakan preventif
khusus yang dirancang untuk mencegah orang bebas dari penyakit dan cedera.
2) Pencegahan sekunder, yang terdiri dari deteksi dini, diagnosis dan pengobatan
3) Pencegahan tersier, yang mencakup tahap penyembuhan dan rehabilitasi, dirancang
untuk meminimalkan tingkat fungsinya
f. Dalam memberikan asuhan keperawatan agar memanfaatkan sumber daya keluarga
semaksimal mungkin.
g. Sasaran asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara keseluruhan.
h. Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan asuhan keperawatan adalah dengan
pendekatan pemecahan masalah dengan menggunakan proses keperawatan.
i. Kegiatan utama dalam memberikan asuhan keperawatan adalah penyulahan kesehatan
dan asuhan keperawatan kesehatan dasar/perawatan dirumah.
j. Diutamakan terhadap keluarga yang resiko tinggi, karena keluarga dengan resiko tinggi
berkaitan erat dengan berbagai masalah kesehatan yang mereka hadapi yang
disebabkan karena ketidakmampuan dan ketidaktahuan mengatasi berbagai masalah
yang mereka hadapi.
k. Partisipasi keluarga aktif dilakukan. Dasar pemikiran yang diterapkan adalah bahwa
keluarga memiliki hak dan tanggung jawab untuk membuat keputusan-keputusan
menyangkut kesehatan mereka sendiri, partisipasi aktif dari keluarga adalah suatu
pendekatan esensial yang dimaksudkan dalam strategi intervensi keperawatan keluarga
keperawatan keluarga. Keterlibatan keluarga dalam implementasi biasanya
dimaksudkan untuk melibatkan keluarga dalam memecahkan masalah mutual, juga
mendiskusikan serta memutuskan pendekatan-pendekatan yang paling tepat atau paling
mungkin untuk digunakan agar mencapai tujuan yang telah disetujui bersama.

4. Tugas Keperawatan Keluarga


Untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, keluarga
mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling memelihara.
Freeman (1981) membagi 5 tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga, yaitu :
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit, yang tidak dapat
membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-lembaga
kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan
yang ada

5. Peran Dan Fungsi Keperawatan Keluarga


a. Peran Perawat Keluarga
Dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga, perawat perlu memerhatikan
prinsip-prinsip berikut.
1) Melakukan kerja bersama keluarga secara kolektif.
2) Memulai pekerjaan dari hal yang sesuai dengan kemampuan keluarga.
3) Menyesuaikan rencana asuhan keperawatan dengan tahap perkembangan keluarga.
4) Menerima dan mengakui struktur keluarga.
5) Menekankan pada kemampuan keluarga.
Peran perawat keluarga adalah sebagai berikut:
1) Sebagai pendidik, perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan
kepada keluarga, terutama untuk memandirikan keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang memiliki masalah kesehatan.
2) Sebagai koordinator pelaksana pelayanan keperawatan, perawat bertanggung jawab
memberikan pelayanan keperawatan yang komprehensif.
3) Sebagai pelaksana pelayanan perawatan, pelayanan keperawatan dapat diberikan
kepada keluarga melalui kontak pertama dengan anggota keluarga yang sakit yang
memiliki masalah kesehatan.
4) Sebagai supervisor pelayanan keperawatan, perawat melakukan supervise ataupun
pembinaan terhadap keluarga melalui kunjungan rumah secara teratur, baik terhadap
keluarga berisiko tinggi maupun yang tidak.
5) Sebagai pembela (advokat), perawat berperan sebagai advokat keluarga untuk
melindungi hak-hak keluarga sebagai klien.
6) Sebagai fasilisator, perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga, dan
masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka
hadapi sehari-hari serta dapat membantu memberikan jalan keluar dalam mengatasi
masalah.
7) Sebagai peneliti, perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahami
masalah-masalah kesehatan yang dialami oleh anggota keluarga.
8) Sebagai modifikasi lingkungan, perawat komunitas juga harus dapat memodifikasi
lingkungan, baik lingkungan rumah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan
sekitarnya agar dapat tercipta lingkungan yang sehat. (Sudiharto dan Sri Setyowati,
2007 : 29 dan 43)
b. Fungsi Keperawatan Keluarga
Bagi profesional kesehatan keluarga, fungsi perawatan kesehatan merupakan
pertimbangan vital dalam keluarga. Untuk menempatkannya dalam perspektif, fungsi
ini adalah salah satu fungsi keluarga dan memerlukan penyediaan kebutuhan-
kebutuhan fisik : makan, pakaian tempat tinggal dan perawatan kesehatan. Dari
perspektif masyarakat, keluarga merupakan sistem dasar dimana prilaku sehat dan
perawatan kesehatan diatur, dilaksanakan dan diamankan. Keluarga memberikan
perawatan kesehatan yang bersifat preventif dan secara bersama-sama merawat
anggota keluarga yang sakit. Lebih jauh lagi keluarga mempunyai tanggung jawab
utama untuk memulai dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh para
profesional perawatan kesehatan. Keluarga menyediakan makanan, pakaian,
perlindungan dan memelihara kesehatan. Keluarga melakukan praktek asuhan
kesehatan baik untuk mencegah terjadi gangguan atau merawat anggota yang sakit.
Keluarga pula yang menentukan kapan anggota keluarga yang terganggu perlu
meminta pertolongan tenaga profesional.
Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mepengaruhi
tingkat kesehatan keluarga dan individu. Tingkat pengetahuan keluarga tentang sehat-
sakit mempengaruhi prilaku keluarga dalam menyelesaikan masalah kesehatan
keluarga. Misalnya sering ditemukan keluarga yang menganggap diare sabagai tanda
perkembangan, imunisasi menyebabkan peyakit (anak menjadi demam),
mengkonsumsi ikan menyebabkan cacingan. Kesanggupan keluarga melaksanakan
perawatan atau pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga
yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti
sanggup menyelesaikan masalah kesehatan keluarga.

C. KONSEP TUBERKULOSIS
1. Definisi

Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi menahun menular yang disebabkan oleh

kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Kuman tersebut biasanya masuk ke dalam

tubuh manusia melalui udara (pernapasan) ke dalam paru-paru, kemudian menyebar

dari paru-paru ke organ tubuh yang lain melalui peredaran darah, yaitu : kelenjar

limfe, saluran pernafasan atau penyebaran langsung ke organ tubuh lain (Depkes RI,

2002).

Tuberkulos adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru.

Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya termasuk meningen,

ginjal, tulang dan nodus limfe (Smeltzer 2001).


2. Etiologi

Penyebab tuberculosis adalah Mycobacterium Tuberkulosis. . Kuman

Mycobacterium Tuberkulosis adalah kuman berbentuk batang aerobik tahan asam

yang tumbuh dengan lambat dan sensitive terhadap panas dan sinar ultraviolet

(Smelzer, 2001: 5584).

Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat

kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik.

Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat

tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam

sifat dormant.Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan

tuberculosis aktif lagi (Bahar, 1999: 715).

Sifat lain kuman ini adalah kuman aerob, sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih

menyenani jaringan yang lebih tinggi kandungan oksigennya.Dalam hal ini tekanan

oksigen pada bagian apikal paru-paru lebih tinggi daripada bagian lain, sehingga

bagian apikal inimerupakan tempat prediksi penyakit tuberculosis.

Kuman TBC menyebar melalui udara (batuk,tertawa dan bersin) dan melepaskan

droplet. Sinar matahari langsung dapat mematikan kuman, akan tetapi kuman dapat

hidup beberapa jam dalam suhu kamar (Dep Kes RI 2002).

3. Patofisiologi

Tempat masuk kuman M. Tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran


pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis (TBC)
terjadi melalui udara, yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman
basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi.
Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas dengan
melakukan reaksi inflamasi Bakteri dipindahkan melalui jalan nafas ,basil tuberkel
yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi sebagai suatu unit yang
terdiri dari satu sampai tiga basil ; gumpalan yang lebih besar cenderung tertahan di
saluran hidung dan cabang besar bronkhus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah
berada dalam ruang alveolus, basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan.
Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosit bakteri
namun tidak membunuh organisme tersebut. Setelah hari-hari pertama leukosit
diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan
timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan
sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal, atau proses dapat juga berjalan
terus, dan bakteri terus difagosit atau berkembang-biak di dalam sel. Basil juga
menyebar melalui getah bening menuju ke kelenjar getah bening regional. Makrofag
yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga
membentuk sel tuberkel epiteloid, yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini
membutuhkan waktu 10 – 20 hari .
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan
seperti keju, isi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Bagian ini disebut dengan lesi
primer. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di
sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast, menimbulkan respon yang
berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang
akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Ghon dan gabungan terserangnya
kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks Ghon. Respon
lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair
lepas kedalam bronkhus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang
dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk kedalam percabangan trakheobronkial.
Proses ini dapat terulang kembali di bagian lain di paru-paru, atau basil dapat terbawa
sampai ke laring, telinga tengah, atau usus. Lesi primer menjadi rongga-rongga serta
jaringan nekrotik yang sesudah mencair keluar bersama batuk. Bila lesi ini sampai
menembus pleura maka akan terjadi efusi pleura tuberkulosa.
Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan
meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkhus dapat
menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan rongga
bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui
saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan, dan lesi mirip
dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan ini dapat menimbulkan gejala
dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi
tempat peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah.
Organisme yang lolos melalui kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah
dalam jumlah kecil, yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai
organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfohematogen, yang
biasanya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut
yang biasanya menyebabkan tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus nekrotik
merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk kedalam sistem
vaskuler dan tersebar ke organ-organ tubuh.
Komplikasi yang dapat timbul akibat tuberkulosis terjadi pada sistem
pernafasan dan di luar sistem pernafasan. Pada sistem pernafasan antara lain
menimbulkan pneumothoraks, efusi pleural, dan gagal nafas, sedang diluar sistem
pernafasan menimbulkan tuberkulosis usus, meningitis serosa, dan tuberkulosis
milier.
4. Manifestasi Klinik

Tanda dan gejala yang sering terjadi pada tuberkulosis adalah batuk yang
tidak spesifik tetapi progresif. Biasanya tiga minggu atau lebih dan ada dahak. Selain
tanda-tanda tersebut diatas, penyakit TBC biasanya tidak tampak adanya tanda dan
gejala yang khas. Biasanya keluhan yang muncul adalah :
1. Demam : terjadi lebih dari satu bulan, biasanya pada pagi hari.
2. Batuk : terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini membuang /
mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk purulent (
menghasilkan sputum ).
3. Sesak nafas : terjadi bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah
paru.
4. Nyeri dada : ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke
pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
5. Malaise : ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot

dan keringat di waktu di malam hari.

5. Klasifikasi

Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita penting dilakukan untuk

menetapkan paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang sesuai dan dilakukan

sebelum pengobatan dimulai.

Klasifikasi penyakit

1.1. Tuberculosis Paru


Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TBC Paru dibagi dalam

a. Tuberkulosis Paru BTA (+)

 Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (+).


 1 spesimen dahak SPS hasilnya (+) dan foto rontgen dada menunjukan
gambaran tuberculosis aktif.
b. Tuberkulosis Paru BTA (-)
Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (-) dan foto rontgen dada
menunjukan gambaran tuberculosis aktif. TBC Paru BTA (-), rontgen (+)
dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan
ringan. Bentuk berat bila gambaran foto rontgan dada memperlihatkan
gambaran kerusakan paru yang luas

.1.2. Tuberculosis Ekstra Paru

TBC ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu :

1. TBC ekstra-paru ringan

Misalnya : TBC kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang
belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.

2. TBC ekstra-paru berat


Misalnya : meningitis, millier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa duplex,
TBC tulang belakang, TBC usus, TBC saluran kencing dan alat
kelamin.

Tipe penderita

Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya,ada beberapa tipe penderita yaitu :

a. Kasus Baru

Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT
kurang dari satu bulan (30 dosis harian).

b. Kambuh (Relaps)

Adalah penderita tuberculosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberculosis dan
telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali lagi berobat denga hasil pemeriksaan dahak BTA
(+).

c. Pindahan (Transfer In)

Adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu kabupaten lain dan kemudian
pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita pindahhhan tersebut harus membawa surat
rujukan/pindah (Form TB.09).

d. Setelah Lalai (Pengobatan setelah default/drop out)

Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2 bulan atau lebih,
kemudian dating kembali dengan hasil pemeriksaan dahak BTA (+).

6. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan Diagnostik.
2) Pemeriksaan sputum
3) Pemeriksaan sputum sangat penting karena dengan di ketemukannya kuman BTA diagnosis
tuberculosis sudah dapat di pastikan. Pemeriksaan dahak dilakukan 3 kali yaitu: dahak sewaktu
datang, dahak pagi dan dahak sewaktu kunjungan kedua. Bila didapatkan hasil dua kali positif
maka dikatakan mikroskopik BTA positif. Bila satu positif, dua kali negatif maka pemeriksaan
perlu diulang kembali. Pada pemeriksaan ulang akan didapatkan satu kali positif maka dikatakan
mikroskopik BTA negatif. Untuk memastikan jenis kuman mengidentifikasi perlu dilakukan
pemeriksaan biakan/kultur kuman dari dahak yang diambil (Depkes RI, 2002).
4) Ziehl-Neelsen (pewarnaan terhadap sputum)
5) Positif jika ditemukan bakteri tahan asam.
6) Skin test (PPD, Mantoux)
7) Hasil tes mantoux dibagi menjadi dalam;
8) Indurasi 0-5 mm (diameternya) : mantoux negatif
9) Indurasi 6-9 mm : hasil meragukan
10) Indurasi 10-15 mm : hasil mantoux positif
11) Indurasi lebih dari 16 mm : hasil mantouk positif kuat
12) Reaksi timbul 48 – 72 jam setelah injeksi antigen intra kutan,berupa indurasi kemerahan
yang terdiri dari infiltrasi limfosit yakni persenyawaan antara antibody dan antigen
tuberculin.
13) Rontgen dada menunjukkan adanya infiltrasi lesi pada paru-paru bagian atas, timbunan
kalsium dari lesi primer atau penumpukan cairan. Perubahan yang menunjukkan
perkembangan tuberkulosis meliputi adanya kavitas dan area fibrosa.
14) Pemeriksaan histologi/kultur jaringan
15) Positif bila terdapat mikobakterium tuberkulosis.
16) Biopsi jaringan paru
17) Menampakkan adanya sel-sel yang besar yang mengindikasikan terjadinya nekrosis.
18) Pemeriksaan elektrolit
Mungkin abnormal tergantung lokasi dan beratnya infeksi, misalnya hipernatremia yang
disebabkan retensi air mungkin ditemukan pada penyakit tuberkulosis kronis.
19) Analisa gas darah (BGA)
Mungkin abnormal tergantung lokasi, berat, dan adanya sisa kerusakan jaringan paru.
20)Pemeriksaan fungsi paru
Turunnya kapasitas vital, meningkatnya ruang rugi, meningkatnya rasio residu udara pada
kapasitas total paru, dan menurunnya saturasi oksigen sebagai akibat infiltrasi parenkim/fibrosa,
hilangnya jaringan paru, dan kelainan pleura (akibat dari tuberkulosis kronis).
7. Penatalaksanaan

Pengobatan TBC Paru

Tujuan pemberian obat pada penderita tuberculosis adalah: menyembuhkan, mencegah


kematian,dan kekambuhan, menurunkan tingkat penularan (Depkes RI. 2002).

Sejak ditemukannya obat-obat anti TB dan dimulainya dengan monotherapi,


kemudian mulai timbul masalah resistensi terhadap obat-obat tersebut, maka pengobatan
secara paduan beberapa obat ternyata dapat mencapai tingkat kesembuhan yang tinggi dan
memperkecil jumlah kekambuhan.
Paduan obat jangka pendek 6 – 9 bulan yang selama ini dipakai di Indonesia dan
dianjurkan juga oleh WHO adalah 2 RHZ/4RH dan variasi lain adalah 2 RHE/4RH, 2
RHS/4RH, 2 RHZ/4R3H3/ 2RHS/4R2H2, dan lain-lain. Untuk TB paru yang berat ( milier )
dan TB Ekstra Paru, therapi tahap lanjutan diperpanjang jadi 7 bulan yakni 2RHZ / 7RH.
Departemen Kesehatan RI selama ini menjalankan program pemberantasan TB Paru dengan
panduan 1RHE / 5R2H2.
Bila pasien alergi/hipersensitif terhadap Rifampisin, maka paduan obat jangka
panjang 12–18 bulan dipakai kembali yakni SHZ, SHE, SHT, dan lain-lain.
Beberapa obat anti TB yang dipakai saat ini adalah :

1. Obat anti TB tingkat satu


Rifampisin (R), Isoniazid (I), Pirazinamid (P), Etambutol (E), Sterptomisin ( S ).
2. Obat anti TB tingkat dua
Kanamisin ( K ), Para-Amino-Salicylic Acid ( P ),Tiasetazon ( T ), Etionamide,
Sikloserin, Kapreomisin, Viomisin, Amikasin, Ofloksasin, Sifrofloksasin,
Norfloksasin, Klofazimin dan lain-lain.

Obat anti TB tingkat dua ini daya terapeutiknya tidak sekuat yang tingkat satu dan beberapa
macam yang teakhir yaitu golongan aminoglikosid dan quinolon masih dalam tahap
eksperimental.

Belakangan ini WHO menyadari bahwa pengobatan jangka pendek tersebut baru
berhasil bila obat-obat yang relatif mahal ( R & Z ) tersedia sampai akhir masa pengobatan.
Di beberapa negara berkembang, pengobatan jangka pendek ini banyak yang gagal mencapai
angka kesembuhan yang ( cure rate ) ditargetkan yakni 85 % karena :
- Program pemberantasan kurang baik
- Buruknya kepatuhan berobat
Hal ini menyebabkan :
- Populasi TB semakin meluas
- Timbulnya resistensi terhadap bermacam obat
Adanya epidemi AIDS akan lebih mengobarkan kembali aktifnya TB.
Menyadari bahaya tersebut di atas, WHO pada tahun 1991 mengeluarkan pernyataan
baru dalam pengobatan TB Paru sebagai berikut :
Pengobatan tetap dibagi dalam dua tahap yakni
Tahap intensif ( initial ), dengan memberikan 4 – 5 macam obat anti TB per hari
dengan tujuan :
- Mendapatkan konversi sputum dengan cepat ( efek bakterisidal )
- Menghilangkan keluhan dan mencegah efek penyakit lebih lanjut
- Mencegah timbulnya resistensi obat
Tahap lanjutan ( continuation phase ), dengan hanya memberikan 2 macam obat per
hari atau secara intermitten dengan tujuan :
- Menghilangkan bakteri yang tersisa (efek sterilisasi )
- Mencegah kekambuhan
Pemberian dosis diatur berdasarkan berat badan yakni kurang dari 33 kg, 33 – 50 kg dan lebih dari 50 kg.

