Anda di halaman 1dari 63

MODUL

MATA KULIAH KOMUNIKASI DALAM KEBIDANAN

PENYUSUN :

HIDAYATUL KHOIROH

AKADEMI KEBIDANAN IMAM BONJOL

PADANG PANJANG

2015/2016

1
KATA PENGANTAR

Komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang atau beberapa orang, kelompok,
organisasi, dan masyarakat menciptakan, dan menggunakan informasi agar terhubung dengan
lingkungan dan orang lain
Tujuan penulisan buku ini adalah sebagai upaya penulis untuk membantu mahasiswa
kebidanan untuk memudahkan dalam proses belajar mengajar, khususnya dalam meemahami
kuliah tentang Komunikasi Dalam Kebidanan.
Tak lupa kami sampaikan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan
kontribusinya dalam penulisan modul Komunikasi Dalam Kebidanan ini yang tidak bias kami
sebutkan satu persatu.
Kebenaran hakiki hanyalah milik Allah SWT dan tiada manusia yang sempurna. Kami
menyadari buku ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat saya harapkan guna perbaikan dimasa mendatang.

Padang Panjang, 2016

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PERTEMUAN 1 Komunikasi 1
1. Pengertian Komunikasi 1
2. Unsur-Unsur Komunikasi 2
3. Proses Komunikasi 4
4. Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi 6
PERTEMUAN 2 Bentuk-Bentuk Komunikasi 9
1. Komunikasi Intrapersonal 9
2. Komunikasi Interpersonal 9
3. Komunikasi Kelompok 9
4. Komunikasi Massa 10
PERTEMUAN 3 Komunikasi Efektif 10
1. Pengertian Komunikasi Efektif 10
2. Komponen Komunikasi Efektif 11
3. Proses Komunikasi Efektif 13
4. Unsur-Unsur Dalam Komunikasi Efektif 13
5. Tahapan Komunikasi Efektif 13
PERTEMUAN 4 Komunikasi Antar Manusia 14
1. Pengertian Hubungan Antar Manusia 14
2. Tujuan Hubungan Antar Manusia 14
3. Tekhnik Hubungan Antar Manusia 14
4. Faktor Yang Mendasari Hubungan Antar Manusia 15
5. Faktor Yang Menentukan Hubungan Antar Manusia 16
PERTEMUAN 5 Komunikasi Interpersonal 18
1. Pengertian Komunikasi Interpersonal Atau Konseling (Kip/K) 18
2. Faktor Penghambat Kip/K 19
3. Pengaruh Pemahaman Diri Terhadap Kip/K 20
PERTEMUAN 6 Keterampilan Observasi 21
1. Keterampilan Observasi 21

3
2. Pengamatan dan Penafsiran Interprestasi 23
3. Keterampilan Membina Hubungan Baik 23
4. Mendengar Aktif 24
5. Kemampuan Bertanya 25
PERTEMUAN 7 Macam-Macam Klien Dalam Asuhan Kebidanan 28
1. Komunikasi Pada Bayi Dan Balita 28
PERTEMUAN 8 Strategi Membantu Klien Dalam Pengambilan Keputusan 31
1. Strategi Membantu Klien Dalam Pengambilan Keputusan 31
2. Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan 32
3. Tipe Pengambilan Keputusan 33
4. Pemberian informasi efektif 33
5. Jenis-jenis keputusan 34
6. Elemen-Elemen Dasar Pengambilan Keputusan 36
7. Saat-saat Sulit Dalam Penerapan KIP/K 38
8. Kesulitan Saat Konseling 41
9. Upaya untuk mengatasi kesulitan 41
PERTEMUAN 9 Proses Dan Praktek Kip/K Dalam Pelayanan Kebidanan 42
1. Proses Dan Praktek Kip/K Dalam Pelayanan Kebidanan 42
PERTEMUAN 10 Pengorganisasian Kegiatan Kelompok 47
1. Langkah-langkah dalam penyelenggaraan kegiatan kelompok 47
2. Strategi Bidan untuk Membantu Kelompok yang Negatif
Sesuai Tipe Kelompok 48
3. Proses Pengorganisasian 49
4. Pembagian Pekerjaan 49
5. Struktur Organisasi 50
6. Bagan Organisasi 51
PERTEMUAN 11 Komunikasi Kelompok 51
1. Pengertian Komunikasi Kelompok 51
2. Klasifikasi Kelompok dan Karakteristik Komunikasinya. 52
3. Pengaruh Kelompok pada Perilaku Komunikasi 54
DAFTAR PUSTAKA

4
I. KOMUNIKASI
1. PENGERTIAN KOMUNIKASI
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu
pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang
dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat
dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-
gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala,
mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal.
a. Onong Uchjana Effendy
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk
memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan (langsung)
ataupun tidak langsung (melalui media).
b. Raymond Ross
Komunikasi adalah proses menyortir, memilih, dan pengiriman simbol-simbol
sedemikian rupa agar membantu pendengar membangkitkan respons/ makna dari
pemikiran yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh komunikator.
c. Gerald R. Miller
Komunikasi terjadi saat satu sumber menyampaikan pesan kepada penerima dengan
niat sadar untuk memengaruhi perilaku mereka.
d. Everett M. Rogers
Komunikasi adalah proses suatu ide dialihkan dari satu sumber kepada satu atau
banyak penerima dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.
e. Carl I. Hovland
Komunikasi adalah suatu proses yang memungkinkan seseorang menyampaikan
rangsangan (biasanya dengan menggunakan lambang verbal) untuk mengubah perilaku
orang lain.
f. New Comb
Komunikasi adalah transmisi informasi yang terdiri dari rangsangan diskriminatif dari
sumber kepada penerima.

g. Bernard Barelson & Garry A. Steiner

5
Komunikasi adalah proses transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan
sebagainya dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, grafis, angka, dsb.
h. Colin Cherry
Komunikasi adalah proses dimana pihak-pihak saling menggunakan informasi dengan
untuk mencapai tujuan bersama dan komunikasi merupakan kaitan hubungan yang
ditimbulkan oleh penerus rangsangan dan pembangkitan balasannya.
Definisi komunikasi : Menurut Forsdale (1981) seorang ahli pendidikan terutama
ilmu komunikasi : Dia menerangkan dalam sebuah kalimat bahwa “communication is the
process by which a system is established, maintained and altered by means of shared
signals that operate according to rules”. Komunikasi adalah suatu proses dimana suatu
sistem dibentuk, dipelihara, dan diubah dengan tujuan bahwa sinyal-sinyal yang
dikirimkan dan diterima dilakukan sesuai dengan aturan.
Analisis : Komunikasi adalah sebuah cara yang digunakan sehari-hari dalam
menyampaikan pesan/rangsangan(stimulus) yang terbentuk melalui sebuah proses yang
melibatkan dua orang atau lebih. Dimana satu sama lain memiliki peran dalam membuat
pesan, mengubah isi dan makna, merespon pesan/rangsangan tersebut, serta
memeliharanya di ruang publik. Dengan tujuan sang “receiver” (komunikan) dapat
menerima sinyal-sinyal atau pesan yang dikirimkan oleh “source” (komunikator).
i. William J. Seller
William J.Seller mengatakan bahwa komunikasi adalah proses dimana simbol verbal
dan nonverbal dikirimkan, diterima dan diberi arti.
2. UNSUR-UNSUR KOMUNIKASI
Komunikasi antar manusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan
pesan kepada orang lain tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung
oleh adanya sumber, pesan, media, penerima, dan efek . unsur-unsur ini bisa juga disebut
komponen atau elemen komunikasi.
Sumber, Semua peristiwa komunikasi akan melinatkan sumber sebagai pembuat atau
pengirim ineormasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari satu orang,
tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi atau lembaga. Sumber
sering disebut pengirim, komunikator atau dalam bahasa Inggrisnya disebut source,
sender, atau encoder.

6
a. Pesan
Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan
pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui
media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau
propaganda. Dalam bahasa inggris pesan biasanya diterjemahkan dengan kata massage,
content atau informasi (Hafied Cangara, 2008;22-24).
b. Media
Media adalah alat sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari
komunikator kepada khalayak. Ada beberapa pakar psikologi memandang bahwa dalam
komunikasi antarmanusia, media yang paling dominan dalam berkomunikasi adalah
pancaindra manusia seperti mata dan teliga. Pesan-pesan yang diterima pancaindra
selanjutnya diproses dalam pikiran manusia untuk mengontrol dan menentukan sikapnya
terhadap sesuatu, sebelum dinyatakan dalam tindakan. Akan tetapi, media yang dimaksud
dalam buku ini, ialah media yang digolongan atas empat macam, yakni: Media
antarpribadi, untuk hubungan perorang (antarpribadi) media yang tepat digunakan ialah
kurir /utusan, surat, dan telpon. Media kelompok, Dalam aktivitasa komunikasi yang
melibatkan khlayak lebih dari 15 orang, maka media komunikasi yang banyak digunakan
adalah media kelompok, misalnya, rapat, seminar, dan konperensi. Rapat biasanya
digunakan untuk membicarakan hal-hal penting yang dihadapi oleh suatu organisasi.
Seminar adalah media komunikasi kelompok yang biasa dihadiri 150 orang. Konferensi
adalah media komunikasi yang dihadiri oleh anggota dan pengurus dari organisasi
tertentu. Ada juga orang dari luar organisasi, tapi biasanya dalam status peninjau. Media
publik, kalau khalayak lebih dari 200-an orang, maka media komunikasi yang digunakan
biasanya disebut media publik. Misalnya rapat akbar, rapat raksasa dan
semacamnya. Media massa, jika khalayak tersebar tanpa diketahui di mana mereka berada,
maka biasanya digunakan media massa. Media massa adalah alat yang digunakan dalam
penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-
alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, dan televisi (Hafied Cangara,
2008;123-126).

7
c. Penerima
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber.
Penerima bisa terdiri satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelempok, partai atau
negara. Penerima biasa disebut dengan berbagai macam istilah, seperti khalayak, sasaran,
komunikan, atau dalam bahasa Inggris disebut audience ataureceiver. Dalam proses
komunikasi telah dipahami bahwa keberadaan penerima adalah akibat karena adanya
sumber. Tidak adanya penerima jika tidak ada sumber. Penerima adalah elemen penting
dalam proses komunikasi, karena dialah yang menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu
pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah yang
sering kali menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan, atau saluran.
d. Pengaruh atau efek
Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan
dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini biisa terjadi
pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang. Oleh karena itu, pengaruh bisa juga
diartikan perubahan atau pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang sebagai akibat
penerimaan pesan (Hafied Cangara, 2008;22-27).
3. PROSES KOMUNIKASI
Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesan kepada
komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan
dengan komunikatornya. Proses komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi
yang efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya). Proses komunikasi termasuk
juga suatu proses penyampaian informasi dari satu pihak ke pihak lain dimana seseorang atau
beberapa orang, kelompok, organisasi dan masyarakat menciptakan dan menggunakan
informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain. Komunikasi berasal dari bahasa
latin communis yang berarti sama. Communico, communicatio atau communicare yang
berarti membuat sama. Secara sederhana komunikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan
antara penyampaian pesan dan orang yang menerima pesan.
Pada umumnya komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh
kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya,
komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, dan
menunjukkan sikap tertentu seperti tersenyum, mengangkat bahu dan sebagainya.

8
Komunikasi ini disebut komunikasi nonverbal. Proses komunikasi bertujuan untuk
menciptakan komunikasi yang efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya).
Proses komunikasi dapat terjadi apabila ada interaksi antar manusia dan ada penyampaian
pesan untuk mewujudkan motif komunikasi. Melalui komunikasi sikap dan perasaan
seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain.
a. Komunikator
Komunikator adalah pihak yang bertindak sebagai pengirim pesan dalam sebuah
proses komunikasi.Dengan kata lain, komunikator merupakan seseorang atau sekelompok
orang yang berinisiatif untuk menjadi sumber dalam sebuah hubungan.Seorang
komunikator tidak hanya berperan dalam menyampaikan pesan kepada penerima, namun
juga memberikan respons dan tanggapan, serta menjawab pertanyaan dan masukan yang
disampaikan oleh penerima, dan publik yang terkena dampak dari proses komunikasi yang
berlangsung, baik secara langsung maupun tidak langsung.
b. Pesan
Adalah setiap pemberitahuan, kata, atau komunikasi baik lisan maupun tertulis, yang
dikirimkan dari satu orang ke orang lain.Pesan menjadi inti dari setiap proses komunikasi
yang terjalin pesan terbagi menjadi dua, yakni pesan verbal dan non-verbal. Pesan verbal
adalah jenis pesan yang penyampaiannya menggunakan kata-kata, dan dapat dipahami
isinya oleh penerima berdasarkan apa yang didengarnya.Sedangkan, pesan non-verbal
adalah jenis pesan yang penyampaiannya tidak menggunakan kata-kata secara langsung,
dan dapat dipahami isinya oleh penerima berdasarkan gerak-gerik, tingkah laku, mimik
wajah, atau ekspresi muka pengirim pesan.Pada pesan non-verbal mengandalkan indera
penglihatan sebagai penangkap stimuli yang timbul.
c. Penerima
Adalah pihak yang memperoleh pesan atau stimulus yang dikirmkan oleh sumber.
Stimulus yang diterima tersebut dapat terdiri dari beraneka ragam bentuk, seperti kata-
kata, tulisan, gerak-gerik, mimik muka, ekspresi wajah, sentuhan, aroma, serta perbuatan
atau tingkah laku lawan bicara.Selanjutnya, peran penerima adalah mencerna dan
menanggapi stimulus tersebut dengan mendengar, melihat, membau, atau merasakan.
Secara garis besar, penerima dapat terbagi menjadi penerima aktif dan penerima
pasif.Penerima pasif adalah orang yang hanya menerima stimulus yang datang kepadanya,

9
tanpa memberikan tanggapan serta umpan balik (feedback).Sedangkan, penerima aktif
adalah orang yang tidak saja menerima stimulus yang datang kepadanya, tetapi juga
memberikan tanggapan atau feedback secara aktif (berkelanjutan) kepada pengirim.
d. Feedback
Balikan adalah isyarat atau tanggapan yang berisi kesan dari penerima pesan dalam
bentuk verbal maupun nonverbal. Tanpa balikan seorang pengirim pesan tidak akan tahu
dampak pesannya terhadap sipenerima pesan Hal ini penting bagi manajer atau pengirim
pesan untuk mengetahui apakah pesan sudah diterima dengan pemahaman yang benar dan
tepat. Balikan dapat disampaikan oleh penerima pesan atau orang lain yang bukan
penerima pesan. Balikan yang disampaikan oleh penerima pesan pada umumnya
merupakan balikan langsung yang mengandung pemahaman atas pesan tersebut dan
sekaligus merupakan apakah pesan itu akan dilaksanakan atau tidak
Balikan yang diberikan oleh orang lain didapat dari pengamatan pemberi balikan
terhadap perilaku maupun ucapan penerima pesan. Pemberi balikan menggambarkan
perilaku penerima pesan sebagai reaksi dari pesan yang diterimanya. Balikan bermanfaat
untuk memberikan informasi, saran yang dapat menjadi bahan pertimbangan dan
membantu untuk menumbuhkan kepercayaan serta keterbukaan diantara komunikan, juga
balikan dapat memperjelas persepsi.
4. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI
a. Prinsip dasar yang mempengaruhi komunikasi
1) Faktor teknis
Faktor yang bersifat teknis yaitu kurangnya penguasaan teknis komunikasi. Teknik
komunikasi mencakup .unsur-unsur yang ada dalam komunikator dikala mengungkapkan
pesan menjadi lambang-lambang. kejelian dalam memilih saluran, metode penyampaian
pesan.
2) Faktor perilaku
Bentuk dari perilaku yang dimaksud adalah perilaku komunikan yang bersifat :
pandangan yang bersifat apriori, prasangka yang didasarkan atas emosi, suasana yang
otoriter, ketidak mampuan untuk berubah vvalaupun salah, sifat yang egosentris.
3) Faktor situasional

