Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
mewujudkan kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Salah satu upaya kesehatan
(Permenkes, 2014).
dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan
pasien. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat
1
dalam mewujudkan pembangunan kesehatan yaitu membentuk Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas).
dan evaluasi). Obat dan perbekalan kesehatan hendaknya dikelola secara optimal
untuk menjamin tercapainya tepat jumlah, tepat jenis, tepat penyimpanan, tepat
di Puskesmas harus mendukung tiga fungsi pokok Puskesmas, yaitu sebagai pusat
RI, 2016)
tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam
unit pelayanan berupa ruang farmasi yang berada di bawah pembinaan dan
2
Kabupaten/Kota, dan dibantu oleh Tenaga Teknis Kefarmasian (Permenkes RI,
2016).
satu apotek yang diberi wewenang untuk membantu pelatihan kerja profesi
apoteker untuk menerapkan aspek teoritis yang diperoleh di bangku kuliah dengan
aspek praktisi yang ada di Apotek tempat dilaksanakannya praktek kerja profesi.
Hal ini penting mengingat peran apoteker di apotek cukup besar, sehingga calon
apoteker dapat membekali diri dan siap terjun kedunia kerja ditengah-tengah
masyarakat, sesuai dengan tuntutan dan kode etik profesi apoteker. Adapun waktu
antara lain :
3
3. Mampu melaksanakan fungsi pengendalian kualitas obat dan perbekalan
farmasi lainnya sesuai dengan Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB).
penderita, pemilihan obat yang tepat, penetapan regimen dosis yang tepat,
penyediaan dan pemberian obat kepada penderita, pemantauan efek obat dan
pendidikan penderita.
informasi.
pasien.
antara lain :
4
3. Mahasiswa mampu menyusun rencana pengelolaan perbekalan farmasi dan
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
promosi kesehatan.
masalah kesehatan/penyakit.
6
penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit, atau pengendalian
berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan
7
i. memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk
penyakit.
dan preventif
Pelayanan Kesehatan
Rujukan.
8
2.3. Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas
1. Paradigma sehat
2. Pertanggungjawaban wilayah
3. Kemandirian masyarakat
4. Pemerataan
9
(UKP) lintas program dan lintas sektor serta melaksanakan system rujukan
a. Puskesmas
10
b. Puskesmas pembantu (pustu)
seorang perawat yang bertempat disuatu desa jauh dari Puskesmas Induk.
apoteker.
ini sangat tergantung kepada peran serta aktif para RT, RW, lurah, tokoh
masyarakat setempat, bersama para kader kesehatan yang telah dibentuk dan
ditunjuk.
b. Posyandu lansia/manula.
11
kecamatan. Namun apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas
Kota/Kabupaten.
menyeluruh dan terpadu bagi seluruh masyarakat yang tinggal diwilayah kerja.
laboratorium.
2.7.1 Lokasi
a. Geografis
c. Kontur tanah
d. Fasilitas parkir
e. Fasilitas keamanan
12
f. Ketersediaan utilitas publik
h. Kondisi lainnya
perundang-undangan
memberikan pelayanan.
a. sistem ventilasi
b. sistem pencahayaan
c. sistem sanitasi
d. sistem kelistrikan
13
e. sistem komunikasi
l. kendaraan ambulans.
2.7.3 Peralatan
berikut:
c. diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh institusi penguji dan pengkalibrasi
yang berwenang.
2.7.4 Ketenagaan
tenaga non kesehatan. Jenis dan jumlah Tenaga Kesehatan dan tenaga non
kesehatan tingkat pertama lainnya di wilayah kerja, dan pembagian waktu kerja.
14
Jenis Tenaga Kesehatan paling sedikit terdiri atas:
b. Dokter gigi
c. Perawat
d. Bidan
h. Tenaga gizi
i. Tenaga kefarmasian
Setiap Tenaga Kesehatan yang bekerja di Puskesmas harus memiliki surat izin
2.7.5 Kefarmasian
pekerjaan kefarmasian.
15
2.7.6 Laboratorium
undangan.
Sarana adalah tempat, fasilitas dan peralatan yang secara langsung terkait
milligram, mortir-stamper, gelas ukur, corong, rak alat dan lain – lain.
4. Tersedia alat dan tempat untuk mendisplai informasi obat bebas dalam upaya
IONI ).