Pengobatan dibagi atas 4 katagori yakni :

1. Katagori I
Ditujukan terhadap :
 Kasus baru dengan sputum negatif
 Kasus baru dengan bentuk TB berat seperti meningitis, TB diseminata, perikarditis,
peritonitis, pleuritis, spondilitis dengan gangguan neurologis, kelainan paru yang luas
dengan BTA negatif, TB usus, TB genito urinarius.
Pengobatan tahap intensif adalah dengan paduan 2RHZS ( E ). Bila setelah dua bulan
BTA menjadi negatif, diteruskan dengan tahap lanjutan. Bila setelah dua bulan masih positif,
tahap intensif diperpanjang lagi selama 2 – 4 minggu dengan 4 macam obat. Pada populasi
dengan resistensi primer terhadap INH rendah pada tahap intensif cukup diberikan 3 macam
obat yakni RHZ.
Pengobatan tahap lanjutan adalah dengan paduan 4 RH atau 4R3H3. Pasien dengan
TB berat ( meningitis, TB diseminata, spondilitis dengan kelainan neurologis ), R dan H
harus diberikan setiap hari selama 6 – 7 bulan. Paduan obat alternatif adalah 6 HE ( T ).
2. Kategori II
Ditujukan terhadap :
 Kasus kambuh
 Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Pengobatan tahap intensif selama 3 bulan dengan 2 RHZE / 1RHZE. Bila setelah
tahap intensif BTA menjadi negatif, maka diteruskan dengan tahap lanjutan. Bila setelah 3
bulan tahap intensif BTA tetap positif, maka tahap intensif tersebut diperpanjang lagi 1 bulan
dengan RHZE. Bila setelah 4 bulan BTA masih juga positif pengobatan dihentikan selama 2
– 3 hari, lalu diperiksa biakan dan resistensi terhadap BTA dan pengobatan diteruskan
dengan tahap lanjutan. Bila pasien masih mempunyai data resistensi BTA dan ternyata BTA
masih sensitif terhadap semua obat dan setelah tahap intensif BTA menjadi negatif, maka
tahap lanjutan harus diawasi dengan ketat di RS rujukan. Kemungkinan konversi sputum
masih cukup besar. Bila data menunjukkan resiten terhadap R dan H, maka kemungkinan
keberhasilan menjadi kecil.
Pengobatan tahap lanjutan adalah dengan paduan 5 RHE atau paduan 5 R3H3E3
yang perlu diawasi dengan ketat. Bila sputum BTA masih tetap positif setelah selesai tahap
lanjutan, maka pasien tidak perlu diobati lagi.
3. Kategori III
Ditujukan terhadap :
 Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas.
 Kasus TBC ekstra paru selain yang disebut dalam kategori I
Pengobatan tahap intensif dengan panduan 2 RHZ atau 2 R3H3Z3
Pengobatan tahap lanjutan dengan panduan 2RH atau 2 R3H3. Bila kelainan paru
lebih luas dari 10 cm2 atau pada TB ekstra paru yang belum remisi sempurna, maka tahap
lanjutan diperpanjang lagi dengan H saja selama empat bulan lagi. Paduan obat alternatif
adalah 6 HE ( T )
4. Kategori IV
Ditujukan terhadap kasus TB kronik.
Prioritas pengobatan disini rendah, terdapat resistensi terhadap obat-obat anti TB
(sedikitnya R dan H), sehingga masalahnya jadi rumit. Pasien mungkin perlu dirawat
beberapa bulan dan diberikan obat-obat anti TB tingkat dua yang kurang begitu efektif, lebih
mahal dan lebih toksis.
Di negara yang maju dapat diberikan obat-obat anti TB eksperimental sesuai dengan
sensitivitasnya, sedangkan di negara yang kurang mampu cukup dengan pemberian H
seumur hidup dengan harapan dapat mengurangi infeksi dan penularan.
Departemen Kesehatan RI dalam program baru pemberantasan TB paru telah mulai
dengan paduan obat : 2RHZE / 4R3HE ( kategori I ), 2 RHZSE / 1 RHZE / 5 R3H3E3 (
kategori II ), 2 RHZ/2 R3H3 ( kategori IV ).

Pencegahan penularan TBC

Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah :

1) Menutup mulut bila batuk


2) Membuang dahak tidak di sembarang tempat. Buang dahak pada wadah tertutup yang
diberi lisol
3) Makan, makanan bergizi
4) Memisahkan alat makan dan minum bekas penderita
5) Memperhatikan lingkungan rumah, cahaya dan ventilasi yang baik
6) Untuk bayi diberikan imunisasi BCG (Depkes RI, 2002)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. Pengkajian Keluarga
1. Data Umum
a. Nama Kepala K eluarga : Ny. K.K
b. Jenis kelamin : Perempuan
c. Umur : 5 Thn
d. Agama : Kristen Protestan
e. Pendidikan : -
f. Pekerjaan : IRT
g. Suku atau bangsa : Lanni/ Indenesia
h. Alamat : RT III, RW 002 kampung Skouw Mabo

2. Komposisi keluarga

Imunisasi
Um Hub pddk
No Nama Jk Ket
ur klg n B cam
Polio DPT Hepatitis
C pak

G
52
1 Tn J.w L Suami - - - - - - - - - - - M
thn
-

50
2 Ny K.K P Istri - - - - - - - - - - - - KS
thm

Tn 30
3 L Anak - - - - - - - - - - - - KS
M.W thn

Ket :
- M = Meninggal
- KS = Kurang Sehat
3. Genogram

51

50

34 33 30

Keterangan :
: Laki-laki

: Perempuan
: Tinggal serumah

: Anggota yang sakit

X : Meninggal

4. Data khusus Keluarga


a. Tipe Keluarga
Tipe keluarga Ny.K.K adalah keluarga Keluarga karier kedua (Second Carrier
Family) Keluarga inti diad yang anak-anaknya telah meninggalkan keluarga, istri
aktif lagi kerja.
b. Suku Bangsa
Ny. K.K berasal dari suku Lanni
c. Agama
Anggota keluarga Tn. J.W seluruhnya beragama Kristen Protestan serta taat dalam
menjalankan ritual keagamaan. Menurut kepercayaan keluarga bahwa penyakit
diturunkan oleh Tuhan sebagai cobaan terhadap keluarga, dan manusia berdoa dan
berusaha untuk menghadapi cobaan tersebut.
d. Status social ekonomi keluarga
Sebagian besar anggota keluarga memiliki penghasilan jualan perhari yaitu : Rp : 50
(lima puluh ribu rupiah).
e. Aktifitas rekreasi keluarga
Keluarga jarang mengunjungi tempat-tempat rekreasi, aktifitas rekreasi keluarga
adalah dengan menonton TV.

