Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

PIDATO SOEKARNO 1 JUNI 1945


SEMESTER 2

Oleh:
Nama : Ni Kadek Dinda Pramesti Cahyaningrat
NIM : 1902531041
KELAS :A

Program Studi Sarjana Psikologi


Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana
2020
ISI PIDATO

Pidato yang dibawakan oleh Ir. Soekarno pada 1 Juni 1945 dihadapan peserta sidang
BPUPKI memaparkan tentang dasar Indonesia merdeka atau Philosofiche Grondslag, dimana
menurut Beliau merupakan fundamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa, hasrat, yang
sedalam-dalamnya untuk diatasnya didirikan gedung Indonesia merdeka yang kekal dan abadi. Ir.
Soekarno juga memaparkan mengenai apa arti dari merdeka dan bagaimana kemerdekaan yang
diraih oleh negara-negara lain, serta menjelaskan mengapa negara Indonesia ini harus meraih
kemerdekaan dan apa yang akan diterapkan di Indonesia.

Soekarno menjelaskan bahwa Indonesia harus segera meraih kemerdekaan karena saat itu
merupakan waktu yang tepat, dan juga menjelaskan bagaimana kondisi negara lain seperti Arab
Saudi, Rusia, Inggris, dan Amerika saat merdeka. Negara yang merdeka adalah dimana suatu
bangsa sanggup mempertahankan negaranya dengan darahnya sendiri, dengan dagingnya sendiri.
Merdeka itu dapat dilakukan apabila kita sendiri sebagai bangsa Indonesia berani untuk
menyatakan kemerdekaan, tidak menunggu semua rakyat Indonesia benar-benar sudah siap dan
cakap. Menurut beliau, merdeka adalah soal berani atau tidak, tidak peduli bagaimana keadaan
saat ini. Merdeka dahulu baru kita akan memperbaiki apa yang kurang dengan bangsa Indonesia
ini.

Selain itu, Soekarno juga mengatakan bahwa mendirikan negara Indonesia tidak dengan
tujuan untuk mengagungkan satu orang, untuk memberi kekuasaan kepada satu golongan yang
kaya, untuk memberi kekuasaan pada satu golongan bangsawan. Namun, kita sebagai bangsa
Indonesia hendak mendirikan suatu negara “semua buat semua”. Bukan buat satu orang, bukan
buat satu golongan, baik golongan bangsawan, maupun golongan yang kaya, tetapi “semua buat
semua”.

Setelah menjelaskan mengenai arti sebuah kemerdekaan, Soekarno juga menjelaskan


bahwa negara Indonesia memerlukan sebuah dasar negara untuk membentuk negara Indonesia
sendiri. Negara-negara lain sudah memiliki dasar atau sebuah paham yang dianut oleh rakyatnya.
Contohnya seperti Adolf Hitler yang mendirikan Jerman atas paham sosialisme, Lenin yang
mendirikan Rusia atas paham marxisme, dan Ibn Saud yang membangun Arab Saudi atas landasan
Islam.
PRINSIP PERTAMA

Prinsip atau dasar negara pertama yang dikemukakan oleh Soekarno adalah Kebangsaan
Indonesia. Beliau menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Kebangsaan Indonesia ini bukanlah
arti yang sempit, namun lebih luas yaitu satu nasionalestaat. Menurut Ernest Renan, syarat
menjadi bangsa adalah “kehendak akan bersatu” yang artinya maka yang menjadi bangsa, yaitu
satu gerombolan manusia yang mau bersatu, yang merasa dirinya bersatu. Selain itu, Soekarno
juga memaparkan bahwa kebangsaan Indonesia itu merupakan suatu bangsa yang luas, dari
Sumatera hingga Irian Jaya adalah berkebangsaan Indonesia. Indonesia yang bulat bukan hanya
Jawa saja, bukan hanya Sumatera, atau Borneo saja tetapi segenap kepulauan yang meliputi
Indonesia yaitu dari Sabang sampai Merauke.

PRINSIP KEDUA

Pada prinsip atau dasar negara yang kedua, Soekarno memaparkan tentang Nasionalisme
atau Peri Kemanusiaan. Soekarno mengingatkan bahwa kita sebagai bangsa Indonesia haruslah
cinta tanah air yang satu, merasa berbangsa yang satu, dan mempunyai bahasa yang satu. Namun,
tanah air kita Indonesia hanyalah satu bagian kecil dari dunia. Inilah bahaya dari prinsip
kebangsaan, mungkin orang meruncingkan nasionalisme menjadi chauvinisme, sehingga
berpaham “Indonesia uber Alles”. Soekarno juga mengingatkan tentang bangsa Aria yang
menganggap bahwa dirinya merupakan bangsa yang tertinggi di dunia, tidak ada yang bisa
menyamai bangsa Aria dan menganggap bangsa lain tidak ada harganya. Jangan sampai kita
sebagai bangsa Indonesia merasa bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang terbagus dan
termulia, serta meremehkan bangsa lainnya. Kita harus menuju persatuan dunia dan persaudaraan
dunia. Inilah prinsip yang kedua, Soekarno menyebutnya sebagai Internasionalisme atau Peri
Kemanusiaan. Beliau menjelaskan bahwa internasionalisme tidak dapat hidup subur jika tidak
berakar dari akarnya yaitu nasionalisme.

