PENDAHULUAN
sebelumnya. Salah satu limbah yang bisa dimanfaatkan sebagai campuran beton
Pada pembakaran batu bara dalam PLTU, terdapat limbah padat berupa
partikel abu yang terbawa gas disebut abu terbang (fly ash). Di Indonesia,
produksi limbah abu terbang dari tahun ke tahun meningkat sebanding dengan
konsumsi penggunaan batu bara sebagai bahan baku pada industri PLTU. Limbah
abu batu bara fly ash akan terus meningkat seiring dengan program pemerintah
tahun 2025 mengingat komposisi bauran energi untuk pembangkit listrik dari batu
bara direncanakan mencapai 56,97% dari total pembangkit listrik (Anonim, 2016).
Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan kebutuhan batu bara saat ini sebesar
87,7 juta ton untuk PLTU batu bara. Jumlah ini meningkat seiring dengan adanya
program 35 ribu MW, sehingga pada 2019 diperkirakan kebutuhan batu bara
meningkat menjadi 166,2 juta ton. jika limbah abu batu bara fly ash dihasilkan
1
sekitar 5%, maka limbah yang dihasilkan mencapai 8,31 juta ton pada 2019.
Dewasa ini, limbah fly ash mulai dimanfaatkan dalam berbagai macam penelitian
nasional maupun internasional khususnya dalam bidang konstruksi. Fly ash dapat
jadikan material pengikat pengganti semen dalam pembuatan beton yang telah
diuji dalam beberapa penelitian di laboratorium. Fly ash juga digunakan untuk
Sifat dan ukuran dari abu terbang sendiri memiliki kesamaan dengan semen.
Oleh sebab itu pemanfaatan abu terbang sebagai bahan substitusi semen terhadap
campuran beton. Sedangkan partikel dari abu dasar memiliki kesamaan dengan
pasir merupakan faktor utama yang menjadi pilihan memanfaatkan abu dasar
Pasir mempunyai peranan yang sangat penting pada suatu pekerjaan dalam
konstruksi. Pasir atau agregat halus paling sering digunakan sebagai material
pelengkap dalam pembuatan beton. Sama halnya dengan agregat kasar, pasir tidak
mempunyai daya ikat antar partikelnya atau nilai kohesi sehingga tanpa adanya
campuran semen sebagai faktor pengikat maka pasir tidak mempunyai nilai kuat
tekan bebas maupun kuat geser. Bangunan yang akan didirikan di tanah dasar
berpasir atau cenderung berpasir sangat tidak baik bahkan berbahaya baik dalam
2
kondisi normal ataupun bila terjadi gempa sewaktu-waktu yang dapat memicu
fenomena likuifaksi terjadi. Oleh karena itu diperlukan solusi untuk memperbaiki
kondisi tanah ini, salah satu upayanya adalah menggunakan material tambahan
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka penulis ingin
meneliti lebih dalam tentang pengaruh abu terbang (fly ash) sebagai zat limbah
terhadap daya ikat partikel agregat halus (yang dimaksud agregat halus disini ialah
Adapun rumusan masalah yang dapat diuraikan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
dan kuat geser pada campuran pasir halus dan fly ash?
3
2. Dapat mengetahui pengaruh perlakuan curing terhadap nilai kuat geser pada
memperbaiki kondisi tanah yang buruk atau tanah yang berpotensi terjadi
3. Dan juga dapat menjadi penelitian ini sebagai bahan penelitian lebih lanjut
1. Penelitian ini menggunakan abu terbang (fly ash) yang diambil dari limbah
3. Pengujian yang dilakukan terhadap bahan uji campuran pasir dan fly ash
4. Metode mix design campuran pasir dan fly ash yang digunakan adalah metode
any fix.
4
5. Penelitian ini tidak melakukan pemeriksaan terhadap sifat-sifat dan kandungan
25%, dan 30% dengan kadar derajat kejenuhan pasir sebesar 30% dan Density
7. Pengujian campuran pasir dan fly ash pada saat campuran tersebut berumur 7,
8. Nilai ekonomis dari penggunaan fly ash dalam penelitian ini tidak diteliti.
Bab I (Satu) Pendahuluan, bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah,
Bab II (Dua) Tinjauan Pustaka, bab ini berisikan teori-teori dasar yang
Bab III (Tiga) Metodologi Penelitian, bab ini berisi uraian tentang metodologi
penelitian yang meliputi penjelasan mengenai bahan, alat, variable dan tahap
penelitian.
5
diperoleh dari hasil pengujian yang telah dilaksanakan dengan disertakan grafik
Bab V (Lima) Penutup, bab ini berisi kesimpulan hasil penelitian yang
ditarik dari tujuan dan hasil analisa penelitian pada bab sebelumnya serta saran