5. Riwayat & Tahap Perkembangan Keluarga.


a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Ny K. K mempunyai 2 orang anak dengan anak pertama sudah meninggal
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
c. Riwayat keluarga inti
Tidak ada riwayat penyakit keturunan dalam keluarga, pernah ada anggota
keluarga yang menderita sakit berat. Saat ini Ny.K.K telah mengidap penyakit
TBC sempat putus obat dan keluahn yang dirasa yaitu sesak napas, nyeri
dada,dan batuk berlendir.
d. Riwayat keluarga sebelumnya.
Tidak ada riwayat penyakit turunan, kedua orang tua Tn. J.W meninggal tidak
diketahui penyebabnya begitupula kedua orang tua Ny. K.K Saat ini tidak ada
saudara Tn J.W ( Almarhum) maupun Ny. K.K yang menderita penyakit kronis.

6. Lingkungan Rumah
a. Karakteristik Rumah
 Status pemilikan rumah : Milik sendiri
 Jenis bangunan : Rumah Papan
 Luas bangunan : 5x6
 Jumlah ruangan : Kamar tidur 2 ruangan, ruang tamu.
 Pencahayaan : -
 Ventilasi rumah : Tidak ada
 Lantai : Papan
 Pengaturan perabot rumah tangga : Rapi dan bersih
b. Karateristik keluarga
Ny K.K sangat rama kepada tetangga dan senang berkumpul dengan tetangga
mengikuti kegiatan-kegiatan keluarga serta ibadah keluarga yang selalu di lakukan
oleh warga
c. Mobilisasi geografi keluarga
Keluarga pernah pindah tempat tinggal sejak suaminya meninggal.
d. Perkumpulan kelurga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga ini slalu mengikuti kegiatan-kegiatan ibadah yang di adakan.
e. Sistem pendukung keluarga

7. Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
Keluarga mengatakan komunikasi dilakukan secara musyawara untuk
menyelesaikan masalah sendiri.
b. Stuktur kekuatan keluarga
Ny K.K merasa pengganti suaminya ( Almarhum) sebagai kepala keluarga yang
harus bertanggung jawab terhadap kehidupan keluarganya. Istrinya berprofesi
sebagai ibu rumah tangga dan juga sebagai anggota
c. Struktur peran
Bila anggota keluarga dapat menerima dan melaksanakan perannya dengan baik
akan membuat anggota keluarga puas dan menghindari terjadinya konflik dalam
keluarga dan masyarakat
d. Nilai dan norma budaya
Nilai dan norma yang berlaku dikeluarga menyesuaikan dengan nilai agama yang
dianut dan norma yang berlaku dilingkungannya

8. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Ny K.K mengatakan dirinya sudah tua dan sakit-sakitan.
b. Fungsi Sosialisasi
Keluarga selalu mengajarkan dan menekankan bagaimana berperilaku sesuai
dengan ajaran agama yang dianutnya dalam kehidupan sehara-hari di rumah
dan lingkugan tempat tinggalnya.
c. Fungsi Perawatan Keluarga
Keluarga tidak selalu memperhatikan dan berupaya selekas mungkin untuk
mencari bantuan pelayanan bila anggota keluarga yang sakit.

9. Stres Dan Koping Keluarga


a. Stresor Jangka Pendek
Ny .K.K gelisah karena masalah sakit yang dialami sangat
menggangu kebiasan rutinitasnya sehari-hari.
b. Stresor Jangka Panjang
Tidak ada stressor jangka panjang karena keluarga Ny K.K kalau ada masalah
selalu berusaha menyelesaikan dan sekarang tidak ada riwayat penyakit yang
di derita dalam waktu lamah dalam keluarga Ny K.K.
c. Strategi Koping Yang Digunakan
Keluarga menerima keadaan ini apa adanya dan tidak melibatkan anaknya
karena tidak tinggal bersama untuk memgambil keputusan yang terbaik bagi
keluarga.
d. Strateg Adaptasi Fungsional
Ny K.K sering memarahi dan selalu merokok sehari 2 batang.

10. Harapan Keluarga


Ny K.K berharap penyakit yang di derita cepat sembuh dan dapat beraktivitas kembali.

11. Pemeriksaan Fisik Keluarga


a. Pemeriksaan fisik Ny.K.K ……

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : CM

3. Tanda-tanda vital :

- TD : 110/80 mmHg

- N : 84 x/menit

- RR : 28x/menit
- SB :36,5 c

4. Kepala:

 Rambut :Hitam,penyebaran merata dan hygine kurang

 Mata : penglihatan baik,sclera tidak ikteris,konjung tiva tidak

anemis

 Hidung : penciuman baik,tidak ada polip (-)

 Telinga : pendengaran baik kanan kiri simetris

 Mulut : mukosa merah muda,menelan baik

 Dada / Thorax : simetris kanan dan kiri terdapat ronchi +

 Perut / Abdomen : tidak ada kelainan

 Genetalia / Anus : tidak ada kelainan

 Ekstremitas : pergeraakan baik

- Saat pengkajian ditemukan adanya Sesak nafas, Nyeri dada. Batuk berlendir
sudah lama
- Kulit nampak kotor, kuku panjang dan kotor
- Tidak ada kelainan pada anggota badan

b. Tn. N.W : Tidak dilakukan karena tidak berada di rumah saat dilakukan

pengkajian
A. Klasifikasi data
Data Subjektif Data Objektif

- Keluarga mengatakan batuk berlendir - KU : Tampak sakit sedang


sudah lama - Terdapat ronchi
- Keluarga mengatakan sesak nafas, nyeri - Tampak batuk produktif
dada. - Sesak nafas
- Keluarga mengatakan nafsu makan - Nyeri dada
berkurang.
- Keluarga mengatakan tidak tahu  TTV
penyebab batuk, sesak napas sehingga - TD : 110/80 mmHg
tidak berobat di puskesmas padahal - Nadi ; 84 x/mnt
puskesmas dekat. - RR : 28 x/mnt
- SB : 36,5° C

