Anda di halaman 1dari 11

PERMASLAHAN TRANSPORTASI PERKOTAAN

1. Kemacetan Lalu Lintas


Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas yang
disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan. Kemacetan banyak terjadi
di kota-kota besar, terutamanya yang tidak mempunyai transportasi publik yang baik atau
memadai ataupun juga tidak seimbangnya kebutuhan jalan dengan kepadatan penduduk,
misalnya Jakarta.

penyebab kemacetan di yang biasa terjadi di Ibu Kota.


 Pertama, ruas jalan jauh di bawah kebutuhan normal yang seharusnya 20 persen dari total luas
kota.Saat ini, lahan jalan Jakarta hanya 6,2 persen saja dari total lahan.
 Kedua, moda angkutan umum belum sesuai dengan kebutuhan di kota besar. Menurut Andrinof,
angkutan umum utama di Jakarta harusnya berupa bus dan kereta yang bisa mengangkut
penumpang dalam jumlah besar.
 Ketiga yaitu minimnya jembatan penyeberangan orang atau terowongan penyeberangan orang.
Sehingga orang kerap kali menyeberang beramai-ramai saat arus lalu lintas sedang tinggi. Ini tentu
menghambat laju kendaraan.
 Keempat, karena kebijakan perumahan perkotaan yang salah. Rumah susun di Jakarta jumlahnya
amat kecil. Akibatnya, orang menyebar ke daerah pinggir. Penyebaran rumah ke pinggir membuat
orang lama dan banyak berada di jalan.
 Kelima karena banyaknya persimpangan jalan yang belum memiliki bangunan fly
over maupun underpass.
 Keenam, angka urbanisasi dan pertumbuhan penduduk di pinggir Jakarta amat tinggi. Jumlahnya
di atas 4,5 persen per tahun. Sementara, mayoritas dari mereka bekerja di Jakarta.
 ketujuh, yaitu karena banyaknya titik bottleneck, seperti di pintu-pintu masuk jalan tol.
 Delapan yaitu karena kurangnya angkutan massal seperti bus dan kereta.
 Terakhir, yaitu karena buruknya tata ruang dan kesalahan pemberian ijin bangunan seperti mall
dan ruko.
kemacetan lalu lintas dapat menimbulkan dampak-dampak negatif, antara lain :
a. Kerugian waktu, karena kecepatan yang rendah.
b. Pemborosan energi.
c. Keausan kendaraan lebih tinggi, karena waktu yang lebih lama untuk jarak yang
pendek, radiator tidak berfungsi dengan baik dan penggunaan rem yang lebih sering.
d. Meningkatkan polusi udara, karena pada kecepatan rendah konsumsi energi lebih tinggi, dan
mesin tidak beroperasi pada kondisi yang optimal.
e. Meningkatkan stress pengguna jalan.
f. Mengganggu kelancaran kendaraan darurat seperti: ambulans, pemadam kebakaran dalam
menjalankan tugasnya.
1. Tidak Memadainya Pelayanan Angkutan Umum