PRINSIP KETIGA

Prinsip atau dasar negara yang ketiga yang dikemukakan oleh Soekarno yaitu mengenai
dasar mufakat, dasar perwakilan, dan dasar permusyawaratan. Negara Indonesia bukan satu negara
untuk satu golongan saja, tetapi kita mendirikan negara “semua buat semua, satu buat semua,
semua buat satu”. Soekarno sendiri juga meyakini bahwa syarat yang mutlak untuk kuatnya negara
Indonesia adalah permusyawaratan perwakilan dan inilah tempat yang terbaik untuk memelihara
agama. Selain itu, beliau juga menegaskan bahwa dengan cara mufakat, kita perbaiki segala hal
dan juga keselamatan agama, yaitu dengan jalan pembicaraan atau permusyawaratan melalui
Badan Perwakilan Rakyat. Badan perwakilan, inilah tempat rakyat untuk mengemukakan tuntutan-
tuntutan agama, usulkan kepada pemimpin-pemimpin rakyat dan apa yang dirasa perlu untuk
diperbaiki. Soekarno menyebut prinsip ketiga ini dengan prinsip Mufakat, prinsip perwakilan
rakyat.

PRINSIP KEEMPAT

Prinsip atau dasar negara keempat yang dikemukakan oleh Soekarno adalah prinsip
Kesejahteraan Sosial, dimana tidak akan ada kemiskinan di dalam Indonesia Merdeka. Soekarno
juga bertanya bahwa Indonesia Merdeka mana yang kita mau, apakah yang kaum kapitalnya
merajalela ataukah semua rakyatnya hidup dalam kesejahteraan, cukup makan, cukup pakaian,
merasa dipangku oleh Ibu Pertiwi yang cukup memberi sandang-pangan kepadanya. Beliau juga
menegaskan bahwa jangan mengira jika Badan Perwakilan Rakyat sudah ada, kita dengan
sendirinya sudah mencapai kesejahteraan ini.

PRINSIP KELIMA

Prinsip atau dasar negara yang kelima yang dikemukakan oleh Soekarno yaitu menyusun
Indonesia Merdeka dengan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa. Beliau menegaskan, bukan
saja bangsa Indonesia yang berTuhan, tetapi masing-masing orang Indonesia hendaknya bertakwa
kepada Tuhannya sendiri, sesuai dengan agama dan ajarannya masing-masing serta hendaknya
dapat menyembah Tuhannya dengan cara yang leluasa. Selain itu, beliau juga mengatakan bahwa
segenap rakyat Indonesia hendaknya ber-Tuhan secara kebudayaan, yakni dengan tiada “egoisme-
agama”. Amalkan dan jalankan agama dengan cara yang berkeadaban, menghormati satu sama
lain. Maka dari itu, Soekarno menyebut prinsip kelima ini dengan Ketuhanan yang
Berkebudayaan, Ketuhanan yang berbudi pekerti luhur dan menghargai satu sama lain.
PANCASILA

Dasar-dasar negara telah diusulkan oleh Soekarno, diantaranya:

1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang berkebudayaan

Soekarno mengatakan, kelima dasar negara tersebut bukanlah Panca Dharma. Dharma
berarti kewajiban, sedangkan ini merupakan dasar. Sehingga, Soekarno menyebutnya dengan
petunjuk temannya yang seorang ahli bahasa, yaitu Pancasila. Sila artinya asas atau dasar, Panca
artinya lima. Soekarno menegaskan bahwa dari kelima dasar itu kita akan mendirikan negara
Indonesia yang kekal dan abadi.

TRI SILA

Selain Pancasila, Soekarno juga merumuskan dan memeras kelima dasar tersebut menjadi
tiga dasar. Dua dasar yang pertama yaitu Kebangsaan dan Internasionalisme, digabungkan menjadi
Socio-Nationalisme, Demokrasi dengan Kesejahteraan digabungkan menjadi Socio-Democratie,
dan Ketuhanan.

EKA SILA

Selain Tri Sila yang telah dikemukakannya, beliau juga menggabungkan dasar-dasar
negara tersebut menjadi satu, yakni Eka Sila atau Gotong Royong. Soekarno menegaskan bahwa
Negara Indonesia ini akan menjadi negara gotong royong, dimana beliau mengatakan bahwa
gotong royong adalah sebuah paham yang dinamis yang mana lebih dinamis dari kekeluargaan.
Soekarno menyebutkan bahwa kekeluargaan adalah suatu paham yang statis sedangkan gotong
royong menggambarkan satu usaha, satu amal, dan satu pekerjaan. Menurut Soekarno gotong
royong adalah pembantingan tulang bersama, memeras keringat bersama, perjuangan bantu-
membantu bersama. Maksud dari Soekarno ini bukan hanya gotong royong yang dalam artian
sempit, dimana jika kita pikirkan mungkin adalah gotong royong dalam artian membersihkan
sampah secara bersama-sama. Namun, gotong royong dalam artian kita membangun Indonesia ini
secara bersama-sama, menyelesaikan masalah bersama-sama atau mempertahankan Indonesia
dengan keringat dan usaha semua rakyat Indonesia.