B. Analisa data

No Data Etiologi Masalah


1. DS : TB Paru Ketidakefektifan
- Keluarga mengatakan manajemen rejimen
batuk berlendir sudah teraupetik keluarga (
00080)
lama
- Keluarga mengatakan
sesak nafas, nyeri dada.
- Keluarga mengatakan
nafsu makan berkurang.
DO:
- KU : nampak lemah
- Sesak nafas
- Batuk berlendir
- Nyeri dada

2. DS : Kurangnya Ketidakefektifan
Keluarga mengatakan pengetahuan tentang pemeliharaan
tidak tahu penyebab penyakit. kesehatan(00090)
batuk, sesak napas
padahal sudah berobat
ke puskesmas.
DO :
TTV
- TD : 110/80 mmHg
- Nadi ; 84 x/mnt
- RR : 28 x/mnt
- SB : 36,5° C
SKALA PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN
KELUARGA Ny. K.K

1. Ketidakefektifan manajemen rejimen teraupetik keluarga pada Ny. K.K Keluarga Ny. K.K
berhubungan KMK mengenal masalah TB Paru

Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran

1. Sifat masalah : 3/3 x 1 1 Masalah adalah ancaman, dilihat dari


Tidak/kurang sehat riwayat Ny. K.K yang masih sering
mengalami batuk disertai dahak dan
sesak. Keluarga belum melakukan
perawatan karena belum mendapatkan
informasi
2. Kemungkinan ½x2 1 Pengetahuan keluarga yang kurang
masalah dapat tentang penyakit dan cara
diubah : perawatannya. Keluarga tidak berobat
Sebagian mengatasi keluhan Ny K.K
3. Potensi masalah 3/3 x 1 1 Masalah ini sudah cukup lama, dan
untuk dicegah: keluarga berkeinginan untuk
Tinggi memeriksakan dan kontrol ke
puskesmas. Dan juga Ny.K..K
berkeinginan untuk dapat mengatasi
masalah tersebut secara mandiri
dirumah dengan difasilitasi oleh
perawat.
4. Menonjolnya ½x1 ½ Keluarga merasakan adanya masalah
masalah : tetapi tidak membutuhkan penanganan
Ada masalah tetapi segera.
tidak perlu ditangani

Jumlah 3½
2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan(00090) berhubungan dengan KMK mengenal
penyakit TB Paru.

Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran

1. Sifat masalah : 2/3 x 1 2/3 Masalah adalah ancanan, Ny.K.K


Ancaman kesehatan mengatakan Ny. K.K. sering mengalami
batuk pilek, dan keluarga menganggap
penyakit tersebut sudah biasa.
2. Kemungkinan ½x2 1 Masalah dapat diubah sebagian karena
masalah dapat rumah Keluarga Ny.K.K dekat dengan
diubah : puskesmas.
Sebagian

3. Potensi masalah 2/3 x 1 2/3 Meski keluarga memiliki sumber daya


untuk dicegah: keuangan dan sumber daya lainnya
Cukup yang cukup tapi pengetahuan keluarga
tentang kesehatan masih kurang

4. Menonjolnya 1/2 x 1 ½ Masalah ini sudah sering terjadi .


masalah : keluarga perduli dengan kesehatan
Masalah tidak dengan memberikan obat secara
dirasakan mandiri namun keluarga tidak
menyegerakan periksa ke fasilitas
kesehatan.
Jumlah 2 1/3

PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN KELUARGA Ny K.K


1. Domain I :Promosi kesehatan
Kelas 2 : Manajemen kesehatan
Diagnosa Keperawatan : Ketidakefektifan manajemen rejimen teraupetik keluarga
(00080)
2. Domain I : Promosi kesehatan
Kelas 2 : Manajemen kesehatan
Diagnosa Keperawatan : Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan(00090)
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA Ny K.K
DENGAN MASALAH KEPERAWATAN TB Paru