6. Tersedia tempat dan alat untuk melakukan peracikan obat yang memadai.
16
7. Tempat penyimpanan obat khusus seperti lemari es untuk suppositoria, serum
dan vaksin, dan lemari terkunci untuk penyimpanan Narkotika sesuai dengan
8. Tersedia kartu stok untuk masing-masing jenis obat untuk pemasukan dan
dengan baik.
meliputi:
4. Gizi
5. Pengobatan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
17
Pengaturan Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas bertujuan untuk:
c. melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat yang tidak rasional
dilalui atau proses dalam membuat suatu rencana untuk menentukan jenis dan
1. perkiraan jenis dan jumlah Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
18
Perencanaan kebutuhan obat untuk puskesmas setiap periode dilaksanakan
pengembangan. Selain itu, proses seleksi juga harus mengacu pada Daftar Obat
Ada enam langkah utama yang harus dilakukan dalam proses perencanaan
obat:
3. Menetapkan prioritas.
lain yaitu:
pertahun.
19
2. Data status kesehatan yang menyangkut angka penyakit terbanyak pada
1) Tahap Pemilihan
dalam pelayanan kepada masyarakat sesuai tingkat konsumsi dan pola penyakit.
a. Obat yang dipilih berdasakan seleksi ilmiah, medik yang mana memberikan
efek terapi jauh lebih baik dibandingkan dengan resiko efek samping yang
ditimbulkan.
b. Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin untuk menghindari duplikasi dan
kesamaan jenis. Apabila terdapat beberapa jenis obat dengan indikasi yang
sama dalam jumlah banyak maka dipilih berdasarkan Drug of Choice dari
c. Jika ada obat baru, harus ada bukti yang spesifik untuk efek terapi yang lebih
baik.
d. Hindari penggunaan obat kombinasi kecuali jika obat tersebut mempunyai efek
b. Obat memiliki keamanan dan khasiat yang didukung dengan bukti ilmiah
20
c. Obat memiliki manfaat yang maksimal dengan resiko yang minimal
d. Obat mempunyai mutu yang terjamin baik ditinjau dari segi stabilitas maupun
bioavailabilitasnya
e. Biaya pengobatan mempunyai rasio antara manfaat dan biaya yang baik
f. Bila terdapat lebih dari satu pilihan yang memiliki efek terapi yang serupa
g. Harga terjangkau
a. Kontra Indikasi
c. Efek Samping
d. Stabilitas
dalam Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dengan berpedoman pada harga
21
Permintaan Obat (LPLPO). Kompilasi pemakaian obat dapat digunakan sebagai
kesehatan/puskesmas pertahun
secara periodik.
a. Metode Konsumsi
sebagai berikut :
dilakukan analisa trend pemakaian obat 3 tahun sebelumnya atau lebih. Data yang
22
perlu dipersiapkan untuk perhitungan dengan metode konsumsi adalah daftar obat,
stok awal, penerimaan dan pengeluaran obat, sisa stok, obat hilang/rusak,
b. Metode Morbiditas
yang akan diklasifikasikan berdasarkan jenis kelamin untuk umur antara lain
6. Menghitung jumlah yang harus diadakan untuk tahun anggaran yang akan
datang
23
stok pada periode yang masih berjalan dari berbagai sumber anggaran. Kegiatan
a. Menetapkan perkiraan stok akhir periode yang akan datang. Stok akhir
datang. Perkiraan kebutuhan pengadaan obat tahun yang akan datang dapat
a=b+c+d–e–f
Keterangan :
a = Perkiraan kebutuhan pengadaan obat tahun yang akan datang
b = Kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan untuk sisa periode berjalan
(sesuai tahun anggaran yang bersangkutan)
c = Kebutuhan obat untuk tahun yang akan datang
d = Perkiraan stok akhir tahun (waktu tunggu dan stok pengaman)
e = Stok awal periode berjalan atau sisa stok per 31 Desember tahun
sebelumnya di unit pengelola obat
f = Rencana penerimaan obat pada periode berjalan (Januari s/d Desember )
melakukan kegiatan :
sumber anggaran
24
2. Menghitung persentase belanja untuk masing-masing obat terhadap
jumlah dana yang tersedia maka informasi yang didapat adalah jumlah rencana
pengadaan, skala prioritas masing-masing jenis obat dan jumlah kemasan, untuk
a. Analisa ABC
banyak ditemukan adalah tingkat konsumsi pertahun hanya diwakili oleh relatif
obat keseluruhan.
25
Kelompok C : Adalah kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana
obat keseluruhan.
berikut :
terkecil
b. Analisa VEN
Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi penggunaan dana obat yang
tiap jenis obat pada kesehatan. Semua jenis obat yang tercantum dalam daftar obat
Kelompok V : Adalah kelompok obat yang vital. Obat yang termasuk dalam
26
Kelompok E : Adalah kelompok obat yang bekerja kausal, yaitu obat yang
diusahakan tidak terjadi kekosongan obat. Untuk menyusun daftar VEN perlu
Klinis
Konsumsi
Target kondisi
Biaya
27
Setiap pendekatan ini memilki keunggulan dan kelemahan. Keunggulan
pendekatan konsumsi adalah catatan nyata tentang jumlah obat dan jenis yang
2. Pengadaan Obat
menyusun petunjuk lebih lanjut penyerahan obat secara langsung dari Instalasi
a. Permintaan rutin
28
b. Permintaan khusus
d. Sisa stok
kebutuhan untuk periode yang akan datang sama dengan pemakaian pada
periode sebelumnya.
3. Penerimaan
Penerimaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai adalah suatu
sesuai dengan permintaan yang telah diajukan. Tujuannya adalah agar sediaan
mutu.
Penerimaan obat harus dilaksanakan oleh Apoteker yang diberi kuasa oleh
Kesehatan Kota/Kabupaten.
yang diserahkan, mencakup nama, jumlah, jenis dan bentuk sediaan obat yang
29
sesuai dengan isi dokumen (LPLPO) dan ditandatangani oleh petugas penerima
Setiap penambahan obat dicatat dan dibukukan pada buku penerimaan dan kartu
stok.
4. Penyimpanan
Penyimpanan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai adalah suatu
kegiatan pengaturan terhadap sediaan farmasi yang diterima agar aman (tidak
hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin,
perundang-undangan
Alfabetis
30
Kelas terapi / farmakologi
Bentuk sediaan
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2015, lemari khusus tersebut harus
2. Tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 (dua) buah kunci yang berbeda;
3. Harus diletakkan dalam ruang khusus di sudut gudang, untuk Instalasi Farmasi
Pemerintah;
yang ditunjuk dan pegawai lain yang dikuasakan. Di Puskesmas, kunci lemari
Sediaan obat cair (seperti sirup), dipisahkan dari sediaan padat. Vaksin dan
supositoria disimpan dalam kulkas. Lisol dan desinfektan diletakkan terpisah dari
obat lainnya. Untuk obat-obat yang telah rusak dan telah melewati tanggal
persyaratan yaitu :
a. Luas minimal 3x4 m ² dan atau sesuai dengan jumlah obat yang disimpan.
31
d. Memiliki cahaya yang cukup, namun jendela harus mempunyai pelindung
a. Rak
b. Palet
c. Troli
d. Lemari khusus
Untuk menjaga mutu obat maka perlu diperhatikan kondisi penyimpanan yaitu:
a. Kelembaban
b.Sinar matahari
c. Temperatur
32
d.Kerusakan fisik
e. Kontaminasi
f. Pengotoran
5. Pendistribusian
kegiatan pengeluaran dan penyerahan sediaan farmasi dan bahan medis habis
pakai secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub unit/satelit
kebutuhan Sediaan Farmasi sub unit pelayanan kesehatan yang ada di wilayah
kerja Puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah dan waktu yang tepat. Sub-sub unit
di Puskesmas dan jaringannya antara lain sub unit pelayanan kesehatan di dalam
sub unit pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja puskesmas dengan jenis,
obat sesuai kebutuhan di Apotek. Kemudian dicatat nama dan jumlah obat yang
6. Pengendalian
Pengendalian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu
strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan
33
Tujuannya adalah agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat di unit
1. Pengendalian persediaan
2. Pengendalian penggunaan
7. Pemusnahan
Pemusnahan sediaan farmasi, dan bahan medis habis pakai yang tidak
dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pakai bila:
2. telah kadaluwarsa
Tahapan pemusnahan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai terdiri dari:
1. membuat daftar Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang akan
dimusnahkan
terkait
34
5. melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta
oleh pengelolaan obat di Kabupaten/Kota dalam hal ini adalah gudang farmasi.
35
3) Pencatatan Obat di Sub Unit Puskesmas
4) Pelaporan
pelaporan obat.
dan Lembar Permintaan obat (LPLPO). Sub unit puskesmas membuat laporan
Permintaan Obat (LPLPO) sub unit puskesmas kepada puskesmas induk setiap
dari sub unit puskesmas adalah pemakaian dan penerimaan obat hasil kegiatan
36
2. Tingkat Puskesmas
3. Tingkat Kota/Kabupaten
dinamakan laporan bulanan yang dibuat oleh gudang farmasi. Pelaporan bulanan
yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan obat dan
bahan medis habis pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
Puskesmas.
37
Kegiatan pelayanan farmasi klinik di Puskesmas meliputi:
persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap
3. Tanggal resep.
2. Duplikasi pengobatan.
4. Kontra indikasi.
5. Efek adiktif.
38
memberikan label/etiket, menyerahan sediaan farmasi dengan informasi yang
memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada dokter, apoteker,
memadai).
3. Membuat buletin, leaflet, label obat, poster, majalah dinding dan lain-lain.
39
4. Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap,
serta masyarakat.
tenaga kesehatan lainnya terkait dengan obat dan bahan medis habis pakai.
Kefarmasian.
2) Tempat.
3) Tenaga.
4) Perlengkapan.
3. Konseling
pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat pasien rawat jalan dan rawat inap,
benar mengenai obat kepada pasien/keluarga pasien antara lain tujuan pengobatan,
jadwal pengobatan, cara dan lama penggunaan obat, efek samping, tanda-tanda
Kegiatan:
40
misalnya apa yang dikatakan dokter mengenai obat, bagaimana cara
pemakaian, apa efek yang diharapkan dari obat tersebut, dan lain-lain.
1. Kriteria pasien:
c. Pasien dengan obat yang berindeks terapetik sempit dan poli farmasi.
d. Pasien geriatrik.
e. Pasien pediatrik.
a. Ruangan khusus.
41
4. Ronde/Visite Pasien
secara mandiri atau bersama tim profesi kesehatan lainnya terdiri dari dokter,
obat.
terapi pasien.
kunjungan.
pemberian obat.
pengobatan pasien.
42
4. Mengkaji terapi obat lama dan baru untuk memperkirakan masalah
obat yang dihentikan, obat baru, perubahan dosis dan lain- lain.
43
itu, perlu juga dilakukan pelayanan kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care)
merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan
pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi
fungsi fisiologis.
1. Menemukan efek samping obat sedini mungkin terutama yang berat, tidak
2. Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping obat yang sudah sangat
Kegiatan:
44
6. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Tujuan:
Kriteria pasien:
3. Adanya multidiagnosis.
merugikan.
Kegiatan:
6. Melakukan evaluasi.
7. Memberikan rekomendasi
45
7. Evaluasi Penggunaan Obat
Tujuan:
46
BAB III
Payakumbuh yang terdiri dari 22 kelurahan dengan luas wilayah kurang lebih
mencapai 45.000 jiwa pada tahun 2008. Cepatnya laju pertumbuhan penduduk
dari tahun ke tahun maka didirikan Puskesmas baru yang terletak di Kelurahan
47
2. Fungsi Puskesmas
lingkup Kecamatan.
tingkat pertama.
3.3.1. Visi
3.3.2. Misi
(PHBS)
3.3.3. Motto
O = Objektif
K = Kreatif
E = Edukatif
48
3.4. Sarana Dan Prasarana Puskesmas Payolansek
meningkatkan kualitas.
2. Papan nama “Ruang Farmasi” yang dapat terlihat jelas oleh pasien.
5. Tersedia tempat alat dan untuk mendisplasi informasi obat bebas dalam
49
10. Tersedia kartu stok untuk masing-masing jenis obat, buku-buku dan
07.30 WIB sampai pukul 14.30 WIB, pada hari Jumat 07.30 sampai pukul 12.00,
Sabtu pukul 07.30 sampai pukul 13.00 WIB dan bagian IGD, pelayanan
sebagai berikut:
dari dokter sesuai dengan keluhannya. Ada beberapa bagian dari Puskesmas
Payolansek yaitu bagian IGD, Poli Umum, Imunisasi, Poli KIA/KB, Poli Gigi,
IPWL/Klinik VCT. Setelah keluhan pasien dicatat dan rekam medik, datanya
disusun berdasarkan nomor antrian dan siap mendapat pelayanan dari dokter.
3. Kemudian setelah didiagnosa oleh dokter atau bidan dan mendapatkan resep,
pasien membawa resep tersebut kebagian apotek. Jika untuk pasien yang ingin
50
4. Dari apotek, resep diletakkan pada tempat yang sudah disiapkan oleh bagian
apotek dan mengambil nomor antrian. Resep yang ada diambil dan petugas
(AA) serta di cek kembali oleh apoteker untuk memastikan kesinkronan obat
dengan dosis yang diberikan, setelah itu obat diberikan kepada pasien disertai
yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan obat dan
bahan medis habis pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
Puskesmas.
51
1. Pelayanan resep
diterima oleh pasien dengan benar, selamat dan disertai informasi yang
ini harus melalui proses pengkajian resep, peracikan obat yang tepat,
kelengkapan resep, identitas pasien, nama obat, dosis dan aturan pakai.
Tujuan :
52
c. Menunjang penggunaan obat rasional.
Kegiatan PIO dapat bersifat pasif seperti pembuatan leaflet PIO maupun
Tujuan:
dihindari atau tidak diperlukan dalam terapi. Hasil monitoring dapat sebagai
obat.
atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada
fungsi fisiologis.
Tujuan :
53
a. Menemukan efek samping obat sedini mungkin terutama yang berat, tidak
b. Menentukan frekuensi dan insiden efek samping obat yang sangat dikenal
samping obat yang dilaporkan oleh pasien. Selain itu petugas pelayanan
4. Konseling
4.1.1. Perencananaan
Perencanaan adalah proses kegiatan seleksi obat dan bahan medis habis
pakai untuk menentukan jenis dan jumlah obat dalam rangka pemenuhan
a. Perkiraan jenis dan jumlah obat dan bahan medis habis pakai yang
mendekati kebutuhan;
berdasarkan metode konsumsi yaitu sesuai kebutuhan tahun lalu dengan ditambah
perkiraan penaikan/penurunan jumlah kunjuang. Jenis obat dan bahan medis habis
54
pakai ditentukan sesuai dengan Daftara Obat Essensial Nasional dan Formularium
Nasional.
4.1.2. Permintaan
Tujuan permintaan obat dan bahan medis habis pakai adalah memenuhi
kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai di Puskesmas Payolansek, sesuai
Permintaan obat dan bahan medis habis pakai dilakukan setiap bulan
sesuai jadwal dari Gudang Farmasi Kota Payakumbuh. Apabila diperlukan dalam
tambahan.
4.1.3. Penerimaan
Penerimaan obat dan bahan medis habis pakai adalah suatu kegiatan dalam
menerima obat dan bahan medis habis pakai dari Gudang Farmasi Kota
Tujuannya adalah agar obat yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
55
4.1.4. Penyimpanan
Penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai merupakan suatu kegiatan
pengaturan terhadap obat yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari
kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai dengan
dilakukan di gudang Puskesmas. Penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai
bentuk sediaan, alphabet, First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out
Tahun 2015 tentang penyimpanan narkotikan dan psikotropika. Obat rusak dan
4.1.5. Pendistribusian
pengeluaran dan penyerahan obat dan bahan medis habis pakai secara merata dan
teratur untuk memenuhi kebutuhan sub unit farmasi Puskesmas dan jaringannya.
kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Payolansek dengan jenis, mutu,
floor stock sesuai permintaan dan pemakaian sub unit yang dilaporkan kepada
56
farmasi dilakukan oleh gudang farmasi Puskesmas Payolansek Payakumbuh ke
IGD, pustu-pustu ( Koto nan 4, Gulakan balai kondi, Koto tangah, Kubu gadang),
apotek dan unit-unit (Labolatorium, Gigi, KB, KIA, Gizi), Poskeskel (Talang,
4.1.6. Pemusnahan
kadaluarsanya dan obat-obat rusak. obat-obat ini dipisahkan dan dicatat (nama
sediaan, bentuk, jumlah, tanggal kaladuarsa, alasan obat rusak). Dokumen obat-
obatan ini diserahkan ke IFK untuk dimusnahkan sesuai dengan peraturan yang
telah ditetapkan.
4.1.7. Pengendalian
Pengendalian obat dan bahan medis habis pakai adalah suatu kegiatan
untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan
Penilaian persediaan dan evaluasi pengelolaan obat dan bahan medis habis
57
a. Menilai persediaan obat da44n bahan medis habis pakai untuk menekan
dengan formularium .
pelayanan.
pengelolaan.
1. Bukti bahwa pengelolaan sedian farmasi dan bahan medis habis pakai telah
dilkukan.
sesuai dengan fornas . Laporan ini dibuat tiap bulan dan diserahkan ke
IFK.
58
3. Laporan pemakaian 10 penyakit terbanyak
Pemakaian obat terbanyak ini dapat dilihat setelah laporan LPLPO sudah
selesai dibuat. Laporan ini dibuat tiap bulan dan diserahkan ke IFK.
Untuk melihat ketersediaan obat dan vaksin yang wajib ada dipuskesmas.
puskesmas.
Laporan ini dibuat tiap bulan dan diserahkan ke Dinas Kesehatan Kota
Payakumbuh.
apotik, pustu, IGD, dan unit. Laporan ini dibuat tiap bulan dan diserahkan
ke IFK.
9. Laporan e- Logistik
1. Berdasarkan alfabetis
obat. Kelemahannya dapat terjadi kesalahan pengambilan obat yang fatal, jadi
perlu perhatian untuk penyimpanan obat yang nama dan rupa ucapannya mirip
59
atau biasa disebut dengan LASA (Look Alike Sound Alike). Obat LASA adalah
obat yang nampak mirip dalam bentuk, tulisan, warna dan pengucapan. Tujuannya
pemberian obat kepada pasien. Untuk obat LASA perlu diberi logo “LASA” dan
2. Berdasarkan farmakologi
stiker warna yang berbeda untuk tiap kelompok efek farmakologinya. Kelemahan
yang cepat, terutama jika petugasnya baru dan belum mengenal dengan baik
3. FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out)
lebih cepat makan dikeluarkan lebih dulu. FIFO merupakan penyimpanan obat
Seperti sediaan cair, bahan medis habis pakai, tablet, diletakkan terpisah
60
BAB IV
PEMBAHASAN
yang diperoleh dengan realisasi di dunia kerja dan dapat mengetahui kendala-
kendala yang mungkin dihadapi setelah terjun ke lapangan nanti. Apoteker tidak
terkait manajerial puskesmas terutama dalam hal pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai. Manajerial apotek di puskesmas juga
meliputi semua akitivitas apotek, staf, serta pelayanan resep pasien. Dalam
penggunaan obat sebagai upaya mencapai hasil terapi yang diinginkan untuk
yang terletak di Jl. Flamboyan, Kel. Payolansek, Kec. Payakumbuh Barat, Kota
Payakumbuh, Sumatera Barat. Dilihat dari segi lokasi, dapat dikatakan bahwa
perumahan warga dan jauh dengan sekolah serta tidak begitu dekat jalan raya,
dimana jalur lalu lintas jauh dari kendaraan umum maupun pribadi tetapi cukup
61
Puskesmas Payolansek sekarang dipimpin oleh Rina F, SKM dengan
wilayah kerja saat ini adalah kelurahan Talang dan Pakan Sinayan.
terdiri dari 1 (satu) orang tenaga Apoteker yaitu Nella Vista Sari, S.Farm, Apt,
dan 2 (dua) orang tenaga teknis kefarmasian lain. Tenaga kesehatan lain yang
Puskesmas.
kefarmasian di ruang obat dan gudang obat. Penanggung jawab ruang obat dan
gudang obat adalah Apoteker. Apoteker di bantu oleh tenaga kesehatan lain dalam
perbekalan farmasi, bahas medis habis pakai dan pelayanan kefarmasi klinik,juga
tugas Apoteker baik dari menerima resep hingga menyerahkan obat kepada
dilakukan dengan baik. Selain itu, sarana dan prasarana yang ada di Payolansek
Kegiatan yang dilakukan diluar Puskesmas yaitu adanya Home Care yang
dilakukan sekali sebulan, Obat Cacing yang dilaksanakan pada Posyandu, TK,
Paud, SD, dan Vitamin A yang dilaksanakan pada bagian Gizi dan turun langsung
62
dilaksanakan dalam promosi kesehatan dalam pemberdayaan kesehatan yang
dilakukan sekali setahun dan terakhir dilaksanakan pada nulan juni 2018, UKS
dan SBH dilaksanakan dalam tiga kali setahun pada SBH memberikan materi dan
mengikutkan bagian Gizi, KIA,Farmasi, Kesling dan Promkes contoh materi yang
penanggung jawab, dan pada puskesmas pada bagian program kerja UKMyang
tempat penerimaan resep serta penyerahan obat dilakukan pada tempat yang yang
berbeda, sehingga alur penerimaan resep serta penyerahan obat dapat berjalan
meracik obat, hanya saja penggunaannya kurang tepat karena masih ada barang
selain peralatan meracik obat, tapi walaupun begitu, tempat peracikan cukup
efektif dan efisien. Puskesmas Payolansek juga mempunyai ruang konseling obat,
sehingga pasien bisa mendapatkan pelayanan informasi obat dan konseling oleh
apoteker.
baik. Obat – obat yang akan digunakan disusun didalam kotak obat yang telah
yang telah disediakan. Untuk obat Psikotropika dan OTT (Obat-obat tertentu)
disimpan dalam lemari khusus yang cukup kokoh, dimana lemari tersebut terdiri
dari dua lapis pintu. Setiap pintu masing-masing memiliki kuci yang berbeda.
