Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyusun tugas sejarah ini dengan baik dan tepat waktu.

Tugas ini kami buat untuk memberikan penjelasan “Tentang Peran


Bangsa Indonesia Dalam Perdamaian Dunia”. Semoga Makalah yang kami
buat ini dapat membantu menambah wawasan kita menjadi lebih luas lagi.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam


menyusun makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat kami harapkan guna kesempurnaan makalah ini.

Atas perhatian dan waktunya, kami sampaikan terima kasih.

Samarinda, 8 November 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL…………………………………………………… i
KATA PENGANTAR………………………………………………… ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………
B. Rumusan Masalah…………………………………………………
C. Tujuan Penulisan…………………………………………………..
BAB II TINJAUAN TEORI
A. KAA (Konferensi Asia Afrik)……………………….
B. Misi Garuda………………………
C. Deklarasi Djuanda………………………
D. GNB (Gerakan Non Blok)…………
E. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations)…
F. OKI (Organisasi Kerjasama Islam)……………
G. JIM (Jakarta imformal Meeting)……
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………

B. Saran………………………………

DAFTAR PUSTAKA…………………
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Hubungan internasional diidentifikasikan sebagai studi tentang
interaksi antara beberapa faktor yang berpartisipasi dalam politik
internasional, yang meliputi negara- negara, organisasi internasional,
organisasi nonpemerintah, kesatuan substansional (kelompok-kelompok
atau badan-badan dalam suatu negara), seperti birokrasi dan pemerintah
domestik, serta individu-individu.
Dalam hubunngan internasional terdapat berbagai pola hubungan
antar bangsa seperti : Pola Penjajahan, Pola Hubungan Ketergantungan,
Pola Hubungan Sama Derajat Antarbangsa. Ketentuan atas karena
perjanjian internasional akan mengakibatkan hokum yang juga sekaligus
akanmenjalani kepastian hukum pada perjanjian internasianal hal-hal
yang menyangkut hak dan kewajiban antar subjek-subjek hokum
internasional.
Dari sebagian masyarakat dunia, bangsa Indonesia selalu melakukan
hubungan dengan bangsa lainnya. Dalam menjalin hubungan dengan
bangsa lain, kita menetapkan politik luar negeri yang "bebas" dan "aktif".
Politik luar negeri bebas aktif ini mulai dicanangkan sejak awal merdeka.
Sebagai salah satu perwujudan politik luar negeri yang bebas aktif,
bangsa Indonesia pernah menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika di
Bandung pada tahun 1955 dan juga membentuk Gerakan Non Blok
bersama beberapa negara Asia Afrika lainnya.
Pada umumnya, negara yang telah merdeka dan bedaulat penuh akan
mengadakan hubungan dengan negara lain. Setiap negara memiliki
perbedaan masyarakat, struktur pemerintah, kepentingan nasional dan
perbedaan-perbedaan lainnya. Namun, perbedaan tersebut biasanya
menimbulkan suatu kebutuhan yang menyebabkan adanya hubungan
internasional. Bahkan tidak bisa dipungkiri bahwa suatu negara yang
tidak dapat menjalin hubungan internasional dengan negara lain akan sulit
untuk mempertahankan kedaulatannya.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hubungan internasional
diperlukan karena suatu negara memiliki ketergantungan dengan negara
lain dalam hal memenuhi semua kebutuhan dan menjaga kedaulatan
negaranya.
B.Rumusan Masalah
1. Apa itu KAA (Konferensi Asia – Afrika) ?
2. Apa itu Misi Garuda ?
3. Apa itu Deklarasi Djuanda ?
4. Apa itu GNB (Gerakan Non Blok) ?
5. Apa itu ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) ?
6. Apa itu OKI (Organisasi Kerjasama Islam) ?
7. Apa itu JIM (Jakarta imformal Meeting) ?
C.Tujuan Penulisan
1. Kita Dapat Mengetahui KAA (Konferensi Asia – Afrika).
2. Kita Dapat Mengetahui Misi Garuda.
3. Kita Dapat Mengetahui Deklarasi Djuanda.
4. Kita Dapat Mengetahui GNB (Gerakan Non Blok).
5. Kita Dapat Mengetahui ASEAN (Association of Southeast Asian
Nations).
6. Kita Dapat Mengetahui OKI (Organisasi Kerjasama Islam).
7. Kita Dapat Mengetahui JIM (Jakarta imformal Meeting).
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KAA (Konferensi Asia – Afrika)