10
Kondisi dan situasi yang menghambat komunikasi misalnya situasi ekonomi, sosial,
politik dan keamanan
4) Keterbatasan waktu
Sering karena keterbatasan waktu orang tidak berkomunikasi, atau berkomunikasi
secara tergesa-gesa, yang tentunya tidak akan bias memenuhi persyaratan-persyaratan
komunikasi.
5) Jarak Psychologis/status social
Jarak psychologis biasanya terjadi akibat adanya perbedaan status, yaitu status sosial
maupun status dalam pekerjaan. Misalnya, seorang pesuruh akan sulit berkomunikasi
dengan seorang menteri karena ada jarak psichologis yaitu pesuruh merasa statusnya
terlalu jauh terhadap menteri. Selanjutnya, ada orang yang hanya ingin mendengar
informasi yang dia senangi saja, sedangkan informasi lainnya tidak.
6) Adanya evaluasi terlalu dini
Seringkali orang sudah mempunyai prasangka, atau sudah menarik suatu kesimpulan
sebelum menerima keseluruhan informasi atau pesan. Hal ini jelas menghambat
komunikasi yang baik.
7) Lingkungan yang tidak mendukung
Komunikasi interpersonal akan lebih efektif jika dilakukan dalam lingkungan yang
menunjang, berikut ini beberapa contoh suasana lingkungan yang tidak menunjang atau
mendukung yaitu :
a) Keadaan suhu (terlalu panas atau terlalu dingin)
b) Keadaan ribut atau bising
c) Lingkungan fisik yang tidak mendukung (ruang terlalu sempit/kurang keleluasaan
pribadi)
8) Keadaan si komunikator
Keadaan fisik dan perasaan komunikator sangat berpengaruh terhadap berhasil atau
gagalnya komunikasi. Misalnya :
a) Komunikator sedang mempunyai masalah pribadi hingga pikiran kacau. Hal ini
akan mengakibatkan pesan yang disampaikannya juga kacau, tidak sistematis
hingga membingungkan pendengar/sasaran.

11
b) Komunikator sedang sakit, juga mempengaruhi komunikasi, atau kalau
komunikator mempunyai cacat seperti suara sengau. gagap dan sebagainya akan
mengakibatkan pesan yang disampaikan tidak jelas tertangkap oleh sasaran.
9) Gangguan bahasa
a) Komponen semantik : Gangguan Semantik ialah gangguang komunikasi yang
disebabkan karena kesalahan pada bahasa yang digunakan (Blake, 1979).
Gangguang semantik sering terjadi karena :
a. Kata-kata yang digunakan terlalu banyak memakai jargon bahasa asing sehingga
sulit dimengerti oleh khalayak tertentu.
b. Bahasa yang digunakan pembicara berbeda dengan bahasa yang digunakan oleh
penerima.
c. Komponen semantik meliputi, pengetahuan objek. Hubungan objek, dan
hubungan peristiwa (M.Lahey, 1989).
b) Komponen Struktur
a. Struktur bahasa yang digunakan tidak sebagaimana mestinya sehingga
membingungkan penerima.
b. Komponen Struktur meliputi, fonologi, morfologi,dan sintaksis (M.Lahey,1989).
c. Komponen Penggunaan / Pragmatik
Komponen pragmatik meliputi fungsi dan konteks. Penguasaan akan
komponen ini menjadikan mampu mengawali komunikasi, memelihara
komunikasi dan mengakhiri komunikasi (M. Lahey, 1989)
10) Rintangan fisik
Rintangan fisik adalah rintangan yang disebabkan karena kondisi geografis misalnya
jarak yang jauh sehingga sulit dicapai, tidak adanya sarana kantor pos, kantor telepon,
jalur transportasi dan semacamnya.
Dalam komunikasi antar manusia rintangan fisik bisa juga diartikan karena adanya
gangguan organik, yakni tidak berfungsinya salah satu panca indra penerima.Rintangan
kerangka berpikir

12
II. BENTUK-BENTUK KOMUNIKASI
5. KOMUNIKASI INTRAPERSONAL
Komunikasi intrapersonal sering disebut juga komunikasi intrapribadi, secara harfiah
dapat diartikan sebagai komunikasi dengan diri sendiri. Komunikasi yang terjadi dalam diri
individu ini juga berfungsi sebagai:
a. Untuk mengembangkan kreatifitas imajinasi, memahami dan mengendalikan diri
serta meningkatkan kematangan berfikir sebelum mengambil suatu keputusan.
b. Komunikasi ini akan menjadikan seseorang agar tetap sadar akan kejadian
disekitarnya.
6. KOMUNIKASI INTERPERSONAL
Komikasi Interpersonal ialan komunikasi antara dua orang dan terjadi kontak langsung
dalam percakapan. Komunikasi ini juga dapat berlangsung dengan berhadapan muka atau
melalui media komunikasi antara lain dengan melalui: pesawat telfon, atau radio. Komunikasi
ini bisa disebut efektif apabila komunikasi dapat menghasilkan perubahan sikap pada orang
yang terlibat dalam komunikasi tersebut. Dibawah ini Efektivitas antarpribadi dapat dibagi
menjadi dua macam yaitu:
a. Efektifitas Perspektif Humaris, cirri-ciri efektifitas ini ialah:
1) Keterbukaan (openness)
2) Empati (empathy)
3) Dukungan (supportiveness)
4) Rasa positif (positiveness)
5) Kesetaraan (equality)
b. Efektifitas Perspektif Pragmatis, ciri-cirinya ialah:
1) Bersikap yakin
2) Kebersamaan
3) Manajemen interaksi
4) Orientasi pada orang lain.
7. KOMUNIKASI KELOMPOK
Menurut (Michael Burgoon, 1978) komunikasi kelompok ialah: interaksi tatap muka
antara tiga orang atau lebih dengan tujuan berbagi informasi, pemecahan maasalah yang mana
anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota lain secara tepat. Sedangkan

13
menurut (Goldberg, 1975) komunikasi kelompok ialah suatu bidang studi, penelitian dan
penerapan yang menitikberatkan tidak hanya pada proses kelompok secara umum, tetapi juga
pada perilaku komunikasi individu untuk memiliki susunan rencana tertentu untuk mencapai
tujuan kelompok.
Media komunikasi kelompok ini ialah seperti Seminar dengan tujuan membicarakan suatu
masalah dengan menampilkan pembicara kemudian meminta pendapat.
8. KOMUNIKASI MASSA
Komunikasi Massa ialah suatu proses dimana suatu organisasi memproduksi dan
menyebarkan pesan kepada public secara luas, atau suatu proses komunikasi dimana pesan
dari media dicari digunakan dan dikonsumsi oleh audiens. Oleh karena itu, komunikasi massa
mempunyai karekteristik utama yaitu MEDIA MASSA sebagai alat penyebaran pesannya.
Fungsi komunikasi Massa itu sendiri ialah:
a. Sebagai Informasi : kegiatan untuk mengumpulkan, menyimpan data, fakta dan
pesan, opini dan komentar sehingga orang bisa mengetahui keadaan yang terjadi
diluar dirinya.
Contoh :
Pemberian informasi tentang penggunaan garam iodium dalam makanan yang
merupakan salah satu upaya pencegahan gondok endemic.
b. Sebagai Sosialisai: menyediakan dan mengajarkan ilmu pengetahuan bagaimana
orang bersikap sesuai nilai-nilai yang ada serta bertindak sebagai anggota
masyarakat secara efektif .
c. Motivasi
d. Bahan diskusi
e. Pendidikan
f. Kemajuan budaya
g. Hiburan
h. Integrasi
III. KOMUNIKASI EFEKTIF
1. PENGERTIAN KOMUNIKASI EFEKTIF
Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu untuk menghasilkan perubahan sikap
pada orang yang terlihat dalam komunikasi. Tujuan komunikasi efektif adalah memberi

14
kemudahan dalam memahami pesan yang disampaikan antara pemberi dan penerima sehingga
bahasa lebih jelas, lengkap, pengiriman dan umpan balik seimbang, dan melatih menggunakan
bahasa non verbal secara baik. Ada beberapa pendapat para ahli mengenai komunikasi efektif,
antara lain :
a. Menurut Jalaluddin dalam bukunya Psikologi Komunikasi (2008:13) menyebutkan,
komunikasi yang efektif ditandai dengan adanya pengertian, dapat menimbulkan
kesenangan, mempengaruhi sikap, meningkatkan hubungan sosial yang baik, dan pada
akhirnya menimbulkan suatu tidakan.
b. Johnson, Sutton dan Harris (2001: 81) menunjukkan cara-cara agar komunikasi efektif
dapat dicapai. Menurut mereka, komunikasi efektif dapat terjadi melalui atau dengan
didukung oleh aktivitas role-playing, diskusi, aktivitas kelompok kecil dan materi-
materi pengajaran yang relevan. Meskipun penelitian mereka terfokus pada
komunikasi efektif untuk proses belajar-mengajar, hal yang dapat dimengerti di sini
adalah bahwa suatu proses komunikasi membutuhkan aktivitas, cara dan sarana lain
agar bisa berlangsung dan mencapai hasil yang efektif.
c. Menurut Mc. Crosky Larson dan Knapp (2001) mengatakan bahwa komunikasi yang
efektif dapat dicapai dengan mengusahakan ketepatan (accuracy) yang paling tinggi
derajatnya antara komunikator dan komunikan dalam setiap komunikasi. Komunikasi
yang lebih efektif terjadi apabila komunikator dan komunikan terdapat persamaan
dalam pengertian, sikap dan bahasa.
2. KOMPONEN KOMUNIKASI EFEKTIF
Komunikasi merupakan suatu proses yang mempunyai komponen dasar sebagai berikut ;
a. Pengirim pesan (sender) dan isi pesan atau materi
Pengirim pesan adalah orang yang mempunyai ide untuk disampaikan kepada
seseorang dengan harapan dapat dipahami oleh orang yang menerima pesan sesuai dengan
yang dimaksudkannya. Pesan adalah informasi yang akan disampaikan atau diekspresikan
oleh pengirim pesan. Pesan dapat verbal atau non verbal dan pesan akan efektif bila
diorganisir secara baik dan jelas.
Materi pesan dapat berupa:
1) Informasi
2) Ajakan

15
3) Rencana kerja
4) Pertanyaan dan sebagainya
b. Simbol atau isyarat
Pada tahap ini pengirim pesan membuat kode atau symbol sehingga pesannya dapat
dipahami oleh orang lain. Biasanya seorang manager menyampaikan peasan dalam bentuk
kata-kata, gerakan anggota badan, (tangan , kepala, mata, dan bagian muka lainnya ).
Tujuan penyampaian pesan adalah untuk mengajak, membujuk, mengubah sikap,
periklaku atau menunjukkan arah tertentu.
c. Media atau penghubung
Adalah alat untuk menyampaikan pesan seperti : TV, radio surat kabar, papan
pengumuman, telepon dan lainnya. Pemilihan media ini dapat dipengaruhi oleh isi pesan
yang akan disampaikan, jumlah penerimaan pesan, situasi dsb.
d. Mengartikan kode atau isyarat
Setelah pesan diterima melalui indra ( telinga, mata dst)maka si penerima pesan harus
dapat mengartikan symbol/kode dari pesan tersebut, sehingga dapat dimngerti /
dipahaminya.
e. Penerima pesan
Penerima pesan adalah orang yang dapat memahami pesan dari si pengirim meskipun
dalam bentuk code /isyarat tanpa mengurangi arti pesan yang dimaksud oleh pengirim.
f. Balikan (feedback)
Balikan adalah isyarat atau tanggapan yang berisi kesan dari penerima pesan dalam
bentuk verbal maupun nonverbal. Tanpa balikan seorang pengirim pesan tidak akan tahu
dampak pesannya terhadap sipenerima pesan hal ini penting bagi manager atau pengirim
pesan untuk mengetahui apakah pesan sudah diterima dengan pemahaman yang benar dan
tepat. Balikan dapat disampaikan oleh penerima pesan atau orang lain yang bukan
penerima pesan. Bailkan yang disampaikan oleh penerima pesan pada umumnya
merupakan balikan langsung yang mengandung pemahaman atas pesan tersebut dan
sekaligus merupakan apakah pesan itu akan dilaksanakan atau tidak.
g. Gangguan
Gangguan bukan merupakan bagian dari proses komunikasi akan tetapi mempunyai
pengaruh dalam proses komunikasi, karena setiap situasi hampir selalu ada hal yang

16
mengganggu kita. Gangguan adalah hal yang merintangi atau menghambat komunikasi
sehingga penerima salah menafsirkan pesan yang diterimanya.
3. PROSES KOMUNIKASI EFEKTIF
Dalam komunikasi, setidaknya harus ada komunikator, pesan, saluran komunikasi, metode
komunikasisi, bentuk komunikasi, dan teknik komunikasi, usecara keseluruhan akan
membentuk jaringan komunikasi.
a. Komunikator adalah orang yang mau berkomunikasi dengan orang lain, disebut juga
pembawaan berita/pengirim berita/sumber berita.
b. Pesan adalah berita yang disampaikan oleh komunikator melalui lambing dan gerak.
c. Saluran komunikasi adalah sarana untuk menangkap lambing yang kemudian
diterjemahkan dalam bentuk persepsi yang member makna terhadap suatu stimulus
atau rangsangan.
d. Komunikan adalah pihak lain yang diajak berkomunikasi, yang merupakan sarana
dalam kegiatan komunikasi
4. UNSUR-UNSUR DALAM KOMUNIKASI EFEKTIF
Komunikasi mempunyai dasar sebagai berikut: niat,minat, pandangan, lekat, dan libat.
a. Niat menyangkut:
1) Apa yang akan disampaikan
2) Siapa sasaranya
3) Apa yang akan dicapai
4) Kapan akan disampaikan
b. Minat, ada dua factor yang mempengaruhi yaitu:
1) Factor obyektif: merupakan rangsang yang kita terima
2) Faktor subyektif: merupakan factor yang menyangkut diri si penerima stimulus
c. Pandangan, merupakan makna dari informasi yang disampaikan pada
sasaran,menafsirkan informasi yang diterima tergantung pada pendidikan,pekerjaan,
pengalaman dan kerangka piker seseorang.
d. Lekat, merupakan informasi yang disimpan oleh si penerima.
e. Libat,merupakan keterlibatan panca indra sebanyak-banyaknya.
5. TAHAPAN KOMUNIKASI EFEKTIF
a. Pengirim mempunyai gagasan (ide )

