Neelamfahira Essay
Neelamfahira Essay
MASYARAKAT INDONESIA
RINGKASAN
Pada Oktober 1945 pasukan sekutu memasuki kota Bandung. Tentara sekutu
yang baru datang itu langsung mengeluarkan ultimatum yang berisi mereka meminta
dengan paksa semua senjata yang diperoleh dari tentara jepang untuk diserahkan pada
sekutu. Karena pada saat tentara sekutu datang para pejuang Bandung tengah sibuk
melaksanakan pemindahan kekuasaan Jepang dengan merebut senjatanya. Selain itu
sekutu menuntut agar pihak Indonesia mengosongkan kota Bandung bagian utara
selambat- lambatnya pada 29 November 1945 dengan dalih untuk menjaga kota Bandung.
Tetapi rakyat Bandung tidak menggubris permintaan itu. Dengan begitu terjadilah
beberapa pertempuran hingga dikeluarkan ultimatum ke dua pada 23 Maret 1945, mereka
menuntut Bandung dikosongkan militer dan pemerintah RI paling lambat pukul 24.00 dan
adanya perintah yang sama dari pemerintahan RI di Jakarta. Dengan berat hati TRI dan
rakyat Bandung meningalkan kotanya, namun sebelum meninggalkan kota para pejuang
melakukan penyerangan dan membumihanguskan kota Bandung bagian selatan. Sambil
meninggalkan kota, para pejuang termasuk Isnail Marzuki yang kala itu tinggal di
Bandung melihat pembumihangusan kota kemudian ia menyanyikan lagu rindu pada kota
Bandung yang penuh kenangan, dengan bait trakhir lagu diubah dengan: sekarang telah
menjadi lautan api, mari bung rebut kembali. Lagu ini memiliki makna yang haru atas
pembumihangusan kota Bandung kala itu, banyak kenangan yang terjadi di kota
Bandung.
PENDAHULUAN
Peistiwa heroic Bandung Lautan Api pada 23 Maret 1946 dalam
mempertahankan kemerdekaan Indonesia turut menginspirasi lahirnya sebuah
lagu perjuangan yang berjudul “Halo- halo Bandung”. Ketika Belanda ingin
menguasai Bandung kembali setelah kemerdekan, lagu ini digunakan untuk
membangkitkan semangat perjuangan dan ungkapan rasa rindu rakyat Bandung
terhadap kota Bandung. Karya Ismil Marzuki ini menggambarkan semangat
perjuangan rakyat kota Bandung dalam pasca kemerdekaan tahun 1946.
Berkaitan dengan perlawanan rakyat sebuah lagu ini menjadi sebuah karya
seni propaganda bagi masyarakan khususnya Bandung. Lagu “Halo- halo
Bandung” ini memiliki lirik, nada dan irama yang dapat membakar semangat
nasionalisme dan patriotisme. Seni dan propaganda merupakan suatu karya seni
seseorang yang dikemas untuk dijadikan mesin atau alat untuk propaganda dengan
tujuan yang di kehendaki pelaku propaganda atau pencipta karya seni. Contoh
kerya seni yang dijadika propaganda misalnya berupa poster, lagu atau nyanyian,
film, sastra dan lain sebagainya. Propaganda sendiri memiliki arti yaitu sebuah
upaya disengaja dan sistematis untuk membentuk persepsi, memanipulasinalam
pikiran atau lognisi, dan memengaruhi langsung prilaku agar memberikan respon
sesuai dengan yang dikehendaki pelaku propaganda.
Untuk lagu “Halo- halo Bandung” ini tidak begitu saja tercipta, banyaknya
peristiwa atau suatu keadaan yang menjadikan latarbelakang terciptanya beberapa
versi dari lagu ini. Pertama versi sebelum Perang Dunia II dengan bahasa sunda,
yang kedua versi pada masa kedudukan Jepag, dan yang ketiga yaitu versi
Bandung Lautan Api, versi ketiga ini yang akan dibahas. Selain itu dalam tulisan
ini juga akan membahas mengenai biografi sang pencipta lagu, sejarah terciptanya
lagu, dan makna yang terkandung dalam lagu Halo- halo Bandung. Tujuannya
untuk mengetahui bagaimana penjelasan suatu karya seni dijadikan sebagai
propaganda dalam perjuangan kemerdekaan di suatu wilayah.