Amburadulnya pelayanan angkutan umum menjadi salah satu penyebab kemacetan Jakarta.
Kondisi kendaraan yang tidak laik jalan berdampak pada berkurangnya minat masyarakat untuk
menggunakan angkutan umum.
Ketika akan naik angkutan, penumpang harus berlari dan berpeluh keringat. Saat sudah naik pun
harus bermandi keringat di antara para penumpang yang penuh sesak. Tak jarang penumpang harus
bergantungan di pintu kendaraan, yang sangat berisiko terhadap keselamatan jiwa. Mereka yang
diburu oleh waktu mau tidak mau harus berlari mengejar angkutan umum yang tak jarang
menyambut mereka dengan asap knalpot yang langsung menghantam wajah.
Selain harus berlari dan berdesak-desakan untuk bisa berangkat ke tempat tujuan,
ketidaknyamanan lain yang harus dirasakan penumpang angkutan umum adalah persoalan kondisi
fisik angkutan yang sangat tidak layak. Mulai dari bodi kendaraan yang berkarat dan keropos, atap
kendaraan yang berlubang, kaca jendela yang tidak lengkap, dan ban kendaraan yang tipis. Kondisi
fisik kendaraan seperti itu salah satunya dapat terlihat hampir di setiap jalan di Kota Jakarta. Salah
satunya terlihat di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur. Kondisi serupa pun terjadi pada
angkutan umum berjenis minibus, seperti Kopaja dan Metromini. Selain bodi yang penuh
tambalan, beberapa kaca jendela tampak tidak terpasang. Belum lagi coretan pada bagian dinding
dan atap yang mengganggu kenyamanan. Ban cadangan berukuran besar yang diletakkan di bagian
belakang pun sedikit menggangu penumpang yang duduk di bangku belakang.
Dari data yang diperoleh, di Jakarta saat ini terdapat sedikitnya 22.776 angkutan umum jenis bus
besar, sedang dan bus kecil dinilai telah berusia uzur. Bahkan 16.460 bus diantaranya telah reyot.
Jumlah tersebut merupakan hasil kalkulasi yang dikeluarkan Dinas Perhubungan (Dishub) DKI
dan Organda DKI.
Melihat kenyataan ini tidaklah heran jika upaya Pemprov DKI untuk mengubah pola masyarakat
untuk beralih ke angkutan umum dapat terbilang sia-sia. Karena tidak didukung dengan sarana
yang memadai. Kepulan asap knalpot, dan bodi kendaraan yang berkarat menjadi ciri khas
angkutan kota di Jakarta. Kondisi ini diperparah dengan perilaku pengemudi yang ugal-ugalan.
Angkutan umum yang tidak memadai mendorong masyarakat untuk menggunakan kendaraan
pribadi. Permasalahan pelayanan angkutan umum yang dihadapi pemerintah daerah adalah:
Pada trayek-trayek tertentu jumlah bus yang melayani angkutan tidak mencukupi, khususnya
pada saat permintaan puncak, tapi pada trayek lainnya terkadang sangat melebihi kebutuhan
sehingga pada gilirannya untuk mempertahankan operasi operator menterlantarkan kualitas
pelayanan.
Ukuran kendaraan tidak sesuai dengan permintaan yang ada, di banyak kota pelayanan
angkutan pada koridor utama dengan permintaan yang tinggi dilayani dengan angkutan umum
ukuran kecil/angkot yang kapasitas angkutnya hanya pada kisaran 10 orang. Fasilitis perhentian
yang tidak memadai, atap bocor, tidak dilengkapi dengan informasi jaringan angkutan umum yang