17
b. Pengirim mengubah gagasan menjadi pesan ( yang dapat dipahami oleh penerima )
c. Pengirim mengirim pesan, melalui media perantara ( verbal/non verbal,lisan /tulisan)
dan medium (telpon, komputer /memo
IV. KOMUNIKASI ANTAR MANUSIA
6. PENGERTIAN HUBUNGAN ANTAR MANUSIA
Hubungan antar manusia adalah kemampuan mengenali sifat, tingkah laku, pribadi
seseorang. Ruang lingkup hubungan antar manusia dalam arti luas adalah interaksi antar
seseorang dengan orang lain dalam suatu kehidupan untuk memperoleh kepuasan hati. Dalam
hal ini berusaha mencoba menemukan, mengidentifikasi masalah dan membahasannya untuk
mencari pemecahannya. Hubungan antar manusia yang merupakan pelaksanaan ketrampilan
dimana seseorang belajar menghubungkan diri dengan lingkungan sosialnya. Sedangkan
menurut Hugo Cabot dan Joseph A Kahl (1967), hubungan antar manusia adalah suatu
sosiologi kongrit karena meneliti situasi kehidupan, khususnya masalah “interaksi” dengan
pengaruh psikologisnya. Hubungan antar manusia dalam arti luas adalah menemukan,
mengidentifikasi masalah, dan membahasnya untuk mencari pemecahan.
7. TUJUAN HUBUNGAN ANTAR MANUSIA
Tujuan hubungan antar manusia adalah agar tercapainya kehidupan yang harmonis yaitu
masing-masing orang saling bekerjasama dengan menyesuaikan diri terhadap satu dengan
yang lain dan memanfaatkan pengetahuan tentang factor social dan psikologis dalam
penyesuaian diri manusia sedemikian rupa sehingga penyesuaian diri ini terjadi dengan serasi
dan selaras, dengan ketegangan dan pertentangan sedikit mungkin. Hal ini disebabkan karena
didalam masyarakat/lingkungan sosial, setiap orang mempunyai kepentingan dan harapan
yang berbeda-beda atau bersaing satu sama lain. Suksesnya hubungan antar manusia sebagai
akibat tidak mengabaikan sopan santun, ramah tamah, hormat menghormati dan menghargai
orang lain dan faktor etika. Hubungan antar manusia yang baik akan mengatasi hambatan-
hambatan komunikasi, mencegah salah pengertian dan mengembangkan segi konstruktif sifat
tabiat manusia yang dipengarui oleh pembawaan dan lingkungan.
8. TEKHNIK HUBUNGAN ANTAR MANUSIA
Tekhnik untuk menjalin hubungan antar manusia adalah dengan:
a. Melakukan kontak sosial

18
1) Berasal dari bahasa latin com (bersama) dan tango (menyentuh) yang artinya
bersama-sama menyentuh
2) Secara fisik kontak terjadi apabila terjadi hubungan badaniyah
3) Secara sosial tidak perlu terjadi hubungan badaniyah
b. Melakukan komunikasi
9. FAKTOR YANG MENDASARI HUBUNGAN ANTAR MANUSIA
Hubungan antar manusia melibatkan individu secara utuh baik dan secara fisik maupun
psikologis. Proses psikologis sangat dominan mendasari hubungan antar manusia dan
merupakan faktor utama yang dalam proses internalisasi, antara lain imitasi, sugesti,
identifikasi, dan simpati.
b. Factor imitasi
Imitasi atau tiruan adalah keadaan seseorang yang mengikuti sesuatu diluar dirinya.
Sebelum mengikuti satu hal, ia harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1) Minat perhatian yang cukup besar terhadap hal yang akan diimitasi
2) Sikap menjunjung tinggi atau mengagumi hal-hal yang diimitasi
3) Seorang meniru suatu pandangan atau tingkah laku karena akan memperoleh
penghargaan social yang tinggi.
Dari syarat diatas, imitasi merupakan proses hubungan antar manusia yang menerangkan
tentang mengapa dan bagaimana dapat terjadi keseragaman dalam pandangan dan tingkah
laku.
c. Faktor sugesti
Sugesti adalah proses seorang individu menerima cara pandang atau pedoman tingkah
laku orang lain tanpa kritik terlebih dahulu.
Persyaratan untuk memudahkan terjadinya sugesti pada seseorang adalah sebagai berikut:
1) Hambatan berfikir, karena rangsangan emosional, proses sugesti yang terjadi pada
orang tersebut secara langsung menerima tanpa mempertimbangkan terlebih dahulu
segala pengaruh atau pandangan orang lain.
2) Pikiran terpecah-pecah (disasosiasi), orang yang sedang mengalami pemikiran yang
terpecah-pecah, mudah terjadi sugesti.
3) Otoritas atau prestise, proses sugesti cenderung terjadi pada orang-orang yang
sikapnya menerima pandangan tertentu dari seseorang yang memiliki keahlian

19
tertentu sehingga dianggap otoritas dalam keahlian tersebut atau dari seseorang yang
mempunyai prestise sosial yang tinggi.
4) Mayoritas orang akan mudah menerima pandangan ketika pandangan tersebut
disokong oleh mayoritas atau sebagian besar golongan atau masyarakat. Penerimaan
pandangan itu terjadi tanpa pertimbangan lebih lanjut.
5) Kepercayaan penuh penerima sikap atau pandangan tanpa pertimbangan lebih lanjut
dikarenakan pandangan tersebut sudah ada pada diri individu yang bersangkutan.
d. Faktor identifikasi
Preses identifikasi berlangsung secara sadar (dengan sendiri) irrasional, berdasarkan
perasaan, dan berkembang bahwa identifikasi beerguna untuk melengkapi system norma
dan citra-citra.
e. Faktor simpati
Simpati adalah persaan tertarik seseorang terhadap orang lain yang timbul atas dasar
penilaian perasaan dorongan utama yang memunculkan simpati adalah rasa ingin mengerti
dan bekerja sama dengan orang lain.
10. FAKTOR YANG MENENTUKAN HUBUNGAN ANTAR MANUSIA
Salah satu cara seseorang melakukan hubungan antar manusia adalah dengan
menggunakan komunikasi antara individu atau komunikasi interpersonal. Agar hubungan
antar manusia berjalan dengan baik, salah satunya dapat ditunjang dengan menumbuhkan
hubungan interpersonal yang baik. Berikut adalah factor-faktor yang menumbuhkan hubungan
interpersonal yang baik:
a. Rasa percaya (Trust)
Percaya adalah mengandalkan perilaku orang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki,
yang pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang penuh resiko (Giffin, 1967). Sejak
tahap pertama dalam hubungan interpersonal sampai tahap akhir, “percaya” menentukan
efektifitas komunikasi. Bila klien sudah percaya kepada kita, maka klien akan lebih mudah
terbuka kepada kita. Hal ini akan membuka saluran komunikasi, memperjelas pengiriman
dan penerimaan komunikasi, serta memperluas peluang komunikan untuk mencapai
maksudnya. Hilangnya kepercayaan kepada orang lain akan menghambat perkembangan
hubungan interpersonal yang akrab. Ada tiga factor yang dapat menumbuhkan sikap
percaya dan mengembangkan komunikasi yang didasari sikap saling percaya, yaitu :

20
1) Menerima
Adalah kemampuan berhubungan dengan orang lain tanpa menilai dan berusaha
mengendalikan. Menerima adalah sikap yang melihat orang lain sebagai manusia
sebagai individu yang dihargai. Menerima berarti tidak menilai pribadi orang
berdasarkan perilakunya yang tidak kita senanginya. Betapun jeleknya perilakunya
menurut persepsi kita, kita tetap berkomunikasi dengan dia sebagai personal, bukan
ssebagai objek. Sikap menerima tidak semudah apa yang kita katakan. Kita cenderung
menilai dan sukar menerima.
2) Empati
Merupakan factor kedua yang menumbuhkan sikap percaya diri orang lain. Empati
dianggap sebagai memahami orang lain yang tidak emosional. Berempati artinya
membayangkan diri kita pada kejadian yang menimpa orang lain.
3) Kejujuran
Merupakan faktor ketiga yang menumbuhkan sikap percaya diri. Kita akan
menaruh percaya pada orang yang terbuka, atau tidak mempunyai pretense yang
dibuwat-buwat. Kejujuran menyebabkan perilaku kita dapat diduga (predictable). Ini
mendorong orang lain percaya kepada kita.
b. Sikap sportif
Sikap sportif adalah sikap yang mengurangi sikap melindungi diri dalam komunikasi
yang terjadi dalam hubungan antar manusia. Orang bersikap defensive bila tidak menerima,
tidak jujur dan tidak empati. Sudah jelas dengan sikap defensive, komunikasi interpersonal
akan gagal karena orang defensive akan lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang
ditanggapi dalam situasi komunikasi ketimbang memahami pesan orang lain.
c. Sikap terbuka (open mindedness)
Sikap terbuka amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal
yang efektif. Untuk memahami orang yang mempunyai sikap terbuka harus
mengidentifikasi dahulu orang yang mempunyai sikap tertutup. Lawan dari sikap terbuka
adalah dogmatism. Sehingga untuk memahami sikap terbuka, terlebih dahulu
mengidentifikasi karakteristik orang dogmatis.

21
Perbedaan Sikap Terbuka Dengan Sikap Tertutup
Sikap Terbuka Sikap Tertutup
a. Menilai pesan secara objektif dengan a. Menilai pesan berdasarkan motif pribadi
menggunakan data-data dan keajegan
logika.
b. Membedakan dengan mudah, melihat b. Berfikir simplisis, artinya berpikir hitam putih
nuansa tanpa nuansa
c. Berorientasi pada isi c. Bersandar lebih banyak pada sumber pesan
daripada isi pesan
d. Mencari informasi pada berbagai sumber d. Mencari informasi tentang kepercayaan orang
lain dari sumbernya sendiri bukan dari sumber
kepercayaan orang lain
e. Lebih bersifat provisional dan bersedia e. Kaku mempertahankan dan memegang teguh
mengubah kepercayaan system kepercayaan
f. Mencari pengertian pesan yang tidak sesuai f. Menolak, mengabaikan, mendistorsi dan
dengan rangkaian kepercayaan menolak pesan yang tidak konsisten dengan
system kepercayaan

Agar komukasi interpersonal yang kita lakukan melahirkan hubuingan interpersonal yang
efektif,dogmatis harus diganti dengan sikap terbuka.Bersama – sama dengan sikap saling
percaya dan sikap suportif, sikap terbuka mendorong timbulnya saling pengertian, saling
menghargai, dan yang paling penting saling mengembangkan kualitas hubungan
interpersonal.
V. KOMUNIKASI INTERPERSONAL
4. PENGERTIAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL ATAU KONSELING ( KIP/K )
Komunikasi interpersonal adalah interaksi yang dilakukan dari orang ke orang, bersifat 2
arah baik secara verbal dan non verbal, dengan saling berbagi informasi dan perasaan antara
individu dengan individu atau individu atau antar individu di dalam kelompok kecil.
Konseling adalah proses pemberian informasi objektif dan lengkap, dilakukan secara
sistematik dengan panduan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan
pengetahuan klinik, bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini,

22
masalah yang sedang dihadapi, dan menentukan jalan keluar atau upaya mengatasi masalah
tersebut ( Saifudin, Abdul Bari : 2002 ).
Montersen ( 1964 : 301 ) mendefinisikan konseling sebagai suatu proses antar-pribadi,
dimana satu orang dibantu oleh satu orang lainnya untuk meningkatkan pemahaman dan
kecakapan menemukan masalahnya. Willian Ratingan ( 1967: 114-115 ), mendeskripsikan
konseling sebagai usaha untuk membantu seseorang menolong dirinya sendiri.
Suatu komunikasi interpersonal belum tentu suatu konseling tetapi konseling selalu
merupakan komunikasi interpersonal. Orang yang memberi bantuan dalam konseling disebut
konselor. Sedangkan orang yang diberi konseling disebut konseli. Dalam kebidanan konseli
disebut juga Klien dalam konseling hubungan atau pertalian antara konselor dengan klien
memegang peranan yang penting bagi keberhasilan konseling, dan ini berbeda dengan
hubungan pada situasi lain.
5. FAKTOR PENGHAMBAT KIP/K
a. Factor individual
Orientasi cultural (keterikatan budaya) merupakan factor individual yang dibawa
seseorang dalam melakukan interaksi. Orientasi ini merupakan gabungan dari factor fisik
maupun kepekaan pancaindera (kemampuan untuk melihat dan mendengar), usia dan
jenis kelamin, sudut pandang atau nilai-nilai yang dianut, serta factor social diantaranya
sejarah keluarga dan relasi, jaringan social, peran dalam masyarakat, status social dan
peran social.
b. Factor yang berkaitan dengan interaksi
Meliputi tujuan dan harapan terhadap komunikasi , sikap terhadap interaksii, serta
pembawaan diri seseorang terhadap orang lain seperti kehangatan, perhatian, dukungan.
c. Factor situasional
Situasi selama melakukan komunikasi sangat mempengaruhi keberhasilan
komunikasi, lingkungan yang tenang dan terjaga privasinya merupaka situasi yang sangat
mendukung, begitu pula sebaliknya.
d. Kompetensi dalam melakukan percakapan
Agar komunikasi interpersonal berjalan lancar dan mendatangkan hasil yang
diharapkan, baik komunikator maupun komunikan perlu memilii kemampuan dan

23
kecakapan dalam melakukan komunikasi interpersonal. Kompetensi yang harus dipenuhi
tersebut meliputi :
1) Empati (empathy) adalah kecakapan memahami perasaan dan pengertisn orang
lain
2) Perspektif social adalah kecakapan melihat kemungkinan-kemungkinan perilaku
yang diambil oleh orang yang kita ajak komunikasi.
3) Kepekaan (sensivity) tehadap sesuatu hal dalam KIP/K
4) Pengetahuan akan situasi pada saat melakukan KIP/K
5) Memonitor diri adalah kemampuan menjaga ketepatan perilaku dan
pengungkapan komunikan.
6) Kecakapan dalam tingkah laku antara lain keterlibatandalam berinteraksi.
6. PENGARUH PEMAHAMAN DIRI TERHADAP KIP/K
Menurut model Johari windows untuk meningkatkan komunikasi interpersonal kuadran I
perlu dibuka lebar-lebar di antaranya dengan cara membuka diri.sehingga diharapkan setiap
individu tau benar tentang dirinya. Pemahaman diri diperlukan dengan tujuan mengetahui dan
mengenal diri sendiri, apakah mempunyai persepsi yang sama dengan orang lain. Pemahaman
diri meliputi
a. Kesadaran diri
b. Klarifikasi nilai
Kebutuhan klien harus selalu diutamakan, bidan sebaiknya mengklarifikasi nilai
agar tidak mempengaruhi keberhasilan hubungan antara bidan dengan klien. Dengan
menyadari system nilai yang dimiliki bidan (missal : kepercayaan, seksual, dan ikatan
keluarga), bidan akan siap mengidentifikasi situasi yang bertentangan dengan system
nilai yang dimiliki.
c. Eksplorasi perasaan
Bidan perlu terbuka dan sadar terhadap perasaannya dan mengontrolnya agar
dapat menggunakan dirinya secara terapeutik., jika bidan terbuka kepada klien, bidan
akan mendapatkan dua informasi penting yaitu bagaimana responnya pada klien dan
bagaimana penampilannya pada klien.
d. Kemampuan menjadi model.

