Anda di halaman 1dari 3

NAMA : SHINTABELLA MIRZYA CINTYA

NIM : 851419031
PRODI : KEDOKTERAN

HOW PEOPLE LEARN

Bagaimana orang dewasa (mahasiswa) belajar yaitu suatu cara untuk mengetahui belajar orang
dewasa dalam mengembangkan diri melalui pendidikan , mengarahkan diri dan menjadi guru untuk
dirinya sendiri. Pembelajaran orang dewasa adalah belajar berdasarkan kebutuhan dan minat orang
dewasa pada tingkatan kemampuan dan pengetahuan yang berbeda untuk mendukung perubahan peranan
serta tanggungjawab dalam kehidupan orang dewasa.
Proses belajar mengajar orang dewasa yaitu dengan memberi kesempatan untuk berinisiatif dan
kreatif dalam mengendalikan proses belajar , menghargai dan menempatkan mahasiswa sebagai orang
dewasa yang mandiri dan bertanggung jawab .Sebagai sumber belajar orang dewasa dapat dengan teman,
dosen/pakar , media cetak / non cetak.

Dalam pembelajaran orang dewasa , terdapat model-model pembelajaran , yaitu :

1. Konstruktivisme
Pembelajaran Konstruktivisme yaitu belajar sebagai aktivitas yang benar-benar aktif, dimana
peserta didik (mahasiswa) membangun sendiri pengetahuannya, mencari makna sendiri, mencari tahu
tentang yang dipelajarinya dan menyimpulkan konsep dan ide baru dengan pengetahuan yang sudah ada
dalam dirinya.
 Prinsip Pembelajaran Konstruktivisme
- Mengembangkan strategi untuk mendapatkan dan menganalisis informasi.
- Pengetahuan terbentuk bukan hanya dari satu prespektif, melaikan perspektif jamak (multiple
perspective).
- Peran utama dalam proses pembelajaran yaitu peserta didik ( mahasiswa) , baik dalam mengatur atau
mengendalikan proses berpikirnya sendiri maupun ketika berinteraksi dengan lingkungannya.
-Scaffolding, yaitu proses memberikan tuntunan atau bimbingan kepada peserta didik untuk
dikembangkan sendiri.
- Pendidik berperan sebagai fasilitator ,tutor dan mentor untuk mendukung dan membimbing belajar
peserta didiknya.
- Pentingnya evaluasi proses dan hasil belajar yang autentik.
Penerapan pembelajaran Konstruktivisme sering digunakan pada model pembelajaran pemecahan
masalah (problem solving) seperti pembelajaran penemuan (discovery learning) dan pembelajaran
berbasis masalah (problem-based learning).
 Peranan Peserta Didik (Mahasiswa)
Peserta didik harus aktif berpikir menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang pelajari.
Guru/Dosen memang menjadi andil dalam memprakarsai penataan lingkungan dan memberi peluang
belajar yang optimal, tetapi pada akhirnya peserta didiklah yang menentukan sendiri terwujudnya belajar
yang sepenuhnya itu.
 Peranan Guru/Dosen
Menumbuhkan kemampuan peserta didik dalam mengambil keputusan dan bertindak, menumbuhkan
kemandirian , mendukung dan memberikan kemudahan belajar agar peserta didik mempunyai peluang
yang optimal dan sebagai sarana Belajar
 Kesimpulan
Pembentukan pengetahuan menjadi inti dalam pembelajaran konstruktivisme . Peserta didik diberi
kebebasan untuk mengungkapkan pendapat dan pemikirannya tentang sesuatu yang dihadapinya dengan
cara demikian peserta didik akan terbiasa dan terlatih untuk berpikir sendiri memecahkan masalah yang
dihadapinya dengan mandiri, kritis, kreatif, dan mampu mempertanggungjawabkan pemikirannya secara
rasional.

