Anda di halaman 1dari 4

Nama : Asri Yulianita

Tingkat : 2A D3 Keperawatan

Kronologi Perawat Suntik Pasien Yang Sudah


Meninggal
Jakarta, CNN Indonesia - Pelayanan kesehatan di Surabaya kembali mendapat
sorotan publik menyusul kasus seorang perawat yang diduga menyuntik pasien
yang sudah meninggal dunia di Rumah Sakit (RS) Siti Khodijah, Taman Sidoarjo,
Surabaya, Jawa Timur. Kasus itu terkuak setelah beredar video yang menjadi
viral, yang merekam keluarga pasien sedang memarahi seorang dokter dan
perawat di RS Khodijah yang diduga bertanggung jawab atas insiden penyuntikan
tersebut.
Abu Daud Hamzah (41) menceritakan awal kejadian perawat menyuntik pasien
yang sudah meninggal dunia. Abu Daud adalah anak dari Supariyah, pasien
meninggal yang menjadi korban penyuntikan di RS Siti Khodijah. Saat itu, pada
tanggal 20 Desember 2017, sekitar pukul 04.30 WIB, Daud mengantarkan ibunya
ke RS Siti Khodijah yang letaknya tidak jauh dari rumahnya atau kurang lebih 300
meter. "Saat itu ibu saya mengeluhkan sakit pusing dan mual," tutur Daud di
Sidoarjo, Senin (29/1).
Dia mengatakan, sesampainya di ruang UGD RS Siti Khodijah, ibunya
ditangani oleh dokter jaga UGD dan kemudian diberikan suntikan. Dokter juga
memberi resep obat. "Singkatnya, empat jam setelah berobat, kondisi kesehatan
ibu tidak membaik justru sebaliknya semakin memburuk. Kemudian saya dan
beberapa saudara membawa kembali ke RS Siti Khodijah," katanya.
Pada kedatangan yang kedua di rumah sakit itu, Daud dan keluarga ditolak oleh
pihak RS dengan alasan kamar sudah penuh. Kakak Daud, Faisal, lantas
menjelaskan kepada petugas penerima pasien bahwa ibunya adalah pasien umum
bukan peserta BPJS Kesehatan. Ia menyatakan pihak keluarga siap membayar
berapa pun biayanya asal ibunya bisa segera ditangani. "Petugas penerima pasien
langsung mengatakan bahwa ada kamar kosong namun hanya tinggal satu,"
ucapnya.
Supariyah kemudian dirawat di ruang Paviliun Multajam nomor 8, sekitar
pukul 11.30 WIB. "Selanjutnya, petugas rumah sakit menginformasikan kepada
kami bahwa yang menangani ibu adalah dokter Zakaria spesialis penyakit dalam
dan dokter Hamdan spesialis saraf," ujarnya.
Hari pertama di ruang Paviliun Mulktajam, Supariyah tidak mendapatkan
penanganan dari dokter. Dia baru ditangani oleh dokter Zakaria keesokan harinya
atau pada 21 Desember. Dalam pemeriksaan tersebut, ujar Daud, dokter Zakaria
mengatakan bahwa Supariyah mengalami gangguan di sarafnya sehingga tidak
mau menerima makanan. Zakaria juga menyebut dokter Hamdan sebagai pihak
yang lebih berhak menangani penyakit Supariyah. Dokter Hamdan ternyata tak
kunjung menangani Supariyah. Padahal, ada jadwal kunjungan dokter Hamdan
untuk memeriksa pasien pada Pukul 19.00 WIB, Pukul 21.00 dan Pukul 23.00
WIB. "Diduga dokter Hamdan tidak bisa memeriksa ibu karena sibuk memeriksa
pasien di lantai bawah," kata Daud yang mendapatkan informasi dari suster yang
bertugas di ruangan Paviliun Multajam nomor 8.
Dalam kondisi kritis itu, Daud mengatakan, ibundanya hanya mendapat
suntikan dari suster yang bertugas. Puncaknya, sekitar pukul 20.00 WIB, Daud
bersama kakaknya yang bernama Hajar menyatakan keberatan kepada suster
piket.
"Tolong sampaikan kepada pimpinan anda, dokter Hamdan. Apabila terjadi
apa-apa kepada ibu saya sebelum dokter datang, kalian semua saya tuntut," ucap
Daud kepada suster piket. Dokter Hamdan juga tak kunjung datang hingga pukul
21.00 WIB, di sisi lain suster masih melakukan penyuntikan tanpa pengecekan
terlebih dulu terhadap pasiennya.
"Saya semakin penasaran dikarenakan ibu saya disuntik, kok, tidak bergerak
sama sekali," ujar Daud. "Dengan berbekal pengalaman sederhana, saya dan
saudara memegang pergelangan tangan Ibu saya yang kanan dan kiri, ternyata
sudah tidak ada denyut nadinya," imbuhnya. Daud beserta keluarga lalu
menyatakan protes kepada rumah sakit hingga membuat suasana Paviliun
Multajam nomor 8, malam itu menjadi ramai. "Dari situ, tidak lama kemudian
sosok dokter Hamdan yang sekaligus direktur Rumah Sakit Siti Khodijah, muncul.
Terjadi ribut, perang mulut antara keluarga saya dengan dokter Hamdan dan
terekam video," ucap Daud.
Dikonfirmasi secara terpisah, Humas RS Siti Khodijah Taman Sidoarjo Emmy
Hudayanti saat dihubungi melalui sambungan selulernya mengatakan akan
menggelar pers konferensi hari ini, Selasa (30/1). Sedangkan Kabid Humas Polda
Jatim Kombespol Frans Barung Mangera menyatakan kepolisian tengah
melakukan pengumpulan data dan bahan keterangan.
Kepolisian juga melakukan penyelidikan rumah sakit berinisial S itu.
"Tempatnya sudah kami dapatkan, hasilnya di rumah sakit S di Sidoarjo, kami
juga sudah melakukan penyelidikan terhadap videonya yang viral dan telah dibagi
sekitar ribuan kali di masyarakat," katanya.
Barung lantas mengimbau kepada keluarga yang merasa dirugikan agar segera
membuat laporan resmi. Sebab hingga kemarin, kata dia, belum ada laporan
masuk. "Kami tunggu laporannya," ucapnya. Polda Jatim dalam kasus ini juga
akan menggandeng Ikatan Dokter Indonesia.
ANALISIS KASUS