24
Bidan yang mempunyai masalah pribadi, seperti hubungan interpersonal yang
terganggu, akan mempengaruhi hubungannya dengan klien.bidan perlu memahami
bagaiman menghadapi kecemasan, kemarahan, kesedihan , kegembiraan klien. Bidan
harus tahu bagaimana dirinya sendiri bersikap, apakah mudah cemas atau mudah
tersinggung, sehingga bidan tahu keterbatasan diri sewaktu melayani klien.
VI. KETERAMPILAN OBSERVASI
1. Keterampilan Observasi
A. Tingkah laku/komunikasi non verbal
Komunikasi non verbal memberikan arti pada komunikasi verbal. Dengan kata lain
komunikasi verbal dan non verbal merupakan kegiatan yang saling melengkapi dan
selalu dilakukan secara bersamaan. Komunikasi nin verbal dapat berbentuk bahasa
tubuh, tanda, tindakan/ perbuatan atau objek.
a) Bahasa Tubuh
Bahasa tubuh ini meliputi ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan, postur tubuh
dan gaya gaya berjalan, sound, gerak isyarat.
b) Tanda
Tanda dalam komunikasi non verbal menggantikan kata- kata misalnya
bendera, rambu- rambu lalu lintas, dsb
c) Tindakan atau perbuatan
Tindakan atau perbuatan secara khusus tidak menggantikan kata- kata tetapi
mengandung makna, misalnya pakaian, aksesori dandan, dll. Dari pakaian atau
aksesoris dandanan maka bisa kita ketahui sosial ekonomi atau gaya orang
tersebut.
d) Objek
Objek juga secara khusus tidak mengganti kata tetapi mempunyai makna,
misalnya pakaian, aksesori dandan, dll. Dari pakaian atau aksesoris dandanan
maka bisa kita ketahui sosial ekonomi atau gaya orang tesebut.
e) Warna
Kita sering menggunakan warna untuk menunjukkan suasana emosional, citra
rasa, keyakinan agama, politik dll. Di Indonesia warna merah muda adalah
feminin ( warna roamntis, jatuh cinta ), warna biru adalah maskulin, warna

25
hijau sering diasosiasikan dengan islam dan muslim karena dipercaya sebagai
warna surga, warna putih sebagai warna suci, murni dan bersih.
Fungsi komunikasi non verbal
a) Melengkapi komunikasi verbal
Misalkan ada anak kecil yang bertengkar maka, selain dengan kata- kata kita
melerai biasanya diikuti dengan mata yang melotot.
b) Menekankan komunikasi verbal
Misalkan dalam suatu rapat ada orang yang tidak sependapat maka dia berkata
saya akan out dari ruangan sambil menutup pintu keras- keras.
c) Membesar- besarkan komunikasi non verbal
Misalkan bercerita tentang gurila yang tubuhnya besar sambil melebar-
lebarkan tangannya kesamping
d) Melawan komunikasi verbal
Misalnya saat orang mengatakan tidak malu tetapi pipi dan wajahnya memerah
e) Meniadakan komunikasi non verbal
Misalnya kita dipaksa untuk memberikan uang lalu kita katakan ini uangnya
sambil memasukkan uang itu ke saku.
B. Komunikasi verbal
Adalah komunikasi yang menggunakan kata- kata, entah lisan maupun tertulis. Melalui
kata- kata, perasaan, emosi, pemikiran, gagasan bisa diungkapkan. Dalam komunikasi verbal
ini bahasa memegang peranan penting. Bahasa verbal merupakan sarana utama untuk
menyatakan perasaan, pikiran dan maksud kita. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti
bagaimana perasaan, pikiran dan maksud kita.
Sampai saat ini belum diketahui secara pasti bagaimana bahasa bisa muncul
dimuka bumi ini. Menurut Lary L. Barker bahasa memiliki 3 fungsi yaitu penamaan,
interaksi dan transmisi informasi ( Mulyana, 2007 ).
Komunikasi verbal menyangkut beberapa aspek, yakni : vocabulary
(perbendaharaan kata- kata), racing ( kecepataan ), intonasi suara, humor, singkat,
timing ( waktu yang tepat ).

26
2. Pengamatan dan Penafsiran Interprestasi
Pengamatan objektif adalah berbagai tingkah laku yang bisa kita lihat dan kita dengar.
Penafsiran atau interpretasi adalah kesan terhadap apa yang kita lihat dan kita dengar.
Interpretasi dapat diartikan sebagai suatu usaha konselor untuk memberitahukan suatu arti
kepada konseli.
Tahap- tahap interpretasi meliputi :
a. Refleksi perasaan, yaitu konselor tidak pergi jauh dari apa yang dikatakan klien, dengan
refleksi perasaan apa yang ada dihati klien didengar oleh konselor.
b. Klarifikasi yaitu menjelaskan apa yang tersirat dalam perkataan klien.
c. Refleksi yaitu penilaian konselor terhadap apa yang diungkapkkan klien.
d. Konfrontasi yaitu konselor membawa kepada perhatian cita- cita dan perasaan klien
yang tersirat tetapi tidak disadari.
e. Interpretasi yaitu konselor memperkenalkan konsep- konsep, hubungan dan pertalian
baru yang berakar dalam pengalaman klien.
3. Keterampilan Membina Hubungan Baik
Dalam konseling, bidan yang baik adalah bidan yang selalu berusaha untuk membina
hubungan baik dengan klien. Dan ini akan terjadi bila ada kerjasama diantara keduanya.
Keterampilan membina hubungan baik merupakan dasar dari proses kmonikasi interpersonal
bidan dengan klien, dengan petugas kesehatan yang lain, tokoh masyarakat dan sebagainya.
Dalam membina hubungan baik perlu memberikan dukungan atau motivasi kepada klien.
a. Tiga hal penting yang perlu diperhatikan agar hubungan baik mantap.
1) Menunjukkan tanda perhatian verbal
2) Menjalin kerjasama
3) Memberikan respon yang positif, pujian, dukungan.
b. Sikap dan perilaku dasar yang dibutuhkan
Keterampilan membina hubunganh baik merupakan dasar dari komunikasi
interpersonal. Membina hubungan baik bisa kita awali dengan sikap hangat,
menghormati, menerima klien apa adanya, empati dan tulus. Hubungan baik harus
dimulai sejak awal hubungan dan tetap dipertahankan seterusnya. Perilaku bidan yang
mendukung terciptanya hubungan baik antara lain : Memberi salam dengan ramah,
mempersilahkan duduk, tidak memotong pembicaraan, menjaga kerahasiaan klien, tidak

27
menilai klien dll. Selain itu sikap yang perlu dimiliki adalah SOLER yang merupakan
singkatan dari :
S : Face your squaerely ( mengahadap ke klien ) dan /nod at client senyum /
mengangguk ke klien )
O : open and non judgemental facial expressio ( ekspresi muka menunjukkan
sikap terbuka dan tidak menilai )
L : Lean towards client/ tubuh condong ke klien
E : Eye contact in aculturally acceptable manner/ kontak mata sesuai cara, budaya
setempat.
R : Relaxed and freindy manner ( santai dan sikap bersahabat )

c. Beberapa sikap yang bisa diamati dalam membina hubungan baik


( Sumber : Tarigan, 2002 )
No Tingkah Laku Yang Diamati Ya Tidak catatan
1. Menyediakan lingkungan fisik yang dapat
membuat klien merasa nyaman.
2. Menyambut dan mempersilahkan duduk dengan
ramah
3. Duduk menghadap klien.
4. Senyum dan mengangguk
5. Ekspresi wajah menunjukkan mendengar dengan
penuh perhatian
6. Tubuh condong ke klien
7. Kontak mata/ tatapan mata sesuai yang diterima
budaya setempat
8. Santai dan sikap bersahabat
9. Volume suara memadai
10. Intonasi dan kecepatan berbicara memadai
11. Memberi pujian/dikungan
12. Menyampaikan akan menjaga kerahasiaan

28
13. Tidak mengintererupsi/memotong pembicaraan
klien
14. Tidak melakukan penilaian ( menyalahkan,
komentar negatif )
15. Menanyakan alasan kedatangan klien
16. Menghargai apapun pertanyaan maupun
pendapat klien

4. Mendengar Aktif
a. Menjadi pendengar aktif bagi konselor sangat penting karena :
1) Menunjukkan kepedulian
2) Merangsang dan memberanikan klien bereaksi secara spontan terhadap konselor,
3) Menimbulkan situasi yang mengajarkan,
4) Klien membutuhkan gagasan- gagasan baru
Untuk mencapai tujuan dari komunikasi perlu saling memahami dan saling
mendengarkan. Dalam komunikasi terapeutik bidan perlu mempelajari keterampilan
mendengar aktif.
b. Untuk menjadi pendengar yang baik konselor harus memiliki kemampuan sebagai
berikut :
1) Mampu berhubungan dengan orang diluar kalangannya
2) Mempunyai cara- cara untuk membantu klien
3) Memperlakukan klien untuk menimbulkan respon yang bermakna
4) Bertanggung jawab bersama klien dalam konseling
c. Dalam komunikasi interpersonal konseling ada 4 bentuk mendengarkan yang bisa
digunakan sesuai situasi yang dihadapi
1) Mendengar pasif ( diam )
Mendengarkan memerlukan keterampilan dan latihan yang terus-menerus, dengan
mendengarkan kita akan memperoleh informasi yang lengkap dari klien. Meskipun ini
memerlukan kesabaran. Di Indonesia mendengar pasif biasanya dilakukan saat klien
menceritakan masalahnya, berbicara tanpa henti, mengebu- gebu dengan perasaan kesal

29
atau sedih, saat klien berhenti bicara sejenak, konselor dapat diam untuk memberi
kesempatan klien berpikir dan menenangkan diri.
2) Memberi tanda perhatian verbal
Konselor perlu memberikan respon pada klien dengan menggunakan kata- kata atau
perhatian verbal. Hal ini dilakukan untuk memberikan motivasi pada klien agar semangat
dalam berbicara.
3) Membuka pembicaraan, undangan untuk berbicara ( mengajukan pertanyaan untuk
mendalami dan klarifikasi )
Mengajukan pertanyaan dilakukan apabila konselor belum puas dengan jawaban yang
diberikan klien, perlu klarfikasi mengenai hal yang diungkapkan klien, menandakan
konselor mengikuti alur pembicaraan klien.
4) Mendengar aktif : memberikan umpan balik/ merefleksikan isi ucapan dan perasaan
yaitu merangkum, merefleksikan isi uacapan ( paraphrasing ) dan refleksi perasaan.
5. Kemampuan Bertanya
Bertanya merupakan keterampilan yang cukup penting dan strategis dalam proses
komunikasi baik dalam memulai, selama proses atau ataupun dalam mengakhiri.
a. Keterampilan bertanya dapat dikembangkan dengan memperhatikan beberapa
hal sebagai berikut :
1) Perhatikan suasana konseling klien
2) Kuasai materi yang berkaitan dengan pertanyaan
3) Ajukan pertanyaan dengan cara yang jelas dan terarah, serta tidak keluar dari topik
4) Segera beri respon/ umpan balik terhadap jawaban pertanyaan yang diajukan dengan
sikap yang baik dan empati.
b. Jenis pertanyaan :
1) Pertanyaan tertutup : pertanyaan tertutup yang jawabannya sudah pasti dan ini
biasanya hanya membutuhkan jawaban “ ya atau Tidak’ untuk mengumpulkan
informasi yang faktual ( biasanya diawal percakapan ).
2) Pertanyaan terbuka : merupakan pertanyaan yang menuntut jawaban yang
menungkinkan adanya berbagai macam jawaban, dan memberi kebebasan menjawab
pada klien. Ini akan menuntut partisipasi aktif dari klien dan merupakan cara efektif
untuk menggali informasi dari klien.

30
3) Pertanyaan mendalam : dimaksudkan untuk menggali lebih mkendalam apa yang
sudah diungkapkan oleh klien, sehingga informasi didapat secara lengkap dan
mendetail. Melengkapi dan menggali lebih dalam hal- hal yang diperlukan, terutama
yang bersifat privasi, untuk melakukan ini memerlukan pendekatan dan keakraban
dan didasarkan saling percaya, dimana ini memerlukan teknik yang khusus agar tidak
bias.
4) Pertanyaan mengarahkan/sugestif : mengarahkan berarti Bidan mengarahkan apa
yang dibicarakan klien. Tidak selalu tepat digunakan pada berbagai kondisi.
Pertanyaan mengarahkan ini sebaiknya dihindari oleh Bidan dan biarkan klien
mengungkapkan perasaannya secara spontan.
c. Bertanya efektif :
1. Gunakan intonasi suara yang menunjukkan perhatian, minat dan keakraban. Jangan
terlalu cepat/lambat atau terlalu keras/ lemah. Karena suara yang terlalu lemah dan
lambat akan susah didengar dan sering membuat ngantuk karena seolah- olah kita
dibuai oleh suara seperti itu. Begitu pula suara yang terlalu keras akan membuat
telinga sakit dan mengurangi konsentrasi untuk mendengar.
2. Gunakan kata- kata yang difahami klien, karena bahsa- bahasa ilmiah yang tidak
dipahami klien tidak akan bisa terjadi atau bahkan menyebabkan salah arti. Ini sering
terjadi pada bidan- bidan diawal pekerjaannya. Istilah- istilah kebidanan sering
digunakan untuk berkomunikasi dengan klien yang tidak memahami istilah tersebut.
3. Ajukan pertanyaan satu persatu. Jangan mengajukan beberapa pertanyaan sekaligus.
Karena ini tidak efektif kadang klien hanya ingat pertanyaan yang terakhir saja
sehingga kita harus mengulang- ulang lagi. Sehingga ajukan pertanyaan satu persatu
agar bisa terjawab sesuai apa yang kita butuhkan.
4. Tunggu jawaban dengan penuh minat, jangan memotong. Biarkan klien
menyelesaikan kalimatnya karena pemotongan ditengah kalimat bisa menimbulkan
salah persepsi.
5. Gunakan kata- kata yang mendorong klien untuk tetap bicara. Dengan demikian klien
merasa diperhatikan dan lebih semangat untuk mengungkapkan pembicaraannya.
6. Bila harus menanyakan hal yang sangat pribadi, jelaskan mengapa hal itu harus
ditanya. Kadang- kadang klien malu untuk mengungkapkan dan menutupi hal- hal

31
tersebut. Dengan penjelasan bahwa hal itu untuk tujuan penyembuhan dll maka klien
akan mengungkapkan secara sukarela dan terbuka.
7. Hindari penggunaan kata tanya “ mengapa “ karena kemungkinan kita dapat merasa
disahkan.
VII. MACAM-MACAM KLIEN DALAM ASUHAN KEBIDANAN
1. Komunikasi pada bayi dan balita
Bayi merupakan mahkluk yang menakjubkan, diciptakan untuk memberikan dan
menerima kebahagiaan, ditakdirkan untuk makan, tidur, beristirahat dan bermain kapanpun
mereka mau. Bayi belum bisa berkata- kata, sebagai gantinya bayi menangis untuk
mengungkapkan perasaan dan keinginannya. Komunikasi bayi dimulai sejak dia lahir ke
dunia, dimulai ketika bayi mulai menangis sampai bayi dapat bicara lancar, adapun prosesnya
dari bayi menangis sampai bisa berkata- kata belum dipahami secara pasti.
A. Perkembangan Komunikasi
Fase pertumbuhan dan perkembangan komunikasi pada bayi meliputi :
1) Fase prelinguistic ( fase sebelum bicara )
Suara pertama yang dikeluarkan bayi baru lahir adalah tangis sebagai rekasi
sehubungan perubahan tekanan udara dan suhu luar uterin. Kebutuhan
dikomunikasikan lewat tangis sampai usia satu tahun, pada saat usia anak dua
sampai tiga minggu seharusnya orang tua sudah dapat membedakan tangis bayi.
Biasanya bayi menangis karena lapar, pantat basah, kesakitan atau minta perhatian.
2) Kata pertama
a) Usia 10-12 bulan tumbuh pengertian pasif dari bahasa
b) Kata pertama mungkin tidak disadari oleh orang tuanya karena anak banyak
akal untuk mengerti perlu mendengar apa yang dikatakan anak sehubungan
dengan apa yang dikerjakan misal namun bisa berarti mama, bisa berarti makan.
c) Anak memberikan reaksi yang berbeda pada satu kata ucapkan dengan intonasi
pada usia 4-5 bulan. Ketika ada orang bilang diam sambil membentak akan
berbeda ketika orang berkata diam untuk menenangkan tangisan.
d) Bicara sesungguhnya mulai usia 12- 18 bulan karena sudah bisa dimengerti
maksudnya.