Ny K.K bersusia 50 tahun beralamat RT III, RW 002 kampung Skouw Mabo klien tinggal sendiri. Pada saat kunjungan Ny K.K mengeluh batuk berlendir lama, sesak naapas,
Nyeri dada. hasil pemeriksaan fisik ditemukan KU : Tampak sakit sedang, adanya batuk produktif,sesak napas klien sudah berobat ke Puskesmas tetapi masih batuk tidak
kembali kontrol, TTV: Tekanan Darah : 110/80 mmHg Nadi : 84 x/mnt RR : 28 x/mnt, SB : 36,5° C. Hasil inspeksi rumah dalam keadaan baru, sementara belum ada plafon
rumah, ventilasi rumah tidak menggunakan kasa nyamuk, ada sampah yang ditumpuk didepan rumah.
DATA DIAGNOSIS TUJUAN NOC NIC
KEPERAWATAN
DS: Domain I : Setelah dilakukan Tanggal 12/08/2017 1. keluarga mampu
3. Keluarga Promosi kesehatan intervensi keperawatan, 1.keluarga mampu mengenal
mengatakan Kelas 2 : keluarga mampu mengenal. level 1
- Batuk Manajemen kesehatan mengenal tentang Level 1 Domain 3:perilaku.
berlendir Domain IV
Ketidakefektifan ketidakefektifan Pengetahuan kesehatan Memberikan dukungan fungsi
sudah lama. manajemen rejimen manajemen rejimen dan perilaku. psikologis dan memfasilitasi
- Seak napas teraupetik keluarga ( teraupetik keluarga. Hasil yang perubahan gaya hidup
- Mengeluh 00080) Penyakit yang sedang mengggambarkarkan sikap, Level 2
nyeri dada dialami anggota pemahaman, dan tindakan Kelas S : penkes
DO : keluarga terhadap kesehatan dan Intervensi yang menfasilitasi
KU : Tampak penyakit. keluarga untuk belajar.
sakit sedang Level 2 Level 3 : Intervensi
Kelas S : pengetahuan - 5510 penkes pengajaran
- Terdapat
kesehatan. proses penyakit yang
ronchi Hasilyang menggambarkan dialaminya ( hal 210)
- Tampak pemahaman keluarga dalam
batuk pemanfaatan informasi ntuk
produktif menigkatkan,
mempertahankan, dan
perbaikan kesehatan
Level 3
Hasil
- 1803 pengetahuan
tentang proses
penyakitnya
DS : Domain I : Setelah dilakukan NOC : NIC :
1. Keluarga Promosi kesehatan kunjungan keluarga 2. Keluarga mampu 2. Keluarga mampu
mengatakan Kelas 2 : mampu mengenal memutuskan memutuskan
tidak tahu Manajemen kesehatan masalah Domain IV : Kelas P: terapi kognitif
penyebab sampai Ketidakefektifan ketidakefektifan Intervensi yang dilakukan untuk
Pengetahuan kesehatan
anaknya batuk pemeliharaan pemeliharaan memperkuat atau meningkatkan
pilek padahal kesehatan(00090) kesehatan. dan perilaku. kognitif yang di inginkan atau
sudah berobat ke Kelas Q : mengubah kognititif yang tidak di
Puskesmas Perilaku kesehatan. inginkan.
Hasil yang menggambarkan
DO : tindakan keluarga untuk Intervensi :
1. TTV meningkatkan atau - 4700 restrukturisasi kognitif
 Nadi : ( hal 124b)
memperbaiki kesehatan.
115x/mnt
Hasil :
 RR : 24 x/mnt
- 1606 berpartisipasi
 SB : 36,5° C
dalam memutuskan
perawatan kesehatan
( hal 407)
Kelas R : keyakinan Kelas R : bantuan koping.
kesehatan. Intervensi untuk membantu diri
Hasil yang sendiri membangun kesehatan,
menggambarkan ide dan berdaptasi dengan perubahan fungsi,
persepsi keluarga yang atau mencapai fungsi yang lebih
mempengaruhi perilaku tinggi.
sehat.
Hasil: Intervensi :
- 1700 keyakinan - 5250 dukungan membuat
kesehatan ( hal 243) keputusan ( hal 139b)
- 5210 membangun harapan
(218b,504)
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Ny K.K Alamat : RT III, RW 002 kampung Skouw Mabo
Umur : 50 Tahun Masalah Kesehatan : TB PARU
Tgl/No Diagnosis Keperawatan Implementasi Evaluasi Ttd
Perawat
12/8/2017 Domain I : 1. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang pengertian, 15/8/2017
Jam 16.00 Promosi kesehatan penyebab, tanda dan gejala dan TB Paru. Jam 16.30 wit
wit Kelas 2 : Hasil : Keluarga mendegarkan S:
1 Manajemen kesehatan 2. mendiskusikan dengan keluarga tentang pengertian, Klien mengatakan
batuk Berlendir.
penyebab, tanda dan gejala TB Paru.
Ketidakefektifan  Sesak napas.
Hasil : Keluarga mengatakan belum pahan tentang penyebab
manajemen rejimen
TB Paru.  Nyeri dada
teraupetik keluarga (
3. Menanyakan kembali pada keluarga hal-hal yang telah
00080) O:
didiskusikan
 Batuk produktif.
Hasil : keluarga belum menjawab apa yang di tanyakan
 Sesak napas
oleh perawat.
A:
4. Membimbing keluarga untuk mengambil keputusan
Ketidakefektifan
yang tepat dalam mengatasi TB Paru manajemen rejimen
Hasil : keluarga mendengarkan. teraupetik keluarga (
5. Memberi reinforcement positif atas keputusan keluarga 00080) belum tertasi.
yang tepat. P:
Lanjutkan Intervensi
pada pertemuan ke dua.

12/8/2017 Domain I : 1. Memberikan penilaian tentang tingkat pengetahuan klien 15/8/2017


Jam 16.00 Promosi kesehatan tentang proses penyakit yang spesifik Jam 16.30 wit
wit Kelas 2 : Hasil : Keluarga klien belum mengetahui penyebab TB
2 Manajemen kesehatan Paru. S:
Ketidakefektifan Klien mengatakan
pemeliharaan belum paham dengan
kesehatan(00090) penyakit TB. Paru

O:
 Klien belum tau
penyebab
penyakitnya yang
diderita.

A:
Masalah belum teratasi

P:
Intervensi dilanjutkan
pada pertemuan
berikutnya.

Tgl/No Diagnosis Keperawatan Implementasi Evaluasi Ttd


Perawat
18/8/2017 Domain I : 1. Memberikan penkes tentang TB Paru( definisi, 21/8/2017
Jam 16.30 wit
Jam 16.00 Promosi kesehatan penyebab,tanda&gejala, cara penularan dan cara
S:
wit Kelas 2 : pencegahan).  Klien mengatakan
1 Manajemen kesehatan Hasil : Keluarga mengatakan belum paham tentang tanda batuk masih ada,
dan gejala sesak napas, dan
Ketidakefektifan 2. Menganjur klien untuk berabat di Puskesmas Skouw nyeri dada
manajemen rejimen Hasil :
teraupetik keluarga ( Klien mau berobat di puskesmas Skouw O:
00080) 3. Mengantar klien untuk berabat di Puskesmas Skouw  Batuk produktif.
Hasil : Klien mendapat obat (OBH 3x1, Salbutamol 3x1.)  Sesak napas
4. Menganjurkan klien banyak istirahat.  Terdapat ronchi.
Hasil :  Nyeri dada.
Keluarga mengatakan selalu ke kebun sehingga jarang tidur
siang. A:
5. Menganjurkan klien banyak makan Ketidakefektifan
Hasil : manajemen rejimen
Klien mengatakan berkebun sampe tidak sempat makan teraupetik keluarga (
siang. 00080) belum teratasi
P:
Lanjutkan Intervensi
pada pertemuan kedua.

18/8/2017 Domain I : 1. Memberikan penilaian tentang tingkat pengetahuan klien Tgl 21/8/ 2017
Jam 16.00 Promosi kesehatan tentang proses penyakit yang spesifik Jam : 17.00 wit
wit Kelas 2 : Hasil :Klien belum mengetahui penyebabnya.
2 Manajemen kesehatan S:
Ketidakefektifan 2. Mengkaji keluhan pasien. Keluarga klien
pemeliharaan Hasil : Keluarga klien tidak tahu penyebab anaknya batuk, mengatakan belum
kesehatan(00090) sesak napas. paham dengan
penyakitnya.

