PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
luas dan kompleks. Masalah ini bisa berasal dari berbagai faktor, baik faktor
internal (masalah kesehatan dan spiritual) maupun faktor eksternal (pekerjaan dan
perkembangan zaman). Menurut data WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang
terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta
2018 menunjukan proporsi rumah tangga dengan anggota rumah tangga yang
orang penduduk indonesia 7 orang mengalami gangguan jiwa berat dan kasus
gangguan jiwa berat yang dipasung 3 bulan . Terakhir 31,1% baik diperkotaan
1
hanya 84,9%, tetapi dari mereka yang berobat 51,1% tidak rutin minum obat
dengan alasan 1) merasa sudah sehat, 2) tidak rutin berobat, 3) tidak mampu
membeli obat secara rutin. Sebagian responden beralasan karena tidak tahan efek
samping obat, sering lupa, merasa dosis tidak sesuai dan alasan lain sebesar 32%.
Menurut data Rekam Medik RSJD Surakarta 2018 angka gangguan jiwa di
RSJD Surakarta pada tahun 2015 tercatat 2.817 jiwa atau 70,63%, pada tahun
2016 tercatat 2.993 jiwa atau 75,41% sedangkan pada tahun 2017 tercatat 2.815
jiwa atau 69,31%. Permasalahan kasus yang terjadi yaitu skizofrenia paranoid 635
kasus, DMO 170 kasus, skizofrenia tipe lain 143 dan terakhir skizofrenia afektif
tipe manik 120 kasus. Pada periode Januari – Agustus 2017 ditemukan masalah
keperawatan pada klien rawat inap yaitu halusinasi 43,5 ribu jiwa, perilaku
kekerasan 26,1 ribu jiwa, defisit diri 4,09 ribu jiwa, dan isolasi sosial 6,6 ribu
jiwa. Kasus perilaku kekerasan menempati urutan kedua di rumah sakit Jiwa
diagnosa keperawatan.
2
3
satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia, yaitu fungsi psikologik,
perilaku, biologik, dan gangguan itu tidak hanya terletak di dalam hubungan
antara orang itu tetapi juga dengan masyarakat (Maramis, 2010). (Yusuf,dkk.
2019,p.11)
Secara umum gangguan jiwa dibagi menjadi gangguan jiwa berat dan
gangguan jiwa ringan. Skizofrenia merupakan bentuk gangguan jiwa berat yang
ditandai adanya halusinasi atau gangguann persepsi sensori, waham atau delusi,
gangguan pada pikiran, pembicaraan dan perilaku serta emosi tidak sesuai.
(Yusuf,dkk. 2019,p.20)
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun
orang lain (Yosep, 2010). Skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan
fundamental dari karakteristik persepsi, pikiran, perasaan, atau afek yang tidak
tekanan berat selama tinggal dengan seseorang penderita skizofrenia antara lain
yaitu rasa malu dan keluarga berharap masyarakat tidak lagi mengucilkan dan
pasien itu sendiri. Sehingga fakta inilah mendorong penulis untuk mempelajari
4
secara ilmiah dalam betuk studi kasus “Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan
A. Rumusan masalah
Surakarta.
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
Zainudin Surakarta.
5
C. Manfaat penulisan
c. Bagi Penulis
d. Bagi klien
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
atau ners melalui kerjasama yang bersifat kolaboratif, baik dengan klien
2. Tujuan
6
7
1. Pengkajian
2. Diagnosa
3. Intervensi
terlampir 4)
4. Implementasi
5. Evaluasi
ada.
pada respons pasien yang terdiri dari tindakan lanjut pasien dan
Perilaku Kekerasan
1. Pengertian
2. Etiologi
a. Faktor predisposisi
perilaku kekerasan.
11
b. Faktor presipitasi
kekerasan.
orang lain dan saat marah tidak berdaya mendorong dan hilang
menemukan amuk,
alternatif merusak
lingkungan
Gambar 2.1 Rentang respons menurut Yosep dalam Damaiyanti (2014, p.96)
13
c) Tanga mengepal
d) Rahang mengatup
e) Jalan mondar-mandir
5. Pohon Masalah
KELUHAN UTAMA
6. Mekanisme koping
baik
7. Penatalaksanaan medik
a. Farmakoterapi
pengendali spikomotorik)
agitasi)
b. Terapi Okupasi
d. Terapi Somatik
D. KONSEP SKIZOFRENIA
Skizofrenia.
1. Pengertian
perasaan, atau afek yang tidak wajar atau tumpul. (Yusuf,. Dkk.2019)
17
2. Manifestasi Klinis
a. Gejala positif :
lain (halusinasi).
4) Sulit konsentrasi
b. Gejala negatif :
psikotik berhenti.
Skizofrenia Paranoid
a) Pengertian
b) Gejala
1. Halusinasi pendengaran
3. Kegelisahan
4. Kemarahan
5. Emosi datar
6. Kekerasan