32
e) Satu kata mengandung satu kalimat, misal mengatakan makan maka berarti saya
mau makan.
f) Menggunakan empat kata usia lima belas bulan, sepuluh kata usia delapan belas
bulan, lima puluh kata usia dua tahun dan anak sudah bisa bereaksi terhadap
perintah orang tuanya.
3) Kalimat pertama
a) Usia dua tahun anak mulai menyusun kata
b) Periode ini dikenal sebagai pembicaraan komplit.
c) Kalimat anak seperti juga kata pertama, punya arti pribadi dan tidak ikut aturan
tata bahasa. Misal anak bilang makan berarti aku mau makan. Jadi orang tua atau
orang disekitarnya harus tanggap terhadap kata- kata anak tersebut.
d) Kadang- kadang disusun kombinasi kata yang aneh dan merubah- rubah
huruf/kata karena sulit mengucapkan satu nama. Contoh perahu diucapkan
pelahu.
4) Kemampuan bicara egosentris dan memasyarakat
Psikolog Perancis Jean Peeget mengkategorikan anak usia empat sampai sebelas
tahun keatas berbicara egosentris dan memasyarakat. Kemampuan bicara egosentris
( berpusat pada diri sendiri ) dibedakan tiga macam :
a) Repetitif ( pengulangan ). Kata yang didengar diulang – ulang.
b) Menolong ( berbicara satu arah ) biasa pada anak pra sekolah., anak bicar
sendiri memainkan banyak peran dengan berkata- kata sendiri.
c) Menolong kolentif. Beberapa anak berkumpul dalam suatu tempat tapi mereka
bicara sendiri – sendiri biasanya asyik memainkan maianannya sendiri.
5) Perkembangan semantik
Semantik adalah pengetahuan yang mempelajari arti dari kata pada bahasa yang
diajarkan. Anak pertama kali memahami arti konkrit dan jenis kata konkrit kemudian
mulai mengetahui arti dan jenis kata abstrak.
B. Faktor- faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa
1) Intelegensi ( kecerdasan ). Ini jelas mempengaruhi bahasa, misalnya idiot akan lebih
lambat perkembangan bahasanya dibanding anak- anak yang punya intelegensi
normal atau rugi.

33
2) Jenis kelamin. Tahun pertama tidak banyak perbedaan, setelah itu wanita lebih
superior. Usia sekolah akhir setara kembali dalam perbendaharaan kata, laki- laki
lebih unggul dalam kata- kata tertentu, wanita unggul dalam tata bahasa.
3) Bilingual ( dua bahasa ). Penelitian kontradiktif anak dengan dua bahasa lambat
perkembangan bahasanya.
4) Status tunggal atau kembar. Pada anak kembar rangasang bicara kurang dari orang
lain.
5) Rangsangan/dorongan orang tua. Ibu yang orientasi objek dan tidak kritis/instruktif
anak lebih cepat dalam perkembangan bahasa.
6) Sosial ekonomi. Sosial ekonomi tinggi lebih unggul ditunjang fasilitas.
C. Cara- cara dalam memberikan dukungan rangsangan aktif adalah :
1) Memperbaiki model orang tuanya : orang tua didorong untuk melengkapi diri dan jadi
model yang baik, mempelajari bahasa yang baik, komunikatif sesuai tingkat
perkembangan anak.
2) Mendorong kemampuan komunikasi, baik verbal maupun non verbal
3) Berikan anak pengalaman untuk dapat berbicarakan
4) Mendorong anak untuk mendengar
5) Mendorong anak berbicara sebagai pengganti tindakan aksi
6) Gunakan kata yang pasti dan benar. Meskipun anak belum bisa menyebutkan R misal
pelmen untuk menyebut permen tapi orang tua harus tetap menyebutnya permen.
D. Prinsip komunikasi efektif
Yang harus kita perhatikan saat komunikasi dengan anak :
1) Kesabaran mendengar. Cobalah dengarkan seluruh ucapan anak, jangan memotong
sedikit pun kata- kata mereka. Sebagian besar orang tua tak tahan tidak memotong
pembicaraan anak, karena merasa lebih tahu dan lebih tua.
2) Role playing. Bermain peran sebagai guru, ayah ibu, polisi- penjahat, dokter hewan
dan sebagainya akan membuat anak- anak mampu mengekspresikan segala emosi,
perasaan, pikiran dan keinginan mereka secara bebas.
3) Tepat guna. Bila anak melakukan kesalahan, tegurlah pada saat itu juga. Bukan
tindakan bijaksana apabila kita menunda kemarahan/teguran sampai ayah pulang dari
kantor atau mengungkit-ungkit kesalahan anak yang sudah lalu.

34
VIII. STRATEGI MEMBANTU KLIEN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1. Strategi Membantu Klien Dalam Pengambilan Keputusan
Kemampuan dalam mengambil keputusan adalah sangat penting bagi klien untuk
menyelesaikan masalah kegawatdaruratan terutama yang berhubungan dengan kebidanan.
Dalam konseling pengambilan keputusan mutlak diambil oleh klien, bidan hanya membantu
agar keputusan yang diambil klien tepat.
Empat strategi membantu klien dalam mengambil keputusan :
a. Membantu klien meninjau kemungkinan pilihannya.beri kesempatan klien untuk
melihat lagi beberapa alternative pilihannya, agar tidak menyesal atau kecewa terhadap
pilihannya.
b. Membantu klien dalam mempertimbangkan keputusan pilihan, dengan melihat kembali
keuntungan atau konsekuensi positif dan kerugiannya atau konsekuensi negative.
c. Membantu klien mengevaluasi pilihan. Setelah klien menetapkan pilihan, bantu klien
mencermati pilihannya.
d. Membantu klien menyusun rencana kerja, untuk menyelesaikan masalahnya.
Teori Pengambilan Keputusan
Pola dasar berpikir dalam konteks organisasi meliputi:
a. Penilaian situasi (Situational Approach): untuk menghadapi pertanyaan “apa yg
terjadi?”.
b. Analisis persoalan (Problem Analysis): dari pola pikir sebab-akibat.
c. Analisis keputusan (Decision Analysis): didasarkan pada pola berpikir mengambil
pilihan.
d. Analisis persoalan potensial (Potential Problem Analysis): didasarkan pada perhatian
peristiwa masa depan, yang mungkin & dapat terjadi.
Inti Pengambilan Keputusan
Berarti memilih alternatif, alternatif yg terbaik (the best alternative). Pengambilan
keputusan terletak dlm perumusan berbagai alternatif tindakan sesuai dengan yang sedang
dalam perhatian & dalam pemilihan alternatif yang tepat. Pengambilan keputusan tersebut
dilakukan setelah evaluasi/ penilaian mengenai efektifitasnya dlm mencapai tujuan yang
dikehendaki pengambil keputusan.

35
Lingkungan Situasi Keputusan
Lingkungan eksternal meliputi aspek sosial, budaya, ekonomi, politik, alam dan
pembatasan-pembatasan suatu negara berupa “quota”. Sedangkan lingkungan internal
meliputi mutu rendah, kurangnya promosi, pelayanan konsumen tidak memuaskan dan sales/
agen tidak bergairah.
Pengambilan keputusan yang baik harus mempertimbangkan :
a. kondisi
b. kehendak
c. konsekuensinya
Langkah dalam pengambilan keputusan yang baik :
a. Identifikasi kondisi yang dihadapi oleh klien.
b. Susunlah daftar kehendak atau pilihan keputusan.
c. Untuk setiap pilihan, buatlah daftar konsekuensinya (POSITIF dan NEGATIF)
Hal-hal yang perlu ditekankan kepada klien dalam pengambilan keputusan.
a. Hati-hati dan bersikap bijaksana dalam pengambilan keputusan karena berkaitan
dengan masalah kehamilan, persalinan dan masa nifas. Pengambilan keputusan dibuat
setelah klien diberi informasi secukupnya untuk menimbang pilihan sesuai dengan
situasinya.
b. Bantu klien dalam pengambilan keputusan dengan memberikan saran yang sesuai
dengan riwayat kesehatannya, keinginan pribadi dan situasi.
c. Keputusan merupakan hak dan menjadi tanggung jawab klien.
d. Konseling bukan proses informasi, melainkan informasi setelah konselor memperoleh
data atau informasi tentang keadaan dan kebutuhan klien dan informasi yang diberikan
sesuai dengan kondisi klien dan kebutuhannya.
2. Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan
a. Fisik
1) Pengambilan keputusan berdasarkan pertimbangan fisik (tidak berat dan tidak
memforsir tenaga).
2) Menghindari tingkah laku yg menimbulkan ketidaksenangan dan memilih tingkah
laku yg menimbulkan kesenangan.
b. Emosional

36
1) Biasa terjadi pada kaum perempuan.
2) Sikap subjektivitas akan mempengaruhi keputusan yang diambil.
c. Rasional
1) Biasa didasarkan pada pengetahuan (orang terpelajar dan intelektual).
2) Orang mendapat informasi, memahami situasi dan berbagai konsekuensinya.
d. Praktikal
Didasarkan kepada keterampilan individu dan kemampuan melaksanakannya (untuk
menilai potensi diri dan kepercayaan diri)
e. Interpersonal
1) Didasarkan pada pengaruh jaringan social.
2) Hubungan antara satu orang dan orang lain mempengaruhi tindakan individu.
f. Struktural
1) Didasarkan pada lingkup social, ekonomi dan politik.
2) Lingkungan bisa mendukung maupun mengkritik.
3. Tipe Pengambilan Keputusan
a. Pengambilan keputusan untuk tidak berbuat apa-apa karena ketidaksanggupan atau
merasa tidak sanggup.
b. Pengambilan keputusan intuitif, sifatnya segera, langsung diputuskan, karena keputusan
tersebut dirasakan paling tepat.
c. Pengambilan keputusan yang terpaksa, karena segera dilaksanakan.
d. Pengambilan keputusan yang reaktif. Sering kali dilakukan dalam situasi marah dan
tergesa-gesa.
e. Pengambilan keputusan yang ditangguhkan, dialihkan pada orang lain yang bertanggung
jawab.
f. Pengambilan keputusan secara berhati-hati, dipikirkan baik-baik, mempertimbangkan
berbagai pilihan.
4. Pemberian informasi efektif
Pemberian informasi efektif bila:
a. Informasi yg diberikan spesifik, dapat membantu klien dalam mengambil keputusan.
b. Informasi disesuaikan dengan situasi klien, dan mudah dimengerti.
c. Diberikan dengan memperhatikan hal-hal berikut :

37
d. Singkat dan tepat (pilih hal-hal penting yg perlu diingat klien)
e. Menggunakan bahasa sederhana
f. Gunakan alat bantu visual sewaktu menjelaskan
g. Beri kesempatan klien bertanya dan minta klien mengulang hal-hal penting.
Tiga langkah dasar dalam memberikan nasihat atau penyuluhan pada klien:
a. Memberi penjelasan, misalnya cara memberi salep mata, mengeringkan telinga,
mengobati luka di mulut, menyiapkan larutan oralit, atau melegakan tenggorok.
b. Memberi contoh, misalnya cara memegang anak pada saat di beri salep mata,
menyiapkan sumbu untuk mengeringfkan telinga, cara mencampur satu bungkus oralit
dalam air yang benar, cara membubuhi gention violet di mulut anak, cara melegakan
tenggorok dengan bahan atau obat yang aman dan dapat dibuat sendiri di rumah.
c. Memberi kesempatan untuk mempraktikan, misalnya cara membubuhi salep pada
mata bayi, mencampur dan melarutkan oralit, memberi dosis pertama anti biotik
5. Jenis-jenis keputusan
Jenis-jenis keputusan diklasifikasikan dalam 2 kategori, yaitu keputusan yang
direncanakan/ diprogram dan keputusan yang tidak direncanakan/ tidak terprogram.
a. Keputusan yang diprogram
Keputusan yang diprogram merupakan keputusan yang bersifat rutin dan dilakukan
secara berulang-ulang sehingga dapat dikembangkan suatu prosedur tertentu. Keputusan
yang diprogram terjadi jika permasalahan terstruktur dengan baik dan orang-orang tahu
bagaimana mencapainya. Permasalahan ini umumnya agak sederhana dan solusinya relatif
mudah. Di perguruan tinggi keputusan yang diprogram misalnya keputusan tentang
pembimbingan KRS, penyelenggaraan Ujian Akhir Semester, pelaksanaan wisuda, dan
lain sebagainya (Gitosudarmo, 1997).
b. Keputusan yang tidak diprogram
Keputusan yang tidak diprogram adalah keputusan baru, tidak terstrutur dan tidak dapat
diperkirakan sebelumnya. Tidak dapat dikembangkan prosedur tertentu untuk menangani
suatu masalah, apakah karena permasalahannya belum pernah terjadi atau karena
permasalahannya sangat kompleks dan penting. Keputusan yang tidak diprogram dan
tidak terstruktur dengan baik, apakah karena kondisi saat itu tidak jelas,metode untuk

38
mencapai hasil yang diingankan tidak diketahui,atau adanya ketidaksamaan tentang hasil
yang diinginkan (Wijono,1999).
Keputusan yang tidak diprogram memerlukan penanganan yang khusus dan proses
pemecahan masalah dengan intuisi dan kreatifitas. Tehnik pengambilan keputusan
kelompok biasanya dilakukan untuk keputusan yang tidak diprogram. Hal ini disebabkan
oleh karena keputusan yang tidak diprogram biasanya bersifat unik dan kompleks, dan
tanpa kriteria yang jelas, dan umumnya dilingkari oleh kontroversi dan manuver politik
(Wijono, 1999). Gillies (1996), menyebutkan bahwa keputusan yang tidak diprogram
adalah keputusan kreatif yang tidak tersusun, bersifat baru, dan dibuat untuk menangani
suatu situasi dimana strategi/ prosedur yang ditetapkan belum dikembangkan.
Tujuan analisis keputusan (Decision Analysis):
Mengidentifikasi apa yg harus dikerjakan, mengembangkan kriteria khusus untuk
mencapai tujuan, mengevaluasi alternatif yg tersedia yg berhubungan dg kriteria &
mengidentifikasi risiko yg melekat pd keputusan tsb.
A. Keputusan dalam Uncertainty (ketidakpastian)
Pengambilan keputusan dalam ketidakpastian menunjukkan suasana keputusan
dimana probabilitas hasil-hasil potensial tidak diketahui (tak diperkirakan). Dalam
suasana ketidakpastian pengambil keputusan sadar akan hasil-hasil alternatif dalam
bermacam-macam peristiwa, namun pengambil keputusan tidak dapat menetapkan
probabilitas peristiwa.