1. Latar Belakang
Ada beberapa latar belakang terselenggaranya KAA dan
berkumpulnya negara-negara Asia Afrika. latar belakang tersebut,
yaitu :
a. Rasa Senasib dan Sepenanggungan
Perasaan senasib dan sepenanggungan di sini berkaitan
dengan persamaan bahwa hampir seluruh negara Asia Afrika
adalah bekas negara jajahan. Baik itu sebagai negara jajahan
Bangsa-Bangsa Eropa dan penjajahan Jepang saat Perang Dunia
kedua. Perasaan yang sama, senasib dan sepenggungan, membuat
negara-negara Asia Afrika ingin bersatu mengatasi masalah
bersama.
b. Persamaan Masalah Negara Berkembang
Karena kebanyakan negara Asia Afrika adalah negara baru
merdeka, maka semua termasuk negara berkembang. Negara
yang belum maju di segala bidang. Negara yang masih harus
bebebah diri untuk mewujudkan kesejahteraan rakyatnya.
Persamaan ini juga melatarbelakangi pertemuan KAA. Membuat
semua negara ingin bekerja sama di segala bidang.
c. Kedekatan Keturunan, Agama, dan Latar Belakang Sejarah
Latar belakang selanjutnya adalah kedekatan hubungan
keturunan. Ini dilihat dari ciri-ciri orang Asia yang hampir mirip
sesamanya. Begitu pula degan orang Afrika. Aga yang dianut
orang Asia afrika kebanyakan juga hampir sama, yaitu Islam,
Kristen, Hindu, dan Budha. Sementara latar belakang sejarah,
hampir bisa dipastikan mirip sesuai latar belakang pertama.
d. Letak Geografis
Sesuai dengan sebuatan negara Asia Afrika, otomatis
negara-negara peserta KAA mempunyai letak geografis yang
berdekatan dan hampir mirip. Kondisi alam yang hampir mirip
satu sama lain akan mudah diatasi jika bekerja sama.

2. Tujuan

Beberapa tujuan diadakannya Konferensi Asia Afrika antara lain


adalah sebagai berikut.
a. Meninjau masalah-masalah hubungan sosial ekonomi dan
kebudayaan dari negara-negara Asia dan Afrika
b. Menjalin kerukunan antar umat beragama di wilayah Asia dan
Afrika
c. Memberikan sumbangan untuk memajukan perdamaian dan
kerja sama dunia.
d. Mencanangkan gerakan politik untuk melawan kapitalisme
asing.
e. Melawan kolonialisme dan neokolonialisme Amerika Serikat,
Uni Soviet dan negara imprialis lainnya.

3. Peranan
a. Indonesia ikut memprakarsai dan sebagai tempat
penyelenggaraan Konferensi Pancanegara II yang berlangsung
pada tanggal 28 sampai 29 Desember 1954 di Bogor.
Konferensi ini sebaagai pendahuluan dari Konferensi
Asia-Afrika.
b. Indonesia ikut memprakarsai dan sebagai tempat
penyelenggaraan Konferensi Asia-Afrika yang berlangsung
pada tanggal 18 sampai 24 April 1955 di Gedung Merdeka
Bandung. Dalam Konferensi tersebut beberapa tokoh Indonesia
menduduki peranan penting, antara lain: Ketua Konferensi: Mr.
Ali Sastroamidjoyo, Sekretaris Jenderal Konferensi : Ruslan
Abdulgani, Ketua Komite Kebudayaan : Mr. Muh. Yamin, dan
ketua Komite Ekonomi : Prof. Ir. Roseno.