melewati perhentian tersebut, tidak dilengkapi dengan jadwal.
2. Masalah Parkir
Parkir merupakan suatu kebutuhan bagi pemilik kendaraan dan menginginkan kendaraannya
diparkir di tempat, di mana di tempat mudah untuk dicapai. Kemudahan yang diinginkan tersebut
salah satunya adalah parkir di badan jalan. Dengan demikian untuk mendesain suatu area parkir di
badan jalan ada 2 pilihan yakni pola pararel dan menyudut.
Dalam kaitannya antara hukum dengan perparkiran, maka pada saat pemilik kendaraan
memutuskan untuk memarkirkan kendaraannya di areal parkir baik itu on street
parking maupun off street parking, sudah terjadi hubungan hukum antara pemilik kendaraan dan
pengelola parkir.
Parkir on street sepenuhnya dikelola oleh BP (Badan Pengelola) Parkir sebagai perpanjangan
tangan dari pemerintah daerah, dengan demikian hubungan hukum yang berlaku antara BP parkir
dan konsumen parkir on street didasarkan pada hukum obyektif. Para konsumen yang memakai
tempat parkir on street ini akan membayar biaya parkir yang disebut dengan retribusi parkir.
Retribusi adalah pungutan yang dipungut oleh Negara baik oleh pemerintah pusat atau daerah
sehubungan dengan penggunaan fasilitas negara. Ada banyak sekali permasalahan mengenai
perparkiran. Sebelum lebih jauh membahas mengenai permasalahan dalam perparkiran, ada
baiknya mengidentifikasimasalah parkir, yaitu :
A. Berdasarkan jenis moda angkutan
 Parkir Kendaraan Bermotor
Kendaraan roda 2
Kendaraan roda 4 (mobil penumpang)
bus/ Truk
 Parkir Kendaraan Tidak Bermotor
Becak
B. Berdasarkan lokasi parki
 Parkir di badan jalan (On-street Parking)
 Parkir di luar badan jalan (Off-street Parking)
Aktifitas suatu pusat kegiatan akan menimbulkan aktifitas parkir kendaraan yang berpotensi
menimbulkan masalah antara lain:
1) Bangkitan tidak tertampung oleh fasilitas parkir di luar badan jalan yang tersedia, sehingga meluap
ke badan jalan. Luapan parkir di badan jalan akan mengakibatkan gangguan kelancaran arus
lalulintas.
2) Tidak tersedianya fasilitas parkir di luar badan jalan sehingga bangkitan parkir secara otomatis
memanfaatkan badan jalan untuk parkir.
Perparkiran menimbulkan permasalahan mulai dari masyarakat, pengelola parkir, bahkan
pemerintah daerah. Gaung dari jeritan konsumen terhadap permasalahan parkir sering di dengar di
media massa baik elektronik maupun cetak, berbagai pengaduan di Yayasan Lembaga Konsumen
Indonesia dan bahkan sampai di bawa ke pengadilan dan Badan Penyelesaian Sengketa
KonsumenPermasalahan tersebut antara lain : masalah penerapan tarif yang semena-mena,
kerusakan kendaraan di tempat parkir, kehilangan kendaraan, bahkan ketidak becusan Pemerintah
daerah sebagai pengelola parkir.
Contoh permasalahan yang terjadi di jakarta
Permaslahan parkir liar
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta melalui Dinas Perhubungan melakukan penertiban
parkir liar yang dianggap sebagai penyebab kemacetan dinilai tidak konsisten. Pasalnya,
penertiban yang belakangan ini digalakkan masih belum menimbulkan efek jera bagi para
pengendara.

Parkir liar tetap ada dan terus berlangsung. Dinas Perhubungan (Dishub) seharusnya secara terus-
menerus melakukan penertiban sehingga tidak lagi memberi kesempatan kepada masyarakat
memarkir kendaraan tidak pada tempatnya.

Pengamat transportasi sekaligus Ketua Dewan Transportasi Kota, Azas Tigor Nainggolan saat
dihubungi SH belum lama ini, menyayangkan kinerja Dishub DKI Jakarta dalam melakukan
penertiban parkir liar. permasalahan parkir liar di DKI Jakarta saat ini sudah sangat parah sehingga
menjadi salah satu penyumbang kemacetan. Contoh saja, parkir liar di kawasan Jatinegara Jakarta
Timur, Cikini, dan Jalan Kramat merupakan wilayah yang banyak ditemukan parkir liar.

3. Polusi Akibat Kendaraan Bermotor

Berbagai dampak yang ditimbulkan polusi udara akibat asap kendaraan bermotor:
1. Dampak kesehatan
Substansi pencemar yang terdapat di udara dapat masuk ke dalam tubuh melalui sistem
pernapasan. Jauhnya penetrasi zat pencemar ke dalam tubuh bergantung kepada jenis pencemar.
Partikulat berukuran besar dapat tertahan di saluran pernapasan bagian atas, sedangkan partikulat
berukuran kecil dan gas dapat mencapai paru-paru. Dari paru-paru, zat pencemar diserap
oleh sistem peredaran darah dan menyebar ke seluruh tubuh.Dampak kesehatan yang paling umum
dijumpai adalah ISPA (infeksi saluran pernapasan akut), termasuk di antaranya, asma, bronkitis,
dan gangguan pernapasan lainnya. Beberapa zat pencemar dikategorikan
sebagai toksik dan karsinogenik
Studi ADB memperkirakan dampak pencemaran udara di Jakarta yang berkaitan dengan kematian
prematur, perawatan rumah sakit, berkurangnya hari kerja efektif, dan ISPA pada tahun 1998
senilai dengan 1,8 trilyun rupiah dan akan meningkat menjadi 4,3 trilyun rupiah di tahun 2015.
2. Dampak terhadap tanaman
Tanaman yang tumbuh di daerah dengan tingkat pencemaran udara tinggi dapat terganggu
pertumbuhannya dan rawan penyakit, antara lain klorosis, nekrosis, dan bintik hitam. Partikulat
yang terdeposisi di permukaan tanaman dapat menghambat proses fotosintesis.
3. Hujan asam
pH normal air hujan adalah 5,6 karena adanya CO2 di atmosfer. Pencemar udara seperti SO2 dan
NO2 bereaksi dengan air hujan membentuk asam dan menurunkan pH air hujan. Dampak
dari hujan asam ini antara lain:
a. Mempengaruhi kualitas air permukaan
b. Merusak tanaman
c. Melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga mempengaruhi kualitas air
tanah dan air permukaan.
d. Bersifat korosif sehingga merusak material dan bangunan
4. Efek rumah kaca
Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO2, CFC, metana, ozon, dan N2O di
lapisantroposper yang menyerap radiasi panas matahari yang dipantulkan oleh permukaan bumi.
Akibatnya panas terperangkap dalam lapisan troposfer dan menimbulkan fenomena pemansan
global.
Dampak dari pemanasan global adalah:
a. Pencairan es di kutub
b. Perubahan iklim regional dan global
c. Perubahan siklus hidup flora dan fauna
5. Kerusakan lapisan ozon
Lapisan ozon yang berada di stratosfer (ketinggian 20-35 km) merupakan pelindung alami bumi
yang berfungsi memfilter radiasi ultraviolet B dari matahari. Pembentukan dan penguraian
molekul-molekul ozon (O3) terjadi secara alami di stratosfer. Emisi CFC yang mencapai stratosfer
dan bersifat sangat stabil menyebabkan laju penguraian molekul-molekul ozon lebih cepat dari
pembentukannya, sehingga terbentuk lubang-lubang pada lapisan ozon.Kerusakan lapisan ozon
menyebabkan sinar UV-B matahri tidak terfilter dan dapat mengakibatkan kanker kulit serta
penyakit pada tanaman.
Solusi
Solusi untuk mengatasi polusi udara kota terutama ditujukan pada pembenahan sektor transportasi,
tanpa mengabaikan sektor-sektor lain. Hal ini kita perlu belajar dari kota-kota besar lain di dunia,
yang telah berhasil menurunkan polusi udara kota dan angka kesakitan serta kematian yang
diakibatkan karenanya.
* Pembatasan usia kendaraan, terutama bagi angkutan umum, perlu dipertimbangkan sebagai salah
satu solusi. Sebab, semakin tua kendaraan, terutama yang kurang terawat, semakin besar potensi
untuk memberi kontribusi polutan udara.
* Potensi terbesar polusi oleh kendaraan bermotor adalah kemacetan lalu lintas dan tanjakan.
Karena itu, pengaturan lalu lintas, rambu-rambu, dan tindakan tegas terhadap pelanggaran
berkendaraan dapat membantu mengatasi kemacetan lalu lintas dan mengurangi polusi udara.
* Pemberian penghambat laju kendaraan di permukiman atau gang-gang yang sering diistilahkan
dengan “polisi tidur” justru merupakan biang polusi. Kendaraan bermotor akan memperlambat
laju
* Uji emisi harus dilakukan secara berkala pada kendaraan umum maupun pribadi meskipun secara
uji petik (spot check). Perlu dipikirkan dan dipertimbangkan adanya kewenangan tambahan bagi
polisi lalu lintas untuk melakukan uji emisi di samping memeriksa surat-surat dan kelengkapan
kendaraan yang lain.
* Penanaman pohon-pohon yang berdaun lebar di pinggir-pinggir jalan, terutama yang lalu
lintasnya padat serta di sudut-sudut kota, juga mengurangi polusi udara.
*Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor yang menimbulkan asap yang sangat banyak
Contoh kasus di ibu kota jakarta
Kendaraan Bermotor Penyumbang Polusi Udara Terbesar di Jakarta

Jakarta sebagai Ibukota Negara masih menjadi magnet yang mampu menarik para pendatang
daerah untuk berkunjung. Sayangnya, semakin tinggi populasi manusia di Jakarta, kepemilikan
kendaraan bermotorpun semakin tinggi.