LANDASAN TEORI
1. Teori Propaganda
Menurut Bruce L Smith (Encylopedia Social Science), definisi propaganda
adalah Manipulasi relative secara sengaja dengan menggunakan symbol (kata-
kata, sikap, bendera, atau music) terhadap pikiran atau tindakan orang lain dengan
sasaran terhadap kepercayaan, nilai dan prilakunya. (Muhajirin Affandi, 2017: 14)
Sedangkan menurut Jacques Ellul mendefinisikan propaganda sebagai
komunikasi yang digunakan oleh suatau kelompok terorganisir yang ingin
menciptakan partsipasi aktif atau pasif dalam tidakan- tindakan suatu massa yang
terdiri atas individu- individu, dipersatukan secara psikologis dan tergabungkan di
dalam suatu kumpulan atau organisasi. Bagi Ellul, propaganda erat kaitannya
dengan organisasi dan tindakan, yang tanpa propaganda praktis tidak ada.
(Muhajirin Affandi, 2017: 15)
Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
propaganda adalah usaha yang dilakukan individu atau kelompok yang
mempunyai kepentingan tertentu untuk meyakinkan atau mengontrol suatu
keadaan dengan menggunakakn sugesti agar tujuan nya tercapai atau terkontrol.
2. Teori Seni
Seni menurut Morris Weitz seni merupakan konsep terbuka. Ia
menyatakan, konsep seni tidak bias menghindar dari pengaruh kondisi yang selalu
berubah karena munculnya, misalnya gerakan baru dalam praktik seni dan
kesadaran baru pada pemikiran seni. Karena itu konsep seni harus selalu diubah
dan diluaskan apabila muncul kesadaran baru. Sedangkan, George Dickie
mengemukakan seni tidak bisa didefinisikan karena pengertian seni mengikuti
konteks yang berkembang kepada masyarakat. Dickie berpendapat, public seni
dalam suatu tatanan dunia seni seharusnya terlibat dalam pendefinisian seni.
Institusi seni dalam pandanan Dickie bukan hanya pranata dan lembaga seni.
Public seni tentang seni, menurut Dickie tidak bias dilepaskan dan persepsi yang
tumbuh dalam budaya. Karena itu masyarakat secara luas punya peran dalam
membangun pemahaman seni. (Jim Supangkat, 2016: 4- 6).
3. Teori Musik
Menurut Banoe (2003) music adalah cabang seni yang membahas dan
menetapkan berbagai suara ke dalam pola- pola yang dapat dimengerti dan
dipahami manusia. Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia menyatakan
music adalah nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga
mengandung irama, lagu dan keharmonisan, terutama yang menggunakan alat-
alat yang menghasilkan bunyi.
Jadi, bisa disimpulakn bahwa music adalah sebuah cabang seni yang
timbul dari perasaan manusia, yang dapat dimengerti dan dipahami berupa nada
atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama lagu dan
keharmonisan sebagai suatu ekspresi diri.
4. Teori Konflik
Teori konflik. Menurut Paul E. Salem (1997) dalam bukunya Dewanto
Putra (2016), menjelaskan bahwa konflik adalah “sebagai bentuk fenomena
negate yang begitu besar hingga menghasilkan efek samping berupa kekerasan,
penderitaan, dan ketidaknyamanan”. Paparan tentang definisi konflik yang
diberikan disiplin ilmu sosiologi menunjukan bahwa konflik menghasilkan
perilaku berupa kekerasan, ketidaknyamanan, dan penderitaan yang sebagian
besar berhubungan dengan kondisi atau situasi disekitar idividu. Karena itu
definisi yang dijubtukan Salem (1997) menitik beratkan pada munculnya bentuk-
bentuk pengaruh negative pada individu dan lingkungan social. ( Dewanto Putra
Fajar, 2016: 7).
Jadi dapat disimpulkan bahwa fungsi utama lagu- lagu propaganda, adalah
sebagai alat penyebarluasan pendapat yang sederhana, tetapi implikasinya yang
kompleks. Lagu- lagu propaganda sebagai media komunikasi una menyampaikan
pesan khusus kepada massa untuk mengimbangi kekuatan propagandn musuh
diajang perang urat saraf. (Sastropoetro, 1983: 22)
Selain itu menurut Soedarsono (1998), dalam Jurna Humaniora,
menyebutkan bahwa lagu- lagu propaganda sebagai sarana propaganda,
kedudukan pemain dan peserta dalam seni pertunjukan ini dilibatkan, hingga bisa
disebut sebagai Seni Partisipasi.
PEMBAHASAN
BIOGRAFI SANG PENULIS LAGU
Pada kenyataannya lagu ‘Halo- halo Bandung” ini adalah lagu pengingat
peristiwa Bandung Lautan Api yang terjadi pada tanggal 23 Maret 1946. Pencipta
lagu ini ternyata masih samar- samar belum diketahui dengan pasti hingga kini.