B. Keputusan dalam situasi risk (dengan probability):


Tahap-tahap: Diawali dengan mengidentifikasikan bermacam-macam tindakan
yang tersedia dan layak; Peristiwa-peristiwa yang mungkin dan probabilitas terjadinya
harus dapat diduga dan Pay off untuk suatu tindakan dan peristiwa tertentu
ditentukan.Persoalan inventori sederhana dalam keadaan ada resiko,Kriteria nilai
harapan (expected value) yang telah digunakan di atas juga diterapkan untuk
memecahkan persoalan inventori sederhana. Pengambilan keputusan dalam suasana
konflik (game theory):
Adalah memusatkan analisis keputusan dalam suasana konflik dimana pengambil
keputusan menghadapi berbagai peristiwa yang aktif untuk bersaing dengan pengambil

39
keputusan lainnya, yang rasional, tanggap dan bertujuan memenangkan persaingan/
kompetisi.
Jenis-Jenis Pengambilan Keputusan
a. Pengambilan keputusan karena ketidak sanggupan: memberikan kajian berlalu, tanpa
berbuat apa-apa.
b. Pengambilan keputusan intuitif bersifat segera, terasa sebagai keputusan yang paling
tepat dalam langsung diputuskan.
c. Pengambilan keputusan yang terpaksa, karena sudah kritis: sesuatu yang harus segera
dilaksanakan.
d. Pengambilan keputusan yang reaktif: ”kamu telah melakukan hal itu untuk saya,
karenanya saya akan melakukan itu untukmu” sering kali dilakukan dalam situasi
marah atau tergesa-gesa.
e. Pengambilan keputusan yang ditangguhkan: dialihkan pada orang lain, memberikan
orang lain yang bertanggung jawab.
f. Pengambilan keputusan secara berhati-hati: dipikirkan baik-baik, mempertimbangkan
berbagai pilihan
6. Elemen-Elemen Dasar Pengambilan Keputusan
A. Menetapkan tujuan
Pengambilan keputusan harus memiliki tujuan yang akan mengarahkan tujuannya,
apakah spesifik dapat diukur hasilnya ataupun sasaran bersifat umum. Tanpa penetapan
tujuan, pengambil keputusan tidak bisa menilai alternatif atau memilih suatu tindakan.
Keputusan pada tingkat individu, tujuan ditentukan oleh masing-masing orang sesuai
dengan sistem nilai seseorang. Pada tingkat kelompok dan organisasi, tujuan ditentukan
oleh pusat kekuasaan melalui diskusi kelompok, konsensus bersama, pembentukan kualisi
dan berbagai macam proses yang mempengaruhi. Ditambahkan oleh Wijono, bahwa
tujuan harus dibagi menurut pentingnya, ada tujuan yang bersifat harus atau tidak bisa
ditawar, dan ada tujuan yang bersifat keinginan, yang mana masih bisa ditawar.
B. Mengidentifikasi permasalahan
Proses pengambilan keputusan umumnya dimulai setelah permasalahan diidentifikasi.
Permasalahan merupakan kondisi dimana adanya ketidaksamaan antara kenyataan yang
terjadi dengan apa yang diharapkan. Permasalahan dalam organisasi dapat berupa

40
rendahnya produktivitas, adanya konflik disfungsional, biaya operasional yang terlalu
tinggi, pelayanan tidak memuaskan klien, dan lain-lain. Pengambilan keputusan yang
efektif memerlukan adanya identifikasi yang tepat atas penyebab permasalahan. Jika
penyebab timbulnya permasalahan tidak dapat diidentifikasi dengan tepat, maka
permasalahannya yang ada tidak dapat diselesaikan dengan baik. Ada tiga kesalahan yang
sering terjadi dalam mengidentifikasi permasalahan, yaitu mengabaikan permasalahan
yang ada, pemusatan perhatian pada gejala dan bukan pada penybab permasalahan yang
sebenarnya, serta melindungi diri karena informasi dianggap mengancan harga diri.
C. Mengembangkan sejumlah alternatif
Setelah permasalahan diidentifikasi, kemudian dikembangkan serangkaian alternatif
untuk menyelesaikan permasalahan. Organisasi harus mengkaji berbagai informasi baik
intern maupun ekstern untuk mengembangkan serangkaian alternatif yang diharapkan
dapat memecahkan permasalahan yang terjadi. Pengembangan sejumlah alternatif
memungkinkan seseorang menolak untuk membuat keputusan yang terlalu cepat dan
membuat lebih mungkin pencapaian keputusan yang efektif. Proses pengambilan
keputusan yang rasional mengharuskan pengambil keputusan untuk mengkaji semua
alternatif pemecahan masalah yang potensial. Akan tetapi dalam kenyataannya seringkali
terjadi bahwa proses pencarian alternatif pemecahan masalah seringkali terbatas.
D. Penilaian dan pemilihan alternatif
Setelah berbagai alternatif diidentifikasi, kemudian dilakukan evaluasi terhadap
masing-masing alternatif yang telah dikembangkan dan dipilih sebuah alternatif yang
terbaik. Alternatif-alternatif tindakan dipertimbangkan berkaitan dengan tujuan yang
ditentukan, apakah dapat memenuhi keharusan atau keinginan. Alternatif yang terbaik
adalah dalam hubungannya dengan sasaran atau tujuan yang hendak dicapai. Bidang ilmu
statistik dan riset operasi merupakan model yang baik untuk menilai berbagai alternatif
yang telah dikembangkan.
E. Melaksanakan keputusan
Jika salah satu dari alternatif yang terbaik telah dipilih, maka keputusan tersebut
kemudian harus diterapkan. Sekalipun langkah ini sudah jelas, akan tetapi sering kali
keputusan yang baik sekalipun mengalami kegagalan karena tidak diterapkan dengan
benar. Keberhasilan penerapan keputusan yang diambil oleh pimpinan bukan semata-mata

41
tanggung jawab dari pimpinan akan tetapi komitmen dari bawahan untuk
melaksanakannya juga memegang peranan yang penting (Gillies, 1996; Gitosudarmo,
1997). Dalam mengevaluasi dan memilih alternatif suatu keputusan seharusnya juga
mempertimbangkan kemungkinan penerapan dari keputusan tersebut. Betapapun baiknya
suatu keputusan apabila keputusan tersebut sulit diterapkan maka keputusan itu tidak ada
artinya. Pengambil keputusan membuat keputusan berkaitan dengan tujuan yang ideal dan
hanya sedikit mempertimbangkan penerapan operasionalnya (Gitosudarmo, 1997).
F. Evaluasi dan pengendalian
Setelah keputusan diterapkan, pengambil keputusan tidak dapat begitu saja
menganggap bahwa hasil yang diinginkan akan tercapai. Mekanisme sistem pengendalian
dan evaluasi perlu dilakukan agar apa yang diharapkan dari keputusan tersebut dapat
terealisir. Penilaian didasarkan atas sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan yang
bersifat khusus dan mudah diukur dapat mempercepat pimpinan untuk menilai
keberhasilan keputusan tersebut. Jika keputusan tersebut kurang berhasil, dimana
permasalahan masih ada, maka pengambil keputusan perlu untuk mengambil keputusan
kembali atau melakukan tindakan koreksi. Masing-masing tahap dari proses pengambilan
keputusan perlu dipertimbangkan dengan hati-hati, termasuk dalam penetapan sasaran
tujuan (Wijono, 1999; Gitosudarmo, 1997).
7. Saat-saat Sulit Dalam Penerapan KIP/K
A. Diam
Makna “diam” (tidak bersuara) antara lain :
1) Penolakan atau kebingungan klien.
2) Klien dan konselor telah mencapai akhir suatu ide dan semata-mata ragu
mengatakan apa selanjutnya
3) Kebingungan karena kecemasan atau kebencian
4) Klien mengalami sakit dan tidak siap untuk bicara.
5) Klien mengharapkan sesuatu dari konselor.
6) Klien sedang memikirkan apa yang dikatakan
7) Klien baru menyadari ucapannya dan merupakan ekspresi emosional sebelumnya.
Hal yang harus dipahami saat klien diam :
1) Klien tidak mau berbicara selama beberapa waktu klien merasa cemas atau marah.

42
2) Bila terjadi di awal pertemuan setelah beberapa saat, konselor bisa mengatakan :
“saya mengerti hal ini sulit untuk dibicarakan, biasanya pada pertemuan pertama
klien-klien saya juga merasa begitu. Apakah ibu merasa cemas?”
3) Bila klien diam karena marah konselor dapat berkata : “bagaimana perasaan ibu
sekarang?”, diikuti hening beberapa saat, pandang klien dan perlihatkan sikap tubuh
yang menunjukkan perhatian.
4) Bila diam di tengah pertemuan konselor harus memperhatikan konteks pembicaraan
dan menilai mengapa hal ini terjadi. Lebih baik menunggu beberapa saat, beri
kesempatan pada klien untuk mengekspresikan perasaan atau pikirannya, meskipun
tidak nyaman.
5) Bila klien diam karena berfikir tidak perlu berusaha memecah kesunyian atau
menunjukkan sikap tidak menerima.
B. Klien Menangis
Tenangkan klien dengan menyentuh badan (menepuk-nepuk bahu atau memegang
tangan klien) secara hati-hati.
C. Konselor meyakini bahwa tidak ada pemecahan bagi masalah klien
1) Biasa terjadi jika konselor tidak dapat memecahkan atau membantu menyelesaikan
masalah seperti harapan klien.
Misalnya pada kasus remaja putri yang ingin aborsi.
2) Konselor dapat mengatakan pada klien bahwa dia akan selalu menyediakan waktu
untuk klien menghadapi saat-saat sulit meskipun konselor tidak dapat mengubah
keadaan.
D. Konselor melakukan kesalahan
Hal terpenting untuk menciptakan hubungan baik adalah jujur. Mengakui bahwa
konselor salah dan minta maaf adalah cara untuk menghargai klien.
E. Konselor tidak tahu jawaban dari pertanyaan klien
Konselor dapat mengatakan bahwa ia tidak dapat menjawab pertanyaan klien, tetapi
akan berusaha mencari informasi tersebut untuk klien.
F. Klien menolak bantuan konselor

43
Ditunjukkan dengan klien enggan bicara. Tekankan hal positif, paling tidak klien
telah datang dan berkenalan dengan konselor, mungkin klien mau mempertimbangkan
kembali. Sarankan untuk melakukan pertemuan lanjutan.
G. Klien merasa tidak nyaman dengan jenis kelamin konselor
Konselor sebaiknya mengatasi dengan mengatakan : “ orang kadang awalnya merasa
lebih nyaman berbicara dengan seseorang yang sama jenis kelaminnya, menurut
pengalaman saya semakin lama hal itu semakin tidak penting apabila kita semakin
mengenal. Bagaimana kalau kita coba lanjutkan dan lihat bagaimana nantinya.”.
biasanya klien menerima, dan masalah ini hilang dengan sendirinya bila konselor
bersikap penuh perhatian, menghargai klien dan tidak menilai klien.
H. Waktu yang dimiliki konselor terbatas.
Konselor memberikan informasi beberapa saat sebelum pertemuan, meminta maaf,
menjelaskan sebab keterbatasan waktunya, dan menunjukkan konselor berharap
bertemu klien pada pertemuan selanjutnya.
I. Konselor tidak menciptakan hubungan yang baik
Konselor meminta pendapat kepada teman sesame petugas klinik untuk mengamati
pertemuan dan melihat dimana letak kesulitannya, apakah ada sikap klien yang
membuat konselor merasa ditolak klien.
J. Klien dan konselor sudah saling mengenal
Konselor melayani seperti pada umumnya, tekankan bahwa kerahasiaan akan tetap
terjaga, jelaskan bahwa konselor akan bersikap sedikit berbeda dengan sikap diluar
konseling terhadap klien sebagai temannya.
K. Klien berbicara terus dan yg dibicarakan tidak sesuai topic
Potong pembicaraannya setelah beberapa saat bila klien terus menerus mengulang
pembicaraannya.
L. Klien bertanya tentang hal-hal pribadi konselor.
Nyatakan pada klien bahwa cerita konselor tentang dirinya tidak akan membantu
klien, oleh karena itu lebih baik tidak bercerita.
M. Konselor merasa dipermalukan dengan suatu topik pembicaraan.
Sebaiknya jujur kepada klien, terutama bila konselor bereaksi secara emosional pada
klien, karena klien akan mengamati hal itu.

44
N. Keadaan kritis
Komunikasikan dengan tegas tapi sopan keadaan darurat kepada keluarga. Berikan
penjelasan dengan singkat tapi jelas langkah-langkah yang harus dilakukan bersama
untuk mengatasi keadaan.
8. Kesulitan Saat Konseling
Beberapa kesulitan tersembunyi yang disadari oleh konselor, terutama konselor pemula.
Antara lain :
a. Berusaha terlalu banyak dan terlalu dini
b. Lebih banyak mengajar daripada membina hubungan
c. Penerimaan yang berlebihan
d. Menampilkan masalah konseling pada orang yang tidak berpengalaman.
e. Kecenderungan untuk menampilkan kepribadian konseling.
f. Merenungkan setelah sesi yang sulit.
9. Upaya untuk mengatasi kesulitan
a. Tiap individu memahami dirinya, dengan memahami diri sendiri maka akan bisa
mengatasi kesulitan-kesulitan bidan sendiri.
b. Untuk memperlancar komunikasi siapkan materi, bahan, alat untuk mempermudah
penerimaan klien.
c. Menguasai ilmu komunikasi, sehingga dapat melakukan konseling pada semua klien
dengan bermacam karakter dan keterbatasan mereka.
d. Meletakkan kearifan sebagai dasar kepribadian konselor aktif.
Kearifan merupakan satu perangkat cirri kognitif dan afektif tertentu yg secara
langsung pada ketrampilan dan pemahaman hidup. Karakteristiknya meliputi :
1) Aspek afektif dan kesadaran meliputi empati, kepedulian, pengenalan rasa,
deotomatisasi (menolak kecenderungan kebiasaan, perilaku dan pola berfikir
otomatik, menekankan kesadaran tindakan dan pilihan yang bertanggungjawab).
2) Aspek kognitif meliputi penalaran dialetik (mengenal konteks, situasi,
berorientasi pada perubahan yang bermanfaat.

45
IX. PROSES DAN PRAKTEK KIP/K DALAM PELAYANAN KEBIDANAN
1. PROSES DAN PRAKTEK KIP/K DALAM PELAYANAN KEBIDANAN\
Dalam praktek kebidanan, pemberian asuhan kebidanan yang berkualitas sangat
dibutuhkan. Kualitas kebidanan ditentukan dengan cara bidan membina hubungan, baik
sesama rekan sejawat ataupun dengan orang yang diberi asuhan. Upaya meningkatkan
kualitas pelayanan kebidanan juga ditentukan oleh ketrampilan bidan untuk berkomunikasi
secara efektif dan melakukan konseling yang baik kepada klien.
Konseling merupakan proses pemberian informasi obyektif dan lengkap, dilakukan secara
sistematik dengan panduan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan
pengetahuan klinik yang bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini,
masalah yang sedang dihadapi, dan menentukan jalan keluar atau upaya mengatasi masalah
tersebut.
A. Pengertian KIP/K
Komunikasi Interpersonal adalah interaksi yang dilakukan antara orang ke orang,
dua arah, verbal dan non verbal. Saling berbagi informasi dan perasaan antara individu
dengan individu atau antar individu di dalam kelompok kecil.
Konseling kebidanan adalah pertolongan dalam bentuk wawancara yang menuntut
adanya komunikasi interaksi yang mendalam, dan usaha bersama bidan dengan
pemecahan masalah, pemenuhan kebutuhan, ataupun perubahan tingkah laku atau sikap
dalam ruang lingkup pelayanan kebidanan.
Konselor adalah orang yang memberi nasehat, memberi arahan kepada orang lain
(klien) untuk memecahkan masalahnya. Sedangkan konseli adalah orang yang mencari
(membutuhkan) advis atau nasehat.
Tujuan konseling meliputi:
1) Mencapai kesehatan psikologi yang positif.
2) Memecahkan masalah meningkatkan efektifitas pribadi individu.
3) Membantu perubahan pada diri individu yang bersangkutan.
4) Membantu mengambil keputusan secara tepat dan cermat.
5) Adanya perubahan prilaku dari yang tidak menguntungkan menjadi
menguntungkan.