PEMBAHASAN
Menurut saya, pidato mengenai perumusan Pancasila sebagai dasar negara yang
disampaikan oleh Presiden pertama kita yaitu Ir. Soekarno pada 1 Juni 1945 sangat membakar jiwa
orang yang mendengarnya, membangkitkan semangat rakyat Indonesia yang pada saat itu sedang
berjuang untuk mencapai kemerdekaan. Dengan hanya menonton video dan mendengar suara
beliau saja saya dapat membayangkan bagaimana semangatnya Soekarno ketika berpidato
mengenai dasar negara Indonesia. Dengan gaya bahasa dan semangatnya yang membara saat
berpidato, hal itulah yang kemudian memotivasi dan membakar api semangat rakyat Indonesia
agar pantang menyerah mendapatkan haknya untuk meraih kemerdekaan.

Mengenai isi yang terdapat dalam pidato tersebut juga sangat cocok dengan Indonesia,
dimana prinsip atau dasar negara yang pertama mengatakan bahwa kita harus mendirikan satu
Negara yang berkebangsaan Indonesia, dimana seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia
memiliki beragam suku, budaya, dan agama dari Sabang sampai Merauke. Oleh karena itu, kita
harus menanamkan bahwa kita adalah berkebangsaan yang satu, bangsa Indonesia.

Prinsip atau dasar negara kedua yang dipaparkan oleh Soekarno yaitu Internasionalisme,
memiliki artian bahwa kita harus hidup berdampingan dengan bangsa-bangsa lainnya dan tidak
berperilaku chauvinisme, yaitu memandang bangsa sendiri sebagai suatu bangsa yang paling benar
dan paling tinggi derajatnya. Walaupun masing-masing negara berkompetisi untuk meningkatkan
ekonomi dan militernya namun bukan berarti kita menjatuhkan dan tidak membantu bangsa lain
yang kesusahan. Inilah bagaimana kita menciptakan persaudaraan dan perdamaian dunia.

Sedangkan untuk prinsip ketiga yaitu dasar mufakat, dasar perwakilan, dan dasar
permusyawaratan. Hal itulah yang membuat negara Indonesia memiliki Dewan Perwakilan Rakyat
yang dimana akan menyelesaikan suatu masalah di negara kita dengan cara mufakat dan
bermusyawarah. Namun pada kenyataannya, beberapa Dewan Perwakilan Rakyat kini hanya
mementingkan kepentingannya sendiri dan tidak memikirkan keadaan rakyat. Selain itu, dalam
pemaparan Soekarno tentang bagaimana jika orang Islam ataupun agama lain ingin Indonesia ini
melandaskan hukum berdasarkan agama masing-masing dengan cara berjuang keras agar nantinya
Dewan Perwakilan Rakyat akan berisi dari masing-masing agama itu. Menurut saya, hal itu sulit
berjalan karena mau sekuat apapun kita berusaha, yang akan menentukan orang itu mendapat kursi
adalah rakyat. Sedangkan rakyat Indonesia mayoritasnya adalah Islam, jadi kebanyakan orang
Islam akan lebih memilih pemimpin yang menganut agama Islam sehingga agama lain akan sulit
untuk mendapatkan tempat.

Untuk prinsip yang keempat dimana Soekarno mengusulkan prinsip Kesejahteraan Sosial,
dimana bahwa tidak akan ada kemiskinan di dalam Indonesia Merdeka. Itu adalah suatu hal yang
mulia, beliau ingin seluruh rakyat Indonesia sejahtera dan cukup kebutuhan hidupnya. Menurut
saya, kesejahteraan mungkin bisa saja terjadi. Namun, tidak akan ada kemiskinan di Indonesia
mungkin itu yang mustahil terjadi, karena di dalam suatu negara pasti ada rakyat yang tingkat
penghasilannya atau kesejahteraan hidupnya rendah, kita hanya bisa meminimalisir hal tersebut.

Prinsip yang terakhir atau Ketuhanan yang Berkebudayaan merupakan hal yang paling saya
setujui dari semua prinsip yang dikemukakan oleh Soekarno tersebut. Bayangkan jika di dalam
suatu negara tidak ada rakyat yang ber-Tuhan, beragama dan menganggap Tuhan itu tidak ada,
maka negara ini akan menjadi chaos, semua orang akan bertindak semaunya tanpa memikirkan
keadaan orang lain. Selain itu, saya sangat setuju dengan adanya kata “Berkebudayaan” setelah
Ketuhanan dalam prinsip beliau yang kelima ini, dimana dalam negeri ini kita hidup dengan suku,
agama, dan budaya yang berbeda-beda. Hendaknya kita saling menghormati dan menghargai
perbedaan yang ada diantara kita.

Sumber:
Link video

Anda mungkin juga menyukai