a. Kesalahan pada kasus tersebut yang pertama yaitu sempat menolak pasien
dengan memberitahukan bahwa kamar sudah penuh, kemudian setelah
keluarga pasien bilang bahwa mereka tidak menggunakan BPJS atau pasien
umum, perawat tersebut langsung bilang bahwa ada satu kamar kosong yang
tersedia.
b. Kesalahan kedua pada kasus tersebut adalah Dokter Hamdan yang
bertanggung jawab pada pasien tersebut tidak melakukan pemeriksaan pada
pasien tersebut, Dokter Zakaria juga menyebut Dokter Hamdan sebagai pihak
yang lebih berhak menangani penyakit Supariyah.
c. Kesalahan ketiga pada kasus tersebut adalah perawat memberikan tindakan
penyuntikan, padahal Dokter Hamdan tersebut belum melakukan pemeriksaan
terhadap pasien tersebut untuk lebih lanjut.

PASAL YANG BERKAITAN


a. Pasal 32n UU No.44/2009
“Pasien berhak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama
dalam perawatan di Rumah Sakit.”
b. Pasal 58 UU No.36/2009
1. “Setiap orang berhak menuntut G.R terhadap seseorang, tenaga
kesehatan, dan/atau penyelenggara kesehatan yang menimbulkan
kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam Pelkes yang
diterimanya.”
2. “Tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan tindakan
penyelamatan nyawa atau pencegahan kecacatan seseorang dalam
keadaan darurat.”
c. Pasal 29b UU No.44/2009
“Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan
efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar
pelayanan Rumah Sakit.”
d. Pasal 46 UU No.44/2009
“Rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian
yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan di RS.”
e. Pasal 32d UU No.44/2009
“Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan kesehatan yang bermutu
sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional”
f. Pasal 32e UU No.44/2009
“Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan yang efektif dan efisien
sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi”
g. Pasal 32j UU No.44/2009
“Setiap pasien mempunyai hak tujuan tindakan medis, alternatif tindakan,
risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan
yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan”
h. Pasal 32q UU No.44/2009
“Setiap pasien mempunyai hak menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit
apabila Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai
dengan standar baik secara perdata ataupun pidana”

Anda mungkin juga menyukai