B. Misi Garuda
1. Latar Belakang
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merupakan lembaga tertinggi
yang mewadahi negara-negara di dunia. PBB juga menjadi lembaga
yang aktif dalam mengupayakan perdamaian dunia dan aktif
menyelesaikan konflik antar negara. Indonesia pernah mendapat
bantuan dari PBB pada masa revolusi. Pada saat itu, PBB membantu
menyelesaikan konflik antara Indonesia-Belanda. PBB juga membantu
Indonesia dalam masalah Irian Barat.
Dengan dasar politik tersebut, Indonesia menunjukkan tekad untuk
mengupayakan perdamaian dunia. Melalui pelaksanaan Konferensi
Asia-Afrika hingga pembentukan Gerakan Non-Blok, upaya tersebut
semakin terlihat. Tindakan pemerintah Indonesia mendapat sambutan
positif Perserikatan Bangsa-Bangsa. Sejak tahun 1950-an, pemerintah
Indonesia mulai diberi kepercayaan untuk turut serta dalam pasukan
perdamaian Dewan Keamanan PBB. Pasukan tersebut terdiri atas
pasukan dari berbagai negara. Indonesia mengirim suatu pasukan yang
kemudian dinamakan Kontingen Garuda atau Konga.

2. Tujuan
Dalam rangka ikut mewujudkan perdamaian dunia, maka Indonesia
memainkan sejumlah peran dalam percaturan internasional. Peran yang
cukup menonjol yang dimainkan oleh Indonesia adalah dalam rangka
membantu mewujudkan pemeliharaan perdamaian dan keamanan
internasional. Dalam hal ini Indonesia sudah cukup banyak
pengirimkan Kontingen Garuda (KONGA) ke luar negeri. Sampai
tahun 2015 Indonesia telah mengirimkan kontingen Garudanya sampai
dengan kontingen Garuda yang ke dua puluh enam (XXVI).
Bagi bangsa Indonesia pengiriman Misi Garuda untuk memenuhi
permintaan PBB memiliki alasan yang kuat. Yang pertama sesuai
dengan Pembukaan UUD 1945 alinea keempat yang berbunyi ikut
melaksanaka ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi dan
keadilan sosial dan kedua sesuai dengan politik Luar Ngeri Indonesia
bebas aktif, diantaranya :
a. Ikut serta sebagai anggota Dewan Keamanan PBB.
b. Mewujudkan Landasan ideologi Indonesia (Pancasila).
c. Menyesuaikan Landasan Konstitusional Indonesia (Pembukaan
UUD 1945).
d. Perwujudan dari politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif.