46
Hal-hal yang harus diperhatikan bidan sebagai konselor adalah:
1) Membentuk kesiapan konseling.
Faktor yang mempengaruhi kesiapan konseling adalah motivasi
memperoleh bantuan, pengetahuan klien tentang konseling, kecakapan
intelektual, tingkat tilikan terhadap masalah dan harapan terhadap peran
konselor.
Hambatan dalam persiapan konseling adalah:
a) Penolakan
b) Situasi fisik
c) Pengalaman konseling yang tidak menyenangkan
d) Pemahaman konseling kurang
e) Pendekatan kurang
f) Iklim penerimaan pada konseling kurang.
Penyiapan klien
a) Orientasi pra konseling
b) Teknik survey terhadap masalah klien
c) Memberikan informasi pada klien
d) Pembicaraan dengan berbagai topic
e) Menghubungi sumber-sumber referal.
2) Memperoleh informasi
Memperoleh Riwayat Kasus
Riwayat kasus merupakan kumpulan informasi ssistematis tentang
kehidupan sekarang dan masa lalu. Riwayat kasus kebidanan, biasanya
tercatat dalam rekam medis.
3) Evaluasi psikodiagnostik.
Psikodiagnostik meliputi pernyataan masalah klien, perkiraan sebab-sebab
kesulitan (kemungkinan teknik konseling dan perkiraan hasil konseling).
Teknik Konseling
Teknik konseling ada 3 yaitu :
a) Pendekatan authoritatian atau directive, pusat dari keberhasilan
konseling adalah dari konselor.

47
b) Pendekatan non-directive atau conseli centred, konseli diberikan
kesempatan untuk memimpin proses konseling dan memecahkan
masalah sendiri.
c) Pendekatan edetic, konselor menggunakan cara yang baik sesuai
dengan masalah konseli.
Langkah-Langkah Konseling
Langkah-langkah konseling terbagi menjadi tiga bagian yaitu:
1) Pendahuluan (Langkah Awal)
Merupakan langkah penting dalam proses konseling kebidanan,
keberhasilan langkah awal akan mempermudah langkah berikutnya dalam
proses konseling kebidanan. Pada langkah awal tugas bidan sebagai seorang
konselor adalah:
a) Mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan sendiri
b) Menganalisis kekuatan dan kelemahan diri
c) Menentukan alas an klien minta pertolongan
d) Membina rasa percaya (trust), penerimaan dan melakukan komunikasi
e) Membuat kontrak bersama
f) Mengeksplorasi pikiran, perasaan dan perbuatan klien
g) Mengidentifikasi masalah klien
h) Merumuskan tujuan bersama klien
2) Bagian Inti/ Pokok (Langkah Inti)
Bagian ini mencakup kegiatan mencari jalan keluar, memilih salah satu
jalan keluar dan melaksanakan jalan keluar tersebut. Langkah ini menentukan
apakah bantuan yang diberikan benar-benar sesuai dengan kebutuhan klien
dan apakah konseling berhasil dengan baik.
Tugas bidan pada langkah inti adalah sebagai berikut:
a) Mengeksplorasi stressor yang tepat
b) Mendukung perkembangan kesadaran diri klien dan pemakaian koping
mekanisme yang konstruktif
c) Mengatasi penolakan perilaku maladaptive
d) Memberikan beberapa alternatif yang dipilih klien

48
e) Merencanakan tindak lanjut dari alternative pilihan
3) Bagian Akhir (Langkah Akhir)
Merupakan kegaitan akhir dari konseling yang meliputi pengumpulan dari
seluruh aspek kegiatan. Langkah ini merupakan langkah penutupan dari
pertemuan dan penetapan untuk pertemuan berikutnya. Tugas bidan pada
langkah akhir adalah:
a) Menciptakan realitas perpisahan
b) Membicarakan proses terapi dan pencapaian tujuan
c) Saling mengeksplorasi perasaan, penolakan (kehilangan), sedih, marah
dan perilaku lain.
d) Mengevaluasi kegiatan dan tujuan konseling
e) Apabila masih diperlukan, melakukan rencana tindak lanjut dengan
membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya.
Faktor Penghambat Konseling
Faktor penghambat dalam konseling antara lain :
1) Faktor individual
Keterikatan budaya merupakan faktor individual yang dibawa seseorang
dalam melakukan interaksi. Orientasi ini merupakan gabungan dari:
a) Faktor fisik atau kepekaan panca indera, usia dan seks
b) Sudut pandang terhadap nilai-nilai
c) Faktor sosial pada sejarah keluarga dan relasi, jaringan sosial, peran
dalam masyarakat, status social
d) Bahasa
2) Faktor yang berkaitan dengan interaksi, antara lain:
a) Tujuan dan harapan terhadap komunikasi
b) Sikap terhadap interaksi
c) Pembawaan diri terhadap orang lain
d) Sejarah hubungan.
3) Faktor situasional
4) Kompetensi dalam melakukan percakapan

49
Komunikasi dikatakan efektif bila ada sikap perilaku kompeten dari kedua
belah pihak. Keadaan yang dapat menyebabkan putusnya komunikasi adalah:
a) Kegagalan informasi penting
b) Perpindahan topik bicara
c) Komunikasi idak lancer
d) Salah pengertian.
Tujuan/ harapan dari pelayanan konseling yang telah dilakukan adalah:
1) Peningkatan kemampuan klien dalam upaya mengenal masalah, merumuskan
alternatif pemecahan masalah, dan manilai hasil tindakan secara tepat dan
cermat.
2) Klien memiliki pengalaman dalam menghadapi masalah dan pelaksanaan
pemecahan masalah kesehatan.
3) Adanya kemandirian dalam pemecahan masalah.
B. Perbedaan Konseling dan Nasehat
a. Nasehat
Memberitahukan klien apa yang sebaiknya klien lakukan, menghakimi perilakunya
di masa lalu dan sekarang.
b. Konseling
Memberikan fakta-fakta sehingga klien dapat membuat keputusan, membuat klien
bertanya dan mendiskusikan masalah pribadinya.
C. Proses Konseling
Hubungan antara konselor dan klien adalah inti proses konseling.
Proses konseling meliputi:
1. Pembinaan dan pemantapan hubungan baik (rapport).
“En rapport” mempunyai makna saling memahami dan mengenal tujuan
bersama. Tujuannya adalah menjembatani hubungan antara konselor dengan
klien, sikap penerimaan dan minat yang mendalam terhadap klien dan
masalahnya.
Beberapa teknik untuk menguasai rapport adalah:
a) Memberikan salam
b) Memperkenalkan diri

50
c) Topik pembicaraan yangs sesuai
d) Menciptakan suasanan yang aman dan nyaman: sikap hangat, realisasi tujuan
bersama, menjamin kerahasiaan, kesadaran terhadap hakekat klien.
2. Pengumpulan dan pemberian informasi.
Pengumpulan dan pemberian informasi merupakan tugas dari konselor. Hal
ini dapat dilakukan dengan cara: mendengar keluhan klien, mengamati
komunikasi non verbal klien, bertanya riwayat kesehatan, latar belakang keluarga,
masalah, memberikan penjelasan masalah yang dihadapinya.
3. Perencanaan, pengambilan keputusan dan pemecahan masalah
Apabila data telah lengkap, maka bidan membantu klien untuk memecahkan
masalah atau membuat perencanaan dalam pemecahan masalahnya.
Tahapan dalam memecahkan masalah adalah:
a) Menjajagi masalah (menetapkan masalah yang dihadapi klien)
b) Memahami masalah (mempertegas masalah yang sesungguhnya)
c) Membatasi masalah (menetapkan batas-batas masalah)
d) Menjabarkan alternatif pemecahan masalah
e) Mengevaluasi alternatif (menilai setiap alternatif dg analisis SWOT)
f) Memilih alternatif terbaik
g) Menerapkan alternatif dan menindaklanjuti pertemuan.
X. Pengorganisasian Kegiatan Kelompok
7. Langkah-langkah dalam penyelenggaraan kegiatan kelompok adalah :
a. Merencanakan pengorganisasian kegiatan kelompok
Meliputi kegiatan : merencanakan masalah; siapa yang menjadi peserta; sasaran
kegiatan; waktu pelaksanaan dan tempat kegiatan; metode yang digunakan; media yang
digunakan; jenis pencairan kelompok yang digunakan; evaluasi kegiatan.
b. Mempersiapkan tempat
Meliputi : mempersiapkan ruang dan perlengkapannya; persiapan alat tulis, alat
bantu, materi; persiapan tempat duduk; pengeras suara; meletakkan alat bentu sesuai
kebutuhan.
c. Melaksanakan kegiatan
Bagian-bagian kegiatan kelompok adalah :

51
1) Pembukaan, menentukan jalannya presentasi/ diskusi kelompok
2) Bagian utama kegiatan, mencakup materi yang akan disampaikan;
3) Bagian penutup, bagian terpenting dari seluruh kegiatan.
Mengakhiri kegiatan dapat dilakukan dengan cara: mengatakan bahwa waktu telah
habis, merangkum, menunjukkan pertemuan selanjutnya, berdiri, isyarat tangan,
menyampaikan catatan singkat dan memberikan tugas.
d. Mengevaluasi Kegiatan
Evaluasi kegiatan dapat mengetahui dan menganalisa kebutuhan peserta untuk
mempersiapkan pembicaraan yang akan datang, memperbaiki
pelaksanaan kegiatan yang akan datang, mengetahui dampak kegiatankelompok dan
menentukan keberhasilan kegiatan.
8. Strategi Bidan untuk Membantu Kelompok yang Negatif Sesuai Tipe Kelompok
Menurut Smith dan Bass (1982)
a. Menciptakan perasaan yang dimiliki
b. Menciptakan lingkungan yang peka
c. Mendorong partisipasi dan kontribusi
d. Menghargai pendapat yang berbeda
e. Menciptakan perasaan komitmen

Menurut Tarigan (2002)


a. Tipe Pasif
Strategi bidan adalah : mengajukan pertanyaan langsung pada peserta; meminta
berbagi perasaan dengan pasangannya; meminta untuk menulis komentar;
memberikan insentif; mengubah metode penyampaian.
b. Tipe Agresif
Strategi bidan adalah : mengajukan pertanyaan tentang penyebab agresif; memberi
kesempatan untuk mencurahkan perasaan dirinya; tidak menggangap orang tersebut
sebagai wakil kelompok; mempresentasikan data; memprakarsai diskusi secara pribadi.
c. Tipe Banyak Bicara
Strategi bidan adalah : memberi tanggung jawab tertentu dan memberikan
kesempatan berperan sebagai pemimpin kelompok; menghindarkan pandangan atau

52
menghadapkan tubuh pemandu ke arah peserta lain; beritahu dengan cara yang halus;
memberi tugas secara tertulis.
d. Tipe Pesimis
Strategi bidan adalah : menjadi pendengar yang aktif; memberi jawaban yang positif;
menanyakan pendapat anggota lainnya tentang pendapat orang tersebut
9. Proses Pengorganisasian
Menurut Stoner (1996) langkah-langkah dalam proses pengorganisasian terdiri dari lima
langkah:
a. Merinci seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi
b. Membagi beban kerja ke dalam kegiatan-kegiatan yang secara logis dan memadai
dapat dilakukan oleh seseorang atau oleh sekelompok orang.
c. Mengkombinasi pekerjaan anggota perusahaan dengan cara yang logis dan efisien
d. Penetapan mekanisme untuk mengkoordinasi pekerjaan anggota organisasi dalam
satu kesatuan yang harmonis
e. Memantau efektivitas organisasi dan mengambil langkah-langkah penyesuaian untuk
mempertahankan atau meningkatkan efektivitas.
Menurut T Hani Handoko (1999) proses pengorganisasian dapat ditunjukkan dengan tiga
langkah prosedur sebagai berikut:
a. Pemerincian seluruh kegiatan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan
organisasi.
b. Pembagian beban pekerjaan total menjadi kegiatan-kegiatan yang secara logis dapat
dilaksanakan oleh satu orang. Pembagian kerja ini sebaiknya tidak terlalu berat juga
tidak terlalu ringan.
c. Pengadaan dan pengembangan suatu mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjaan
para anggota organisasi menjadi kesatuan yang terpadu dan harmonis.
10. Pembagian Pekerjaan
Ada dua aspek utama dalam proses penyusunan struktur organisasi, yaitu
departementalisasi dan pembagian kerja (division of labor). Departementalisasi merupakan
pengelompokan kegiatan-kegiatan kerja suatu organisasi agar kegiatan-kegiatan yang
sejenis dan saling berhubungan dapat dikerjakan bersama. Pembagian kerja adalah
pemerincian tugas pekerjaan agar setiap individu dalam organisasi bertanggung jawab

53
untuk melaksanakan sekumpulan kegiatan yang terbatas. Prinsip pembagian kerja ini
merupakan tiang dasar pengorganisasian.
Dalam pembagian kerja, spesialisasi pekerjaan merupakan hal yang utama. Manfaat
spesialisasi pekerjaan adalah menyebabkan kenaikan produktivitas. Hal ini disebabkan
tidak seorangpun yang secara fisik akan mampu melaksanakan seluruh kegiatan dalam
tugas-tugas yang paling rumit. Pekerjaan yang paling rumit memerlukan beberapa langkah
dan memerlukan pembagian langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh beberapa orang.
Pembagian kerja yang dispesialisasikan seperti ini memungkinkan orang mempelajari
keterampilan dan menjadi pakar dalam bidang pekerjaan tertentu.
Akan tetapi selain manfaat yang didapat dari spesialisasi pekerjaan, adalah dampak
negatif dari spesialisasi pekerjaan. Beberapa penulis manajemen menyebutkan bahwa
spesialisasi pekerjaan akan berdampak pada demoralisasi dari pekerjaan-pekerjaan yang
menjemukan dan repetitif.
11. Struktur Organisasi
Struktur organisasi dapat didefinisikan sebagai mekanisme-mekanisme formal dimana
organisasi dikelola. Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan
pola tetap hubungan-hubungan di antara fungsi-fungsi, bagian-bagian maupun orang-orang
yang menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda
dalam suatu organisasi.
a. Faktor-faktor utama yang menentukan perancangan struktur organisasi adalah:
1) Strategi organisasi untuk mencapai tujuannya.
2) Teknologi yang digunakan
3) Anggota dan orang-orang yang terlibat dalam organisasi
4) Ukuran organisasi
b. Sedangkan unsur-unsur struktur organisasi terdiri dari:
1) Spesialisasi kegiatan berkenaan dengan spesifikasi tugas-tugas individual
dalam organisasi.
2) Standarisasi kegiatan yang digunakan organisasi untuk menjamin
terlaksananya kegiatan seperti yang direncanakan
3) Koordinasi kegiatan yang mengintegrasikan fungsi-fungsi satuan kerja
organisasi

54
4) Sentralisasi dan desentralisasi pembuatan keputusan
5) Ukuran satuan kerja menunjukkan jumlah karyawan dalam suatu kelompok
kerja.
12. Bagan Organisasi
Bagan organisasi memperlihatkan susunan fungsi-fungsi, departemen-departemen, atau
posisi-posisi organisasi dan menunjukkan hubungan di antaranya. Bagan organisasi
memperlihatkan lima aspek utama suatu struktur organisasi:
a. Pembagian kerja.
b. Manajer dan bawahan atau rantai perintah.
c. Tipe pekerjaan yang dilaksanakan
d. Pengelompokkan segmen-segmen pekerjaan
e. Tingkatan manajemen
a. Bentuk-bentuk bagan organisasi terdiri dari:
1) Bentuk piramid. Bentuk yang paling banyak digunakan karena sederhana, jelas dan
mudah dimengerti.
2) Bentuk vertikal. Bentuk yang agak menyerupai bentuk piramid dalam hal
pelimpahan kekuasaan dari atas ke bawah, hanya bagan vertikal berwujud tegak
sepenuhnya.
3) Bentuk horizontal. Bagan ini digambarkan secara mendatar, aliran wewenang dan
tanggung jawab digambarkan dari kiri ke kanan.
4) Bentuk lingkaran. Bagan ini menekankan pada hubungan antara satu jabatan dengan
jabatan lain.