Sumber : https://www.dasarguru.com/proses-belajar-menurut-teori-belajar-konstruktivisme/

2. Learn by Experience

Belajar dari pengalaman adalah belajar yang paling mudah dan mudah pula kita dapatkan . Oleh
karena itu orang dewasa dapat menggunakan pembelajaran ini , yaitu :
> Belajar dari pengalaman orang lain
Ini merupakan memperoleh pengalaman dari pengalaman orang lain atau kejadian-kejadian yang telah
dialami orang lain, baik itu pengalaman hidup, pengalaman kerja, dll.
Contoh : Ketika kita melihat orang kecelakaan di jalan karena tidak menaati rambu lalu lintas , kita
dapat mengambil pengalaman jika tidak menaati rambu lalu lintas akan berdampak seperti orang
tersebut.
> Melakukan sesuatu yang baru
Melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan itu tidak mudah dan berisiko gagal , tetapi dengan
kegagalan kita akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga (autodidak).
Contoh : Jika sebelumnya kamu belum pernah bisa mengendarai motor , jangan takut untuk memulai
untuk belajar mengendarai , karena akan menguntungkan diri kamu sendiri.
> Membaca
Melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis, dengan membaca kita akan banyak memperoleh ilmu
pengetahuan atau pengalaman-pengalaman.
Contoh : Ketika kamu mempunyai waktu luang , usahakan untuk membaca pengetahuan-pengetahuan
yang membuat kamu menambah wawasan .

Hambatan untuk memperoleh Pengalaman :


- Kurangnya pendidikan, dengan adanya pendidikan kita dapat memperoleh ilmu yang bermanfaat .
- Kurangnya teman yang berpengalaman, orang yang tidak berpengalaman adalah orang yang pemalas,
karena dia tidak mau belajar dari lingkungannya.
- Kurangnya keingintahuan, disebabkan karena mudah putus asa dalam melakukan sesuatu hal.
- Kurangnya budaya membaca, disebabkan karena orang malas membaca buku , padahal buku
itu adalah sumber ilmu pengetahuan.

Kesimpulan :
Pengalaman adalah guru yang paling berharga dan hal yang mewah. Banyak hal yang yang
bisa lebih “merasuk” ke dalam diri bila dialami, bukan sekedar dipelajari, dibaca atau didengarkan saja.

Sumber : http://b-bolon.blogspot.com/2012/04/cara-belajar-dari-pengalaman.html
3. Workplace-Based Learning

Workplace Based Learning adalah suatu strategi pembelajaran yang memungkinkan mahasiswa
menggunakan konteks tempat kerja untuk mempelajari materi pembelajaran berbasis sekolah dan
bagaimana materi tersebut dipergunakan kembali di tempat kerja atau sejenisnya dan berbagai aktivitas
dipadukan dengan materi pelajaran untuk kepentingan mahasiswa.

Karakteristik dari Workplace Based Learning


 Partnership
Pendidikan berbasis WBL haruslah memiliki jaringan kemitraan yang baik, yaitu lembaga penyelenggara
dengan organisasi dari dunia kerja. WBL mempersyaratkan proses pengajaran yang selalu berorientasi
pada dunia kerja. Namun disebutkan bahwa WBL di perguruan tinggi diarahkan untuk memenuhi
kebutuhan spesifik suatu organisasi.

 Flexibility
Dunia kerja saat ini adalah dunia yang sangat dinamis, terjadi perubahan yang sangat cepat terutama
dalam jenis pekerjaan, spesifikasi kerja dan kualifikasi pekerja. Perguruan tinggi penyelenggara harus
mengikuti tuntutan dunia kerja dan tidak melaksanakan program yang tidak ada kebutuhannya di dunia
kerja. Artinya penyelenggara harus fleksibel memodifikasi program yang dimiliki.

 Relevance
Perguruan tinggi berbasis WBL harus selalu beradaptasi dengan tuntutan dunia kerja. Seluruh program
misalnya materi, praktek dan evaluasi harus selalu relevan dengan keadaan sebenarnya di dunia kerja.
Perguruan tinggi penyelenggara harus mengikuti tuntutan dunia kerja dan bahkan harus menggunakan
pengajar atau instruktur dari dunia kerja agar selalu relevan dengan kondisi terakhir di dunia kerja.

 Accreditation
Suatu “check point” terakhir bagi untuk memastikan bahwa lulusan memiliki standar yang sesuai dengan
kualifikasi dunia kerja. Perguruan tinggi penyelenggara yang melakukan akreditasi terhadap lulusan
karena memang ada kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan akademis dari para pekerja yang
mengikutinya.

Sumber : https://1ptk.blogspot.com/2012/04/4-karakteristik-work-based-learning.html

Anda mungkin juga menyukai