Permaslahan Transportasi Perkotaan
Permaslahan Transportasi Perkotaan
Amburadulnya pelayanan angkutan umum menjadi salah satu penyebab kemacetan Jakarta.
Kondisi kendaraan yang tidak laik jalan berdampak pada berkurangnya minat masyarakat untuk
menggunakan angkutan umum.
Ketika akan naik angkutan, penumpang harus berlari dan berpeluh keringat. Saat sudah naik pun
harus bermandi keringat di antara para penumpang yang penuh sesak. Tak jarang penumpang harus
bergantungan di pintu kendaraan, yang sangat berisiko terhadap keselamatan jiwa. Mereka yang
diburu oleh waktu mau tidak mau harus berlari mengejar angkutan umum yang tak jarang
menyambut mereka dengan asap knalpot yang langsung menghantam wajah.
Selain harus berlari dan berdesak-desakan untuk bisa berangkat ke tempat tujuan,
ketidaknyamanan lain yang harus dirasakan penumpang angkutan umum adalah persoalan kondisi
fisik angkutan yang sangat tidak layak. Mulai dari bodi kendaraan yang berkarat dan keropos, atap
kendaraan yang berlubang, kaca jendela yang tidak lengkap, dan ban kendaraan yang tipis. Kondisi
fisik kendaraan seperti itu salah satunya dapat terlihat hampir di setiap jalan di Kota Jakarta. Salah
satunya terlihat di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur. Kondisi serupa pun terjadi pada
angkutan umum berjenis minibus, seperti Kopaja dan Metromini. Selain bodi yang penuh
tambalan, beberapa kaca jendela tampak tidak terpasang. Belum lagi coretan pada bagian dinding
dan atap yang mengganggu kenyamanan. Ban cadangan berukuran besar yang diletakkan di bagian
belakang pun sedikit menggangu penumpang yang duduk di bangku belakang.
Dari data yang diperoleh, di Jakarta saat ini terdapat sedikitnya 22.776 angkutan umum jenis bus
besar, sedang dan bus kecil dinilai telah berusia uzur. Bahkan 16.460 bus diantaranya telah reyot.
Jumlah tersebut merupakan hasil kalkulasi yang dikeluarkan Dinas Perhubungan (Dishub) DKI
dan Organda DKI.
Melihat kenyataan ini tidaklah heran jika upaya Pemprov DKI untuk mengubah pola masyarakat
untuk beralih ke angkutan umum dapat terbilang sia-sia. Karena tidak didukung dengan sarana
yang memadai. Kepulan asap knalpot, dan bodi kendaraan yang berkarat menjadi ciri khas
angkutan kota di Jakarta. Kondisi ini diperparah dengan perilaku pengemudi yang ugal-ugalan.
Angkutan umum yang tidak memadai mendorong masyarakat untuk menggunakan kendaraan
pribadi. Permasalahan pelayanan angkutan umum yang dihadapi pemerintah daerah adalah:
Pada trayek-trayek tertentu jumlah bus yang melayani angkutan tidak mencukupi, khususnya
pada saat permintaan puncak, tapi pada trayek lainnya terkadang sangat melebihi kebutuhan
sehingga pada gilirannya untuk mempertahankan operasi operator menterlantarkan kualitas
pelayanan.
Ukuran kendaraan tidak sesuai dengan permintaan yang ada, di banyak kota pelayanan
angkutan pada koridor utama dengan permintaan yang tinggi dilayani dengan angkutan umum
ukuran kecil/angkot yang kapasitas angkutnya hanya pada kisaran 10 orang. Fasilitis perhentian
yang tidak memadai, atap bocor, tidak dilengkapi dengan informasi jaringan angkutan umum yang
melewati perhentian tersebut, tidak dilengkapi dengan jadwal.
2. Masalah Parkir
Parkir merupakan suatu kebutuhan bagi pemilik kendaraan dan menginginkan kendaraannya
diparkir di tempat, di mana di tempat mudah untuk dicapai. Kemudahan yang diinginkan tersebut
salah satunya adalah parkir di badan jalan. Dengan demikian untuk mendesain suatu area parkir di
badan jalan ada 2 pilihan yakni pola pararel dan menyudut.
Dalam kaitannya antara hukum dengan perparkiran, maka pada saat pemilik kendaraan
memutuskan untuk memarkirkan kendaraannya di areal parkir baik itu on street
parking maupun off street parking, sudah terjadi hubungan hukum antara pemilik kendaraan dan
pengelola parkir.
Parkir on street sepenuhnya dikelola oleh BP (Badan Pengelola) Parkir sebagai perpanjangan
tangan dari pemerintah daerah, dengan demikian hubungan hukum yang berlaku antara BP parkir
dan konsumen parkir on street didasarkan pada hukum obyektif. Para konsumen yang memakai
tempat parkir on street ini akan membayar biaya parkir yang disebut dengan retribusi parkir.