Kepala Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta, Gamal Sinurat, mengakui
bahwa kendaraan bermotor merupakan penyumbang terbesar pencemaran udara di Jakarta.
Terlebih, saat memasuki waktu-waktu tertentu seperti ketika jam pulang kerja maupun saat
terjadi kemacetan panjang. dari alat pantau udara yang diletakkan di beberapa titik, terlihat
kualitas udara di Jakarta secara umum masih berada dibawah ambang batas. Hal tersebut akibat
dari kemacetan lalu lintas yang tidak pernah hilang di Jakarta. Sedangkan untuk meningkatkan
kualitas udara di Jakarta, telah melakukan pemantauan terhadap emisi gas buang yang dihasilkan
benda tak bergerak, yaitu cerobong asap di pabrik dan industri.

“Selain kendaraan bermotor, ada juga objek tidak bergerak seperti cerobong asap dari kawasan
industri, pembakaran sampah rumah tangga, dan tempat pembuangan sampah akhir. Namun,
memang kendaraan bermotorlah yang paling signifikan menyumbang (polusi), Ketua Komite
Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB), Ahmad Syafrudin, menyatakan, bahwa kualitas udara di
DKI Jakarta sudah sangat parah dan semakin memburuk, bahkan telah melebihi ambang batas
akibat pencemaran udara dari asap kendaraan bermotor setiap harinya. Berdasarkan riset yang
dilakukan Universitas Indonesia pada tahun 2006 untuk memeriksa kadar hidrokarbon yang ada
di udara di wilayah DKI Jakarta, tuturnya, menunjukkan bahwa udara di DKI Jakarta sudah jauh di
bawah garis rata-rata layak untuk paru-paru.