3. Peranan
Dalam hal ini Indonesia sudah cukup banyak pengirimkan
Kontingen Garuda (KONGA) ke luar negeri. Sampai tahun 2014
Indonesia telah mengirimkan kontingen Garudanya sampai dengan
kontingen Garuda yang ke duapuluh tiga (XXIII). Pengiriman Misi
Garuda yang pertama kali dilakukan pada bulan Januari 1957.
Pengiriman Misi Garuda dilatarbelakangi adanya konflik di Timur
Tengah terkait masalah nasionalisasi Terusan Suez yang dilakukan oleh
Presiden Mesir Ghamal Abdul Nasser pada 26 Juli 1956. Sebagai
akibatnya, pertikaian menjadi meluas dan melibatkan negara-negara di
luar kawasan tersebut yang berkepentingan dalam masalah Suez.
Pada bulan Oktober 1956, Inggris, Perancis dan Israel melancarkan
serangan gabungan terhadap Mesir. Situasi ini mengancam perdamaian
dunia sehingga Dewan Keamanan PBB turun tangan dan mendesak
pihak-pihak yang bersengketa untuk berunding. Dalam Sidang Umum
PBB Menteri Luar Kanada Lester B.Perason mengusulkan agar
dibentuk suatu pasukan PBB untuk memelihara perdamaian di Timur
Tengah. Usul ini disetujui Sidang dan pada tanggal 5 November 1956
Sekjen PBB membentuk sebuah komando PBB dengan nama United
Nations Emergency Forces (UNEF). Pada tanggal 8 November
Indonesia menyatakan kesediannya untuk turut serta menyumbangkan
pasukan dalam UNEF.
Sebagai pelaksanaanya, pada 28 Desember 1956, dibentuk sebuah
pasukan yang berkuatan satu detasemen (550 orang) yang terdiri dari
kesatuan-kesatuan Teritorium IV/Diponegoro dan Teritorium
V/Brawijaya. Kontingen Indonesia untuk UNEF yang diberinama
Pasukan Garuda ini diberangkatkan ke Timur Tengah pada bulan
Januari 1957.Untuk kedua kalinya Indonesia mengirimkan kontingen
untuk diperbantukan kepada United Nations Operations for the Congo
(UNOC) sebanyak satu batalyon. Pengiriman pasukan ini terkait
munculnya konflik di Kongo (Zaire sekarang). Konflik ini muncul
berhubungan dengan kemerdekaan Zaire pada bulan Juni 1960 dari
Belgia yang justru memicu pecahnya perang saudara.
Untuk mencegah pertumpahan darah yang lebih banyak, maka PBB
membentuk Pasukan Perdamaian untuk Kongo, UNOC. Pasukan kali
ini di sebut “Garuda II” yang terdiri atas Batalyon 330/Siliwangi,
Detasemen Polisi Militer, dan Peleton KKO Angkatan Laut. Pasukan
Garuda II berangkat dari Jakarta tanggal 10 September 1960 dan
menyelesaikan tugasnya pada bulan Mei 1961. Tugas pasukan Garuda
II di Kongo kemudian digantikan oleh pasukan Garuda III yang
bertugas dari bulan Desember 1962 sampai bulan Agustus 1964.
Peran aktif Indonesia dalam menjaga perdamaian dunia terus
berlanjut, ketika meletus perang saudara antara Vietnam Utara dan
Vietnam Selatan. Indonesia kembali diberikan kepercayaan oleh PBB
untuk mengirim pasukannya sebagai pasukan pemelihara perdamaian
PBB. Untuk menjaga stabilitas politik di kawasan Indocina yang terus
bergolak akibat perang saudara tersebut, PBB membentuk International
Commission of Control and Supervission (ICCS) sebagai hasil dari
persetujuan internasional di Paris pada tahun 1973. Komisi ini terdiri
atas empat negara, yaitu Hongaria, Indonesia, Kanada dan Polandia.
Tugas ICCS adalah mengawasi pelanggaran yang dilakukan kedua
belah pihak yang bertikai.
Pasukan perdamaian Indonesia yang dikirim ke Vietnam disebut
sebagai Pasukan Garuda IV yang berkekuatan 290 pasukan, bertugas di
Vietnam dari bulan Januari 1973, untuk kemudian diganti dengan
Pasukan Garuda V, dan kemudian pasukan Garuda VII. Pada tahun
1975 Pasukan Garuda VII ditarik dari Vietnam karena seluruh Vietnam
jatuh ketangan Vietcong (Vietnam Utara yang komunis).Pada tahun
1973, ketika pecah perang Arab-Israel ke 4, UNEF diaktifkan lagi
dengan kurang lebih 7000 anggota yang terdiri atas kesatuan-kesatuan
Australia, Finlandia, Swedia, Irlandia, Peru, Panama, Senegal, Ghana
dan Indonesia.Kontingen Indonesia semula berfungsi sebagai pasukan
pengamanan dalam perundingan antara Mesir dan Israel. Tugas
pasukan Garuda VI berakhir 23 September 1974 untuk digantikan
dengan Pasukan Garuda VIII yang bertugas hingga tanggal 17 Februari
1975.
Sejak tahun 1975 hingga kini dapat dicatat peran Indonesia dalam
memelihara perdamaian dunia semakin berperan aktif, ditandai dengan
didirikannya Indonesian Peace Security Centre (IPSC/Pusat Perdamaian
dan Keamanan Indonesia) pada tahun 2012, yang didalamnya terdapat
unit yang mengelola kesiapan pasukan yang akan dikirim untuk
menjaga perdamaian dunia.

C.Deklarasi Djuanda
1. Latar Belakang
a.Setiap pulau di Indonesia kala itu hanya memiliki luas laut
sepanjang Mil dihitung dari garis pantai.
b. Luas laut yang sempit ini menjadikan setiap pulau di Indonesia
terpisah oleh kawasan laut bebas.
c.Setiap pulau di Indonesia yang terpisah oleh kawasan laut
bebas,menjadikan kawasan ini bebas dilewati oleh pihak-pihak
asing. Integrasi Nasional menjadi terancam dikarenakan
pihak-pihak asing bebas melakukan aktivitas pelayaran di antara
pulau-pulau Indonesia.
d.Terbatasnya kebijakan Pemerintah Indonesia yang ingin
direalisasikan terkendala dengan sempitnya wilayah Indonesia.

2. Tujuan
a.Untuk mewujudkan bentuk wilayah Kesatuan Republik Indonesia
yang utuh dan bulat.
b.Untuk menentukan batas-batas wilayah NKRI, sesuai dengan azas
negara Kepulauan.
c. Untuk mengatur lalu lintas damai pelayaran yang lebih menjamin
keamanan dan keselamatan NKRI.
d.Untuk mengatasi masalah di atas, pemerintah Indonesia dipimpin
oleh PM Juanda pada tanggal 13 Desember 1957 telah
mengeluarkan keputusan yang dikenal dengan Deklarasi djuanda,
yang isinya :
1) Demikesatuan bangsa, integritas wilayah, serta kesatuan
ekonomi, ditarik garis-garis pangkal lurus yang
menghubungkan titi-titik terluar dari pulau-pulau terluar.
2) Negara berdaulat atas segala perairan yang terletak dalam
garis-garis pangkal lurus termasuk dasar laut dan tanah
dibawahnya serta ruang udara di atasnya, dengan segala
kekayaan didalamnya.
3) Laut territorial seluas 12 mil diukur dari pulau yang terluar.
4) Hak lintas damai kapal asing melalui perairan Nusantara
(archipelago watwrs) dijamin tidak merugikan kepentingan
negara pantai, baik keamanan maupun ketertibannya.

3. Peranan
1) Menetapkan batas terluar ZEE Indonesia dalam suatu peta yang disertai
koordinat dan titik-titiknya : Menetapkan dalam persetujuan-persetujuan
dengan negara tetangga tentang batas-batas dan ZEE Indonesia yang mungkin
tumpang tindih dengan ZEE negara tetangga.
2) Konsepsi yang berbeda dan masing-masing merupakan konsep yang sui
generis.
3) Mengumumkan dan mendepositkan copy dan peta-peta atau daftar
koordinat-koordinat tersebut pada Sekjen PBB (Pasal 75).

2.4 GNB (Gerakan Non Blok)


A. Latar Belakang
1) Munculnya dua blok, yaitu Blok Barat di bawah Amerika Serikat dan Blok
Timur di bawah Uni Soviet yang saling memperebutkan pengaruh di dunia.
2) Adanya kecemasan negara-negara yang baru merdeka dan negara-negara
berkembang, sehingga berupaya meredakan ketegangan dunia.
3) Ditandatanganinya “Dokumen Brioni” tahun 1956 oleh Presiden Joseph Broz
Tito (Yugoslavia), PM Jawaharlal Nehru (India), Presiden Gamal Abdul
Nasser (Mesir), bertujuan mempersatukan negara-negara non blok.
4) Terjadinya krisis Kuba 1961 karena US membangun pangkalan militer di
Kuba secara besar-besaran, sehingga mengkhawatirkan AS.
5) Pertemuan 5 orang negarawan pada sidang umum PBB di markas besar PBB,
yaitu:
a) Presiden Soekarno (Indonesia)
b) PM Jawaharlal Nehru (India)
c) Presiden Gamal Abdul Nasser (Mesir)
d) Presiden Joseph Broz Tito (Yugoslavia)
e) Presiden Kwame Nkrumah (Ghana)

B. Tujuan
1) Mendukung perjuangan dekolonisasi dan memegang teguh
perjuangan melawan imperialisme, kolonialisme, neokolonialisme,
rasialisme, apartheid, zionisme.
2) Merupakan wadah perjuangan sosial politik negara-negara yang
sedang berkembang.
3) Mengurangi ketegangan antara Blok Barat yang di pimpin oleh
Amerika Serikat dan Blok Timur yang di pimpin oleh Uni Soviet.
4) Tidak membenarkan usaha penyelesaian sengketa dengan kekerasan
senjata.

C. Peranan
1) Presiden pertama Republik Indonesia yaitu Ir. Soekarno menjadi salah satu
pemrakarsa berdirinya Organisasi tersebut bersama dengan 4 kepala negara
sahabat lainnya, yaitu Presiden Yugoslavia Josip Broz Tito, Perdana menterii
India Pandit Jawaharlal Nehru, Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser, dan
Perdana Menteri Ghana Kwame Nkrumah.
2) GNB lahir sebagai suatu solusi atas beberapa kekisruhan yang terjadi di dunia
internasional di sera tahun 1950-an, dimana pada waktu itu telah terjadi
perang dingin antara Amerika Serikat dan uni Sovyet yang membawa dampak
besar bagi beberapa negara, seperti Jerman, Vietnam, serta semenanjung
Korea.
3) Salah satu alasan terjadinya perang dingin diantara 2 negara adikuasa tersebut
adalah untuk memperebutkan negara-negara yang berada di kawasan Asia
Timur serta Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, thailand, serta
negara-negara yang banyak menghasilkan energi dunia seperti Qatar, Uni
Emirat Arab, serta Kuwait.
Awal kelahiran Gerakan Non Blok adalah ketika terjadi Konferensi Asia
afrika (KAA) di Bandung pada tahun 1955 dimana kurang lebih 29 kepala
negara di kawasan Asia dan Afrika berkumpul guna melakukan identifikasi
serta pendalaman berbagai masalah yang menimpa dunia kala itu, serta
mendeklarasikan keinginan mereka untuk tidak terlibat dalam konfrontasi
kedua blok yang sedang bertikai tersebut.

2.5 ASEAN (Association of Southeast Asian Nations)


A. Latar Belakang
Latar belakang berdirinya ASEAN karena adanya beberapa faktor. Adapun
faktor faktor yang melatarbelakangi beridirnya ASEAN adalah sebagai
berikut:
1) Persamaan geografis.
2) Persamaan nasib yang pernah dijadikan negara jajahan dan kolinasasi.
3) Persamaan budaya.
4) Persamaan kepentingan di berbagai bidang.

Seperti yang kita ketahui, baik negara Indonesia, Thailand, Filipina,


Singapura, dan Malaysia memang terdapat di benua yang sama yakni Asia
Tenggara. Hal ini tentunya memicu persamaan geografis yang juga diikuti
oleh persamaan budaya yang berkembang di masyarakat. Selain itu
persamaan kepentingan untuk memajukan sektor sektor negara di berbagai
bidang juga menjadi latar belakang berdirinya ASEAN.

B. Tujuan
1) Mempercepat kemajuan dan pertumbuhan di bidang ekonomi, sosial
dan budaya di kawasan Asia Tenggara.
2) Meningkatkan kerjasama antar negara se-Asia tenggara dengan cara
saling membantu demi mencapai kepentingan bersama di bidang
ekonomi, sosial, budaya, ilmu pengetahuan dan administrasi.
3) Meningkatkan stabilitas nasional agar tercipta perdamaian.
4) Meningkatkan kerjasama untuk memajukan pelatihan, pendidikan
serta penelitian di Asia Tenggara.
5) Memelihara kerjasama ditengah tengah organisasi regional maupun
organisasi internasional yang ada.

C. Peranan
1. Sebagai salah satu pendiri ASEAN
Indonesia adalah salah satu dari lima negara pemrakarsa berdirinya
ASEAN. Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa dasar berdirinya
ASEAN adalah deklarasi Bangkok, dimana deklarasi tersebut ditanda tangani
oleh menteri luar negri dari kelima negara pendiri ASEAN, Yaitu :
 Adam Malik dari Indonesia
 Narsisco Ramos dari Filipina
 Tun Abdul Razak dari Malaysia
 Rajaratnam dari Singapura
 Thanat Koman dari Thailand

2. Sebagai Salah Satu Pemimpin ASEAN


Pada Zaman Orde Baru yaitu pada masa kepemimpinan Presiden Suharto
(tahun 2004), Indonesia menjadi pemimpin ASEAN, dimana dengan gaya
kepemimpinannya Indonesia mampu menjalin hubungan kerjasama yang baik
dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara.

3. Sebagai Tuan Rumah KTT Asean


Indonesia telah mendapatkan kepercayaan untuk mengadakan beberapa
kali Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN. Adapun KTT ASEAN yang
pernah diselenggarakan di Indonesia antara lain adalah :
 KTT ASEAN Ke-1 yang dilaksanakan pada 23 hingga 24 Februari 1976
di Bali. Dalam KTT tersebut terdapat kesepakatan tentang
pembentukan sekretariat ASEAN yang berpusat di Jakarta dengan
Sekretaris Jendral (Sekjen) pertamanya adalah putra Indonesia yang
bernama H.R. Dharsono
 KTT ASEAN ke-9 yang dilaksanakan pada 7 hingga 8 Oktober 2003 di
Bali. Dalam KTT tersebut, Indonesia mengusulkan pembentukan
Komunitas Asean (Asean Community) yang mencakup bidang
ekonomi, sosial, budaya, serta keamanan.
 KTT ASEAN ke-18 yang dilaksakan pada tanggal 4 hingga 8 Mei 2011
di Jakarta
 KTT ASEAN ke-19 yang dilaksanakan pada tanggal 17 hingga 19
Nopember 2011 di Bali. Dalam Konferensi tersebut didapat
kesepakatan tentang Kawasan bebas senjata nuklir di Asia tenggara
atau yang dikenal dengan Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone
(SEANWFZ)