Dalam sebuah artikel oleh Iswara N. Raditya yang berudul “Teka- teki
penciptaan lagu, Halo- halo Bandung”, tertulis bahwa lagu ini merupakan hasil
karya para pejuang kala itu dan tercipta melalui obrolan yang terjadi begitu saja
dengan spontan. Namun, sebagain besar masyarakat Indonesia meyakini lagu ini
adalah hasil karya komponis legendaris Indonesia, Ismail Marzuki, ia menjadi
kandidat terkuat yang paling dipercaya sebagai pencipta lagu “Halo- halo
Bandung” ini. Ada beberapa alasan yang mendukung keyakinan tersebut, seperti
tentu saja karena Ismail Marzuki adalah seorang komponis yang memang sudah
menciptakan lagu nasional. Ia juga masih berusia produktif saat peristiwa
Bandung lautan api terjadi, selain itu Ismail Marzuki dan istri sempat tingal di
Bandung selatan yang pada akhirnya terpaksa dibumihanguskan oleh tentara
republic sebelum dijamah sekutu dan Belanda. Ia dan istri turut mengungsi pula
kala peristiwa itu terjadi.
Dalam buku yang berjudul “100
tokoh yang Mengubah Indonesia” yang
disusun oleh Floroberta S. Aning
menjelaskan bahwa, Ismail Marzuki
adalah komponis besar kebangsaan
indonesia yang mewarnai sejarah
kemerdekaan bangsa ini dengan lagu-
lagunya yang patriotic. Ia dilahirkan pada
11 Mei tahun 1914 di kampung Kwitang,
Jakarta. Ayah nya adalah seorang pemilik
bengkel mobil yang sukses. Namun
Ismail memilih jalan hidup yang jauh
berbeda. Jauh dari mesin dan oli, Ismail
KESIMPULAN
Propaganda adalah sebuah upaya disengaja dan sistematis untuk
membentuk persepsi, memanipulasinalam pikiran atau lognisi, dan memengaruhi
langsung prilaku agar memberikan respon sesuai dengan yang dikehendaki pelaku
propaganda. Sedangkan seni propaganda adalah sebuah karya seni yang dikemas
untuk dijadikan mesin atau alat untuk propaganda dengan tujuan yang di
kehendaki pelaku propaganda atau pencipta karya seni. Lagu karya Ismail
Marzuki ini merupakan contoh dari karya seni propaganda. Berjudul Halo- halo
Bandung. Lagu ini tercipta karena suatu peristiwa yang ada di Bandung atau biasa
dikenal dengan sebutan Bandung Lautan Api. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 23
Maret 1946, adalah peristiwa pembumihangusan kota Bandung bagian selatan
dalam waktu tujuh jam, para penduduk membakar rumah mereka dan pergi
mengungsi meninggalkan kota. Pembumihangusan ini disebabkan oleh tentara
sekutu termasuk tentara Inggris dan Belanda yang meminta rakyat Bandung untuk
mengosongkan Bandung dengan paksa. Jawa Barat yang semula, secara geografis
merupakan daerah dimana berdirinya Batavia (pusat kekuasaan Belanda di
Indonesia), tetap mempunyai arti penting bagi Belanda, karena itu tidak pernah
lepas dari perhatiannya. Disatu pihak, Belanda berusaha untuk mengembalikan
Jawa Barat bersama Batavianya kepada keadaan seperti pada masa sebelum
Perang Dunia II, dimana Belanda berkedudukan sebagai tuan. Di lain pihak,
penduduk berpendirian dan menganggap bahwa Jawa Barat pada masa sesudah
proklamasi kemerdekaan merupakan bagian dari RI yang berkah mengatur rumah
tangganya sendiri, orang lain tidak berhak sedikit pun untuk mencampuri apalagi
memiliki daerah yang telah merupakan hidupnya. Kedua pendiri yang sulit untuk
dijembatani itu telah mendorong timbulnya bentrokan- bentrokan antara kedua
pihak yang sukar didamaikan. Tidak disangka-sangka pada tanggal 22 Maret 1946
datanglah pemberitahuan melalui telepon bahwa Mayor Jenderal Didi
Kartasasmita dan Wakil Menteri Keuangan Republik Indonesia Mr. Syafruddin
Prawiranegara sudah datang di Bandung untuk menyampaikan amanat Perdana
Menteri Republik Indonesia yang isinya ialah Tentara Sekutu Inggris telah minta,
supaya daerah seluas sebelas kilometer sekeliling kota Bandung, di hitung dari
tengah-tengah kota harus dikosongkan dari semua orang yang bersenjata, jadi
harus dikosongkan dari pasukan- pasukan, dan TRI yang bersenjata. Dengan berat
hati rakyat harus meninggalkan kota Bandung. Pada malam hari secara grilya
rakyat menjalankan tugasnya yaitu membumihanguskan kota. Bandung sengaja di
bakar oleh rakyat dan TRI dengan maksud agar sekutu tidak dapat menguasai
Bandung dan menjadikannya sebagai markas militer.