O:
 Klien belum
mampu
menyebutkan
penyebab TB Paru
 Klien belum dapat
menyebutkan cara
mencegah TB Paru

A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
Tgl/No Diagnosis Implementasi Evaluasi Ttd Perawat
Keperawatan
25/8/2017 Domain I : 1. Mengecek obat yang sedang minum 28/8/2017
Jam 16.00 Promosi kesehatan Hasil : Klien mengatakan obat habis. Jam 16.30 wit
wit Kelas 2 : 2. Menganjurkan klien banyak makan S:
1 Manajemen kesehatan Hasil: Klien mengatakan berkebun dari pagi sampe  Klien mengatakan batuk,
sore tidak sempat makan siang. sesak & nyeri dada
Ketidakefektifan 3. Menganjurkan klien banyak istirahat. berkurang.
manajemen rejimen Hasil : O:
teraupetik keluarga ( Keluarga mengatakan selalu ke kebun sehingga  Batuk tidak produktif
00080) jarang tidur siang.  Sesak berkurang
4. Menganjurkan keluarga untuk kembali control ke  Nyeri dada berkurang
puskesmas.  Memberikan penkes
Hasil : keluarga mendengarkan tentang TB Paru
 Media : leaflet dan
Audiovisual
A:
Ketidakefektifan manajemen
rejimen teraupetik keluarga (
00080) belum teratasi.
P:
Lanjutkan Intervensi pada
pertemuan ke empat.
25/2/2017 Promosi kesehatan 1. Memberikan penilaian tentang tingkat pengetahuan Tgl 28/8/ 2017
Jam 16.00 Kelas 2 : keluarga klien tentang proses penyakit yang Jam : 17.00 wit
wit Manajemen kesehatan spesifik
2 Ketidakefektifan Hasil : Keluarga belum mengetahui penyebab TB S :
pemeliharaan Paru. Keluarga klien mengatakan
kesehatan(00090) tahu dengan penyakitnya.
2. Menjelaskan patofisiologi dari penyakit.
Respon : Keluarga klien mendengarkan. O:
 Klien mampu
3. Mengambarkan tanda dan gejala yang biasa menyebutkan penyebab
muncul pada penyakit dengan cara yang tepat. TB Paru
Respon : Keluarga klien mendengarkan  Klien belum dapat
menyebutkan cara
4. Mengambarkan proses penyakit dengan cara yang mencegah TB Paru
tepat.
Respon : Keluarga klien memperhatikan dan A :
mendengarkan Masalah belum teratasi

P:
Lakukan evaluasi pada
pertemuan ke empat.
RENCANA KEPERAWATAN KELUARGA Ny. K.K

Tujuan Jangka Criteria Evaluasi


No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Jangka Pendek Intervensi
Panjang Criteria Standar
1 2 3 4 5 6 7
1 Ketidakefektifan manajemen Setelah dilakukan Setelah dilakukan - Menjelaskan
rejimen teraupetik keluarga ( 00080) intervensi pertemuan 4 x 60 menit secara sederhana 1. Kaji pengetahuan keluarga tentang
pada Ny. K.K Keluarga Ny. K.K keperawatan keluarga mampu: Verbal pengertian TB pengertian, penyebab, tanda dan gejala
berhubungan KMK mengenal masalah 1.1. Mengenal masalah Paru dan komplikasi TB Paru
masalah TB Paru, yang ditandai Ketidakefektifan diare dengan - Menyebutkan 2. Diskusikan dengan keluarga tentang
dengan: manajemen menjelaskan: sebagian penyebab pengertian, penyebab, tanda dan gejala TB
Data Subyektif : rejimen teraupetik - Pengertian TB TB Paru Paru
- Keluarga mengatakan Ny. K.K keluarga ( 00080) Paru - Menyebutkan 3. Tanyakan kembali pada keluarga hal-hal
sedang menderita sesak napas, Ny.K.K keluarga - Penyebab TB Paru sebagian tanda dan yang telah didiskusikan
batuk berdahak sejak 2 minggu Ny.K.K tidak - Tanda dan gejala gejala TB Paru 4. Beri reinforcement positif atas kemampuan
yang lalu. terjadi TB Paru keluarga.
- Keluarga mengatakan tidak 5. Jelaskan akibat TB Paru bila tidak
mengetahui penyebab serta akibat Keputusan kelurga ditangani dengan segera
dari penyakitnya. 6. Bimbing keluarga untuk mengambil
- Keluarga mengatakan sampai saat 1.2. Mengambil Verbal keputusan yang tepat dalam mengatasi TB
ini tidak ada keputusan yang Paru
penanganan/perawatan yang tepat untuk 7. beri reinforcement positif atas keputusan
diberikan pada Ny. K.K mengatasi masalah keluarga yang tepat.
- Keluarga mengatakan saat ini Ny. TB Paru
K.K nafsu makannya menurun
Data Obyektif :
- KU : Nampak sakit sedang
- TTV:
TD : 90/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi: 28 x/menit
Suhu badan: 36,5 c
- Sesak napas, batuk berdahak
- Nyeri dada, dan nafsu makan
menurun.

1 2 3 4 5 6 7
1.2. Melakukan Verbal - Menyebutkan cara 8. Kaji pengetahuan kelu-arga tentang cara TB
perawatan pada perawatan TB Paru Paru
anggota keluarga 9. Diskusikan dengan keluarga tentang cara
yang menderita perawatan TB Paru
TB Paru 10. Tanyakan kembali pada keluarga hal-hal
yang telah didiskusikan
11. Beri reinforcement positif atas kemampuan
keluarga.
Redemonstrasi 12. Demonstrasikan cara membuat larutan gula
garam
13. Beri kesempatan keluarga untuk
mendemonstrasikan cara membuat larutan
gula garam
14. Beri reinforcement positif atas kemampuan
keluarga.

1.3. Memodifikasi Verbal - Meja/tempat makan 15. Diskusikan dengan keluarga tentang meja/
lingkungan makan memenuhi syarat tempat makan yang memebuhi syarat
yang memenuhi kesehatan kesehatan
syarat kesehatan Rede- - Cara menata tempat 16. Beri kesempatan untuk melakukan
monstrasi makan yang sehat demonstrasi ulang menyiapkan tempat
- Adanya penataan makan yg sehat
tempat makan yang 17. Evaluasi pada saat yang tidak direncanakan
Kunjungan sehat penataan lingkungan makan yang sehat
yg tdk di 18. Ulangi penjelasan bila ada hal-hal yg
rencana- terlupakan
kan
1.4. Menggunakan Verbal - Menyebutkan 19. Jelaskan pada keluarga fasilitas yankes
fasilitas yankes fasilitas yankes yg yang dapat dimanfaatkan: RS, Puskesmas,
secara tepat dapat dikunjungi Posyandu, Klinik/ praktek swasta
untuk penanganan 20. Tanyakan pada keluarga tempat yankes
Kunjungan diare yang mana yang akan digunakan
yg tdk di - Kartu berobat/ 21. Anjurkan keluarga untuk mengunjungi
rencana- Posyandu 22. Evaluasi pada saat kunjungan yang tidak
kan direncanakan terhadap kunjungan keluarga
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai