Anda di halaman 1dari 50

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Seseorang mahasiswa pastinya membutuhkan konsentrasi dalam menuntut ilmu.

Pada proses belajar, dengan adanya konsentrasi akan lebih cepat untuk memahami

pelajaran. Selain saat perkuliahaan, konsentrasi diperlukan untuk mengerjakan

tugas, maupun aktivitas di luar perkuliahan. Konsentrasi merupakan pemusatan

pikiran terhadap suatu hal dengan menyampingkan semua hal lainnya yang tidak

berhubungan (1). Kemampuan konsentrasi yang baik membantu seseorang untuk

mengabaikan gangguan, serta menghemat waktu dan energi dalam mengerjakan

tugas (2). Secara umum yang dimaksud dengan konsentrasi adalah kemampuan

seseorang untuk dapat mencurahkan perhatian dalam waktu yang relatif lama.

Mahasiswa dikatakan konsentrasi pada pelajaran jika mahasiswa dapat

memusatkan perhatian pada apa yang dipelajari. Mahasiswa yang sulit

berkonsentrasi memiliki ciri - ciri: mahasiswa sering bosan terhadap suatu

pekerjaan atau kegiatan, mahasiswa tampak tidak bisa duduk lama di kursi, tidak

dapat tenang menerima pelajaran, tidak mendengarkan ketika diajak berbicara,

sering melamun, mudah mengalihkan perhatian, gagal menyelesaikan tugas,

memainkan jari-jari tangan dan kaki ketika duduk, sering mengobrol dan

mengganggu teman (3).

Terdapat banyak tes untuk mengukur daya konsentrasi, salah satunya adalah

Trail Making Test. Trail Making Test dapat digunakan untuk mengukur daya

1
konsentrasi dengan cara menghubungkan angka – angka dari yang terkecil menuju

terbesar. Hasil dari Trail Making Test adalah jika seseorang dapat menyelesaikan

dalam waktu <29 detik termasuk daya konsentrasi yang normal. Jika seseorang

dapat menyelesaikan Trail Making Test dalam rentan waktu 29 detik – 78 detik

termasuk daya konsentrasi yang menurun. Jika seseorang menyelesaikan Trail

Making Test >78 detik termasuk kerusakan daya konsentrasi (4). Beberapa

penelitian menggunakan Trail Making Test sebagai tes terhadap daya konsentrasi

(4–6).

Banyak hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan konsentrasi, seperti

istirahat yang cukup, olahraga secara teratur, sarapan pagi, ataupun mengonsumsi

minuman yang mengandung kafein. Kafein merupakan salah satu zat aktif yang

bekerja pada sistem saraf pusat. Kafein dapat membantu meningkatkan kemampuan

kognitif, termasuk daya konsentrasi (7). Banyak minuman yang mengandung

kafein, seperti kopi, teh, dan coklat. Kopi salah satu minuman yang disukai oleh

masyarakat di seluruh dunia, karena dipercaya dapat meningkatkan daya

konsentrasi. Jenis kopi yang sering di konsumsi adalah Robusta dan Arabika (8).

Dalam secangkir kopi Arabika mengandung kafein sebesar 1,2% atau sebesar 80-

125 mg (9). Selain kafein, dalam kopi juga terkandung zat psikoaktif lainnya, yaitu

teofilin dan teobromin, walaupun kadarnya hanya sedikit (10).

Selain kopi, salah satu makanan yang mengandung kafein yaitu dark

chocolate. Penelitian yang dilakukan oleh Wijaya membuktikan bahwa dark

chocolate dapat meningkatkan konsentrasi pada laki – laki dewasa muda. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rerata hasil post test adalah sebesar 16,26

(SD=3,86) lebih cepat secara bermakna daripada rerata pre test sebesar 20,94

2
(SD=4,05) dengan nilai p=0.000 (11). Katarina melakukan penelitian menggunakan

teh putih terhadap daya konsentrasi pada pria dewasa muda. Hasil penelitian yang

didapat adalah rata-rata waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan Labyrinth Test

lebih cepat 2.7133 detik dengan perbedaan yang signifikan (p < 0.01) dan pada

Johnson Pascal Test lebih cepat 19.533 detik dengan perbedaan yang signifikan (p

< 0.01) setelah meminum teh putih dibandingkan dengan sebelum meminum teh

putih (12). Seperti halnya yang sudah dijelaskan di atas, selain kopi Arabika, kopi

Robusta salah satu jenis kopi yang banyak dikonsumsi. Penelitian terhadap kopi

Robusta yang dapat meningkatkan daya konsentrasi dilakukan oleh Lazarus pada

wanita dewasa. Hasil menunjukkan perbedaan yang bermakna pada perbandingan

rerata tes Jhonson Pascal dan Addition Sheet Test sebelum dan sesudah meminum

teh hijau (p=0,000) dan kopi Robusta (p=0,000) (13). Alharbi melakukan penelitian

tentang kopi arabika yang dapat mempengaruhi konsentrasi menggunakan tes Trail

Making Test B. Hasil dari penelitiannya adalah, terdapat pengaruh konsentrasi

setelah mengonsumsi kopi arabika dengan nilai (F2,297 = 6.537, P = 0.0001, P <

0.05) (5).

Sepanjang tahun 2012 hingga 2015, berdasarkan data yang dirilis oleh

International Coffee Organization (ICO) menunjukkan konsumsi kopi dunia

menjadi tren saat ini. Indonesia sendiri masuk dalam 5 negara konsumen kopi

terbesar (14). Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia mencatat bahwa

seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk Indonesia, jumlah konsumsi kopi

meningkat dari 0,94 kg/kapita pada tahun 2012 menjadi 1,00 kg/kapita pada tahun

2013 (15). Survei Sosial Ekonomi Nasional pada tahun 2013 mencatat bahwa

pertambahan rata-rata konsumsi kopi Indonesia per kapita per tahun mencapai

3
5,42% dalam kurun waktu 2009-2013. Sebelumnya Survei Sosial Ekonomi

Nasional pada tahun 2009 mencatat rata-rata konsumsi kopi Indonesia per kapita

per tahun 4,95% dalam kurun waktu 2002-2009 (16). Hasil riset Kementerian

Kesehatan menunjukkan bahwa perilaku konsumsi kopi > 1 kali per hari di

Indonesia tahun 2013 mencapai 31,5%, sedangkan pada tahun 2012 mencapai

29,3% (17).

Meskipun jumlah konsumsi kopi bervariasi pada tiap ras, kelompok umur,

dan jenis kelamin, umur remaja hingga dewasa muda mengonsumsi kopi lebih

sering dibanding kelompok umur lainnya (18). Berdasarkan beberapa penelitian

tentang konsumsi kopi, laki – laki adalah jenis kelamin yang sering mengonsumsi

kopi (19,20). Sementara itu, 30% kelompok umur remaja hingga dewasa muda (19-

24 tahun) tercatat sebagai pelajar dan mahasiswa, yaitu sebanyak 6.906.057 orang

(21). Beberapa alasan terbanyak mahasiswa mengonsumsi kopi sambil belajar

diantaranya meningkatkan konsentrasi, menjaga mood, mencegah kantuk, dan

menyukai rasanya (18).

Provinsi Aceh adalah salah satu penghasil kopi arabika terbesar kedua di

Indonesia setelah Provinsi Sumatera Utara dengan rata-rata produksi sebesar

44.540 ton per tahun pada tahun 2014. Kabupaten yang menjadi sentra produksi

kopi arabika tertinggi di Provinsi Aceh adalah Kabupaten Gayo. Tercatat pada

tahun 2014, 62,8% kopi arabika di Provinsi Aceh dihasilkan oleh Kabupaten Gayo

(22). Kopi arabika Aceh Gayo memiliki tasting notes yang khas, seperti bebungaan

(floral notes) seperti teh hitam atau juga rempah-rempahan (spicy notes) seperti

ginger, clove hingga lemongrass (23). Kopi arabika Aceh Gayo memiliki

kandungan kafein sebesar 0.194 – 0.328% atau sebesar 20 mg. Nilai ini lebih rendah

4
dari kandungan kafein biji kopi arabika lainnya yang rata – rata mengandung kafein

sebesar 0,5% – 1,2% (24).

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti merasa tertarik untuk meneliti

perbedaan daya konsentrasi sebelum dengan sesudah mengonsumsi kopi untuk

memperkuat teori – teori yang ada sebelumnya dan menggunakan kopi arabika

Aceh Gayo.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada perbedaan daya konsentrasi sebelum dengan sesudah mengonsumsi

kopi arabika Aceh Gayo ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui perbedaan daya konsentrasi sebelum dengan sesudah mengonsumsi

kopi arabika Aceh Gayo.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui daya konsentrasi sebelum mengonsumsi kopi arabika Aceh Gayo.

2. Mengetahui daya konsentrasi setelah mengonsumsi kopi arabika Aceh Gayo.

3. Menganalisis perbedaan daya konsentrasi sebelum dengan sesudah

mengonsumsi kopi arabika Aceh Gayo.

5
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Menambah wawasan dan pengetahuan tentang perbedaan daya konsentrasi antara

sebelum dengan sesudah mengonsumsi kopi arabika Aceh Gayo.

1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1 Bagi Peneliti

1. Menambah pengalaman dan menjadi wadah dalam menerapkan disiplin ilmu

yang sudah dipelajari di Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Widya

Mandala Surabaya.

2. Menambah pemahaman mengenai perbedaan daya konsentrasi sebelum dengan

sesudah mengonsumsi kopi arabika Aceh Gayo.

1.4.2.2 Bagi Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Widya Mandala

Surabaya

1. Mengetahui perbedaan daya konsentrasi sebelum dengan sesudah

mengonsumsi kopi arabika Aceh Gayo.

2. Mengetahui manfaat mengonsumsi kopi arabika Aceh Gayo.

1.4.2.3 Bagi Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya.

Menunjang keilmuan kedokteran keluarga yang menjadi unggulan Fakultas

Kedokteran Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya dalam hal menganalisis

perbedaan daya konsentrasi antara sebelum dengan sesudah mengonsumsi kopi

arabika Aceh Gayo.

6
1.4.2.4 Bagi Masyarakat

Mengetahui manfaat mengonsumsi kopi arabika Aceh Gayo.

7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teoritik

2.1.1 Kognitif

Kognisi adalah istilah yang mengarah kepada suatu proses mental yang terlibat

dalam pencapaian terhadap pengetahuan dan pemahaman. Proses-proses

tersebut antara lain adalah berfikir, mengetahui, mengingat pengambilan

keputusan dan proses pemecahan masalah serta dengan fungsi tingkat yang

lebih tinggi meliputi bahasa, imajinasi, persepsi dan perencaaan (25). Fungsi

kognitif merupakan kemampuan mengenal atau mengetahui mengenai benda

atau keadaan atau situasi yang dikaitkan dengan pengalaman pembelajaran dan

kapasitas intelejensi seseorang (26). Konsep kognisi (berasal dari bahasa latin

cognoscere, “untuk mengetahui” atau “untuk mengenali”) mengacu pada

kapasitas untuk memproses informasi, menerapkan pengetahuan, dan

mengubah kecendrungan (27).

Fungsi kognitif terdiri dari atensi, memori, bahasa, visuospasial, dan fungsi

eksekusi (25).

1. Atensi

Atensi adalah sebuah istilah untuk menggambarkan kemampuan fokus dalam

suatu tugas, apabila menurun, pasien akan sangat mudah kehilangan fokus.

Untuk melakukan pemeriksaan terhadap domain lain pada fungsi kognitif,

diperlukan atensi yang baik. Ketika atensinya tergganggu, maka hasil dari

8
pemeriksaan lain akan sulit untuk di tentukan. Gangguan atensi biasanya terjadi

pada pasien delirium (28).

2. Memori

Memori merupakan kemampuan individu untuk menyimpan informasi,

informasi tersebut dapat dipanggil kembali untuk dapat dipergunakan beberapa

waktu kemudian. Memori merupakan unsur inti dari perkembangan kognitif,

sebab segala bentuk belajar dari individu melibatkan memori (29). Memori pada

suatu individu dimungkinkan untuk dapat menyimpan informasi yang ia terima

sepanjang waktu, sehingga tanpa memori, individu mustahil dapat

merefleksikan pribadinya sendiri, karena pemahaman diri sangat tergantung

pada suatu kesadaran yang berkesinambungan dan terintegrasi antara semua

bagian otak, hal itu hanya dapat terlaksana dengan adanya memori (30).

3. Bahasa

Bahasa merupakan perangkat dasar komunikasi dan modalitas dasar yang

membangun kemampuan fungsi kognitif. Jika terdapat gangguan bahasa,

pemeriksaan kognitif seperti memori verbal dan fungsi eksekutif akan

mengalami kesulitan atau tidak dapat dilakukan. Fungsi bahasa meliputi 4

parameter, yaitu kelancaran, pemahaman, pengulangan, penamaan (31).

4. Visuospasial

Visuospasial adalah kemampuan untuk melihat suatu obyek atau gambar

kemudian mampu untuk membuat suatu tiruan dari obyek atau gambar tersebut.

Salah satu contoh visuospasial adalah menggambar. Menggambar jam dapat

9
digunakan untuk skrining terhadap kemampuan visuospasial yang berkaitan

dengan adanya gangguan di lobus frontal dan parietal (32).

5. Fungsi Eksekutif

Fungsi eksekutif terdiri dari berbagai macam keterampilan seperti manajemen

waktu, pengambilan keputusan, mengontrol diri, perencanaan, dan interaksi

sosial. Keterampilan-keterampilan ini di kontrol oleh bagian depan dari otak

(33).

2.1.2 Atensi

Atensi merupakan proses kognitif yang melibatkan berbagai macam aspek

psikologis dan neurologis yang berperan dalam kemampuan untuk

memperhatikan satu stimulus tertentu (spesifik) dengan mampu mengabaikan

stimulus lain yang tidak perlu atau tidak dibutuhkan baik dari internal maupun

eksternal. Atensi adalah pemusatan pikiran yang jelas dan tajam terhadap salah

satu objek (34). Atensi merupakan salah satu fungsi kognitif yang penting,

sangat berguna untuk proses berfikir dan belajar. Tanpa adanya atensi,

mempelajari sesuatu yang baru dan penting akan mengalami kesulitan (35).

10
Menurut Groover, terdapat 5 macam atensi, yaitu:

1. Atensi selektif (Selective Attention)

Atensi selektif terdapat pada situasi dimana seseorang memantau beberapa

sumber informasi sekaligus. Penerima informasi harus memilih salah satu

sumber informasi yang paling penting dan mengabaikan yang lainnya. Faktor-

faktor yang memengaruhi atensi selektif adalah harapan, stimulus, dan nilai-

nilai. Penerima informasi mengharapkan sebuah sumber tertentu menyediakan

informasi dan memberikan perhatian lebih pada sumber tersebut, memilih

stimulus yang paling memberikan efek atau terlihat dibanding yang lain, dan

memilih sumber informasi yang paling penting (36).

2. Atensi terfokus (Focused Attention)

Atensi terfokus mengacu pada situasi dimana seseorang diberikan beberapa

input namun harus fokus pada satu input saja selama selang waktu tertentu.

Penerima informasi berfokus pada satu sumber/input dan tidak terdistraksi oleh

gangguan-gangguan lain. Faktor yang berpengaruh terhadap atensi terfokus

adalah jarak dan arah, serta gangguan dari lingkungan sekitar. Penerima

informasi akan lebih mudah menerima informasi dari sumber yang berada

langsung di depannya (37).

3. Atensi terbagi (Divided Attention)

Atensi terbagi terjadi ketika penerima informasi diharuskan menerima

informasi dari berbagai sumber dan melakukan beberapa jenis pekerjaan

sekaligus (35).

11
4. Atensi yang terus menerus (Sustained Attention)

Atensi terus menerus dilakukan penerima informasi yang harus melihat sinyal

atau sumber pada jangka waktu tertentu yang cukup lama. Dalam situasi ini

sangat penting bagi penerima informasi untuk mencegah kehilangan sinyal (38).

5. Kurang Atensi (Lack of Attention)

Kurang atensi merupakan situasi dimana penerima informasi tidak

berkonsentrasi terhadap pekerjaannya. Situasi ini disebabkan oleh

kebosanan/kejenuhan dan kelelahan. Ciri-ciri pekerjaan yang dapat

menimbulkan situasi kurang perhatian adalah pekerjaan dengan siklus pendek,

sedikit membutuhkan pergerakan tubuh, lingkungan yang hangat, kurangnya

interaksi dengan pekerja lain, motivasi rendah, dan tempat kerja memiliki

pencahayaan yang buruk (35).

2.1.3 Konsentrasi

Konsentrasi adalah kemampuan otak dalam memilih suatu rangsang yang lebih

penting untuk dijadikan fokus perhatian. Cara otak dalam menentukan rangsang

terpilih dan mengabaikan rangsang yang dianggap kurang penting masih belum

diketahui dengan pasti. Melalui berbagai tes psikologis yang menjadi standar

uji dalam penelitian, diketahui bahwa otak mempunyai keterbatasan untuk

berkonsentrasi seiring dengan ditambahkannya berbagai rangsang yang

berlainan. Penelitian juga mengatakan, bahwa kemampuan konsentrasi dan

mempertahankan konsentrasi tersebut berbanding terbalik dengan kemampuan

mengabaikan rangsangan lain (39).

12
2.1.4 Kopi

Tanaman kopi (Coffea spp.) termasuk kelompok tanaman semak belukar

dengan genus Coffea. Linnaeus merupakan orang pertama yang

mendeskripsikan spesies kopi arabika (Coffea arabica) pada tahun 1753 (9).

Kini lebih dari 120 spesies kopi telah diidentifikasi namun hanya satu spesies

yaitu Coffea canephora atau kopi robusta yang dibudidayakan mendekati

kuantitas kopi arabika di seluruh dunia (40). Produksi kopi dunia 66%

merupakan jenis kopi arabika dan sisanya berasal dari kopi robusta (41).

Kopi memiliki manfaat bagi kesehatan diantaranya (42) :

1. Menurunkan risiko penyakit Alzheimer dan Demensia

2. Menurunkan risiko penyakit batu ginjal

3. Menurunkan risiko penyakit Parkinson

4. Meningkatkan kemampuan belajar

5. Meningkatkan efektivitas pengobatan analgetik

6. Antidiabetes

7. Melindungi liver

8. Cardioprotective

9. Laksatif

10. Antioksidan

11. Mencegah plak gigi

2.1.4.1 Sejarah Kopi

Sejarah kopi dimulai dari Etiopia (Afrika), sekitar abad ke-3. Seorang

penggembala kambing menemukan efek yang ditimbulkan dari biji kopi pada

13
ternak kambing mereka, yang membuat kambing tetap terjaga selama beberapa

jam. Mesipun demikian, tidak ada catatan yang dapat membuktikan kejadian

tersebut. Dari Etiopia, kopi menyebar ke negara lain di Afrika, seperti Yaman

dan Mesir (9).

2.1.4.2 Sejarah Kopi Indonesia

Saat ini, sebagian besar tanaman kopi yang dibudidayakan di Indonesia adalah

kopi robusta (90%) dan sisanya kopi arabika. Penanaman kopi di Indonesia

dimulai tahun 1696 dengan menggunakan jenis kopi arabika. Namun,

penanaman jenis kopi ini kurang berhasil. Tahun 1699 pemerintah Hindia

Belanda mendatangkan lagi kopi arabika, kemudian berkembang dengan baik

di Pulau Jawa. Kopi arabika yang dikenal sebagai kopi jawa (java coffee)

tersebut memiliki kualitas yang sangat baik dan merupakan komoditas ekspor

penting selama lebih dari 100 tahun (43).

Sejak tahun 1878 timbul penyakit karat daun pada tanaman kopi yang

disebabkan oleh jamur Hemileia vastatrix B et Br. Penyakit tersebut

mengakibatkan kerusakan dan kematian tanaman serta kerugian hasil yang

sangat besar. Berbagai cara telah dilakukan untuk mengendalikan penyakit

tersebut saat itu. Namun, sejak tahun 1900 dikembangkan kopi robusta untuk

menggantikan kopi arabika sebagai bahan tanam yang tahan terhadap penyakit

karat daun. Dengan demikian, terjadi perubahan dominasi jenis tanaman kopi

yang dibudidayakan, dari jenis kopi arabika menjadi jenis kopi robusta. Kopi

arabika yang tersisa umumnya hanya ditanam di dataran tinggi (> 1.000 mdpl).

Hal ini disebabkan oleh kurang intensifnya tingkat serangan jamur H. Vastatrix

14
pada elevasi 1.000 mdpl atau lebih. Tanaman kopi arabika masih mampu

bertahan dan berproduksi cukup baik di daerah dengan ketinggian tersebut.

Berbeda dengan kopi arabika, kopi robusta umumnya dibudidayakan di lahan

dengan elvasi 0-1.000 mdpl (44).

2.1.4.3 Jenis Kopi

Terdapat empat jenis kopi yang dikenal di dunia, yaitu kopi Arabika, kopi

Robusta, kopi Liberika, dan kopi Ekselsa.

1. Kopi Arabika

Jenis kopi arabika yang pertama kali dibudidayakan di Indonesia. Kopi ini

tumbuh sangat baik di daerah dengan ketinggian 1.000-2.100 mdpl. Semakin

tinggi lokasi perkebunan kopi arabika, cita rasa biji kopi yang dihasilkan

semakin baik. Perakaran tanaman kopi arabika lebih dalam dibanding perakaran

kopi robusta (44). Karakteristik biji kopi arabika secara umum adalah sebagai

berikut:

 Rendemen lebih kecil dari jenis kopi lain (1-20%)

 Bentuk agak memanjang

 Bidang cembung tidak terlalu tinggi

 Lebih bercahaya dibanding jenis lain

 Ujung biji mengilap tetapi apabila dikekringkan secara berlebihan akan

menjadi retak atau pecah

 Celah tengah (center cut) di bagian datar (perut) tidak lurus memanjang

ke bawah tetapi berlekuk

15
 Biji yang sudah dipanggang (roasting), celah tengah terlihat putih

Gambar 2.1 Perbedaan Biji Robusta dan Arabika (45).

2. Kopi Robusta

Kopi robusta mampu beradaptasi lebih baik dibanding kopi arabika. Areal

perkebunan kopi robusta di Indonesia relatif luas karena dapat tumbuh baik

pada daerah yang lebih rendah (43). Karakteristik fisik biji kopi robusta adalah

sebagai berikut:

 Rendemen lebih tinggi dibanding rendemen kopi arabika, yaitu sebesar

20-22%

 Biji berbentuk agak bulat

 Lengkungan biji lebih tebal dibanding jenis arabika

 Garis tengah (parit) dari atas kebawah hampir rata

3. Kopi Liberika

Kopi liberika salah satu jenis kopi yang rentan terserang wabah penyakit karat

daun. Saat ini kopi Liberika ditanam secara terbatas di negara-negara Afrika

dan Asia. Secara global produksinya jauh di bawah arabika dan robusta. Kopi

liberika memiliki karakter fisik sebagai berikut:

16
 Ukuran daun, cabang, bunga, buah dan pohon lebih besar dibandingkan

kopi arabika dan kopi robusta

 Rentan terhadap penyakit

 Kualitas buah relative rendah

 Ukuran buah tidak merata/tidak seragam

 Tumbuh di dataran rendah

Di Wilayah Asia Tenggara, kopi liberika banyak disukai oleh konsumen di

Malaysia. Kopi liberika asal Indonesia sebagian besar diekspor ke Malaysia,

sisanya diperdagangkan secara local (46).

Gambar 2.2 Biji Kopi Liberika (45)

4. Kopi Ekselsa

Saat ini kopi excelsa tidak banyak dibudidayakan. Lebih dari 90% perdagangan

kopi dunia dikuasai oleh jenis kopi arabika dan robusta, sebagian kecil

sisanya liberika dan excelsa. Di Indonesia kopi excelsa bisa ditemukan di

Jambi, ditanam di dataran rendah bertanah gambut (47).

17
2.1.4.4 Kopi Arabika Aceh Gayo

Dataran tinggi Gayo berada pada Provinsi Aceh yang terletak pada ujung utara

pulau Sumatera. Dataran Tinggi Gayo adalah daerah yang ada di bagian dari

punggung pegunungan Bukit Barisan yang membentang sepanjang pulau

Sumatera dengan ketinggian 1400 mdpl (23).

Salah satu produsen utama kopi arabika di Indonesia adalah Provinsi Aceh.

Pada tahun 2012, ekspor kopi arabika yang berasal dari Provinsi Aceh mencapai

28,32% dari total ekspor kopi arabika Indonesia 66.942 ton. Kabupaten Aceh

Tengah dan Bener Meriah merupakan sentral utama produsen kopi arabika di

Provinsi Aceh. Kopi arabika dari kedua kabupaten ini dikenal dengan nama

kopi arabika Gayo. Produktivitas kopi di daerah ini mencapai 700 sampai 800

kg/ha dan seluruh lahan kopi diusahakan oleh perkebunan rakyat (22). Hal ini

menunjukkan bahwa perkebunan kopi memiliki peran penting dalam

meningkatkan kesejahteraan petani terkhususnya pada petani kopi di Aceh.

2.1.5 Kafein

Biji kopi secara alami mengandung berbagai jenis senyawa volatil seperti

aldehida, furfural, keton, alkohol, ester, asam format, dan asam asetat. Kafein

(C8H10N4O2) atau 1,3,7 trimetil 2,6 dioksipurin merupakan salah satu senyawa

alkaloid yang sangat penting yang terdapat di dalam biji kopi. Kafein dalam

kondisi murni berupa serbuk putih berbentuk kristal prisma hexagonal, dan

merupakan senyawa tidak berbau, serta berasa pahit (48). Kafein tidak

memberikan pengaruh yang nyata terhadap aroma kopi, dan hanya memberikan

rasa pahit sekitar 10—30% dari seduhan kopi (49). Kafein yang terkandung di

18
dalam biji kopi kering robusta dan arabika masing-masing sebesar 1,16—

3,27%, dan 0,58—1,7% (10). Karena kandungan kafeinnya yang rendah,

menyebabkan kopi jenis arabika memiliki rasa yang tidak terlalu pahit (23).

Kafein diabsorbsi sempurna dalam sistem pencernaan dalam waktu 30-60

menit. Kafein diuraikan dalam hati oleh enzim sitokrom P 450 oksidasi menjadi

3 dimethilxanthin metabolik, yaitu :

 Paraxanthine (84%), mempunyai efek meningkatkan lipolisis, mendorong

pengeluaran gliserol dan asam lemak bebas di dalam plasma darah.

 Theobromine (12%), melebarkan pembuluh darah dan meningkatkan

volume urin. Theobromine merupakan alkaloida utama di dalam kokoa.

 Theophyline (4%), melonggarkan otot saluran pernafasan, digunakan pada

pengobatan asma.

Waktu paruh eliminasi antara 3 – 7 jam dan dapat dipengaruhi oleh berbagai

faktor, meliputi jenis kelamin, usia, penggunaan kontrasepsi oral, kehamilan

dan merokok (8).

Kafein bekerja dengan menstimulasi sistem saraf pusat. Apabila adenosin

dihasilkan di otak, ia akan berikatan dengan reseptor adenosin. Pengikatan

adenosin akan menyebabkan rasa mengantuk yang disebabkan oleh penurunan

aktivitas sel saraf. Di otak, pengikatan adenosine pada reseptornya

menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah. Pada sel saraf, kafein dan

adenosine mempunyai struktur yang sama, oleh karena itu kafein berikatan pada

19
reseptor adenosin dan meningkatkan aktivitas sel saraf dan menyebabkan

seseorang dapat terjaga dan berkonsentrasi (27).

Meningkatnya aktivitas sel saraf dengan tiba-tiba di otak, kelenjar pituitari

terangsang untuk mengsekresi hormon yang memicu kelenjar adrenal

menghasilkan adrenalin (epinephrine). Efek dari adrenalin antara lain dilatasi

pupil, dilatasi bronkus, peningkatan denyut jantung, vasokonstriksi pembuluh

darah, dan relaksasi otot (8).

Kafein meningkatkan kadar dopamin dengan cara yang sama seperti

amphetamin. Dopamin merupakan neurotrasnmiter yang mengaktivasi pusat

kesenangan di bagian otak. Heroin dan kokain memanipulasi kadar dopamin

dengan mengurangkan kadar absorpsi dopamin. Walaupun efek kafein jauh

lebih rendah berbanding heroin, namun mekanisme kerjanya sama. Diduga

bahwa hubungan dengan dopamin menyebabkan ketergantungan kafein (50).

Gambar 2.3 Metabolisme Kafein di Hati (51).

20
2.1.5.1 Hubungan Kafein dengan Kardiovaskular

Peningkatan tekanan darah ini terjadi melalui mekanisme biologi antara lain

kafein mengikat reseptor adenosin, mengaktifasi sistem saraf simpatik dengan

meningkatkan konsentrasi katekolamin dalam plasma, dan menstimulasi

kelenjar adrenalin serta meningkatkan produksi kortisol. Hal ini berdampak

pada vasokonstriksi dan meningkatkan total resistensi perifer, yang akan

menyebabkan tekanan darah naik dan denyut nadi meningkat (50,52).

2.1.5.2 Hubungan Kafein dengan Saluran Pencernaan

Kafein di dalam kopi dapat mempercepat proses terbentuknya asam lambung.

Hal ini membuat produksi gas dalam lambung berlebih sehingga sering

mengeluhkan sensasi kembung di perut. Seseorang yang sering meminum kopi

beresiko 3,57 kali menderita gastritis dibandingkan dengan yang tidak sering

meminum kopi (53).

Mukosa lambung berperan penting dalam melindungi lambung dari

autodigesti oleh HCl dan pepsin. Bila mukosa lambung rusak, maka terjadi

difusi HCl ke mukosa lambung dan HCl akan merusak mukosa. Kehadiran HCl

di mukosa lambung menstimulasi perubahan pepsinogen menjadi pepsin.

Pepsin merangsang pelepasan histamin dari sel mast. Histamin akan

menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler sehingga terjadi perpindahan

cairan dari intrasel ke ekstrasel dan menyebabkan edema dan kerusakan kapiler

sehingga timbul perdarahan pada lambung. Jika lambung sering terpapar

dengan zat iritan, seperti kopi yang mengandung kafein, maka inflamasi akan

terjadi terus-menerus menjadi gastritis hingga tukak lambung. Jaringan yang

21
meradang akan diisi oleh jaringan fibrin sehingga lapisan mukosa lambung

dapat hilang dan terjadi atropi sel mukosa lambung (54,55).

2.1.6. Trail Making Test

Trail Making Test pertama kali dikembangkan oleh Army Individual Test

Battery pada tahun 1944. Trail Making Test adalah salah satu

neuropsychological assessment yang paling sering digunakan karena memiliki

sensitivitas yang tinggi terhadap brain impairment, yaitu dengan sensitivitas

77% dan spesifitas 62%. Trail Making Test memiliki nilai validasi 0,76 – 0,89

dan reliabilitas 0,13. Pengerjaan Trail Making Test akan mengaktivasi right

inferior medial frontal cortex, left precentral, medial temporal gyrus, dan

intraparietal sulcus. Trail Making Test dapat digunakan untuk mengukur

konsentrasi, mental flexibility, dan fungsi eksekutif, serta dapat menjadi suatu

indikator awal untuk disfungsi otak, demensia, dan penyakit neurodegeneratif

lainnya (4,56–58).

Trail Making Test terdiri atas 2 bagian, yaitu bagian A dan bagian B. Trail

Making Test A terdiri atas angka 1 hingga 25 yang berada di dalam lingkaran.

Responden diberikan instruksi untuk menggambar garis yang menghubungkan

angka tersebut secara urut secepat mungkin (1-2-3-4). Trail Making Test B

terdiri atas angka 1 hingga 13 dan huruf A hingga I. Responden diminta untuk

menggambar garis yang menghubungkan angka dan huruf tersebut secara urut

dan bergantian (1-A-2-B). Sebelum pengerjaan tes yang sesungguhnya

dimulai, responden akan diberikan suatu latihan yang terdiri atas 6 lingkaran

22
agar responden lebih paham terhadap cara pengerjaannya. Jika pada saat

pengerjaan responden melakukan kesalahan, maka pemeriksa dapat menegur

dan meminta responden membenarkan kesalahan tersebut dengan mengulang

dari lingkaran terakhir yang benar dan kemudian melanjutkan lagi hingga

selesai (59).

Hasil dari pengerjaan Trail Making Test ini berupa total waktu, dalam

satuan detik yang digunakan untuk menyelesaikan Trail Making Test tersebut.

Batas waktu maksimum yang diperbolehkan adalah 300 detik. Jika dalam waktu

300 detik responden belum berhasil menyelesaikan, maka pengerjaan Trail

Making Test tidak perlu dilanjutkan (59).

2.2 Kaitan Antar Variabel

Konsentrasi adalah kemampuan untuk mengikuti rangsang eksternal maupun

internal, atau mekanisme pemilihan rangsang yang lebih penting untuk

dijadikan fokus perhatian. Kemampuan untuk menjaga konsentrasi

berhubungan dengan pengabaian rangsang yang kurang penting karena otak

kurang dapat konsentrasi bila fokus perhatian berpindah dari suatu hal ke

berbagai hal lainnya (39).

Proses sinaps di otak bekerja dengan aksi selektif, yaitu menginhibisi sinyal

yang lemah dan mengkondisikan agar sinyal yang kuat menjadi lebih

tereksitasi, namun kadang dapat terjadi proses memilih dan memperkuat

23
beberapa sinyal yang lemah kemudian menghantarkan sinyal ini ke berbagai

arah. Neurotransmiter adalah zat penghantar pada sinapsis kimia. Dopamin,

norepinefrin, dan substansi katekolamin lainnya merupakan contoh dari

neurotransmitter (48). Beberapa fungsi kognitif otak, seperti fungsi mengingat

dan berkonsentrasi, dimodulasi oleh katekolamin, dopamin, dan norepinefrin.

Daya konsentrasi akan meningkat bila didapatkan peningkatan kadar dopamin

dan norepinefrin di korteks prefrontal (35).

Ketika sistem aktivasi retikularis teraktivasi, maka banyak impuls saraf

yang ditransmisikan ke area yang luas pada korteks serebri, yang akan berefek

terhadap peningkatan aktivitas kortikal. Sistem aktivasi retikularis akan

semakin aktif ketika orang tersebut dalam keadaan sadar (60). Adenosin, zat

yang terakumulasi saat pemakaian ATP yang tinggi oleh sistem saraf, disebut

sebagai zat yang menginduksi terjadinya tidur dan bersifat menurunkan tingkat

kerja neuron (7). Adenosin mempunyai empat reseptor di dalam sistem saraf,

yaitu A1, A2A, A2B, dan A3 (60).

Kafein merupakan antagonis reseptor A1, A2A, A2B. Maka kafein, begitu juga

dengan teofilin, berfungsi sebagai antagonis dari aksi adenosin reseptor A1, A2A,

A2B (50). Fungsi reseptor A1 bila terikat dengan adenosin adalah inhibisi

pelepasan neurotransmiter glutamat dan dopamin. Maka kafein secara tidak

langsung berfungsi meningkatkan kadar dopamin dan glutamat bila berikatan

dengan A1 (61). Reseptor A2A berhubungan terbalik dengan reseptor dopamin

D2. Ketika reseptor A2A berikatan dengan adenosin, efek yang terjadi adalah

dopamin tidak dapat berikatan dengan D2. Oleh karena itu, ketika A2A diikat

oleh kafein, dopamin akan lebih banyak terikat dengan D2 dan efek dopamin

24
akan lebih jelas. Kafein dalam dosis besar juga dapat menginhibisi

fosfodiesterase, menghambat reseptor GABA dan glisin, serta menaikkan kadar

kalsium intrasel (60).

25
2.3 Tabel Orisinalitas

Tabel 2.1 Tabel Kebaharuan

No Judul yang dirujuk Metode penelitian Hasil penelitian

1. Pengaruh Teh Putih Eksperimental Hasil penelitian yang


(Camellia sinensis L.) didapat adalah rata-rata
terhadap Konsentrasi dan waktu yang diperlukan
Kewaspadaan pada Pria untuk menyelesaikan
Dewasa Muda (12). Labyrinth Test lebih
(Katarina A, 2015) cepat 2.7133 detik
dengan perbedaan yang
sangat signifikan (p <
0.01) dan pada Johnson
Pascal Test lebih cepat
19.533 detik dengan
perbedaan yang sangat
signifikan (p < 0.01)
setelah meminum teh
putih dibandingkan
dengan sebelum
meminum teh putih.

2. Pengaruh Teh Hijau Eksperimental Hasil menunjukkan


(Camellia sinensis L.) perbedaan yang sangat
Dibandingkan Dengan bermakna pada
Kopi Robusta (Coffea perbandingan rerata tes
canephora) Terhadap Jhonson Pascal dan
Daya Konsentrasi Pada Addition Sheet Test
Perempuan Dewasa (13). sebelum dan sesudah
(Lazarus C, 2013) meminum teh hijau
(p=0,000) dan kopi

26
Robusta (p=0,000).
Perbedaan yang tidak
bermakna didapatkan
antara pengaruh teh
hijau dibandingkan
dengan kopi Robusta
pada tes Jhonson Pascal
(p =0,560) dan Addition
Sheet Test (p=0,808).

3. Efek Dark Chocolate Eksperimental Hasil penelitian


Terhadap Peningkatan menunjukkan bahwa
Konsentrasi pada Laki- rerata hasil post test
laki Dewasa Muda (11). adalah sebesar 16,26
(Wijaya BN, 2017) (SD=3,86) lebih cepat
secara bermakna
daripada rerata pretest
sebesar 20,94
(SD=4,05) dengan nilai
p=0.000.

4. Comparative effect of Eksperimental Hasil dari penelitian


coffee robusta and coffee menunjukkan terdapat
arabica (Qahwa) on pengaruh konsentrasi
memory and attention (5). setelah mengonsumsi
(Alharbi W, 2018) kopi arabika dengan
nilai (F2,297 = 6.537, P =
0.0001, P < 0.05)

27
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Teori

Konsumsi Kopi

Kualitas Tidur, Tekanan


Teh, Coklat, Kafein Darah, Denyut Nadi
Kola

Daya
Konsentrasi

Gambar 3.1 Kerangka Teori

Keterangan :

Kopi salah satu minuman yang mengandung kafein. Selain kopi, terdapat minuman

yang mengandung kafein, yaitu teh, coklat, dan kola. Menurut penelitian, minuman

yang mengandung kafein dapat mempengaruhi daya konsentrasi. Selain

mempengaruhi daya konsentrasi, minuman berkafein memiliki dampak terhadap

kualitas tidur, tekanan darah, dan denyut nadi.

28
3.2 Kerangka Konseptual

Konsumsi Kopi

Daya
Konsentrasi

Gambar 3.2 Kerangka Konseptual

Keterangan :

Mengonsumsi kopi yang mengandung kafein, dapat mempengaruhi daya

konsentrasi.

3.3 Hipotesis Penelitian

Ada perbedaan daya konsentrasi sebelum dengan sesudah mengonsumsi kopi

arabika Aceh Gayo.

29
BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Jenis studi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian quasy

eksperimental dengan pendekatan one group pretest - posttest design karena

peneliti ingin meneliti perbedaan daya konsentrasi sebelum dengan sesudah

mengonsumsi kopi arabika Aceh Gayo.

4.2 Populasi, Sampel, Dan Teknik Pengambilan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Katolik Widya Mandala Surabaya.

4.2.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa laki – laki Fakultas Kedokteran

Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya angkatan 2015, 2016, 2017.

4.2.3 Teknik Pengambilan Sampel

Cara pengambilan sampel dilakukan dengan metode probability sampling melalui

simple random sampling yaitu pemilihan subyek dilakukan dengan cara acak. Cara

30
pengambilan sampel menggunakan rumus hypothesis tests for a population mean

(two sides test) (62), didapati hasilnya sebagai berikut:

𝜎 2 (𝑧1−∝⁄2 + 𝑧1−𝛽 )2
𝑛=
(𝜇0 − 𝜇1 )2

1,22 (1,96 + 1,282)2


𝑛=
(21,85 − 22,84)2

𝑛 = 16

Keterangan :

n = besar sampel yang dibutuhkan

Z1-∝⁄2 = nilai Z untuk alfa (kesalahan tipe I) dengan ∝= 0,05  1,96 (62)

Z1-β = nilai Z untuk beta (kesalahan tipe II) dengan β=90%  1,282 (62)

σ = standar deviasi = 1,2 (5,6)

μ0 = nilai rata – rata kelompok 1 = 21,85 (6)

μ1 = nilai rata – rata kelompok 2 = 22,84 (5)

Besar sampel ideal menurut rumus hypothesis tests for a population mean (two

sides test) adalah 16 orang subyek penelitian atau lebih. Namun untuk menghindari

drop out pada sampel ditambahkan 10% dan penambahan 10% dihasilkan jumlah

sampel 18 orang subyek penelitian.

31
4.2.4 Kriteria Inklusi Dan Eksklusi

4.2.4.1 Kriteria Inklusi

 Mahasiswa laki – laki Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Widya Mandala

Surabaya angkatan 2015, 2016, 2017.

 Usia 18-25 tahun.

 Tidak memiliki kebiasaan mengonsumsi kopi (< 3 gelas / bulan).

 Cukup tidur minimal 8 jam 1 malam sebelumnya.

 Bersedia mengikuti penelitian ini dari awal sampai akhir.

4.2.4.2 Kriteria Eksklusi

 Mengonsumsi obat (anti alergi, obat flu, stimulant SSP, diazepam, β-blocker,

Non – steroid anti-inflammatory) 24 jam sebelum penelitian

 Mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung perangsang SSP

(alkohol, kafein) 24 jam sebelum penelitian

 Memiliki gangguan pencernaan (gastritis, tukak lambung)

 Memiliki gangguan kardiovaskular (hipertensi)

4.3 Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel independen : kopi arabika Aceh Gayo

Variabel dependen : daya konsentrasi

32
4.4 Definisi Operasional Variabel Penelitian

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Pengukuran Skala Data Hasil Ukur

1. Kopi arabika Aceh Jenis kopi arabika berasal - Timbangan gram - Melakukan penimbangan Nominal 1 Gelas
Gayo dari Aceh Gayo yang Bonavita dengan kopi arabika Aceh Gayo 225 ml
diseduh dengan suhu air ketelitian 0,1 mg. sebanyak 15 gram.
90oC sebanyak 225 ml
dengan kopi arabika Aceh - Termometer air - Menyeduh kopi dengan
Gayo sebanyak 15 gram. suhu air 90oC sebanyak 225
- Gelas ukur ml.
- Air

2. Daya Konsentrasi Kemampuan otak dalam - Trail Making Melakukan Trail Making Rasio Detik
memilih suatu rangsang yang Test A Test (TMT) dengan cara
lebih penting untuk dijadikan responden menghubungan
fokus perhatian (39). - Stopwatch sebuah serial angka secepat
mungkin tanpa melakukan
kesalahan, apabila
responden melakukan
kesalahan maka kembali
sebelum kesalahan
dilakukan.

33
4.5 Lokasi Dan Waktu Penelitian

4.5.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian akan dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Katolik

Widya Mandala Surabaya

4.5.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Agustus – Oktober 2018

4.6 Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah pengarahan dan mengisi informed consent.

Responden akan diuji daya konsentrasinya sebelum mengonsumsi kopi arabika

Aceh Gayo menggunakan Trail Making Test A pada hari pertama pukul 16.00 (63).

Penilaian akan dilaksanakan dengan memperhatikan waktu yang dihabiskan untuk

mengerjakan tes tersebut. Selanjutnya pada keesokan harinya, responden akan

diukur tekanan darahnya, agar dipastikan tidak memiliki penyakit hipertensi.

Peneliti akan memberikan responden satu gelas kopi arabika Aceh Gayo dengan

komposisi 15 gram kopi, dan 225 ml air bersuhu 90oC (64,65). Setelah kopi arabika

Aceh Gayo dikonsumsi, peneliti menunggu 30 menit agar efek kafein bekerja.

Setelah 30 menit, responden akan diuji daya konsentrasinya setelah mengonsumsi

kopi arabika Aceh Gayo menggunakan Trail Making Test A pada hari kedua pukul

16.00. Penilaian akan dilaksanakan dengan memperhatikan waktu yang dihabiskan

untuk mengerjakan tes tersebut.

34
4.7 Kerangka Kerja Penelitian

Populasi : 149 Mahasiswa Fakultas


Kedokteran Universitas Katolik
Widya Mandala Surabaya

Sampel : Mahasiswa laki – laki


Fakultas Kedokteran Universitas
Katolik Widya Mandala Surabaya
angkatan 2015, 2016, 2017 yang
memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi

Pengambilan 18 sampel
menggunakan simple random
sampling

Pengukuran daya konsentrasi


sebelum mengonsumsi kopi
dengan Trail Making Test A pada
hari pertama responden tes

Intervensi pemberian kopi arabika


Aceh Gayo pada hari kedua

Pengukuran daya konsentrasi


sesudah 30 menit mengonsumsi
kopi dengan Trail Making Test A
pada hari kedua responden tes

Pengolahan data

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian

35
4.8 Alat dan Bahan

Alat dan bahan :

 Alat tulis

 Lembar tes Trail Making Test A

 Stopwatch

 Timbangan khusus kopi Bonavita dengan ketelitian 0,1 mg

 Termometer air

 Gelas ukur

 Kopi bubuk arabika Aceh Gayo

 Gelas

 Air mineral

 Pemasak air elektrik

 Tensimeter

Instrumen yang akan dipakai merupakan Trail Making Test yang telah dipakai

secara internasional untuk menguji daya konsentrasi dengan nilai validasi 0,76

sampai 0.89 dan r = 0,13 (57,58).

36
4.9 Teknik Analisis Data

4.9.1 Pengolahan Data

Proses pengolahan data terdiri dari:

1. Editing

Hasil pengisian formulir perbedaan daya konsentrasi sebelum dengan sesudah

mengonsumsi kopi arabika Aceh Gayo akan disunting (editing) terlebih dahulu.

Editing bertujuan untuk mengetahui dan memperbaiki hasil pengisian formulir.

2. Coding

Semua formulir yang berisi data responden akan diberi kode dalam bentuk angka

atau huruf. Semua data hasil penelitian akan dilakukan coding dalam bentuk angka

pada saat dimasukan (data entry) ke dalam program SPSS. Pemberian kode atau

coding ini sangat berguna dalam memasukkan data (data entry).

3. Entry

Data berupa jawaban-jawaban responden dalam bentuk "kode" (angka atau huruf)

dimasukkan ke dalam program atau "software" komputer. Program yang digunakan

dalam mengolah data adalah SPSS 24.

4. Cleaning

Semua data dari responden yang telah dimasukan akan dilakukan pengecekan

kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode atau

ketidaklengkapan dan mengoreksi apabila terjadi kesalahan. Proses ini disebut

dengan pembersihan data (data cleaning). Data cleaning bisa digunakan untuk

37
mengetahui data yang hilang, mengatahui variasi data yang tidak sesuai dan

mengetahui konsistensi data.

4.9.2 Analisis Data

Sebelum dilakukan analisis data, dilakukan uji normalitas menggunakan uji

kolmograv smirnov. Analisis data dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPSS

24 yaitu uji Paired Sample T-Test, untuk menganalisis data perbedaan dengan skala

data rasio. Perbedaan dianggap bermakna bila diperoleh nilai P<0,05.

4.10 Etika Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip etika, yang

dijabarkan seperti:

1. Persetujuan komite etik medik Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Widya

Mandala Surabaya untuk menjalankan penelitian ini.

2. Menjaga kerahasian subjek penelitian dengan penegakan anonymity (tanpa

nama) dan confidentiality (kerahasiaan). Setiap manusia memiliki hak-hak dasar

individu termasuk privasi individu. Peneliti perlu memperhatikan hak-hak dasar

individu tersebut. Peneliti dan asisten peneliti tidak boleh menampilkan informasi

mengenai identitas baik nama maupun alamat asal responden untuk menjaga

kerahasiaan identitas responden. Peneliti dapat menggunakan coding sebagai

pengganti identitas responden penelitian.

38
3. Menghormati otonomi subjek penelitian dengan informed consent. Peneliti harus

menghormati setiap pertimbangan yang dibuat subjek penelitian mengenai pilihan-

pilihan pribadi mereka. Responden penelitian dapat membaca kertas dan mengisi

formulir informed consent apabila responden setuju untuk berpartisipasi dalam

penelitian ini dan sewaktu-waktu dapat mengundurkan diri.

39
4.11 Jadwal Penelitian

Keterangan 2018

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Penyusunan

proposal

skripsi

Ujian

proposal

skripsi

Pelaksanaan

penelitian

Penyusunan

laporan

skripsi

Ujian

skripsi

40
DAFTAR PUSTAKA

1. Slameto. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka


Cipta; 2003.

2. Sasson R. What is concentration? [Internet]. 2013 [cited 2018 Feb 2].


Available from: http://www.successconsciousness.com/index_000004.htm

3. Susanto H. Jurnal pendidikan penabur [Internet]. Jakarta: Badan


Pendidikan Kristen Penabur; 2006 [cited 2018 Feb 2]. Available from:
http://bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No10-Thn7-
Juni2008.pdf

4. Strauss E, Sherman E, Spreen O. A compendium of neuropsychological


tests [Internet]. New York: Oxford University Press; 2006. Available from:
https://global.oup.com/academic/product/a-compendium-of-
neuropsychological-tests-9780195159578?cc=us&lang=en&

5. Alharbi WDM, Azmat A, Ahmed M. Comparative effect of coffee robusta


and coffee arabica (Qahwa) on memory and attention [Internet]. Metabolic
Brain Disease. Metabolic Brain Disease; 2018 [cited 2018 May 17].
Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/29654498%0Ahttp://link.springer.co
m/10.1007/s11011-018-0230-6

6. Tombaugh T. Trail making test A and B: normative data stratified by age


and education [Internet]. 2003 [cited 2018 May 1]. Available from:
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0887617703000398

7. Tortora G, Derrickson B. Principles of anatomy and physiology (12th


edition ed.). USA: John Wiley & Sons, Inc; 2009.

8. Jasvinder C. Neurologic effects of caffeine [Internet]. 2017 [cited 2018 Feb


3]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1182710-
overview#a1

9. Panggabean E. Buku pintar kopi. Jakarta: PT. AgroMedia Pustaka; 2011.

41
10. Spiller G. Caffeine [Internet]. Boca Raton: CRC Press LLC; 1998 [cited
2018 Feb 3]. Available from:
https://play.google.com/books/reader?id=Rgs_rVOceZwC&printsec=frontc
over&source=gbs_atb_hover&pg=GBS.PP1.w.2.0.0.1

11. Wijaya B. Efek dark chocolate terhadap peningkatan konsentrasi pada laki-
laki dewasa muda [Internet]. 2017 [cited 2018 Feb 5]. Available from:
http://repository.maranatha.edu/22959/

12. Katarina A. Pengaruh teh putih (camellia sinensis l.) terhadap konsentrasi
dan kewaspadaan pada pria dewasa muda [Internet]. 2015 [cited 2018 Feb
5]. Available from: http://repository.maranatha.edu/17667/

13. Lazarus C. Pengaruh teh hijau (camellia sinensis l.) dibandingkan dengan
kopi robusta (coffea canephora) terhadap daya konsentrasi pada perempuan
dewasa [Internet]. 2013 [cited 2018 Feb 5]. Available from:
http://repository.maranatha.edu/12204/

14. International Coffee Organization. World coffee consumption [Internet].


2015 [cited 2018 Feb 8]. Available from: http://www.ico.org/

15. Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia. Tabel konsumsi kopi
Indonesia [Internet]. 2013 [cited 2018 Feb 7]. Available from:
http://www.aeki-aice.org/tabel_konsumsi_kopi_indonesia_aeki.html

16. Badan Pusat Statistik. Indonesia – survei sosial ekonomi nasional 2013
modul (gabungan) [Internet]. 2013 [cited 2018 Feb 7]. Available from:
https://microdata.bps.go.id/mikrodata/index.php/catalog/763

17. Kementerian Kesehatan RI. Riset kesehatan dasar 2013 [Internet]. 2013
[cited 2018 Feb 7]. Available from:
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil Riskesdas
2013.pdf

18. Górnicka M, Pierzynowska J, Kaniewska E, Kossakowska K. School pupils


and university student surveyed for drinking beverages containing caffeine

42
[Internet]. Vol. 65. 2014 [cited 2018 Feb 9]. p. 113–7. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25272577

19. Martiani A. Faktor risiko hipertensi ditinjau dari kebiasaan minum kopi
(studi kasus di wilayah kerja puskesmas ungaran pada bulan januari-
februari 2012) [Internet]. 2012 [cited 2018 Jun 1]. Available from:
http://eprints.undip.ac.id/38404/

20. Saputra M. Gambaran kebiasan konsumsi kopi dan tekanan darah di jalan
gajahmada kota Pontianak [Internet]. 2016 [cited 2018 Jun 1]. Available
from:
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmkeperawatanFK/article/download/162
07/14112

21. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Rekap nasional semester


2015/2016. 2015 [Internet]. 2016 [cited 2018 Feb 9]. Available from:
http://www.forlap.dikti.go.id/mahasiswa/ homegraphbidang

22. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jendral-Kementrian


Pertanian. Outlook kopi [Internet]. Komoditas Pertanian Subsektor
Perkebunan. 2016 [cited 2018 Mar 3]. p. 1–25. Available from:
http://epublikasi.setjen.pertanian.go.id/epublikasi/outlook/2016/Perkebunan
/OUTLOOK KOPI 2016/files/assets/common/downloads/OUTLOOK
KOPI 2016.pdf

23. Tanameracoffee. Coffee origin: rasa klasik dari Aceh, kopi Gayo klasik
dari Aceh, kopi Gayo [Internet]. 2017 [cited 2018 Mar 3]. Available from:
https://tanameracoffee.com/ID/rasa-klasik-kopi-gayo/

24. Rini R. Prediksi kandungan kafein biji kopi arabika gayo dengan near
infrared spectroscopy [Internet]. 2016 [cited 2018 Apr 4]. Available from:
http://journal.ipb.ac.id/index.php/jtep/article/view/15889

25. Cherry K. What is cognition [Internet]. 2016 [cited 2018 Mar 10].
Available from: http://psychology.about.com/od/cindex/fl/What-Is-a-
Cognitive-Bias.htm

43
26. Wreksoatmodjo. Pengaruh social engagement terhadap fungsi kognitif
lanjut usia di Jakarta [Internet]. 2014 [cited 2018 Mar 11]. Available from:
http://kalbemed.com/Portals/6/05_214Pengaruh Social Engagement
terhadap Fungsi Kognitif Lanjut Usia di Jakarta.pdf

27. Nehlig A. Is caffeine a cognitive enhancer? [Internet]. 2010 [cited 2018


Mar 9]. Available from: https://www.gwern.net/docs/nootropics/2010-
nehlig.pdf

28. Woodford HJ, George J. Cognitive assessment in the elderly: a review of


clinical methods [Internet]. Vol. 100, Q J Med. 2007 [cited 2018 Mar 9]. p.
469–84. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17566006%5Cnhttp://www.ncbi.nlm
.nih.gov/pubmed/17566006

29. Robert S, Otto H, Kimberly M. Psikologi Kognitif. Jakarta: Erlangga;


2007.