63
Begitu juga dengan obat sediaan cair. Penyusunan obat-obat di apotek Puskesmas
rak-rak yang tidak bersentuhan langsung dengan lantai. Selain itu, obat-obat juga
disimpan didalam kulkas untuk tidak tahan terhadap panas. Di gudang terdapat
alat pengatur suhu sehingga bisa mengontrol kestabilan obat selama penyimpanan.
a. Perencanaan
bulan sekali oleh pengelola gudang farmasi dan bahan medis habis pakai.
metode konsumsi yaitu sesuai kebutuhan tahun lalu dengan ditambah perkiraan
penaikan/penurunan jumlah kunjungan . Jenis obat dan bahan medis habis pakai
dapat dilihat dari buku laporan pemakaian obat harian. LPLPO terdiri dari jumlah
64
obat yang tersedia, jumlah obat yang keluar, sisa obat yang tersedia dan jumlah
diajukan ke IFK dan mengajukan Rencana Distribusi Obat (RDO) pada tanggal
25 keatas agar obat cepat dipesan dan datang kepuskesmas untuk menghindari
kekosongan obat dan IFK bisa lebih cepat mempersiapkan obat untuk bulan
berikutnya.
daerah. Permintaan obat dan bahan medis habis pakai dilakukan setiap bulan
sesuai jadwal dari Gudang Farmasi Kota Payakumbuh. Apabila diperlukan dalam
tambahan.
LPLPO setiap bulannya dan RDO langsung ke IFK Payakumbuh dan selanjutnya
untuk penyediaan obat, BMHP, Alkes, Vaksin tersedia atau tidaknya IFK yang
mengurus. Permintaan obat dan alat kesehatan dan BMHP dari Puskesmas
LPLPO jika saat stock sudah habis pada IFK. Permintaan dari Puskesmas
stok. Keberadaan obat disesuaikan dengan kondisi gudang. Jika ada obat yang
65
tidak terpenuhi di gudang farmasi, berlaku SBBK yang akan diajukan ke Dinas
Puskesmas Payolansek jika obat kosong tidak tersedia di IFK ini berlaku
c. Penerimaan
Penerimaan obat dan bahan medis habis pakai adalah suatu kegiatan dalam
menerima obat dan bahan medis habis pakai dari Gudang Farmasi Kota
agar obat yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang
Dalam penerimaan obat dan bahan medis habis pakai dari IFK dengan
menyesuaikan berita acara serah terima obat dengan rencana distri obat yang telah
dibuat dan akan ditanda tangani oleh orang penanggung jawab pengelola gudang
d. Penyimpanan
Payolansek dilakukan dengan sistem Alfabetis, FIFO dan FEFO, farmakologi dan
bentuk sediaan.
obat. Kelemahannya dapat terjadi kesalahan pengambilan obat yang fatal, jadi
perlu perhatian untuk penyimpanan obat yang nama dan rupa ucapannya mirip
66
atau biasa disebut dengan LASA (Look Alike Sound Alike). Obat LASA adalah
obat yang nampak mirip dalam bentuk , tulisan , warna dan pengucapan.
dan pemberian obat kepada pasien. Untuk obat LASA perlu diberi logo “LASA”
stiker warna yang berbeda untuk tiap kelompok efek farmakologinya. Kelemahan
yang cepat, terutama jika petugasnya baru dan belum mengenal dengan baik
lebih cepat makan dikeluarkan lebih dulu. FIFO merupakan penyimpanan obat
yang terakhir masuk dikeluarkan terlebih dahulu. Penggunaan system FIFO dan
FEFO ini bertujuan untuk menghindari adanya obat yang mengalami expired date
dan terbuang sia-sia sebelum diserahkan kepada pasien. Selain itu obat juga
disusun berdasarkan bentuk sediaan, seperti sediaan cair, bahan medis habis pakai,
rak, hal ini membuat obat tidak bersentuhan langsung dengan lantai maupun
kulkas. Selain itu dalam penyimpanannya juga dilengkapi dengan alat pengontrol
67
suhu, sehingga suhu penyimpanan dapat dapat terkontrol sesuai dengan kestabilan
Gudang Puskesmas Payolansek tidak memiliki alat pemadam kebakaran dan kunci
pengaman yang terpisah dari yang lain untuk memproteksi gudang bila terjadi hal
e. Pendistribusian
pelayanan kesehatan seperti : Apotek, IGD, Ruang Gigi, KIA, Gizi, P3K, Pustu
(Koto nan 4, Gulakan balai kandi, Koto tangah, Kubu gadang) dan Poskeskel
f. Pengendalian
g. Pelaporan
Plus (SP2TP Plus) yang dilaporkan setiap bulannya ke Dinas Kesehatan Kota
Pelaporan obat narkotik dan obat psikotropik dilaporkan setiap satu bulan
sekali dan untuk mengetahui pemakaian obat perbulan dapat dilihat dari dari buku
68
psikotropik dilakukan setiap hari. Format pencatatannya sama seperti obat
7. Laporan POSR
9. Laporan Yanfar
mendekati kadarluarsa maka obat itu dilaporkan ke dokter agar obat digunakan ,
melaporkan bukti fisik serah terima obatnya ke gudang farmasi dan dikumpul
69
dalam satu tahun dan puskesmas melaporkan ke dkk dan ifk untuk jadwal
pemusnahan adanya surat pemusnahan yang akan dikabari dari ifk dan disaksikan
Laporan dibuat dua rangkap yang terdiri dari lembar satu dikirim ke Dinas
puskesmas.