4. Jumlah Kejadian Kecelakaan Semakin Meningkat.


Faktor penyebab terjadinya kecelakaan diantaranya:
1) Rendahnya disiplin berlalu lintas;
 Menerobos Lampu Merah
Lampu lalu lintas atau traffic light merupakan sebuah komponen vital pengaturan lalu lintas.
Namun ironisnya, pelanggaran terhadap lampu lintas ini justru menempati urutan pertama sebagai
jenis pelanggaran yang paling sering dilakukan pengguna kendaraan bermotor. Sedang terburu-
buru serta tidak melihat lampu sudah berganti warna, adalah beberapa alasan yang sering terlontar
dari si pelanggar.
 Tidak Menggunakan Helm
UU no 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan sudah mengatur mengenai kewajiban
pengendara untuk penggunaan helm berstandar Nasional Indonesia (SNI). Bahkan dalam UU
tersebut dengan jelas tertera pula sanksi jika pengemudi tidak mengenai helm, maka ia bisa
dipidana dengan pidana kurungan paling lama satu bulan atau denda paling banyak Rp250.000.
Namun, pada prakteknya, lagi-lagi aturan ini sering diabaikan. Rata-rata beralasan, mereka enggan
menggunakan helm karena jarak tempuh yang dekat serta merasa tidak nyaman.
 Tidak Menyalakan Lampu Kendaraan
Pasal 107 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
menyatakan bahwa Pengemudi Kendaraan Bermotor wajib menyalakan lampu utama Kendaraan
Bermotor yang digunakan di Jalan pada malam hari dan pada kondisi tertentu.
Kemudian pada ayat kedua dinyatakan Pengemudi Sepeda Motor selain mematuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menyalakan lampu utama pada siang hari. Pelanggaran
sering terjadi, terutama untuk kewajiban menyalakan lampu di siang hari. Rendahnya tingkat
kedisiplinan pengguna jalan atau mungkin kurangnya sosialisasi khususnya untuk lampu di siang
hari bisa menjadi penyebab seringnya aturan ini dilanggar.
 Tidak Membawa Surat Kelengkapan Berkendara
Aksi tilang yang dilakukan pihak kepolisian juga sering terjadi terhadap pengendara yang tidak
membawa surat-surat berkendara seperti Surat Izin Mengemudi (SIM) serta Surat Tanda Nomor
Kendaraan (STNK). Berbagai operasi yang tengah gencar dilakukan aparat acapkali mendapati
pelanggaran semacam itu. Banyak diantara mereka yang belum memiliki SIM karena belum cukup
usia, namun memaksakan diri untuk mengendarai sepeda motor. Hal ini tentunya bisa
membahayakan keselamatan diri sendiri dan orang lain.
 Melawan Arus (Contra Flow)
Di kota-kota besar seperti Jakarta, para pengendara sepeda motor acapkali bersikap seenaknya di
jalanan dengan “melawan arus”. Mereka seolah tutup mata dengan adanya pengendara lain yang
berjalan berlawanan arah dengan mereka. Kasus kecelakaan di jalan layang non tol Kampung
Melayu-Tanah Abang yang terjadi 27 Januari 2014, tak membuat jera para pengendara motor
lainnya. Pada saat itu, seorang pengendara motor nekad untuk melawan arus akibat menghindari
razia. Akibatnya, istrinya tewas karena jatuh terpental. Di beberapa titik jalan lainnya di Ibukota,
aksi nekad ini juga seringkali terjadi.
 Melanggar Rambu-Rambu Lalu Lintas
Pelanggaran terhadap rambu-rambu lalu lintas acapkali terjadi. Parkir di bawah rambu dilarang
parkir serta berhenti di depan tanda larangan stop sudah menjadi aktivitas yang sering dilakukan.
Padahal menurut ketentuan pasal 287 ayat (1) UU No.22 tahun 2009, jenis pelanggaran tersebut
bisa terancam hukuman pidana kurungan paling lama 2 bulan atau denda paling banyak
Rp500.000. Namun, nyatanya aturan ini seperti tanpa taring. Mengatasi hal tersebut, Pemrov DKI
juga tengah gencar melakukan penertiban dengan memberikan sanksi kepada pelanggar, seperti
melakukan gembok roda, pengembosan ban dan bahkan langsung melakukan penderekan.
2) Kurangnya fasilitas pendukung dan perlengkapan jalan;
Sesuai dengan UU No.22 Tahun 2009 LLAJ pasal 25 ayat (1) telah dijelaskan bahwa setiap jalan
yang digunakan untuk Lalu Lintas umum wajib dilengkapi dengan perlengkapan jalan berupa:
a. Rambu Lalu Lintas
b. Marka Jalan
c. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas
d. alat penerangan Jalan
e. alat pengendali dan pengaman Pengguna Jalan
f. alat pengawasan dan pengamanan Jalan
g. fasilitas untuk sepeda, Pejalan Kaki, dan penyandang cacat dan
h. fasilitas pendukung kegiatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang berada di Jalan dan diluar
badan Jalan.
Kita ketahui di Indonesia masih banyak perlengkapan jalan yang tidak memenuhi persyaratan yang
telah dijelaskan pada UU No.22 Tahun 2009 LLAJ pasal 25 ayat (1) sebagai contoh pada ruas
jalan
3) Kurang tegasnya penegakan hukum
4. Rendahnya Kualitas Transportasi

Rendahnya kualitas transportasi di Indonesia ditandai dengan timbulnya maslah – masalah


transportasi yang saling mempengaruhi satu sama lain, faktor – faktor penyebab rendahnya
kualitas transportasi di Indonesia juga disebabkan oleh berbagai faktor dan masalah lain yang
cukup kompleks
Faktor- faktor penyebab rendahnya kualitas transportasi di Indonesia adalah;
 Dana pengadaan atau peremajaan fasilitas transportasi yang tidak mencukupi
 Kurangnya pengawasan dari pemerintah atau pihak yang berkewajiban
 Kurangnya kesadaran masyarakat untuk ikut menjaga fasilitas sarana dan prasarana transportasi
 Kurangnya disiplin masyarakat
Rendahnya sarana dan prasarana transportasi darat yang umum terjadi adalah;
 Kerusakan jaringan jalan
 Rendahnya kualiatas angkutan umum darat

Anda mungkin juga menyukai