30. Ginsberg L. Lecture notes: neurology, 8th edition [Internet]. 2005 [cited
2018 Apr 4]. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1739448/

31. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). Modul


neurobehaviour [Internet]. 2008 [cited 2018 Mar 12]. Available from:
https://www.scribd.com/archive/plans?doc=163674251&metadata=%7B%
22context%22%3A%22archive_view_restricted%22%2C%22page%22%3
A%22read%22%2C%22action%22%3Afalse%2C%22platform%22%3A%
22web%22%2C%22logged_in%22%3Atrue%7D

32. Mervis CB, Robinson B. Visuospatial contruction [Internet]. 1999 [cited


2018 Mar 11]. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1288273/

33. Anderson V. Excecutive function and the frontal lobe: a lifespan


perspective [Internet]. 2014 [cited 2018 Mar 12]. Available from:
https://www.crcpress.com/Executive-Functions-and-the-Frontal-Lobes-A-

44
Lifespan-Perspective/Anderson-Anderson-Jacobs/p/book/9781138010024

34. Gitelman D. Attention and its disorders [Internet]. 2003 [cited 2018 Mar
10]. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12697614

35. Heimann M. Attention in cognition and early learning [Internet]. 2017


[cited 2018 Mar 10]. Available from:
https://www.researchgate.net/publication/286965507_Attention_in_Cogniti
on_and_Early_Learning

36. Alexander B. What is selective attention? [Internet]. 2017 [cited 2018 Apr
4]. Available from: https://www.psychologized.org/what-is-selective-
attention/

37. Cognifit. Focused attention cognitive ability- neuropsychology [Internet].


2015 [cited 2018 Apr 4]. Available from:
https://www.cognifit.com/focused-attention

38. Cognifit. Sustained attention cognitive ability - neuropsychology. 2015.

39. Edmund H, George M. The neuroscience of clinical psychiatry: the


pathophysiology of behavior and mental illness [Internet]. 2007 [cited 2018
Mar 9]. Available from:
https://books.google.co.id/books/about/The_Neuroscience_of_Clinical_Psy
chiatry.html?id=bRiBXVHPhWQC&redir_esc=y

40. Hoffman J. The world atlas of coffee: from beans to brewing – coffees
explored, explained and enjoyed [Internet]. 2014 [cited 2018 Mar 8].
Available from: https://www.goodreads.com/book/show/21563974-the-
world-atlas-of-coffee

41. Mekuria T, Neuhoff D, Kopke U. The status of coffee production and the
potential for organic conversion in Ethiopia [Internet]. 2004 [cited 2018
Mar 8]. Available from:
http://www.tropentag.de/2004/abstracts/full/293.pdf

42. Kristina S. Minum kopi baik untuk kesehatan [Internet]. 2014 [cited 2018

45
Mar 10]. Available from: http://farmasi.ugm.ac.id/files/piotribun/2014-4-
27-58026Minum-Kopi-Baik-untuk-Kesehatan.pdf

43. Soetriono. Daya saing agribisnis kopi robusta. Malang: Intimedia


Pertanian; 2017.

44. Selangit U. Agribisnis kopi. Yogyakarta: Lily Publisher; 2014.

45. Culture NAE. About coffee [Internet]. 2018 [cited 2018 Apr 20]. Available
from: http://greengorga.com/about-coffee/

46. Dewa R. Perbedaan arabika dengan robusta [Internet]. 2016 [cited 2018
Apr 20]. Available from: http://kopidewa.com/cerita-kopi/arabika-robusta/

47. Palupi R. Varietas kopi liberika anjuran untuk lahan gambut [Internet].
2014 [cited 2018 Mar 13]. Available from:
https://jurnalbumi.com/knol/kopi-liberika/

48. Cabelo B, Luiz T. Encyclopedia of food technology [Internet]. 2003 [cited


2018 Mar 9]. Available from:
https://books.google.co.id/books/about/Encyclopedia_of_Food_Science_an
d_Nutriti.html?id=kpV3RAAACAAJ&redir_esc=y

49. Fisher C. Food flavours [Internet]. 1997 [cited 2018 Mar 9]. Available
from: http://197.14.51.10:81/pmb/AGROALIMENTAIRE/Food Flavours -
Biology and Chemistry (RSC 1997)(0854045384).pdf

50. Daly JW, Fredholm BB. Coffee, tea, chocolate, and the brain [Internet].
2004 [cited 2018 Mar 9]. Available from:
http://media1.717.cz/files/media1:4b7b05a597b5a.pdf.upl/TF1650_04.pdf

51. Calvo I, Gabrielli N. Genome-wide ccreen of genes required for caffeine


tolerance in fission yeast [Internet]. 2009 [cited 2018 Apr 26]. Available
from: https://www.researchgate.net/publication/26733808_Genome-
Wide_Screen_of_Genes_Required_for_Caffeine_Tolerance_in_Fission_Ye
ast

46
52. Ayu M. Faktor risiko hipertensi ditinjau dari kebiasaan minum kopi
[Internet]. 2012 [cited 2018 May 1]. Available from:
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jnc/article/view/678

53. Cecilia D. Identification of life habits factors as risk for gastritis and colitis
occurrence in a mestizo population of Chabeklumil, Chiapas, México
[Internet]. 2012 [cited 2018 May 1]. Available from:
http://www.scirp.org/journal/PaperInformation.aspx?paperID=20432

54. Pahwa R. Clinical manifestations, causes and management strategies of


peptic ulcer disease [Internet]. 2010 [cited 2018 May 1]. Available from:
https://www.semanticscholar.org/paper/Clinical-Manifestations%2C-
Causes-and-Management-of-Pahwa-
Kumar/b77e3c7c2672956db949ccf4b1e20969164fbf3e

55. Mawey B. Hubungan kebiasaan makan dengan pencegahan gastritis pada


siswa kelas x di sma negeri 1 Likupang [Internet]. 2014 [cited 2018 May
1]. Available from:
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/5215

56. Birns J, Kalra L. Cognitive function and hypertension [Internet]. 2009


[cited 2018 Apr 28]. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18650838

57. Wagner S. Reliability of three alternate forms of the trail making tests a and
b [Internet]. 2011 [cited 2018 Apr 1]. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21576092

58. Cubillo S. Construct validity of the trail making test: role of task-switching,
working memory, inhibition/interference control, and visuomotor abilities
[Internet]. 2009 [cited 2018 Apr 1]. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19402930

59. Markam S. Dasar - dasar neuropsikologi. Jakarta: Sagung Seto; 2009.

60. Guyton AC, Hall JE. Textbook of medical physiology. 13th ed.

47
Philadeplphia: Elsevier Saunders; 2015.

61. Barret K, Barman S, Botiano S. Buku ajar fisiologi kedokteran ganong.


24th ed. Jakarta: EGC; 2015.

62. Sastroasmoro S. Dasar - dasar metodologi penelitian klinis. 5th ed. Jakarta:
Sagung Seto; 2014.

63. Sentosa E. Analisis dan usulan mengenai pengaruh faktor waktu kuliah,
jenis mata kuliah dan ruangan kuliah terhadap penurunan konsentrasi
belajar mahasiswa jurusan teknik industri di ruangan kuliah h02c05 dan
h02a07, gedung Graha Widya Maranatha (GWM), Universitas K [Internet].
2013 [cited 2018 Jun 1]. Available from:
http://repository.maranatha.edu/5563/

64. Otten C. Otten magazine [Internet]. 2016 [cited 2018 May 1]. Available
from:
https://box.ottenstatic.com/magazines/Otten+Magazine+201601+aa037.pdf

65. Otten C. Otten magazine100 menu kopi [Internet]. 2016 [cited 2018 May
1]. Available from: https://ottencoffee.co.id/100menukopi

48
Lampiran 1

Trail Making Test A

Contoh

End 2
8
7
Begin
4
1 3

6 5

49
17 21
15

20 19

16
18

4 22
5

13 6

Begin
24
7 1
14

2
8 10
3

End
9
11 25
12 23
50

Anda mungkin juga menyukai