Retribusi adalah pungutan yang dipungut oleh Negara baik oleh pemerintah pusat atau daerah
sehubungan dengan penggunaan fasilitas negara. Ada banyak sekali permasalahan mengenai
perparkiran. Sebelum lebih jauh membahas mengenai permasalahan dalam perparkiran, ada
baiknya mengidentifikasimasalah parkir, yaitu :
A. Berdasarkan jenis moda angkutan
Parkir Kendaraan Bermotor
Kendaraan roda 2
Kendaraan roda 4 (mobil penumpang)
bus/ Truk
Parkir Kendaraan Tidak Bermotor
Becak
B. Berdasarkan lokasi parki
Parkir di badan jalan (On-street Parking)
Parkir di luar badan jalan (Off-street Parking)
Aktifitas suatu pusat kegiatan akan menimbulkan aktifitas parkir kendaraan yang berpotensi
menimbulkan masalah antara lain:
1) Bangkitan tidak tertampung oleh fasilitas parkir di luar badan jalan yang tersedia, sehingga meluap
ke badan jalan. Luapan parkir di badan jalan akan mengakibatkan gangguan kelancaran arus
lalulintas.
2) Tidak tersedianya fasilitas parkir di luar badan jalan sehingga bangkitan parkir secara otomatis
memanfaatkan badan jalan untuk parkir.
Perparkiran menimbulkan permasalahan mulai dari masyarakat, pengelola parkir, bahkan
pemerintah daerah. Gaung dari jeritan konsumen terhadap permasalahan parkir sering di dengar di
media massa baik elektronik maupun cetak, berbagai pengaduan di Yayasan Lembaga Konsumen
Indonesia dan bahkan sampai di bawa ke pengadilan dan Badan Penyelesaian Sengketa
KonsumenPermasalahan tersebut antara lain : masalah penerapan tarif yang semena-mena,
kerusakan kendaraan di tempat parkir, kehilangan kendaraan, bahkan ketidak becusan Pemerintah
daerah sebagai pengelola parkir.
Contoh permasalahan yang terjadi di jakarta
Permaslahan parkir liar
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta melalui Dinas Perhubungan melakukan penertiban
parkir liar yang dianggap sebagai penyebab kemacetan dinilai tidak konsisten. Pasalnya,
penertiban yang belakangan ini digalakkan masih belum menimbulkan efek jera bagi para
pengendara.
Parkir liar tetap ada dan terus berlangsung. Dinas Perhubungan (Dishub) seharusnya secara terus-
menerus melakukan penertiban sehingga tidak lagi memberi kesempatan kepada masyarakat
memarkir kendaraan tidak pada tempatnya.
Pengamat transportasi sekaligus Ketua Dewan Transportasi Kota, Azas Tigor Nainggolan saat
dihubungi SH belum lama ini, menyayangkan kinerja Dishub DKI Jakarta dalam melakukan
penertiban parkir liar. permasalahan parkir liar di DKI Jakarta saat ini sudah sangat parah sehingga
menjadi salah satu penyumbang kemacetan. Contoh saja, parkir liar di kawasan Jatinegara Jakarta
Timur, Cikini, dan Jalan Kramat merupakan wilayah yang banyak ditemukan parkir liar.
Berbagai dampak yang ditimbulkan polusi udara akibat asap kendaraan bermotor:
1. Dampak kesehatan
Substansi pencemar yang terdapat di udara dapat masuk ke dalam tubuh melalui sistem
pernapasan. Jauhnya penetrasi zat pencemar ke dalam tubuh bergantung kepada jenis pencemar.
Partikulat berukuran besar dapat tertahan di saluran pernapasan bagian atas, sedangkan partikulat
berukuran kecil dan gas dapat mencapai paru-paru. Dari paru-paru, zat pencemar diserap
oleh sistem peredaran darah dan menyebar ke seluruh tubuh.Dampak kesehatan yang paling umum
dijumpai adalah ISPA (infeksi saluran pernapasan akut), termasuk di antaranya, asma, bronkitis,
dan gangguan pernapasan lainnya. Beberapa zat pencemar dikategorikan
sebagai toksik dan karsinogenik
Studi ADB memperkirakan dampak pencemaran udara di Jakarta yang berkaitan dengan kematian
prematur, perawatan rumah sakit, berkurangnya hari kerja efektif, dan ISPA pada tahun 1998
senilai dengan 1,8 trilyun rupiah dan akan meningkat menjadi 4,3 trilyun rupiah di tahun 2015.
2. Dampak terhadap tanaman
Tanaman yang tumbuh di daerah dengan tingkat pencemaran udara tinggi dapat terganggu
pertumbuhannya dan rawan penyakit, antara lain klorosis, nekrosis, dan bintik hitam. Partikulat
yang terdeposisi di permukaan tanaman dapat menghambat proses fotosintesis.
3. Hujan asam
pH normal air hujan adalah 5,6 karena adanya CO2 di atmosfer. Pencemar udara seperti SO2 dan
NO2 bereaksi dengan air hujan membentuk asam dan menurunkan pH air hujan. Dampak
dari hujan asam ini antara lain:
a. Mempengaruhi kualitas air permukaan
b. Merusak tanaman
c. Melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga mempengaruhi kualitas air
tanah dan air permukaan.
d. Bersifat korosif sehingga merusak material dan bangunan
4. Efek rumah kaca
Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO2, CFC, metana, ozon, dan N2O di
lapisantroposper yang menyerap radiasi panas matahari yang dipantulkan oleh permukaan bumi.