4. Mampu menciptakan perdamaian di kawasan Asia Tenggara


Indonesia telah banyak membantu menjaga perdamaian khususnya di
kawasan Asia Tenggara, yaitu dengan membantu penyelesaian
konflik-konflik yang dialami oleh negara anggota ASEAN lainnya.
 Pada tahun 1987, Indonesia menjadi penengah saat terjadinya konflik
antara Kamboja dan Vietnam yang pada akhirnya pada tahun 1991
dalam Konferensi Paris, kedua negara tersebut menyepakati adanya
perjanjian damai.
 Indonesia menjadi penengah antara Moro National Front Liberation
(MNFL) dengan pemerintah Filiphina, yang pada akhirnya kedua
belah pihak tersebut sepakat untuk melakukan perjanjian damai yang
dilakukan pada pertemuan di Indonesia.

2.6 OKI (Organisasi Kerjasama Islam)


A. Latar Belakang
Beberapa hal berikut inilah yang melatar belakangi berdirinya OKI
(Organisasi Konferensi Islam):
1) Terjadinya pembakaran masjidil Aqsha oleh Israel.
2) Israel menduduki negara-negara jazirah Arab yang menyebabkan perang
Arab-Israel pada tahun 1967.
3) Isreal menduduki Yarussalem.

B. Tujuan
Selain itu tujuan utama dibentuknya OKI (Organisasi Konferensi Islam)
adalah sebagai berikut:
1) Melenyapkan perbedaarn diskriminasi, kolonialisme dan rasial.
2) Memperteguh dan menjunjung tinggi perjuangan umat islam.
3) Membantu dan mendukung Palestina untuk memperjuangkan kemerdekaan.
4) Meningkatkan solidaritas antar negara-negara islam.
5) Melindungi tempat-tempat suci dan ibadah agama.

C. Peranan
1) Indonsia memberikan andil penyelesaian sengketa antara pakistan dan
bangladesh.
2) Indonesia turut menyelesaikan masalah muslim Moro di Filipina.
3) Indonesia membantu perjuangan rakyat Palestina.
4) Mendukung perjuangan OKI melenyapkan Rasial, Diskriminasi, dan
Kolonialisme di dunia.
5) Sebagai pemrakarsa dibentuknya ''Tata informasi Baru Dunia Islam''.

2.7 JIM (Jakarta imformal Meeting)


A. Latar Belakang
Invasi (serbuan) yang terjadi kepada Kamboja yang dilakukan pada tahun
1978 segera menarik perhatian dunia. Negara-negara Barat yang dipelopori
oleh Amerika Serikat mengutuk invasi Vietnam tersebut, sedangkan
negara-negara Blok Timur yang dipelopori oleh Uni Soviet mendukung sikap
Vietnam itu.

B. Tujuan
Untuk mendamaikan pihak-pihak yang bertikai atau berperang di kamboja
dengan cara mempertemukan mereka dalam suatu perundingan. Akhirnya
dibentuklah jakarta informal meeting(JIM).artinya pertemuan tidak resmi
yang diadakan di Jakarta tahun 1988.
Jakarta Informal Meeting (JIM) adalah upaya ASEAN yang bertujuan
untuk menyelesaikan konflik antara Thailand dan Kamboja. Konflik ini
berlangsung pada tanggal 4-6 Februari 2011, yang menewaskan 8 orang dan
mencederai beberapa orang.

Pertemuan ini digelar pada tanggal 22 Februari 2011 di Jakarta yang


digelar Informal Foreign Minister’s Meeting (Pertemuan Infromal Para
Menteri Luar Negeri Negara Anggota ASEAN) dengan agenda tunggal yaitu
penyelesaian konflik antara Kamboja dan Thailand.