Dengan terjadi nya peristiwa itu mengilhami Ismail Marzuki yaitu seorang
komponis besar Indonesia untuk menciptakan lagu yang berjudul “Halo- halo
Bandung”. Lagu ini menggambarkan semangat perjuangan rakyat kota Bandung
dalam mempertahanka kemerdekaan Indonesia pada tahun 1946.
Lagu halo- halo Bandung sendiri sebener nya sudah tercipta sebekum
terjadinya peristiwa bandung lautan api. Namun dengan lirik yang berbeda. Ada
tiga versi dalam lagu ini. Sebut saja yang pertama versi sebelum Perang Dunia II
dengan lirik dalam bahasa sunda, dan versi pada saat kedudukan Jepang yang
merupakan versi kedua. Selain itu versi awal dari lirik lagu “Halo- Halo Bandung”
menunjukan bahwa lagu ini lahir sebagai ungkapan rasa rindu yang sentimental,
bukan dimaksudkan sebagai lagu perjuangan rakyat. Kemudian selama masa
pendudkan Jepang, lagu ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai
bagian dari propaganda pihak Jepang, yang berusaha mengikis pengaruh budaya
Belanda serta mendorong penggunan bahasa Indonesia di penjuru wilayah
jajahan. Dan versi terakhir adalah versi Bandung Lautan Api, yang
menggambarkan suasana haru para pejuang juga rakyat saat meninggalkan kota
Bandung yang penuh kenang- kenangan. Lagu ini mengandung ajakan dan pesan
mendalam. Secara gemblang lagu ini menggambarkan suasana haru biru emosi
rakyat dan para pejuang saat mulai meninggalkan wilayah Bandung Selatan. Ada
banyak kisah dan kenang-kenangan yang Membekas. Maka sekali pun telah
menjadi lautan api, ajakan untuk merebutnya kembali terus diteruskan lewat bait
terakhir dalam lirik, “Mari bung, rebut kembali”.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, Muhajirin. 2017. Komunikasi Propaganda Suatu Pengantar.
Yogyakarta: Deepublish
Aning, S. Floriberta. 2005. 100 Tokoh Yang Mengubah Indonesia. Yogykarta:
NARASI
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1977. Sejarah Daerah Jawa Barat.
Direktorat Jendral Kebudayaan
Fajar, Putra Dewanto. 2016. Teori- Teori Komunikasi Konflik. Malang:
Universitas Brawijaya Press
Hardani, S.W. 2006. Ismail Marzuki: Komponis lagu- lagu perjuangan. Harmonia
Jurnal Pengetahuan dan Pemikiran Seni. Voll. VII No. 3
Sastropoetro, Santoso. 1983. Propaganda: Salah Satu Bentuk Komunikasi Massa.
Alumni
Supangkat, Jim. 2006. Ikatan ilang Budaya: Seni serat Biranul Anas.
Kepustakaan Populer Gramedia.
Internet:
Halo, halo Bandung. Tersedia online:
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Halo,_Halo_Bandung. Diakses pada: 11
Maret 2019
Kurniawan, Hendra. 2016. Catatan Kecil Mengenang Peristiwa BLA Halo-Halo
Bandung. Jurnal Galamedia No. 156 tahun 2016. Tersedia Online:
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repositor
y.usd.ac.id/3971/1/2266_Halo-
halo%252BBandung_Galamedia.pdf&ved=2ahUKEwixideVwYDhAhVF
Qo8KHY9XCGAQFjAEegQIBRAB&usg=AOvVaw0aLeLifX6OxtJsvhgt
wJ3q. Diakses pada: 12 Maret 2019.
Mintargo, Wisnu. 2002. Lagu- lagu propaganda dalam revolusi Indonesia: 1945-
1949. Tersedia Online: https://journal.ugm.ac.id/jurnal-
humaniora/article/view/779/0. Diakses pada: 11 Maret 2019
Raditya, Iswara N. 2017. Teka- teki pencipta lagu halo- halo Bandung. [Internet].
Tersedia Online: https://tirto.id/teki-teki-pencipta-lagu-halo-halo-bandung-
clqn. Diakses pada: 10 Maret 2019
Gambar:
Ismail Marzuki: https://catatanedukasikita.blogspot.com/2015/05/biografi-ismail-
marzuki.html?m=1
Bandung Lutan Api: https://koranmakassarnews.com/2018/03/23/23-maret-1946-
peristiwa-bandung-lautan-api/