Akibatnya panas terperangkap dalam lapisan troposfer dan menimbulkan fenomena pemansan
global.
Dampak dari pemanasan global adalah:
a. Pencairan es di kutub
b. Perubahan iklim regional dan global
c. Perubahan siklus hidup flora dan fauna
5. Kerusakan lapisan ozon
Lapisan ozon yang berada di stratosfer (ketinggian 20-35 km) merupakan pelindung alami bumi
yang berfungsi memfilter radiasi ultraviolet B dari matahari. Pembentukan dan penguraian
molekul-molekul ozon (O3) terjadi secara alami di stratosfer. Emisi CFC yang mencapai stratosfer
dan bersifat sangat stabil menyebabkan laju penguraian molekul-molekul ozon lebih cepat dari
pembentukannya, sehingga terbentuk lubang-lubang pada lapisan ozon.Kerusakan lapisan ozon
menyebabkan sinar UV-B matahri tidak terfilter dan dapat mengakibatkan kanker kulit serta
penyakit pada tanaman.
Solusi
Solusi untuk mengatasi polusi udara kota terutama ditujukan pada pembenahan sektor transportasi,
tanpa mengabaikan sektor-sektor lain. Hal ini kita perlu belajar dari kota-kota besar lain di dunia,
yang telah berhasil menurunkan polusi udara kota dan angka kesakitan serta kematian yang
diakibatkan karenanya.
* Pembatasan usia kendaraan, terutama bagi angkutan umum, perlu dipertimbangkan sebagai salah
satu solusi. Sebab, semakin tua kendaraan, terutama yang kurang terawat, semakin besar potensi
untuk memberi kontribusi polutan udara.
* Potensi terbesar polusi oleh kendaraan bermotor adalah kemacetan lalu lintas dan tanjakan.
Karena itu, pengaturan lalu lintas, rambu-rambu, dan tindakan tegas terhadap pelanggaran
berkendaraan dapat membantu mengatasi kemacetan lalu lintas dan mengurangi polusi udara.
* Pemberian penghambat laju kendaraan di permukiman atau gang-gang yang sering diistilahkan
dengan “polisi tidur” justru merupakan biang polusi. Kendaraan bermotor akan memperlambat
laju
* Uji emisi harus dilakukan secara berkala pada kendaraan umum maupun pribadi meskipun secara
uji petik (spot check). Perlu dipikirkan dan dipertimbangkan adanya kewenangan tambahan bagi
polisi lalu lintas untuk melakukan uji emisi di samping memeriksa surat-surat dan kelengkapan
kendaraan yang lain.
* Penanaman pohon-pohon yang berdaun lebar di pinggir-pinggir jalan, terutama yang lalu
lintasnya padat serta di sudut-sudut kota, juga mengurangi polusi udara.
*Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor yang menimbulkan asap yang sangat banyak
Contoh kasus di ibu kota jakarta
Kendaraan Bermotor Penyumbang Polusi Udara Terbesar di Jakarta
Jakarta sebagai Ibukota Negara masih menjadi magnet yang mampu menarik para pendatang
daerah untuk berkunjung. Sayangnya, semakin tinggi populasi manusia di Jakarta, kepemilikan
kendaraan bermotorpun semakin tinggi.
Kepala Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta, Gamal Sinurat, mengakui
bahwa kendaraan bermotor merupakan penyumbang terbesar pencemaran udara di Jakarta.
Terlebih, saat memasuki waktu-waktu tertentu seperti ketika jam pulang kerja maupun saat
terjadi kemacetan panjang. dari alat pantau udara yang diletakkan di beberapa titik, terlihat
kualitas udara di Jakarta secara umum masih berada dibawah ambang batas. Hal tersebut akibat
dari kemacetan lalu lintas yang tidak pernah hilang di Jakarta. Sedangkan untuk meningkatkan
kualitas udara di Jakarta, telah melakukan pemantauan terhadap emisi gas buang yang dihasilkan
benda tak bergerak, yaitu cerobong asap di pabrik dan industri.
“Selain kendaraan bermotor, ada juga objek tidak bergerak seperti cerobong asap dari kawasan
industri, pembakaran sampah rumah tangga, dan tempat pembuangan sampah akhir. Namun,
memang kendaraan bermotorlah yang paling signifikan menyumbang (polusi), Ketua Komite
Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB), Ahmad Syafrudin, menyatakan, bahwa kualitas udara di
DKI Jakarta sudah sangat parah dan semakin memburuk, bahkan telah melebihi ambang batas
akibat pencemaran udara dari asap kendaraan bermotor setiap harinya. Berdasarkan riset yang
dilakukan Universitas Indonesia pada tahun 2006 untuk memeriksa kadar hidrokarbon yang ada
di udara di wilayah DKI Jakarta, tuturnya, menunjukkan bahwa udara di DKI Jakarta sudah jauh di
bawah garis rata-rata layak untuk paru-paru.