Dua masalah yang dianggap penting dalam penyelesaian masalah Kamboja


yang ditemukan pada pertemuan ini adalah sebagai berikut:
1) Penarikan pasukan Vietnam dari Kamboja akan dilaksanakan dalam
kaitannya dengan penyelesaian politik menyeluruh. Vietnam mulai
memberikan janji dan bersedia menarik pasukannya dari Kamboja.
2) Munculnya upaya untuk mencegah kembalinya rezim Pol Pot, yang
semasa berkuasa di Kamboja telah melakukan pembantaian keji
terhadap jutaan rakyat.

C. Peranan
Keberhasilan Indonesia menyelenggarakan Jakarta Informal
Meeting ternyata mendapat apresiasi dari Dewan Keamanan PBB. Seluruh
anggota Dewan keamanan PBB menyetujui upaya pembentukan
pemerintahan transisi di Kamboja dengan membentuk United Nation
Transitional Authority in Cambodia (UNTAC) tanggal 28 Februari 1992
berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 745.

Pasca pembentukan UNTAC, Indonesia mengambil peran dengan


mengirimkan pasukan Kontingen Garuda XII A – XII D untuk menjaga
transisi pemerintahan di Kamboja. Bahkan jumlah pasukan Kontingen Garuda
Indonesia di UNTAC sebanyak 2.000 personil militer ataupun polisi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hubungan dan kerjasama antar bangsa muncul karena tidak meratanya
pembagian kekayaan alam dan perkembangan industri di seluruh dunia
sehingga terjadi saling ketergantungan antara bangsa dan negara yang
berbeda.Karena hubungan dan kerjasama ini terjadi terus menerus, sangatlah
penting untuk memelihara dan mengaturnya sehingga bermanfaat dalam
pengaturan khusus sehingga tumbuh rasa persahabatan dan saling pengertian
antar bangsa di dunia. Politik luar negeri adalah strategi yang digunakan suatu
negara dalam hubungannya dengan negara-negara lain. Maka politik luar
negeri berhubungan erat dengan kebijakan yang akan dipilih oleh suatu
negara. Hal ini terkait dengan politik luar negeri yang diterapkan Indonesia.
Kebijakan politik luar negeri Indonesia bebas aktif tentunya merupakan
strategi politik yang diterapkan Indonesia dalam politik global. Agar prinsip
bebas aktif ini dapat dioperasionalisasikan dalam politik luar negeri Indonesia
maka setiap periode pemerintahan hendaklah menetapkan landasan
operasional politik luar negeri Indonesia yang senantiasa berubah sesuai
dengan kepentingan nasional.

Perumusan politik luar negeri suatu negara tak terlepas dari kepentingan
nasional negara yang bersangkutan. Dengan kata lain, ketika kepentingan
nasional suatu negara terancam, maka politik luar negeri akan dikeluarkan
sebagai salah satu upaya dalam mengamankan kepentingan ansional negara
yang bersangkutan. Sengketa internasional adalah suatu perselisihan antara
subjek-subjek hukum internasional mengenai fakta, hukum atau politik
dimana tuntutan atau pernyataan satu pihak ditolak, dituntut balik atau
diingkari oleh pihak lainnya.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa hasil makalah ini belum lengkap dan masih jauh
dari pengharapan, Hal ini disebabkan karena keterbatasan ilmu dan literatur
yang penulis miliki pada saat ini. Penulis sangat mengharapkan kritikan
terutama dari pembaca dan teman-teman. Adanya kritikan yang
membangun yang bisa melengkapi makalah ini di masa mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.zonareferensi.com/konferensi-asia-afrika/
https://guruppkn.com/peran-indonesia-dalam-kaa
https://pendidikanmu.com/2018/11/konferensi-asia-afrika-dan-peran-indonesi
a-terlengkap.html
https://knowledgeisfreee.blogspot.com/2016/02/sejarah-deklarasi-djuanda.ht
ml
https://www.zonareferensi.com/deklarasi-djuanda/
https://guruppkn.com/peran-indonesia-dalam-gerakan-non-blok
http://zettablogs.blogspot.com/2016/03/pengertian-latar-belakang-dan-tujuan-
oki-organisasi-konferensi-islam.html
https://gurusiaga.com/qa/apa-tujuan-jim-jakarta-informal-meeting/

at February 10, 2019


Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Anda mungkin juga menyukai