1. Pelayanan Pasien
2. Penerimaan Resep
Ketika menerima resep dari Dokter maka pasien akan menyerahkan resep
obat, jika obat itu tidak tersedia, maka apoteker akan berkonsultasi kepada dokter
untuk mengganti obat yang indikasi dan zat khasiat yang sama dalam resep
tersebut.
a. Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter (dokter gigi atau dokter umum).
c. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep, Nama setiap obat atau
70
d. Aturan pemakaian obat yang tertulis (signatura)
e. Tanda tangan atau parah dokter penulis resep, sesuai dengan perundang-
f. Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang
Waktu penggunaan obat (misal : 3x sehari obat tersebut digunakan setiap 8 jam
sekali, atau 1 jam sebelum dan sesudah makan, ataupun hanya digunakan pagi /
malam saja). Untuk obat jamur sebaiknya dikonsumsi saat makan sebab pada
dipuskesmas.
Lama penggunaan obat (misal : sirup antibiotik yang telah diberair harus
dikunyah terlebih dahulu setengah jam sebelum makan, untuk sediaan kriim
atau salep digunkan untuk pemakaian luar misal dioleskan pada bagian yang
sakit dan terlebih dahulu di bersihkan dan di lap sampai kering lalu oleskan
71
BAB V
5.1. Kesimpulan
medis habis pakai, pelayanan resep berupa peracikan obat, penyerahan obat,
72
5.2. Saran
untuk memanggil pasien dan Gudang Obat perlu adanya pada kartu
stock nomor batch dan tanggal expired agar lebih mudah dalam
73
DAFTAR PUSTAKA
74
Lampiran 1. Struktur Organisasi di Apotek Puskesmas Payolansek
Kepala Puskesmas
Rina F, SKM
Apoteker
Nella Vista Sari, S.Farm, Apt
75
Lampiran 2. Denah Ruangan Apotek Puskesmas Payolansek dan Gudang
farmasi
MEJA ALAT
PENYE-
RAHAN
OBAT
RAK BLANGKO
LEMARI DATA
LEMARI OBAT
LEMARI
OBAT
LEMARI
RAK OBAT
OBAT
RAK LEMARI OBAT
OBAT
RAK
DATA WASHTAFEL
OBAT
A
76
Lampiran 3. Ruang Tunggu Pasien
77
Lampiran 4. Alur Pelayanan Apotek
78
Lampiran 5. Meja Penyiapan dan Peracikan Obat
79
Lampiran 6. Lemari Khusus Narkotika dan Psikotropika
80
Lampiran 7. Rak Penyimpanan Obat
81
Lampiran 8. Kartu Stok Obat
82
Lampiran 9. Etiket
83
Lampiran 10. 10 Pemakaian Obat Terbanyak dan 10 Penyakit Terbanyak.
84
Lampiran 11. Laporan Pemakaian dan Permintaan Obat
85
Lampiran 12. Berita Acara Serah Terima Obat
86
Lampiran 13. Kegiatan Pengeluaran Obat dari IFK
87
Lampiran 14. Berita Acara Serah Terima Obat Kadaluarsa
88
Lampiran 15. Kegiatan diluar puskesmas
89
Lampiran 16. Gudang Farmasi dan BMHP
Gambar 19. Jendela memiliki trali dan dilengkapi dengan digital printing
90
Lampiran 17. Lanjutan
91