XI. KOMUNIKASI KELOMPOK


4. Pengertian Komunikasi Kelompok.
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi
satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang
mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Deddy Mulyana, 2005). Kelompok ini
misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu
komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dalam komunikasi

55
kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan teori
komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang
dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya
(Anwar Arifin, 1984). Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi
kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan
yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang
mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain
secara tepat. Kedua definisi komunikasi kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni
adanya komunikasi tatap muka, peserta komunikasi lebih dari dua orang, dan memiliki
susunan rencana kerja tertentu untuk mencapai tujuan kelompok.
Dan B. Curtis, James J.Floyd, dan Jerril L. Winsor (2005, h. 149) menyatakan
komunikasi kelompok terjani ketika tiga orang atau lebih bertatap muka, biasanya di bawah
pengarahan seorang pemimpin untuk mencapai tujuan atau sasaran bersama dan
mempengaruhi satu sama lain. Lebih mendalam ketiga ilmuwan tersebut menjabarkan sifat-
sifat komunikasi kelompok sebagai berikut:
a. Kelompok berkomunikasi melalui tatap muka;
b.Kelompok memiliki sedikit partisipan;
c. Kelompok bekerja di bawah arahan seseorang pemimpin;
d.Kelompok membagi tujuan atau sasaran bersama;
e. Anggota kelompok memiliki pengaruh atas satu sama lain.
5. Klasifikasi Kelompok dan Karakteristik Komunikasinya.
Telah banyak klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para ilmuwan sosiologi, namun
dalam kesempatan ini kita sampaikan hanya tiga klasifikasi kelompok.
A. Kelompok primer dan sekunder.
Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaluddin Rakhmat,
1994) mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-
anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja
sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya
berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita.

56
Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik
komunikasinya, sebagai berikut:
1) Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas. Dalam,
artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi, menyingkap unsur-
unsur backstage (perilaku yang kita tampakkan dalam suasana privat saja). Meluas,
artinya sedikit sekali kendala yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi.
Pada kelompok sekunder komunikasi bersifat dangkal dan terbatas.
2) Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok sekunder
nonpersonal.
3) Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi,
sedangkan kelompok sekunder adalah sebaliknya.
4) Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok sekunder
instrumental.
5) Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok sekunder
formal.
B. Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan.
Theodore Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok keanggotaan (membership
group) dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok keanggotaan adalah
kelompok yang anggota-anggotanya secara administratif dan fisik menjadi anggota
kelompok itu. Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai
alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap.
Menurut teori, kelompok rujukan mempunyai tiga fungsi: fungsi komparatif, fungsi
normatif, dan fungsi perspektif. Saya menjadikan Islam sebagai kelompok rujukan saya,
untuk mengukur dan menilai keadaan dan status saya sekarang (fungsi komparatif. Islam
juga memberikan kepada saya norma-norma dan sejumlah sikap yang harus saya miliki-
kerangka rujukan untuk membimbing perilaku saya, sekaligus menunjukkan apa yang
harus saya capai (fungsi normatif). Selain itu, Islam juga memberikan kepada saya cara
memandang dunia ini-cara mendefinisikan situasi, mengorganisasikan pengalaman, dan
memberikan makna pada berbagai objek, peristiwa, dan orang yang saya temui (fungsi
perspektif). Namun Islam bukan satu-satunya kelompok rujukan saya. Dalam bidang ilmu,
Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) adalah kelompok rujukan saya, di samping

57
menjadi kelompok keanggotaan saya. Apapun kelompok rujukan itu, perilaku saya sangat
dipengaruhi, termasuk perilaku saya dalam berkomunikasi.
C. Kelompok deskriptif dan kelompok preskriptif
John F. Cragan dan David W. Wright (1980) membagi kelompok menjadi dua:
deskriptif dan peskriptif. Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan
melihat proses pembentukannya secara alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran, dan pola
komunikasi, kelompok deskriptif dibedakan menjadi tiga: a. kelompok tugas; b. kelompok
pertemuan; dan c. kelompok penyadar. Kelompok tugas bertujuan memecahkan masalah,
misalnya transplantasi jantung, atau merancang kampanye politik. Kelompok pertemuan
adalah kelompok orang yang menjadikan diri mereka sebagai acara pokok. Melalui
diskusi, setiap anggota berusaha belajar lebih banyak tentang dirinya. Kelompok terapi di
rumah sakit jiwa adalah contoh kelompok pertemuan.Kelompok penyadar mempunyai
tugas utama menciptakan identitas sosial politik yang baru. Kelompok revolusioner
radikal; (di AS) pada tahun 1960-an menggunakan proses ini dengan cukup banyak.
Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh anggota
kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan Wright mengkategorikan enam
format kelompok preskriptif, yaitu: diskusi meja bundar, simposium, diskusi panel, forum,
kolokium, dan prosedur parlementer.
6. Pengaruh Kelompok pada Perilaku Komunikasi
A. Konformitas.
Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma) kelompok
sebagai akibat tekanan kelompok-yang real atau dibayangkan. Bila sejumlah orang dalam
kelompok mengatakan atau melakukan sesuatu, ada kecenderungan para anggota untuk
mengatakan dan melakukan hal yang sama. Jadi, kalau anda merencanakan untuk menjadi
ketua kelompok,aturlah rekan-rekan anda untuk menyebar dalam kelompok. Ketika anda
meminta persetujuan anggota, usahakan rekan-rekan anda secara persetujuan mereka.
Tumbuhkan seakan-akan seluruh anggota kelompok sudah setuju. Besar kemungkinan
anggota-anggota berikutnya untuk setuju juga.
B. Fasilitasi sosial.
Fasilitasi (dari kata Prancis facile, artinya mudah) menunjukkan kelancaran atau
peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok. Kelompok mempengaruhi pekerjaan

58
sehingga menjadi lebih mudah. Robert Zajonz (1965) menjelaskan bahwa kehadiran orang
lain-dianggap-menimbulkan efek pembangkit energi pada perilaku individu. Efek ini
terjadi pada berbagai situasi sosial, bukan hanya didepan orang yang menggairahkan
kita. Energi yang meningkat akan mempertingi kemungkinan dikeluarkannya respon yang
dominan. Respon dominan adalah perilaku yang kita kuasai. Bila respon yang dominan itu
adalah yang benar, terjadi peningkatan prestasi. Bila respon dominan itu adalah yang
salah, terjadi penurunan prestasi. Untuk pekerjaan yang mudah, respon yang dominan
adalah respon yang banar; karena itu, peneliti-peneliti melihat melihat kelompok
mempertinggi kualitas kerja individu.
C. Polarisasi.
Polarisasi adalah kecenderungan ke arah posisi yang ekstrem. Bila sebelum diskusi
kelompok para anggota mempunyai sikap agak mendukung tindakan tertentu, setelah
diskusi mereka akan lebih kuat lagi mendukung tindakan itu. Sebaliknya, bila sebelum
diskusi para anggota kelompok agak menentang tindakan tertentu, setelah diskusi mereka
akan menentang lebih keras.
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan kelompok
Anggota-anggota kelompok bekerja sama untuk mencapai dua tujuan: melaksanakan
tugas kelompok, dan memelihara moral anggota-anggotanya. Tujuan pertama diukur dari
hasil kerja kelompok-disebut prestasi (performance) tujuan kedua diketahui dari tingkat
kepuasan (satisfacation). Jadi, bila kelompok dimaksudkan untuk saling berbagi informasi
(misalnya kelompok belajar), maka keefektifannya dapat dilihat dari beberapa banyak
informasi yang diperoleh anggota kelompok dan sejauh mana anggota dapat memuaskan
kebutuhannya dalam kegiatan kelompok.
Jalaluddin Rakhmat (2004) meyakini bahwa faktor-faktor keefektifan kelompok dapat
dilacak pada karakteristik kelompok, yaitu:
1) Faktor situasional karakteristik kelompok:
a) Ukuran kelompok.
Hubungan antara ukuran kelompok dengan prestasi krja kelompok
bergantung pada jenis tugas yang harus diselesaikan oleh kelompok. Tugas
kelompok dapat dibedakan dua macam, yaitu tugas koaktif dan interaktif. Pada
tugas koaktif, masing-masing anggota bekerja sejajar dengan yang lain, tetapi

59
tidak berinteraksi. Pada tugas interaktif, anggota-anggota kelompok berinteraksi
secara teroganisasi untuk menghasilkan suatu produk, keputusan, atau penilaian
tunggal. Pada kelompok tugas koatif, jumlah anggota berkorelasi positif dengan
pelaksanaan tugas. Yakni, makin banyak anggota makin besar jumlah pekerjaan
yang diselesaikan. Misal satu orang dapat memindahkan tong minyak ke satu bak
truk dalam 10 jam, maka sepuluh orang dapat memindahkan pekerjaan tersebut
dalam satu jam. Tetapi, bila mereka sudah mulai berinteraksi, keluaran secara
keseluruhan akan berkurang.
Faktor lain yang mempengaruhi hubungan antara prestasi dan
ukuran kelompok adalah tujuan kelompok. Bila tujuan kelompok memelukan
kegiatan konvergen (mencapai suatu pemecahan yang benar), hanya diperlukan
kelompok kecil supaya produktif, terutama bila tugas yang dilakukan hanya
membutuhkan sumber, keterampilan, dan kemampuan yang terbatas. Bila tugas
memerlukan kegiatan yang divergen (seperti memhasilkan gagasan berbagai
gagasan kreatif), diperlukan jumlah anggota kelompok yang lebih besar.
Dalam hubungan dengan kepuasan, Hare dan Slater (dalam Rakmat, 2004)
menunjukkan bahwa makin besar ukuran kelompok makin berkurang kepuasan
anggota-anggotanya. Slater menyarankan lima orang sebagai batas optimal untuk
mengatasi masalah hubungan manusia. Kelompok yang lebih dari lima orang
cenderung dianggap kacau, dan kegiatannya dianggap menghambur-hamburkan
waktu oleh anggota-anggota kelompok.
b) Jaringan komunikasi.
Terdapat beberapa tipe jaringan komunikasi, diantaranya adalah sebagai
berikut: roda, rantai, Y, lingkaran, dan bintang. Dalam hubungan dengan prestasi
kelompok, tipe roda menghasilkan produk kelompok tercepat dan terorganisir.
c) Kohesi kelompok.
Kohesi kelompok didefinisikan sebagai kekuatan yang mendorong anggota
kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok, dan mencegahnya meninggalkan
kelompok. McDavid dan Harari (dalam Jalaluddin Rakmat, 2004) menyarankam
bahwa kohesi diukur dari beberapa faktor sebagai berikut: ketertarikan anggota
secara interpersonal pada satu sama lain; ketertarikan anggota pada kegiatan dan

60
fungsi kelompok; sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat
untuk memuaskan kebutuhan personal.
Kohesi kelompok erat hubungannya dengan kepuasan anggota kelompok,
makin kohesif kelompok makin besar tingkat kepuasan anggota kelompok.
Dalam kelompok yang kohesif, anggota merasa aman dan terlindungi, sehingga
komunikasi menjadi bebas, lebih terbuka, dan lebih sering. Pada kelompok yang
kohesifitasnya tinggi, para anggota terikat kuat dengan kelompoknya, maka
mereka makin mudah melakukan konformitas. Makin kohesif kelompok, makin
mudah anggota-anggotanya tunduk pada norma kelompok, dan makin tidak
toleran pada anggota yang devian.
d) Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah komunikasi yang secara positif mempengaruhi
kelompok untuk bergerak ke arah tujuan kelompok. Kepemimpinan adalah faktor
yang paling menentukan kefektifan komunikasi kelompok. Klasifikasi gaya
kepemimpinan yang klasik dilakukan oleh White danLippit (1960). Mereka
mengklasifikasikan tiga gaya kepemimpinan: otoriter; demokratis; danlaissez
faire. Kepemimpinan otoriter ditandai dengan keputusan dan kebijakan yang
seluruhnya ditentukan oleh pemimpin. Kepemimpinan demokratis menampilkan
pemimpin yang mendorong dan membantu anggota kelompok untuk
membicarakan dan memutuskan semua kebijakan. Kepemimpinan laissez faire
memberikan kebebasan penuh bagi kelompok untuk mengambil keputusan
individual dengan partisipasi dengan partisipasi pemimpin yang minimal.
2) Faktor personal karakteristik kelompok:
a) Kebutuhan interpersonal
William C. Schultz (1966) merumuskan Teori FIRO (Fundamental
Interpersonal Relations Orientatation), menurutnya orang menjadi anggota
kelompok karena didorong oleh tiga kebutuhan intepersonal sebagai berikut:
a. Ingin masuk menjadi bagian kelompok (inclusion).
b. Ingin mengendalikan orang lain dalam tatanan hierakis (control).
c. Ingin memperoleh keakraban emosional dari anggota kelompok yang lain.

61
b) Tindak komunikasi
Mana kala kelompok bertemu, terjadilah pertukaran informasi. Setiap
anggota berusaha menyampaiakan atau menerima informasi (secara verbal
maupun nonverbal). Robert Bales (1950) mengembangkan sistem kategori untuk
menganalisis tindak komunikasi, yang kemudian dikenal sebagai Interaction
Process Analysis (IPA).

62
DAFTAR ISI

Febrina, 2008. Pengertian KIP/K (Komunikasi Inter Personal/ Konseling), dipos 8 Februari :
19.41 WIB.
Tyastuti, dkk., 2008, Komunikasi & Konseling Dalam Praktik Kebidanan, Yogyakarta:
Fitramaya.
Uripni, Sujianto, Indrawati, 2003. Komunikasi Kebidanan, Jakarta: EGC.
Yulifah, Rita, 2009, Komunikasi dan Koseling dalam Kebidanan, Jakarta: Salemba
Medika.

63

Anda mungkin juga menyukai